• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH EKSPLORASI BATIBARA KLP 4

N/A
N/A
Akun baru Sefar

Academic year: 2025

Membagikan "MAKALAH EKSPLORASI BATIBARA KLP 4"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

GEOLOGI EKSPLORASI

MODEL EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA

OLEH KELOMPOK 4 : Sefar Parotok_F12122044 Akbar_F12122017

Muh. Farhan_F121220 Welly Binambuni

PALU 2024

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam suatu operasi peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk diledakkan.

Bukan hanya untuk pembuatan lubang ledak tetapi pemboran memiliki fungsi lain seperti pengumupulan data sebaran cadangan

Pemboraan mempunyai banyak tahapan yang perlu diperhatikan mulai dari perencanaan titik-titik bor,peralatan yang akan diguenakan pada pemboran,pelaksanaan kegitana pengeboran dengan metode metode apa saja, dan pengelolaan hasil data pengeboran.

B.       RumusanMasalah

Adapun masalah yang dibahas pada makalah ini adalah : 1. Tujuan Pegeboran?

2. Perencanaan titik-titik bor?

3. Perncanaan peralatan pengeboran?

4. Pelaksanaan pengeboran?

5. Pengelolaan hasil pengeboran?

C.      Tujuan

Tujuan yang ingin diperoleh dari makalah ini adalah :

1.      Untuk mengetahui tujuan pengeboran

2.      Untuk mengetahui perencanaan titik-titik bor

3.      Untuk mengetahui perencanna peralatan pengeboran

4.      Untuk mengetahui pelaksanaan pengeboran

5. Untuk mengetahui pengelollan hasil pengeboran

(3)

BAB II PEMBAHASAN

1.1. Tujuan Eksplorasi Batu Bara

Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk diledakkan dan untuk menginventarisir serta melokalisir data endapan batubara yang ada di daerah studi yang guna mencari lokasi-lokasi singkapan batubara dan melaporkan daerah prospeksi hasil temuan di lapangan. Apabila data-data yang didapat  sangat

mendukung, maka diharapkan daerah studi tersebut

dapat dikembangkan ketingkat selanjutnya dengan membuat program studi kelayakan.

1.2. Tahapan Eksplorasi Awal

Pada tahapan eksplorasi awal, ada beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:

1.2.1. Pemetaan Geologi dan Topografi

Untuk kegiatan eksplorasi awal, digunakan peta yang memiliki skala 1: 25000 untuk peta geologi lintasan dan singkapan serta peta dengan skala 1:10000 untuk kegiatan penyelidikan umum.

1.2.2. Membuat penampang sumur uji

Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal.

Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (>

2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal.

Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.

(4)

a) Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling.

Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).

b) Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas- batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing- masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.

Apabila sumur uji telah dibuat, maka kita harus mencatat data litologi dari satu sumur uji dengan yang lain, kemudian dikorelasikan dengan menggunakan software.

1.2.3. Membuat penampang parit uji

Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi  singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan.

a) Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (adasplit atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.

b) Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui.

Informasi yang dapat diperoleh antara lain; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji

(5)

tersebut diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.

1.2.4. Membuat penampang lubang bor dengan metode logging  Metode logging pada dasarnya adalah suatu operasi yang bertujuan untuk mendapatkan sifat-sifat fisik batuan reservoir sebagai fungsi kedalaman lubang bor yang dinyatakan dalam bentuk grafik. Operasi ini menggunakan suatu instrument khusus (sonde) yang diturunkan kedalam lubang bor menggunakan kabel (wire line) pada saat lubang bor terisi fluida pemboran.

Tujuan logging adalah menentukan besaran-besaran fisik dari batuan reservoir yang didasarkan pada sifat fisik batuan reservoir itu sendiri. Di dalam pemilihan kombinasi logging.

