• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU Deskripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU Deskripsi"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PANDUAN GEOLOGI LAPANGAN

BUKU PANDUAN GEOLOGI LAPANGAN

 Di Susun oleh :  Di Susun oleh : IRSAN BAHUTALA IRSAN BAHUTALA

471410022 471410022

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2014/SELAMANYA 2014/SELAMANYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

BATUAN BEKU

1. TEKSTUR BATUAN BEKU

1.1 Tekstur batuan beku berdasarkan derajat kristalisasinya:

Holokristalin : terdiri dari kristal seluruhnya

Hipokristalin : terdiri dari sebagian kristal dan sebagian gelas

Holohyalin : terdiri dari gelas seluruhnya

1.2 Tekstur batuan beku berdasarkan granulitas/besar butirnya:

Fanerik: kristal-kristalnya dapat dilihat dengan mata biasa. Khusus untuk batuan  bertekstur fanerik, ukuran butirnya dapat ditentukan sebagai berikut:

 Halus : besar butir < 1 mm

 Sedang : besar butir 1 mm - 5 mm

 Kasar : besar butir 5 mm - 3 cm

 Sangat kasar : besar butir > 3 cm

Afanitik: kristal-kristalnya sangat halus atau amorf, hanya dapat dilihat dengan mikroskop.Jika batuan bertekstur porfiritik maka ukuran fenokris dan masa dasar dipisahkan.

1.3 Tekstur batuan beku berdasarkan keseragaman butir/kristalnya:

Equigranular: ukuran besar butir relatif sama

Inequigranular: ukuran besar butir tidak sama

Khusus untuk inequigranular dapat dibedakan menjadi tekstur:

 Faneroporfiritik bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-kristal yang kecil dan dapat dikenali dengan mata telanjang

 Porfiroafinitik bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak dapat dikenali dengan mata telanjang.

 Porfiritik: kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar (matriks) yang lebih halus.

 Vitrofirik: kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar (matriks) gelas/amorf.

(10)

1.4 Tekstur batuan beku berdasarkan bentuk geometri kristalnya:

Tabular (plagioklas, k-felspar)

Prismatik (piroksen, hornblenda)

Berlembar (mika)

Poligonal (k uarsa, olivin)

1.5 Tekstur batuan beku berdasarkan kesempurnaan bentuk krist alnya/butirnya : Bentuk Butir Tekstur Keterangan

Euhedral Panidiomorfik granular

Sebagian kristal mempunyai batas sempurna (euhedral) dan berukuran butir sama

Subhedral Hypidiomorfik Granular

Batas kristal pe ralihan antara sempurna dan tidak  beraturan (subhedral) dan berukuran butir sama Anhedral Allotrimorfik

Granular

Batas kristal tak beraturan (anhedral) dan  berukuran butir sama

1.6 Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya :

a) Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna)

 b) Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan subhedral.

c) Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal yang  berbentuk anhedral.

2. STRUKTUR BATUAN BEKU

2.1 Struktur yang berhubungan dengan aliran magma:

Schlieren: struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik, pipih atau memanjang atau oleh xenolith akibat pergerakan magma.

(11)

2.2 Struktur yang berhubungan dengan pendinginan magma:

Vesikuler: lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava).

Amigdaloidal: lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava), yang telah diisi oleh mineral sekunder, seperti zeolit, kalsit, kuarsa.

Scorius: vesikuler yang penyebarannya merata.

Kekar kolom (Columnar joint) : kekar berbentuk tiang dimana sumbunya tegak lurus arah aliran.

Kekar berlembar (Sheeting joint) : kekar berbentuk lembaran, biasanya pada tepi/atap intrusi besar akibat hilangnya beban atau struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.

Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam. B. Klasifikasi umum berdasarkan pada urut-urutan kristalisasi mineral Seri Bowen (mineralogi) serta komposisi SiO2  batuan beku (Tabel 4 dan 5). Klasifikasi ini bukan

klasifikasi resmi yang dibakukan, tetapi dibuat khusus digunakan dalam praktikum di Laboratorium Petrologi - Geologi ITB.

Tabel 1. Pembagian batuan beku berdasarkan komposisi SiO2 dan mineralogi.

Keterangan : x : selalu hadir; - : tidak hadir;

x/- : biasanya hadir/kadangkala tidak hadir; -/x : biasanya tidak hadir/kadangkala hadir.

(12)

Catatan: untuk batuan yang mengandung mineral felspatoid (leusit, nefelin, dll.) dapat dipergunakan nama batuan misalnya: nephelinite, leucitite, phonolite, felspathoid syenite, leucite basalt, dll.

Hal-hal utama yang perlu dicatat dalam deskripsi batuan beku :

1. Warna, sebagai petunjuk awal untuk memperkirakan komposisi kimia dan mineral dari  batuan.

2. Tekstur, besar butir, prosentase kehadiran butir (Gambar 6), dan kemas, yang mana  berhubungan dengan sejarah dan cara kejadian batuan, serta kecepatan dan urutan  pertumbuhan kristal.

3. Mineralogi, sebagai petunjuk untuk identifikasi batuan, biasanya di dalam batuan beku terdapat antara 2 dan 4 mineral utama.

4. Inklusi material asing (sebagai tambahan dalam membantu indentifikasi batuan). Inklusi ini kadang ditemukan dalam batuan beku dan harus dideskripsikan terpisah, inklusi  penting ketika kita ingin menilai cara kejadian dan asal tubuh batuan beku.

(13)
(14)
(15)
(16)

Kelompok Mineral Kelompok Batuan Beku Olivin

Piroksen Plagioklas

Olivin, piroksen

Ultramafik dan Ultramafitit

Olivin, piroksen, plagioklas Olivin, plagioklas

Piroksen, plagioklas

Gabroid dan Basaltoid

Piroksen, hornblenda, plagioklas Hornblenda, plagioklas

Hornblenda, biotit, plagioklas, <<< kuarsa

Dioritoid dan Andesitoid

Hornblenda, biotit, muskovit, kuarsa Biotit, muskovit, k-felspar, kuarsa Biotit, muskovit, k-felspar

(17)

BATUAN PIROKLASTIK

Batuan piroklastik:

Batuan yang disusun oleh material-material yang dihasilkan oleh letusan gunung api

Dicirikan oleh kehadiran material piroklas yang dominan (gelas, kristal, batuan vulkanik), butiran yang menyudut, porositas yang relatif ti nggi.

Batuan Epiklastik:

Batuan hasil rombakan batuan vulkanik maupun batuan lainn ya.

Terdiri dari material hasil rombakan batuan vulkanik (kristal, fragmen batuan) dan material non vulkanik.

Berdasarkan klasifikasi genetik, batuan piroklastik terdiri dari 3 jenis endapan piroklastik yaitu:

1. Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari letusan eksploif material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh kembali ke  bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini umumnya menipis dan ukuran butir menghalus secara sistimatis menjauhi pusat erupsi, pemilahannya baik, menunjukan grading normal pumis dan fragmen litik, mungkin menunjukan stratifikasi internal dalam ukuran butir atau komposisi, komposisi pumis lebih besar daripada litik.

2. Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), dihasilkan dari pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik yang tertransport dalam matrik fluida (gas atau cairan), material vulkanik ini tertransportasi jauh dari gunung api. Endapan ini umumnya pemilahannya buruk, mungkin menunjukan grading normal fragmen litik, dan butiran litik yang padat semakin berkurang menjauhi pusat erupsi. Contoh: lahar yaitu masa piroklastik yang mengalir menerus antara aliran temperatur tinggi (> 1000C) di mana material piroklastik ditransportasikan oleh fase gas dan aliran temperatur rendah yang biasanya bercampur dengan air.

3. Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits), termasuk pergerakan lateral fragmen piroklatik sebagai campuran padatan/gas konsentrasi rendah yang panas. Karekteristiknya, endapan ini menunjukan stratifikasi bersilang, struktur dunes, laminasi planar, struktur anti dunes dan pind and swell, endapan sedikit menebal di  bagian topografi rendah dan menipis pada topografi tinggi.

(18)

Tiga jenis fagmen yang ditemukan dalam endapan piroklastik:

 Fragmen dari lava baru atau disebut fragmen juvenil, berupa material padat tidak mempunyai vesikuler sampai fragmen lava yang banyak vesikulernya.

 Kristal individu, yang dihasilkan dari fenokris yang lepas dalam lava juvenil sebagai hasil fragmentasi.

 Fragmen litik, termasuk batuan yang lebih tua dalam endapan piroklastik, tetapi sering terdiri dari lava yang lebih tua.

(19)
(20)
(21)

Hal-hal yang perlu dideskripsi dalam deskripsi batuan piroklastik: 1. Warna, deskripsikan warna batuan yang representatif.

2. Besar butir, deskripsikan mengunakan besar butir/ukuran klast batuan piroklastik (Table 6).

3. Komponen, deskripsikan komponen batuan piroklastik:

Kristal, fragmen kristal

Fragmen litik: vulkanik atau non vulkanik, polimik ata u monomik

Pumice atau scoria

Shards, lapili akresionari, vitriklas

Semen: siliseous, karbonat atau zeolit 4. Litofasies:

Masif (tidak berlapis) atau berlapis

Berlapis: Laminasi : < 1 cm Berlapis sangat tipis : 1-3 cm Berlapis tipis : 3-10 cm Berlapis sedang : 10-30 cm Berlapis tebal : 30-100 cm Berlapis sangat tebal : > 100 cm

Masif (tidak bergradasi) atau bergradasi:

normal

; reverse

; normal-reverse

; reverse-normal

Kemas: clast-supported atau matrix-supported

terpilah baik, terpilah sedang, terpilah buruk

Kekar: blocky, prismatik, columnar, platy

Ketebalan seragam atau tidak seragam

Ketebalan lateral rata atau tidak rata

Secara lateral menerus atau tidak menerus

Cross-bedded, cross-laminated 5. Alterasi:

Mineralogi: klorit, serisit, silika, pirit, karbonat, felspar, hematit

(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

BATUAN SEDIMEN

1. Komposisi sedimen:

Fragmen mineral/batuan hasil rombakan (terigen)

Material hasil proses kimiawi (material autigenik): karbonat, fosfat, dll.

Material allochem (rombakan hasil presipitasi terdahulu): fosil, material organik. 2. Mineral-mineral dalam batuan sedimen:

Mineral Autigenic:

 Terbentuk di daerah sedimentasi dan langsung diendapkan

 Contoh: gipsum, kalsit, anhidrit, oksida besi, halit, glaukonit.

Mineral Allogenic:

 Terbentuk di luar daerah sedimentasi

 Telah mengalami transportasi dan kemudian diendapkan di daerah sedimentasi

 Harus tahan pelapukan dan tahan terhadap pengikisan selama tranportasi sampai  pengendapan.

Tekstur dan mineralogi batuan sedimen dapat merefleksikan lingkungan pengendapan  batuan sedimen.

Hal-hal yang mempengaruhi pembentukan batuan sedimen:

Litologi batuan (batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorfosa, batuan  piroklastik).

Stabilitas dari mineral-mineral yang ada

Kecepatan erosi, banyaknya mineral sedimen yang dapat ditransport turut menentukan berapa banyak material yang dapat/akan diendapkan.

Transportasi pada pembentukan batuan sedimen akan menghasilkan sorting/pemilahan dan roudness/kebundaran.

(27)

Batuan sedimen bertekstur non klastik (kristalin):

Umumnya terdiri dari mineral autigenik 

Pada P dan T tertentu seringkali memperlihatkan gejala diagenesa, akibatnya  porositas batuan menjadi sangat rendah atau hilang.

Porositas primer rendah dan memperlihatkan tekstur mozaik ( contoh: batugamping).

Kadang-kadang terdapat butiran yang amorf (seperti kalsedon & opal) sebagai semen.

Ukuran Besar Butir (mm) Nama Besar Butir

1 –  2 Very coarsely crystalline

0,5 –  1 Coarsely crystalline

0,25 –  0,5  Medium crystalline

0,125 –  0,25  Finely crystalline

0,063 –  0,125 Very finely crystalline

0,004 –  0,063  Microcrystalline

< 0,004 Cryptocrystalline

Tabel . Besar butiran batuan sedimen non klastik Batuan sedimen bertekstur klastik:

Terdiri dari material detritus (hasil rombakan: pecahan), memperlihatkan tekstur klastik (butiran berukuran lempung sampai bongkah)

Memperlihatkan berbagai struktur sedimen

Proses : pelapukan, erosi, transportasi, sedimentasi

Dapat dipelajari tentang sumber material (provenance), lingkungan  pengendapan/fasies, diagenesa

Besar butir (grai n size ): unsur utama dari tekstur klastik, yang berhubungan dengan tingkat energi pada saat transportasi dan pengendapan. Klasifikasi besar butir diterangkan sebagai  berikut dengan menggunakan skala Wentworth (Tabel dan Gambar ).

ukuran Besar Butir (mm) ama Besar Butir

256 oulder  / bongkah

 –  256 ouble / berangkal

(28)

 – 

 –  4 4 ranuleranule / kerikil / kerikil  – 

 –  2 2 ery coarse sand ery coarse sand  / pasir sangat kasar / pasir sangat kasar - 1

- 1 oarse sand oarse sand  / pasir kasar / pasir kasar 4

4 –  –  1/2 1/2 edium sand edium sand  / pasir sedang / pasir sedang 8

8 –  –  1/4 1/4 ine sand ine sand  / pasir halus / pasir halus 16

16 –  –  1/8 1/8 ery fine sand ery fine sand  / pasir sangat halus / pasir sangat halus 256

256 –  –  1/16 1/16 lt  / lanault  / lanau 1/256

1/256 laylay / lempung / lempung

Tabel . Klasifikasi besar butir menggunakan skala Wentworth Tabel . Klasifikasi besar butir menggunakan skala Wentworth

Gambar Komparator besar butir Gambar Komparator besar butir Unsur-unsur tekstur batuan sedimen klastik:

Unsur-unsur tekstur batuan sedimen klastik:



Butiran (Butiran ( grain grain): butiran klastik (yang tertransport) disebut se): butiran klastik (yang tertransport) disebut sebagai fragmen.bagai fragmen.



Masa dasar (Masa dasar (matrixmatrix): lebih halus dari butiran/fragmen, diendapkan bersama-sama): lebih halus dari butiran/fragmen, diendapkan bersama-sama dengan fragmen.

dengan fragmen.



Semen (Semen (cement cement ): berukuran halus, mengikat butiran/fragmen dan matri): berukuran halus, mengikat butiran/fragmen dan matrik, diendapkank, diendapkan setelah fragmen dan matrik .

setelah fragmen dan matrik . Pemilahan/

(29)

Kebundaran/roundness

Kebundaran/roundness: menyatakan kebundaran atau ketajaman sudut butiran, yang: menyatakan kebundaran atau ketajaman sudut butiran, yang mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi.

mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi.