1.3. Kegiatan Eksplorasi Rinci

        Untuk kegiatan eksplorasi rinci, beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:

a)      Untuk kegiatan pada eksplorasi rinci, digunakan peta dengan skala 1:500 hingga 1:2000.

b)      Pemboran, merupakan kegiatan lanjutan. Membuat lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%). Sebelum dilakukan kegiatan ini, dilakukan terlebih dahulu studi kelayakan dan amdal, geoteknik, serta geohidrologi .

c)      Percontoan, merupakan kegiatan lanjutan dari ekplorasi terdahulu. Yakni pembuatan sumur uji/trenching guna mendapatkan data-data yang lebih teliti.

d)     Penampangan (logging), merupakan kegiatan perekaman data-data hasil dari pemboran. Data tersebut merupakan data sifat-sifat batuan di bawah permukaan.

(6)

1.4. Metode Eksplorasi a. Konvensional

        Pemetaan (geologi) permukaan dan bawah permukaan: pengamatan secara langsung terhadap objek penyelidikan.Untuk pemetaan pada eksplorasi pendahuluan skala 1:10.000 dan untuk pemetaan eksplorasi rinci 1:2.000. Metode ini juga biasa disebut dengan metode geologi (tak langsung).

        Metode ini dapat dilakukan dengan survei indrajauh, baik dari ruang angkasa seperti analisa citra satelit dengan berbagai band dan dari udara yaknik analisa foto udara, citra radar dan sebagainya. Selain itu, dilakukan dengan melakukan survei geologi permukaan seperti survei geologi tinjau dan survei geologi singkapan.

b. Geofisika

        Di interpretasikan berkaitan dengan pola geologi dan pada umumnya digunakan pada tahap eksplorasi pendahuluan. Bekerja berdasarkan kondisi atau sifat fisik bawah permukaan. Metode yang sering digunakan untuk eksplorasi bahan galian : elektromagnetik, geolistrik, magnetik-gravitasi dan seismik. Berdasarkan kontras dan sifat fisik dari batuan, mineral dan bijih endapan yang diukur.

c. Geokimia

Metode yang menggunakan pola dispersi mekanis diterapkan pada mineral yang relatif stabil pada kondisi permukaan bumi, cocok digunakan  didaerah yang kondisi iklimnya membatasi pelapukan kimiawi. Metode yang didasarkan pada pengenalan pola dispersi kimiawi. Dapat diperoleh baik pada endapan bijih yang tererosi ataupun yang tidak tererosi, baik yang lapuk ataupun yang tidak lapuk.

Sistem pemboran berdasarkan dengan tingkat keterterapannya dibagi menjadi 8 (delapan) macam yaitu :

1.      Mekanik : perkusif, rotari, rotari-perkusif

(7)

2.      Termal : pembakaran, plasma, cairan panas, pembekuan 3.      Hidroulik : pancar (jet), erosi, cavitasi

4.      Sonik : vibrasi frekuensi tinggi 5.      Kimiawi : microblast, disolusi

6.      Elektrik : elektric arc, induksi magnetis 7.      Seismik : sinar laser

8.      Nuklir : fusi, dan fisi

Pemboran memiliki banyak fungsi antara lain : a. Explorasi tubuh bijih

b. Informasi stratigrafi

c. Survey seismik (pembacaan gelombang pada batuan) d. Verifikasi interpretasi geofisika dan geokimia

e. Kontrol kadar bijih

f. Perhitungan cadangan bijih

g. Deskripsi tubuh bijih (penyebaran, bentuk, butir dan lain-lain)

1.5. Perencanaan Titik Bor

Dalam proses Drilling batubara banyak sekali jenis pengeborannya.

1. Open Hole 2. Touch Core 3. Full Core

1. Open Hole adalah teknik pengeboran dengan melubangi area tertentu

(8)

sesuai perencanaan sampai

Gambar 2.1 Open Hole

kedalaman yang telah direncanakan. Dalam pengambilan samplenya berdasarkan potongan dari tiap gerusan mata bor per Run atau per pipa bor (sample ini disebut cutting). Dalam proses pemboran ini, cutting akan di bawa naik ke atas dengan media air bercampu lumpu (pengeboran batubara biasanya menggunakan

media air sebagai lumpur pemboran).

2. Touch Core adalah tenik pengeboran yang awalnya dilakukan dengan metode Open Hole dan ketika mata bor menyentuh batubara (indikasi dari lubang bor keluarnya sample cutting batubara dan air berwarna hitam akibat batubara tergerus serta insting dari juru bor waktu proses pengeboran), maka akan di stop putaran bornya. selanjutnya stang bor di angkat dan mata bor akan diganti dengan jenis mata bor khusus untuk pengambilan sample core serta di tambah core barrel untuk tempat penampungan sample core selama pengambilan (ukuran core barrel lebih kurang 1.60 meter). jadi bila batubara lebih tebal akan dilakukan pengambilan coring sampai beberapa kali. Ada teknik khusus dalam melakukan coring ini dan biasanya juru bor atau driller lebih menguasai teknik ini (seperti kecepatan putaran mata bor dan kecepatan pompa lumpur bor).

Gambar 2.2

(9)

- gambar paling kiri mata bor untuk Open Hole - gambar paling kanan mata bor untuk coring 3. Full Core adalah teknik pemboran yang dilakukan dari atas

sampaibawah kedalaman yang direncanakan dengan mengambil sample coring tanpa melakukan metode Open Hole. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih mendetail mengenai data variasi batuan (stratigrafi) dari dalam lubang bor.Selain yang di atas ada beberapa hal lagi mengenai metode

pengeboran, mulai dari metode 2 hole ( pilot hole dan target hole) dan ada juga yang menggunakan semi single hole dan single hole. Tergantun anda mau pake metode yang mana.Hal ini bertujuan untuk mempercepat target waktu yang akan di capai. karena dengan tercapainya target waktu yang singkat dan didukung dengan kwalitas data yang baik maka bisa memperkecil pengeluaran dana operasional.

1. Alat-alat yang digunakan dalam pemboran 1. Wing Bit

Dipergunakan untuk dilapisan permukaan, umumnya dipakai pada lubang-lubang besar untuk stove pipe yang dalamnya berkisar antara 0 – 30m. Ukuran pahat tersebut biasanya 36 inchi.

Gambar 2.6 Wing Bit 2. Roller Cone

Pahat roller cone biasa dipakai untuk lapisan lunak sampai lapisan keras. Roller Cone dibagi juga dengan klasifikasi dan kekerasan pahat itu

(10)

sendiri yaitu dengan no. code misalnya untuk yang soft IADC code : 111, 114 ( International Assosiation Drilling Code ). Kekerasan pahat disesuaikan dengan formasi yang akan dilaluinya misalnya : soft to medium, medium to hard, untuk mempermudah mengenal apakah pahat itu untuk formasi lunak, sedang dan keras maka yang perlu diperhatikan adalah bentuk gigi pahat tersebut. Pemilihan Pahat. Didalam pemilihan pahat adalah, Pahat yang dipergunakan untuk mengebor formasi tertentu, tergantung pada kekerasan batuan dari formasi tersebut. Pahat yang dipakai untuk mengebor batuan lunak tidak dapat berfungsi dengan baik bila dipakai untuk mengebor batuan sedang atau batuan keras.Pengetahuan tentang pemilihan pahat untuk mengoptimasikan pemboran tidak seluruhnya teoritas, tetapi dalam banyak hal pemilihan ini tergantung pada pengalaman- pengalaman yang didapat dalam pemboran didaerah yang sudah diketahui

atau dikenal.

Hasil pemilihan pahat ini sangat penting karena menyangkut :Biaya dari pahat. Rig cost Round trip / cabut masuk. Dari ketiga biaya ini barulah dapat menghitung operation cost ( biaya operasi).

Gambar 2.7 Roller Cone

3. Pahat Diamond

(11)

Pahat Diamond merupakan sejenis bahan yang mempunyai kekerasan yang sama dengan intan (intan industri) dipakai apabila pahat biasa sudah tidak dapat menembus formasi, umumnya untuk lapisan- lapisan yang keras.