Gambar 12. Derajat Kebundaran Gambar 12. Derajat Kebundaran Kemas/fabric

Kemas/fabric: merupakan sifat hubungan antar butir sebagai fungsi orientasi butir dan: merupakan sifat hubungan antar butir sebagai fungsi orientasi butir dan  packing, secara

 packing, secara umum dapat memberumum dapat memberikan gambaran teikan gambaran tentang arah ntang arah aliran dalam aliran dalam sedimentasisedimentasi serta keadaan porositas dan permeabilitas batuan. Kemas: - terbuka: kontak antar butiran serta keadaan porositas dan permeabilitas batuan. Kemas: - terbuka: kontak antar butiran tidak bersentuhan, - tertutup: kontak antar butiran bersentuhan.

tidak bersentuhan, - tertutup: kontak antar butiran bersentuhan. Struktur batuan Sediment:

Struktur batuan Sediment:



Perlapisan: - Lapisan: tebal > 1 cmPerlapisan: - Lapisan: tebal > 1 cm

-- Laminasi: tebal < 1 cmLaminasi: tebal < 1 cm Jenis

Jenis perlapisan: perlapisan: Perlapisan Perlapisan sedimensedimen  Paralel lamination  Paralel lamination

Cross lamination/cross beds Cross lamination/cross beds Convolute lamination

Convolute lamination Gradded bedding Gradded bedding  Injection structures

 Injection structures (( sandstones dykes sandstones dykes))



Struktur di bidang perlapisan:Struktur di bidang perlapisan: Di bagian bawah :

Di bagian bawah : load cast, flute cast load cast, flute cast  Di

Di bagian bagian atas atas :: ripple marks, mud cracks, organic marks ripple marks, mud cracks, organic marks ((tracks & trails, burrowtracks & trails, burrow)) 1. Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan (lithifikasi)

1. Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan (lithifikasi)

Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan dapat terjadi di Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan dapat terjadi di  bagian atas lapisan,

 bagian atas lapisan, sebelum sebelum lapisan lapisan atau atau endapan endapan yang yang lebih lebih muda muda atau atau endapan endapan barubaru di

di endapkan. Struktur sedimen endapkan. Struktur sedimen ini merupakan hasil kikisan, 'scour ini merupakan hasil kikisan, 'scour marks', 'flutes', 'grooves',marks', 'flutes', 'grooves', 'tool marking' dan sebagainya. Struktur-struktur ini sangat penting untuk menentukan arah 'tool marking' dan sebagainya. Struktur-struktur ini sangat penting untuk menentukan arah aliran atau arah sedimentasi.

(30)

2. Struktur yang terbentuk setelah proses pengendapan (Sekunder) 2. Struktur yang terbentuk setelah proses pengendapan (Sekunder)

Struktur ini terbentuk selepas sedimen terendap. Ini termasuklah struktur beban, Struktur ini terbentuk selepas sedimen terendap. Ini termasuklah struktur beban, 'pseudonodules' dimana sebahagian lapisan pasir jatuh dan masuk kedalam lapisan lumpur 'pseudonodules' dimana sebahagian lapisan pasir jatuh dan masuk kedalam lapisan lumpur di bawahny

di bawahnya, laminasi kona, laminasi konvolut (convovolut (convolute lamination) dan lute lamination) dan sebagainya. Struktur sebagainya. Struktur nendatan,nendatan, hasil dari pergerakan mendatar sedimen yang membentuk lipatan juga termasuk dalam hasil dari pergerakan mendatar sedimen yang membentuk lipatan juga termasuk dalam struktur selepas endapan. Nendatan boleh berlaku di tebing sungai, delta dan juga laut dalan struktur selepas endapan. Nendatan boleh berlaku di tebing sungai, delta dan juga laut dalan dan ianya sangat berguna untuk menentukan arah cerun kuno.

dan ianya sangat berguna untuk menentukan arah cerun kuno.

Struktur sedimen sekunder (post-deposition structures), struktur sedimen yang Struktur sedimen sekunder (post-deposition structures), struktur sedimen yang terbentuk setelah proses litifikasi.

terbentuk setelah proses litifikasi. Struktur sedimen sekunder meliputi: Struktur sedimen sekunder meliputi:

 Struktur erosional, terbentuk karena erosi, contohnya: flute cast, groove cast, toolStruktur erosional, terbentuk karena erosi, contohnya: flute cast, groove cast, tool marks, scour marks, channel, dll.

marks, scour marks, channel, dll.

 Struktur deformasi, terbentuk oleh adanya gaya, contohnya: slump, convolute, sandStruktur deformasi, terbentuk oleh adanya gaya, contohnya: slump, convolute, sand dyke, dish, load cast, nodule, dll.

dyke, dish, load cast, nodule, dll.

 Struktur biogenik, terbentuk oleh adanya aktivitas makhluk hidup, contohnya:Struktur biogenik, terbentuk oleh adanya aktivitas makhluk hidup, contohnya:  bioturbation, trace fossils, rootlet bed, dll

 bioturbation, trace fossils, rootlet bed, dll

3. Struktur sedimen yang terbentuk pada proses sedimentasi (struktur primer) 3. Struktur sedimen yang terbentuk pada proses sedimentasi (struktur primer) Struktur yang terbentuk semasa proses pengendapan, antara lain adalah perlapisan Struktur yang terbentuk semasa proses pengendapan, antara lain adalah perlapisan mendatar (flat bedding), perlapisan silang-siur (cross bedding), laminasi sejajar (paralel mendatar (flat bedding), perlapisan silang-siur (cross bedding), laminasi sejajar (paralel lamination), dan laminasi ripple mark.

lamination), dan laminasi ripple mark.

Struktur sedimen primer (depositional structures), struktur sedimen yang terbentuk Struktur sedimen primer (depositional structures), struktur sedimen yang terbentuk  bersamaan

 bersamaan dengan tedengan terbentuknya suatu rbentuknya suatu batuan, batuan, contohnya adalah: contohnya adalah: graded graded bedding, parallelbedding, parallel lamination, ripple mark,

lamination, ripple mark, dune and dune and sand wave, cross sand wave, cross stratification, shrinkage crack (mudstratification, shrinkage crack (mud crack), flacer, lenticular, dll.

(31)
(32)
(33)

Hal-hal lain yang juga perlu dideskripsi:

Pencampuran batuan:

- karbonatan : bila pencampurnya material karbonat - karbonan : bila pencampurnya karbon

Fragmen pembentuk batuan: kuarsa, sediment (k-felspar dan plagioklas), fragmen  batuan (batuan beku, batuan sediment, batuan metamorf, batuan piroklastik)

Semen dan matrik:

(34)

Warna/kilap: deskripsikan warna batuan yang representative (misalnya : abu -abu dengan garis-garis hitam, abu-abu, hitam mengkilat, dll.)

Mineral sedikit: glaukonit, pirit, hematit, piroksen, olivin, biotit, muskovit, karbon, dll.

Kandungan fosil (bila ada dan sebutkan jenisnya, misalnya foraminifera, dll.)

Struktur sediment yang ada: perlapisan, graded bedding, laminasi sejajar, dll.

Porositas: - baik : bila menyerap air

- buruk : bila tidak menyerap air

- sedang : diantara porositas baik dan buruk

Kekompakan: mudah diremas, getas, kompak, lunak, padat, keras, dll. (deskripsikan kekompakan yang representative).

Tabel 10. Sifat –  sifat Litologi Keterangan : x : sifat yang selalu dimiliki

- : sifat yang tidak dimiliki

(35)

Sedimentasi Kimiawi: batugamping kristalin, dolomit, batugamping oolit, gips, anhidrit,  batugaram, napal, flint, chert, fosforit.