Gambar 1.6 Pahat Diamond

1.6. Pengelolaan Hasil Pengeboran

Melaksanakan Pemetaan Geologi terdiri dari :

  Plotting lokasi singkapan setiap traverse pada peta topografi

  Diskripsi singkapan

        Pengukuran struktur geologi ( seperti strike/dip dsb )

        Pembuatan sketsa singkapan, pengambilan contoh pemotretan bila

dipandang perlu

  Pengambilan sampel batubara dapat dilakukan dengan metode Channel atau Trenching Membuat pit yang disesuaikan dengan kondisi dan posisi singkapan.

Sampel dikirim ke laboratorium untuk dianalisa.

(12)

      Lokasi singkapan diberi kode

  Pengukuran koordinat dan elevasi singkapan batubara dengan mengikat terhadap titik traverseyang telah didapat dari pemetaan topografi.

Evaluasi Dan Analisa Data Geologi :

  Plotting data hasil analisis singkapan batubara pada lokasi pengambilan sampel Sesuai dengan kode lokasi.

  Plotiting data geologi lapangan.

  Penginterpretasikan :

Struktur Geologi

  Kemenerusan singkapan batubara.

  Pemilahan blok – blok tertentu batubara yang mempunyai kwalitas tertentu.

  jumlah lapisan dari batubara.

  Cadangan Geologi dengan batas kedalaman tertentu.

  Pola dan Arah aliran Sungai.

  Penampang Geologi.

  Memberikan saran lokasi yang perlu diteliti lebih lanjut ( seperti Pola Distribusi lubang bor )

  Penggambaran peta Geologi dan hasil interprestasi

Pemerian Batubara yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

  Warna ( Colour ) adalah Warna dari Batubara tersebut

  Kilap ( Bright / Luster ) , yang dinyatakan dalam derajat Prosentase Batubara tersebut.

  Cerat ( Streak ) adalah warna dari batubara yang telah digores .

  Pecahan ( Fracture )

  Cleat ( rekahan ) , rekahan yang terdapat pada Batubara

(13)

Cara pengambilan Sample :

  Menentukan Strike / Dip dari Batubara tersebut.

  Menentukan bagian dari Roof dan Floor dari Batubara yang akan disample.

  Menentukan ketebalan dari Batubara tersebut (True Thickness)

  Setelah mengetahui ketebalan dari Batubara kemudian menentukan batas dari sample ( Ply by Ply ) dan jumlah yang akan diambil. Serta merecord interval sample , kode nomor sample, Lokasi pengambilan sample dan keterangan lain pada buku diskripsi.

  Ambil sample dan masukan kedalam kantong plastik yang telah disediakan , serta diikat dengan kuat dan benar.

  Sample yang telah diambil dan di prepare segera dikirim ke laboratorium.

PERHITUNGAN SUMBERDAYA BATUBARA

Perhitungan Sumberdaya Batubara pada Blok Prospek mengacu pada Klasifikasi USGS tahun 1983,

dimana kriterianya dibagi menjadi tiga yaitu :

Sumberdaya Tereka (Inferred), dimana daerah pengaruh mempunyai radius antara 1200 m – 4800 m dari titik singkapan batubara

Sumberdaya Terunjuk (Indicated), dimana daerah pengaruh mempunyai radius antara 400 m – 1200 m dari titik singkapan batubara.

Sumberdaya Terukur (Measured), dimana daerah pengaruh mempunyai radius 400 m dari titik singkapan batubara.

Parameter-parameter yang digunakan untuk memperoleh jumlah sumberdaya batubara ini adalah :

Panjang daerah pengaruh ke arah strike (m) = P Lebar daerah pengaruh ke arah dip (m) = L Tebal singkapan batubara (m) = T

Density batubara (1,3 ton/m3) = BJ

(14)

Luas penampang batubara (m2) = A Sumberdaya (MT) = SD

Dari parameter-parameter tersebut maka dapat diketahui jumlah sumberdayanya dengan menggunakan

Formula :

Pada perhitungan perkiraan di atas sumberdaya pada Blok Prospek penyebaran batubara diasumsikan :

1.Volume tanah penutup (overburden) dan lapisan di antara lapisan batubara (interburden), serta volume topografi belum turut diperhitungkan.

2.Penyebaran lapisan batubara dianggap ada di sepanjang radius daerah pengaruh tanpa ada faktor koreksi

topografi dan struktur geologi.

3.Lapisan batubara dianggap menerus dan ketebalannya dihitung dari nilai rata-rata dari data yang diperoleh

atau berdasarkan perhitungan geometri ke arah strike dan dip.

4.Density batubara adalah 1,3 ton/m3.

5.Kemiringan batubara dianggap konstan.

SD = P x L x T x BJ atau SD = A x T x BJ

(15)

BAB III PENUTUP 1.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari pembahasan mengai pengeboran eksplorasi batubara di atas ialah :

1. Pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah industri pertambangan. Kegiatan pemboran biasanya dilakukan sebelum diadakannya penambangan. Pemboran masuk dalam kegiatan eksplorasi detail yaitu pengambila conto sistematik dengan pemboran inti.

 

2. Pemboran sangat bermanfaat dalam berbagai kegiatan dalam proses penambangan dari sebelum dilakukan kegiatan penambangan contohnya survey tinjau dan prospeksi umum yaitu sampling batuan sedangkan dalam proses pemanbangan pemboran sangan di perlukan dalam proses pembokaran burden atau tanah penutup dengan menggunakan peledak serta pemetaan geologi daerah persebaran  bahan galian.

 

3. Dalam kegiatan pemboran penting agar operator dapat memilih alat bor sesui keadaan dilapangan hal ini sangat berhubungan erat dengan skil dari oporator alat bor dan pengalaman di bagian pemboran

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Budiman,Hendra.2012.Pemboran Eksplorasi (Batubara).

https://www.academia.edu/ 9515113/Pemboran_Eksplorasi_Batubara_. Diakses pada tanggal 21 April 2107 pukul 20:35. Jakarta.

Tiyono,Sulis.2015.EKSPLORASIBATUBARA.http://godamaiku.blogspot.co.id/

2013/09/ekplorasi-batubara.html . Diakses pada tanggal 21 April 2017pukul 21:01.

Jakarta.

ARCHIVE,MINING.2015.Eksplorasi BatuBara.http://arsiptambang.blogspot.co.

id/2015/04/eksplorasi-batubara.html. Diakses pada tanggal 21 April 2017pukul 21:22. Jakarta

Lilief. 2011. Sistem Pengeboran. https://lelilef.wordpress.com/2011/01/02/569/ . Diakses pada tanggal 21 April 2017 pukul 21:49. Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Menentukan sifat-sifat kontur topografi Menentukan elevasi titik suatu wilayah Mengidentifikasi macam-macam peta Mengidentifikasi kegunaan dari peta Menjelaskan hasil

Pengukuran peta topografi dilakukan dengan tujuan memindahkan kondisi permukaan bumi dari lokasi yang diukur pada kertas yang berupa peta planimeter. Peta ini akan

Cara pelaksanaan pemetaan dengan penentuan titik lokasi pengamatan, dilakukan dengan menggunakan peta topografi sebagai peta dasar, dan didukung oleh instrument

Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting adalah  pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukkan adanya kelurusan atau pembelokan

Cara pelaksanaan pemetaan dengan penentuan titik lokasi pengamatan, dilakukan dengan menggunakan peta topografi sebagai peta dasar, dan didukung oleh instrument

Hasil integrasi terhadap interpretasi peta topografi yang dihasilkan dari citra LIDAR, pemetaan geologi permukaan dan analisis petrografi (Lampiran 2), maka satuan

Kegiatan Eksplorasi di darat pada bulan Maret 2017 meliputi pemetaan geologi, core logging, percontoan core,pengukuran grid bor dan pemboran timah primer di pulau Bangka

Hasil pemetaan seismik dari ketiga-tiga event geologi tersebut memperlihatkan struktur antiklin dengan puncaknya mendekati Sesar Naik Lematang. Kegunaan lain hasil pemetaan