Penggolongan Batuan Sedimen Berdasarkan asal-usulnya Klastik Terigenous Endapan biokimia  –   biogenik –  organic Pengendapan Kimia Volkaniklastik Batupasir, mudrock, konglomerat,  breksi Batugamping, dolomit, rijang, fosfat, batubara

Ironstones, evaporite

Tufa, aglomerat

Tabel. Penggolongan Batuan Sedimen Berdasarkan asal-usulnya

Gambar. Golongan batuan sedimen utama serta proses-proses pembentukannya (Koesoemadinata,1985)

(36)

Tabel. Klasifikasi penamaan batuan sedimen Macam-macam batuan sedimen silisiklastik:

Berbutir sedang-kasar: batupasir, konglomerat, breksi

Berbutir halus: mudrock  Kandungan fosil

Yang dapat ditentukan di lapangan tentu saja fosil-fosil yang bersifat makro (besar). Dalam penentuannya, sebutkan minimal kelas atau filumnya, jika ia berongga atau bolong  bolong maka itu adalah koral (filum coelenterata, artinya rongga), jika ia memiliki dua

(37)

Grafik Log

Metode standar yang digunakan untuk merekonstruksi dalam pengumpulan data lapangan pada batuan sedimen adalah dengan menggunakan grafik log. Grafik log memberikan kenampakan visual suatu singkapan (stasiun), dan merupakan cara yang mudah untuk membuat korelasi dan perbandingan antara suatu singkapan (stasiun) yang berbeda (pengulangan fasies, siklus sedimen, dll).

1. BATUPASIR

Klasifikasi Batupasir

1. Batupasir Silisiklastik (butiran terigen)

Batupasir Epiklastik: endapan yang berasal dari rombakan batuan terdahulu akibat  pelapukan dan erosi, termasuk batuan volkanik dan non-volkanik

Batupasir Volkaniklastik: terdiri dari material volkanik (hasil rombakan maupun yang tidak), termasuk endapan piroklastik dan endapan epiklastik.

(38)

2. Batupasir Non-Silisiklastik (butiran karbonat dan evaporit) Batupasir

Tekstur: ukuran butiran (pasir 0.125 - 2.00 mm), bentuk butiran (menyudut, membundar, dll.), sorting, kemas butiran (mencakup orientasi,  grain packing , grain contact , hubungan butiran dan matriks), textural maturity, porositas, permeabilitas, struktur sedimen.

Textural maturity:

- Texturally immature sediment : matriks dominan, sortasi buruk, butiran menyudut.

- Texturally mature sediment : matriks sedikit, sortasi sedang-baik, butiran membundar tanggung-membundar.

Komposisi: butiran (fragmen batuan/litik, kuarsa, felspar, dan mineral-mineral lainnya), matrik, dan semen.

Klasifikasi batupasir Parameter:

-  butiran (stabil dan tak stabil) : kuarsa, felspar, fragmen litik - matriks lempung (hasil rombakan atau alterasi batuan) - kehadiran matriks lempung: arenit (matriks < 15%) - wacke (matriks > 15%)

Pembagian secara umum (Gilbert, 1982), dan Folk, 1974): batupasir kuarsa, batupasir arkose, batupasir litik, batupasir greywacke.

Batupasir kuarsa (Quar tz Ar eni tes ): berasosiasi dengan sedimen eolian, beach,  shelf   (lingkungan kerak yang stabil), tingkat maturity : mature hingga supermature,

(39)

Batupasir Litik (Litharenites ): penamaan tergantung dari jenis fragmen batuan yang hadir, lingkungan deltaik atau fluviatil, mineralogi fragmen litik 10-80%, felsfar, kuarsa, semen karbonat, silika, mineral lempung, oksida besi, pirit, matrik lempung/klorit (kalau ada).

Batupasir wacke (Greywackes): sebagian besar keras dan berwarna abu-abu gelap dengan matriks melimpah, felspar dan butiran litik umumnya hadir, diendapkan oleh arus turbidit pada cekungan air dalam, menunjukan struktur sedimen turbidit.

(40)

Gambar 15. Klasifikasi batupasir (Folk, 1974).

2. KONGLOMERAT DAN BREKSI

Kenampakan yang penting untuk mendiskripsi batuan ini adalah jenis klastik yang hadir dan tekstur batuan tersebut. Berdasarkan asal-usul klastik penyusun konglomerat dan breksi:

Klastik intraformasi, berasal dari dalam cekungan pengendapan, banyak fragmen mudrock atau batugamping mikritik yang dilepaskan oleh erosi atau pengawetan sepanjang garis pantai.

(41)

Konglomerat dan breksi terutama diendapkan pada lingkungan glasial, alivial fan dan  braided stream. Konglomerat yang re-sedimen diendapkan dalam lingkungan deep water  biasanya berasosiasi dengan turbidit.

3. MUDROCK

Mudrock adalah istilah umum untuk batuan sedimen yang disusun terutama oleh partikel  berukuran lanau-lempung, mineral lain mungkin juga hadir. Mudrock diendapkan terutama dalam lingkungan river floodplain, lake, low energy shoreline, delta, outer marine shelf  dan deep ocean basin.

(42)
(43)
(44)
(45)

4. BATUAN KARBONAT (BATUGAMPING DAN DOLOMIT) 4.1 Batuan karbonat

semua batuan yang terdiri dari garam karbonat, dalam prakteknya terutama berupa  batugamping dan dolomit.

(46)
(47)

Komponen pembentu k batuan k arbon at: 

1. Butiran karbonat (allochems):

Butiran skeletal: fragmen bagian yang keras dari organisme yang kalkareous dan cangkang yang tidak pecah seperti moluska, echinoid, ostrakoda, dan foraminifera.

Ooid: berbentuk speroidal, butiran berukuran pasir terdiri dari korteks (kulit luar) aragonit atau kalsit yang dibentuk oleh akresi kimia di sekitar inti partikel.

Pellets: berbentuk speroidal atau elipsoid, berukuran pasir, terdiri dari mikrit, tidak  punya struktur dalam.

Litoklas: fragmen batuan karbonat

- Intraklas: fragmen batuan karbonat yang terbentuk lebih awal (berasal dari cekungan yang sama)

- Ekstraklas: fragmen batuan karbonat dari umur yang berbeda atau berasal dari cekungan yang berbeda

2. Matrik lumpur karbonat (mikrit): agregat (kumpulan) kalsit mikrogranular.

3. Semen spar: kalsit granular yang terekristalisasi dalam ruang kosong dalam endapan karbonat atau batugamping, terutama dalam ruang kosong antar butir dan dalam rongga fosil.

Komposisi kimi a/mineral:

Aragonit CaCO3 (ortorombik): hasil presipitasi langsung dari air laut, bentuk serabut,

tidak stabil

Kalsit CaCO3 (heksagonal): mineral lebih stabil, berbentuk hablur yaang baik/spar, kalsit

 bila diberi alizarin red menjadi merah

Dolomit CaMg(CO3)2: berbentuk belah ketupat, tidak bereaksi dengan alizarin red,

kebanyak hasil dolomitisasi dari kalsit

 High Magnesium Calcite: larutan padat MgCO3 dalam kalsit

Magnesit MgCO3: biasanya berasosiasi dengan evaporit

Siderit FeCO3

Tekstur batuan karbonat:

1. Tekstur primer, menyangkut:

Kerangka organik (organic framework texture) Klastik (clastic texture)

(48)

2. Tekstur sekunder / Tekstur Diagenesa, menyangkut kehabluran / crystalinity yang diperlihatkan oleh:

Semen yang mengisi rongga-rongga antar butir

Rekristalisasi sebagian atau seluruh masa dasar maupun kerangka/butiran

Kl asif ik asi Batuan Kar bonat

Klasifikasi Grabau

 berdasarkan ukuran butir: - kalsirudit (> 2mm)

- kalkarenit (62 mm –  2 mm) - kalsilutit (< 62 mm)

Klasifikasi Folk (gb. 10)

Berdasarkan komposisi: allochem, matiks, dan semen

Bio (butiran skeletal), oo (ooid), pel (peloid), intra (intraklas)

macam-macam : Biosparit (komponen bioklas, dominan kalsit spar); pelsparit, oosparit, intrasparit, biolithit (berasal dari terumbu)

Klasifikasi Dunham

Berdasarkan tekstur proporsi dari butiran vs matriks (Tabel 13)

 Mudstone: lumpur karbonat>>>butiran (mud supported ), butiran < 10% Wackestone: lumpur karbonat>butiran ( grain-mud supported ), butiran> 10%  Packestone: butiran>lumpur karbonat (mud-grain supported )

Grainstone: butiran>>>lumpur karbonat ( grain supported )  Boundstone: terdiri dari kerangka

Crystalline carbonate: terdiri dari kristal, tekstur pengendapan tidak diketahui Klasifikasi Embry & Klovan

Berdasarkan terdapatnya lumpur karbonat diantara kerangka atau pecahan-pecahan kerangka (Tabel 15)

(49)

 Rudstone: hasil rombakan suatu terumbu dan terkumpul setempat atau ditransport oleh gaya  berat, tanpa adanya lumpur gamping diantara fragmen-fragmennya

 Floatstone: terdiri dari potongan-potongan kerangka organik yang mengambang dalam lumpur gamping

Porositas adalah perbandingan jumlah rongga terhadap volume total batuan (%) Macam-macam porositas berdasarkan waktu terbentuknya:

Porositas Primer: terbentuk pada saat diendapkan-diagenesis awal, contoh interkristalin, intrakristalin, intergranular, intagranular

Porositas Sekunder: terbentuk selama diagenesis lanjut mesogenesis-telogenesis, contoh porositas yang terbentuk akibat retakan/fracturing, pengkerutan/shrinkage, dan pelarutan (butiran, semen, matriks)

Gambar. Choquete and Pray (1970) mengklasifikasikan porositas batuan karbonat  berdasarkan tiga kelompok yaitu: tipe fabric selective, tipe not fabric selective dan tipe

 fabric selective or not  Proses-proses diagenesa:

sementasi, mikritisasi (oleh organik), disolusi, kompaksi, dolomitisasi, neomorfisme (adalah  proses penggantian mineral yang sejenis (polimorf); biasanya lebih kasar)

Mineralogi: aragonit, kalsit, dolomit (karbonat), lain-lain (kuarsa, felspar, mineral lempung, fosfat, oksida besi, sulfida, evaporit)

(50)

Tiga lingkungan diagenesis (utama):

marine (dibawah lantai samudera/ sea floor ); shallow & deep water & zone intertidal - supratidal

near-surface meteoric: terjadi setelah deposisi, atau pada kedaan uplifted  setelah burial

lingkungan burial: 10-ratusan meter: rekristalisasi, metamorfosis Sementasi

isopachous ,  gravity (stalactitic) & meniscus,  fibrous,  syntaxial   (semen spar kalsit melingkupi butiran, dan optis kontinu), equent spar  –  drusty mosaic, poikilotopic  (seperti  syntaxial , tetapi tidak optis kontinu).

(51)
(52)
(53)
(54)

BATUAN METAMORF

Batuan metamorfosa: batuan yang terbentuk akibat proses perubahan tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya dimana batuan memasuki kesetimbangan baru tanpa adanya  perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat),

dengan temperatur berkisar antara 200-8000C. Perubahan yang terjadi pada proses metamorfosa:

Tekstur dan struktur, yang merefleksikan sejarah pembentukannya

Asosiasi mineral Tipe-tipe metamorfosa:

Metamorfosa termal/kontak : terjadi akibat perubahan (kenaikan) temperatur (T),  biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik, luas daerah kontak bisa beberapa meter sampai beberapa kilometer, tergantung dari komposisi batuan intrusi dan batuan yang diintrusi, dimensi dan kedalaman intrusi.

Metamorfosa regional/dinamo termal: terjadi akibat perubahan (kenaikan) tekanan (P) dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di jalur orogen yang meliputi daerah yang luas, perubahan secara progresiv dari P & T rendah ke P & T ti nggi.

Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi: terjadi akibat sesar yang menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar (dangkal), milonit, filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh rekristalisasi.

Metamorfosa burial: terjadi akibat pembebanan, biasanya terjadi di cekungan sedimentasi, perubahan mineralogi ditandai munculnya zeolit.

Metamorfosa lantai samudera: terjadi akibat pembukaan lantai samudera (ocean floor  spreading ) di punggungan tengah samudera, tempat dimana lempeng (litosfer)

(55)

Derajat Metamorfosa:

(56)

Struktur batuan metamorfosa:

Struktur Foliasi (Schistosity): struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral pipih/ mineral prismatik, seringkali terjadi pada metamorfosa regional dan metamorfosa kataklastik.

Struktur Non Foliasi: struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang equidimensional, seringkali terjadi pada metamorfosa termal.

Beberapa struktur yang bersifat foliasi:

Slaty cl eavage :

struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu sabak/ slate.

mineral mika mulai hadir. Filitik:

(57)

Sering disebut dengan close schistosity.

Gneisose :

Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular.

Mineral pipih orientasinya tidak menerus/terputus.

Sering disebut dengan open schistosity. Milonitik:

Menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat. Filonitik:

Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonitik butirannya halus)

Sudah terjadi rekristalisasi

Menunjukan kilap silky

Beberapa struktur yang bersifat non foliasi:

Granulose :

Terdiri dari mineral granular. Hornfelsik:

Identik dengan granoblastik namun mineral equidimensional, tidak terorientasi, khusus akibat metamorfosa termal.

Tekstur batuan metamorfosa (tekstur kristaloblastik):

Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika (muskovit, biotit).

Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral plagioklas, k-felspar, piroksen.

Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan  batas-batas sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.

Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya lepidoblastik saja.

Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya lepidoblastik dan granoblastik.

(58)

Tekstur khas lainnya:

Tekstur relic (sisa): tekstur sisa yang terbentuk sebelum metamorfosa (dapat menunjukan batuan asal sebelum mengalami proses metamorfosa). Penamaannya dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung dengan nama tekstur sisa), misalnya :

- Tekstur blastoporfiritik (batuan asal bertekstur porfiritik) - Tekstur blastoofitik (batuan asal bertekstur ofitik)

Tekstur kristaloblastik : setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa. Penamaannya dengan memberi akhiran blastik, dipakai untuk memberikan nama tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses metamorfosis, misal tekstur  porfiroblastik yaitu batuan metamorf yang memperlihatkan tekstur mirip porfiritik  pada batuan beku, tapi tekstur ini betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.

Awalan “meta” untuk memberikan nama batuan metamorf bila masih dikenali sifat dari batuan asalnya, misalnya metasedimen, metaklastik, metagraywacke, metavolkanik, dsb.

(59)

Gambar . Beberapa tekstur batuan metamorfik, A. Granoblastik, B. Granoblastik (butir tak teratur), C. Schistose dengan porfiroblast, D. Schistose dengan granoblastik lentikuler, E.

 Filitik, F. Gneissose, G. Milonitik, H. Milonitik, I. Granoblastik dalam milonit.

(60)

Bentuk Kristal Mineral

Euhedral Staurolit, silimanit, kianit, rutil, klorit, ilmenit, turmalin, pirit, lawsonit Andalusit, garnet, sfen, epidot, zoisit, magnetit, spinel, ankerit, idokras Subhedral Mika & klorit (memipih), amfibol & piroksen (prismatik), wolastonit,

dolomit & apatit

Anhedral Kuarsa, felsfar, kalsit, aragonit, olivin, kordierit, scapolit, humites Tabel 14. Bentuk mineral karakteristik batuan metamorf

Bentuk-bentuk individu kristal pada batuan metamorfosa:

Idioblastik : mineralnya berbentuk euhedral

Hypidioblastik : mineralnya berbentuk subhedral

Xenoblastik/alotrioblastik : mineralnya berbentuk anhedral

Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan komposisi kimia batuan asal:

Batuan metamorf pelitik , berasal dari batuan lempungan (batulempung, serpih,  batulumpur); komposisinya banyak mengandung Al2O3, K 2O, dan SiO2; batuannya

kebanyakan bertekstur skistosa contohnya sekis, batusabak, dll.; mineralogi: muskovit,  biotit, kianit, silimanit, kordierit, garnet, stauroeit; secara umum batuan pelitik akan  berubah menjadi batuan metamorfosis dengan meningkatnya T, akan terbentuk

berturut-turut : batusabak filitsekisgenes.

Batuan metamorf kuarsa-felspatik , berasal dari batupasir atau batuan beku felsik (misalnya granit, riolit), dicirikan kandungan SiO2 tinggi dan MgO serta FeO rendah,

hasilnya batuannya bertekstur bukan skistosa.

Batuan metamorf karbonatan, berasal dari batuan yang berkomposisi CaCO3

(batugamping, dolomit), hasil metamorfosa berupa marmer, bila batuan asal (batugamping) mengandung MgO dan SiO2  diharapkan terbentuk mineral tremolit,

(61)

dan hornblende (fasies amfibolit), untuk T lebih tinggi akan muncul klino dan ortopiroksen dan plagioklas.

Batuan metamorf ultra basa, berasal dari batuan beku ultra basa, batuan hasil metamorfosa berupa serpentinit, sering dijumpai pada daerah metamorf yang mengandung glaukofan.

Fasies Metamorf:

Gambar 21. Fasies metamorf

Penamaan batuan metamorf berdasarkan tekstur dan mineraloginya:

Tekstur dan mineralogi memegang peranan penting dalam penamaan batuan metamorf, secara umum kandungan mineral di dalam batuan metamorf akan mencerminkan tekstur, misalnya melimpahnya mika akan memberikan tekstur sekistosa pada batuannya. Batusabak

Mineral utama: seringkali masih berupa mineral lempung; mineral tambahan: muskovit,  biotit, kordierit, andalusit.

Warna: abu-abu gelap yang mengkilap.

Struktur: foliasi ( sekistose) mulai tampak namun belum jelas ( slaty cleavage).

Tekstur: lepidoblastik dan granoblastik tetapi tanpa selang-seling mineral pipih dan mineral granular dengan butiran yang halus.

(62)

Filit

Mineral utam : kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan: plagioklas, mineral bijih.

Warna: terang, abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih mengkilap daripada batu sabak.

Struktur: foliasi ( sekistose) mulai jelas dibandingkan dengan batu sabak (tekstur filitik).

Tekstur: mulai granoblastik sampai lepidoblastik dengan mulai terlihat perselingan antara mineral pipih dan mineral granular, butiran mulai lebih kasar daripada batu sabak.

Metamorfosa: kataklastik. Sekis

Mineral utama: biotit, muskovit, kuarsa (sekis mika), klorit (sekis klorit), talk (sekis talk) dll.

Warna: tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika umumnya putih, hitam, mengkilap.

Struktur: foliasi ( sekistose tertutup).

Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, perselingan antara mineral pipih dan mineral granular baik sekali, butiran umumnya sudah kasar.

Metamorfosa: regional. Geneis

Mineral utama: k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa.

Warna: sesuai dengan batuan asalnya, misalnya dari granit atau batupasir arkose.

Struktur: foliasi ( sekistose terbuka/ gneisose).

Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral granular.

Metamorfosa: regional. Migmatit

Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik sering memperlihatkan sifat yang heterogen dan terlihat seperti percampuran antara metasedimen dan batuan granitis,

(63)

Milonit

Mineral dan warna tergantung batuan yang mengalami metamorfosa kataklastik.

Struktur dan tekstur: terlihat seperti adanya foliasi dengan lensa-lensa dari batuan yang tidak hancur berbentuk mata, butiran umumnya halus.

Tekstur: granoblastik, poikiloblastik, dengan tekstur mosaik.

Metamorfosa: kataklastik. Filonit

Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya halus), sudah terjadi rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi dibanding milonit

Matriks terdiri dari mika berserabut, terorientasi tak sempurna (berupa alur-alur sangat halus), menunjukan kilap silky, butiran halus sekali.

Metamorfosa: kataklastik. Kuarsit

Mineral utama: kuarsa, mineral tambahan: muskovit, biotit, k -felsfar, mineral bijih.

Warna: putih terang, warna lainnya tergantung warna mineral tambahannya.

Struktur: masif, kadang-kadang berfoliasi.

Tekstur: granoblastik tipe mosaik, kadang-kadang sacaroidal.

Metamorfosa: regional dan termal Serpentinit

Mineral utama: serpentin, mineral tambahan: mineral bijih, mineral sisa: olivin,  piroksen.

Warna: hijau terang –  hijau kekuningan

Struktur: masif, kadang-kadang terdapat struktur sisa dari peridotit.

Tekstur: lamelar, selular, tekstur sisa dari piroksen (bastit).

Metamorfosa: regional Amfibolit

Mineral utama: amfibol, plagioklas, mineral tambahan: kuarsa, epidot, klorit, biotit, garnet, mineral bijih.

Warna: hijau/hitam bintik-bintik putih atau kuning.

Struktur: masif atau berfoliasi, kadang-kadang ada struktur sisa dari metagabro atau meta lava basal.

(64)

Tekstur: idioblastik/nematoblastik, kadang-kadang poikiloblastik (plagio-klas), lepidoblastik (biotit), porfiroblastik (garnet), berukuran sedang-kasar.

Metamorfosa: regional Granulit

Mineral utama: kuarsa, k-felspar, plagioklas, garnet, piroksen, sedikit mika.

Warna: bervariasi dari terang sampai gelap, tergantung mineralnya.

Struktur: masif dengan besar butir bervariasi.

Tekstur: granoblastik, gneisosa seringkali mineral kuarsa berbentuk pipih, berukuran sedang-kasar.

Metamorfosa: regional Eklogit

Batuan metamorf berkomposisi basik, mineral utama: ompasit (klinopiroksen), garnet, kuarsa.

Warna: hijau-merah dengan bintik-bintik.

Struktur: masif dengan besar butir bervariasi.

Tekstur: granoblastik seringkali porfiroblastik, berukuran sedang-kasar.

Metamorfosa: regional Marmer

Mineral utama: kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen, amfibol, flogopit, ada mineral  bijih atau oksida besi.

Warna: putih dengan garis-garis hijau, abu-abu, coklat dan merah.

Struktur: masif dengan besar butir bervariasi.

Tekstur: granoblastik dengan tekstur sacaroidal.

Metamorfosa: kontak dan regional Hornfels

(65)
(66)

 No. Batuan: BB-01/BB-02, dll.

Warna:

Hitam bintik-bintik putih/putih kemerahan, dll ( warna yang representatif)

Struktur:

Komposisi Mineral:

Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (untuk % digunakan diagram perbandingan secara visual) Struktur foliasi:

Slaty cleavage/filitik/sekistose/gneisose

Struktur non foliasi: Granulose/hornfelsik

Tekstur:

Homeoblastik:

Lepidoblastik atau nematoblastik atau granoblastik atau granuloblastik

Heteroblastik:

Lepidoblastik dan atau nematoblastik dan atau granoblastik dan atau granuloblastik

(67)

GEOLOGI STRUKTUR

A. Struktur Bidang

Struktur bidang adalah struktur batuan yang membentuk geometri bidang. Kedudukan awal struktur bidang (bidang perlapisan) pada umumnya membentuk kedudukan horizontal. Kedudukan ini dapat berubah menjadi miring jika mengalami deformasi atau pada kondisi tertentu, misalnya pada tepi cekungan atau pada lereng gunung api, kedudukan miringnya disebut initial dip. Di samping struktur perlapisan, struktur geologi lainnya yang membentuk struktur bidang adalah: bidang kekar, bidang sesar, bidang belahan, bidang foliasi dll.

Istilah-istilah struktur bidang :

 Jurus (strike) : arah garis horisontal yang dibentuk oleh perpotongan antara bidang yang bersangkutan dengan bidang bantu horisontal, dimana besarnya jurus / strike diukur dari arah utara.

 Kemiringan (dip) : besarnya sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh bidang miring yang bersangkutan dengan bidang horisontal dan diukur tegak lurus terhadap jurus / strike.

 Kemiringan semu : sudut kemiringan suatu bidang yang bersangkutan (apparent dip) dengan bidang horisontal dan pengukuran dengan arah tidak tegak lurus jurus.

 Arah kemiringan : arah tegak lurus jurus yang sesuai dengan arah (dip direction) miringnya bidang yang bersangkutan dan diukur dari arah utara.

 Notasi penulisan : Sistem Azimuth:  N X ° E / Y°

dimana :

X : jurus / strike, besarnya 0° - 360° Y : kemiringan / dip, besarnya 0°- 90°

Contoh : N 042° E / 78° (notasi ini menunjukkan struktur bidang yang diukur miring ke arah tenggara)

Sistem Kuadran :

( N / S) A° ( E / W) / B°C dimana :

(68)

B : dip, besarnya 0° - 90°

C : dip direction, menunjukkan arah kemiringan (dip)

Contoh: N 35° W / 30° SW atau S 35° E / 30° SW. (dalam sistem Azimuth:  N 145° E / 30°)

Besar Kemiringan (dip), Arah Kemiringan (dip direction)

Misalnya dalam sistem Azimuth ditulis dengan notasi N 145° E / 30°, maka penulisan  berdasarkan sistem "dip, dip direction" dapat ditulis dengan notasi 30°, N 2350E.

(69)

B. Struktur garis

Struktur garis adalah struktur batuan yang membentuk geometri garis, antara lain gores garis, sumbu lipatan, dan perpotongan dua bidang. Berdasarkan saat pembentukannya, struktur garis dapat dibedakan menjadi struktur garis primer yang meliputi: liniasi atau  penjajaran mineral-mineral pada batuan beku tertentu, dan arah liniasi struktur sediment. Struktur garis sekunder yang meliputi: gores garis, liniasi memanjang fragmen breksi sesar, garis poros lipatan dan kelurusankelurusan dari topografi, sungai dan sebagainya. Kedudukan struktur garis dinyatakan dengan istilah-istilah : arah penunjaman (trend),  penunjaman (plunge, baca : planj), arah kelurusan (bearing, baca : biring) dan rake

atau pitch.

Definisi Istilah - istilah dalam Struktur Garis :

 Arah penunjaman (trend) : Azimuth yang menunjukkan arah penunjaman garis tersebut, dan hanya menunjukkan satu arah tertentu.

 Arah kelurusan (bearing) : Azimuth yang menunjukkan arah kelurusan garis tersebut.Kelurusan ini memiliki dua pembacaan dimana salah satu arahnya merupakan sudut pelurusnya.

 Plunge : Dip penunjaman.

 Rake/pitch : Besar sudut antara struktur garis dengan garis horisontal yang diukur  pada bidang dimana garis tersebut terdapat dan membentuk sudut terkecil (sudut

lancip)

Penulisan struktur garis dengan cara ini dapat dilakukan berdasarkan sistem azimuth dan sistem kuadran, yaitu:

A. Sistem Azimuth: Y°, N X°E dimana :

Y = penunjaman / plunge, besarnya,0° - 90° X = arah bearing, besarnya 0° -360°

contoh : 78°, N 042° E

B.Sistem Kuadran : tergantung pada posisi kuadran

Contoh : 45° SE, S 065° E (atau dalam sistem azimuth sama dengan 45°, N 115° E) 45° NW, S 065° E (atau dalam sistem azimuth sama dengan 45°, N 295° E).

(70)

Cara Pengukuran Struktur Garis Dengan Kompas Geologi :

a. Cara pengukuran struktur garis yang mempunyai arah penunjaman (trend)

 b. Cara pengukuran struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman (trend)

a. Cara pengukuran struktur garis yang mempunyai arah penunjaman (trend) Cara pengukuran arah penunjaman (trend ) :

1. Menempelkan alat bantu (buku lapangan atau clipboard) pada posisi tegak dan sejajar dengan arah yakni struktur garis yang diukur.

2. Menempelkan sisi “W” atau “E” kompas pada posisi kanan atau kiri alat bantu 3. dengan visir kompas (sigthing arm) mengarah pada penunjaman struktur garis

tersebut.

4. Menghorizontalkan kompas (nivo mata sapi dalam keadaan horizontal/gelembung  berada di tengah nivo), maka harga yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah

harga arah penunjamannya (trend). Cara pengukuran sudut penunjaman (plunge) :

1. Menempelkan sisi “W” kompas pada sisi atas alat bantu yang masih dalam keaadan vertikal.

2. Memutar klinometer hingga gelembung pada nivo tabung berada di tengah nivo dan  besar sudut penunjaman (plunge) merupakan besaran sudut vertikal yang

ditunjukkan oleh penunjuk pada skala klinometer. Cara pengukuran Rake/Pitch :

1. Membuat garis horizontal pada bidang dimana struktur garis tesebut terdapat (garis horizontal sama dengan jurus dari bidang tersebut) yang memotong struktur garis. 2. Mengukur besar dari sudut lancip yang dibentuk oleh garis horizontal (dengan

(71)

 b. Cara pengukuran struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman (trend ) / horizontal (pengukuran kelurusan/ linement)

Adapun yang termasuk struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman (trend) umumnya berupa arah-arah kelurusan, misalnya : arah liniasi fragmen breksi sesar, arah kelurusan sungai, dan arah kelurusan gawir sesar. Jadi yang perlu diukur hanya arah kelurusan (bearing) saja.

Istilah-istilah dalam struktur lipatan :

1. Anticline (antiforms), merupakan unsur struktur lipatan, dengan bentuk yang konvex ke atas, sedangkan syncline (sinforms) adalah lipatan yang konkav ke atas.

2. Limb (sayap), adalah bagian dari lipatan yang terletak downdip, dimulai dari lengkungan maksimum suatu anticline atau updip bila dari lengkung sayap yang curam pada bentuk lipatan yang tidak simetri. Back Limb adalah sayap lipata n yang landai, Fore Limb adalah sayap lipatan yang curam

3. Axial Line (garis poros), merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari lengkungan maksimum pada tiap permukaan lapisan dari suatu struktur lipatan. Kedudukan dari pada axial line dinyatakan dengan cara menyebutkan arahnya, atau  bearing dan besarnya plunge.

4. Axial Surface, permukaan khayal dimana terdapat semua axial line dari suatu lipatan. Pada beberapa lipatan, permukaan ini dapat merupakan suatu bidang planar, dan dinamakan axial plane.

5. Crestal Line (garis puncak), suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi  pada setiap permukaan lapisan dari suatu antiklin.

6. Hinge adalah pelengkungan maksimum dari lipatan 7. Crest adalah puncak tertinggi dari lipatan

8. Trough adalah titik dasar terendah dari lipatan

9. Trough line adalah garis khayal yang menghubungkan titik terendah pada suatu sinklin. 10. Plunge adalah sudut penunjaman dari axial line terhadap bidang horisontal dan diukur

 pada bidang vertikal.

11. Rake adalah sudut antara axial line/hinge dengan bidang/garis horizontal yang diukur  pada axial plane/surface

12. Bearing adalah sudut horizontal dihitung terhadap arah tertentu dan merupakan arah  penunjaman axial line

(72)

Beberapa unsur geometri sesar yang perlu diketahui, antara lain :

 F ault sur face   (Bidang Sesar) adalah bidang pecah pada batuan yang disertai oleh adanya pergeseran

 Fault line   (Garis Sesar) adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan bidang sesar dengan permukaan bumi.

 F ault trace  adalah jejak sesar

 F ault outcrop  adalah singkapan sesar

 F ault scarp  adalah gawir sesar

 F ault zone  adalah zona sesar

 F ault wall  adalah dinding sesar

 H anging Wall  adalah blok yang berada di atas bidang sesar

 F oot Wall adalah blok yang berada di bawah bidang sesar

 Hade adalah sudut lancip antara bidang sesar dengan bidang vertikal

 Slip  adalah pergeseran relatif antara dua titik yang sebelumnya saling berimpit.

 Stri ke sli p fault  adalah pergeseran blok pada bidang sesar yang sejajar dengan jurus  bidang sesarnya.

 Di p sli p fault adalah pergeseran blok pada bidang sesar yang tegak lurus terhadap jurus  bidang sesarnya atau sejajar dengan arah kemiringan bidang sesarnya.

 Heave adalah jarak pergeseran pada bidang horisontal

 Throw adalah jarak pergeseran pada bidang vertikal

 True displacement adalah arah dan besarnya jarak pergeseran blok yang sebenarnya

 Dip of fault adalah sudut yang dibentuk antara bidang sesar dengan bidang horisontal

 Strike of fault adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan bidang sesar dengan bidang horisontal.

(73)

 Di p separati on   adalah komponen separation yang diukur sejajar dengan kemiringan  bidang (dip) sesar.

 Sli cken side  atau cermin sesar adalah bidang sesar yang permukaannya licin.

 Sli cken li ne  atau gores garis adalah jejak pergeseran berupa garis-garis lurus (kadang melengkung) yang disebabkan oleh gerusan antar blok yang saling bergesekan.

(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)

PEMETAAN GEOLOGI

Metode yang digunakan untuk menentukan sebaran batuan berdasarkan singkapan  batuan yang diketahui jurus dan kemiringan lapisan batuannya. Untuk menentukan

sebarannya dilakukan langkah langkah sebagai berikut:

1. Membuat garis “kontur struktur” melalui titik P (batas kontak batuan pada ketinggian 900 meter). Kontur struktur 900 dibuat melalui titik P yang merupakan kelanjutan dari jurus  perlapisan batuan. Batas sebaran kontak batuan adalah perpotongan antara garis kontur

struktur dengan kontur topografi pada ketinggian yang sama, yaitu pada kontur 900 meter . (gambar a).

2. Garis kontur struktur 880, 860, 840 dibuatdengan cara menarik garis yang sejajar dengan garis struktur 900. Posisi garis kontur struktur 880, 860, 840 akan berada dibagian selatan dari garis kontur struktur 900 karena arah kemiringan lapisan ke arah selat an (gambar b).

(81)

struktur 880 dengan kontur topografi 880, kontur struktur 860 dengan kontur topografi 860, dan kontur struktur 840 dengan kontur topografi 840.

4. Perpotongan kontur struktur dan kontur topografi 900 ber potongan di 2 titik, kontur 880  berpotongan di 2 titik, kontur 860 juga 2 titik, demikian juga perpotongan kontur 840  juga ada 2 titik. Penyebaran kontak batuan dibuat dengan cara menghubungkan titik-titik  perpotongan tersebut seperti diperlihatkan pada gambar c dengan garis putus putus.

Penyebaran singkapan batuan akan tergantung bentuk permukaan bumi. Suatu urutan  perlapisan batuan yang miring, pada permukaan yang datar akan terlihat sebagai lapisan lapisan yang sejajar. Akan tetapi pada permukaan bergelombang, batas

 batas lapisan akan mengikuti aturan sesuai dengan kedudukan lapisan terhadap peta topografi. Aturan yang dipakai adalah, bahwa suatu batuan akan tersingkap sebagai titik, dimana titik tersebut merupakan perpotongan antara ketinggian (dalam hal ini dapat dipakai kerangka garis kontur) dengan lapisan batuan (dalam hal ini dipakai kerangka garis jurus) pada ketinggian yang sama ( Gambar 7.5).

(82)
(83)

Gambar 7.6 : Pola singkapan menurut hukum V : a. Lapisan horizonta b. Lapisan dengan kemiringan berlawanan dengan arah aliran c. Lapisan vertikal d. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih besar dengan arah aliran e. Lapisan dengan kemiringan searah

dan sama besar dengan arah aliran f. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih kecil dengan arah aliran.

Untuk menggambarkan kedudukan lapisan pada penampang, dapat dilakukan  penggambaran dengan bantuan garis jurus (Gambar 7.10), yaitu dengan memproyeksikan

titik perpotongan antara garis penampang dengan jurus lapisan pada k etinggian sebenarnya. Apabila penampang yang dibuat tegak lurus pada jurus lapisan, maka kemiringan lapisan yang nampak pada penampang merupakan kemiringan lapisan sebenarnya, sehingga kemiringan lapisan dapat langsung diukur pada penampang, akan tetapi bila tidak tegak lurus jurus, kemiringan lapisan yang tampak merupakan kemiringan semu, sehingg harus dikoreksi terlebih dahulu dengan menggunakan tabel koreksi atau secara grafis.

(84)
(85)
(86)

GEOMORFOLOGI

Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata, yaitu Ge(o) =  bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu. Jadi, Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari

tentang bentuk permukaan bumi serta proses - proses yang berlangsung terhadap permukaan  bumi sejak bumi terbentuk sampai sekarang.

(87)
(88)
(89)

Gambar 1. Pola aliran dendritic

(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)

STRATIGRAFI

1. Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu.

2. Sandi Stratigrafi adalah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi ataupun tidak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama maupun pengertian nama-nama tersebut.

3. Satuan Litostratigrafi adalah menggolongkan batuan di bumi secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi pada ciri-ciri litologi.

Satuan litostratigrafi yang paling mendasar antara lain :

 Formasi , merupakan satuan stratigrafi yang secara litologi dapat dibedakan dengan jelas dan dengan skala yang cukup luas cakupannya untuk dipetakan di  permukaan atau ditelusuri dibawah permukaan. Formasi dapat terdiri dari satu

litologi atau beberapa litologi yang berbeda.

 Anggota , merupakan bagian dari formasi (formasi dapat terbagi menjadi beberapa satuan stratigrafi yang lebih kecil yang disebut anggota).

 Perlapisan , merupakan bagian dari anggota (anggota dapat terbagi menjadi  beberapa satuan stratigrafi yang lebih kecil yang disebut perlapisan).

 Kelompok/Grup , kombinasi dari beberapa formasi.

 Supergrup , kombinasi dari beberapa kelompok.

4. Satuan Litodemik adalah menggolongkan batuan beku, metamorf dan batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi kepada ciri-ciri litologinya. 5. Satuan Biostratigrafi adalah menggolongkan lapisan-lapisan batuan di bumi secara

 bersistem menjadi satuan-satuan bernama berdasar kandungan dan penyebaran fosil 6. Satuan Sikuenstratigrafi adalah penggolongan lapisan batuan batuan di bumi secara

(97)

hingga termuda menurut umur geologi, ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa  pembentukan batuannya.

10. Korelasi stratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan titik-titik kesamaan waktu atau penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu.

KORELASI STRATIGRAFI

Korelasi stratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan titik-titik kesamaan waktu atau  penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu.

Berikut ini adalah beberapa contoh korelasi stratigrafi yang umum dilakukan antara lain:

1. Kor elasi L ith ostrati grafi

Korelasi litostratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan lapisan lapisan  batuan yang mengacu pada kesamaan jenis litologinya. Catatan: Satu lapis batuan adalah

satu satuan waktu pengendapan.

Prosedur dan penjelasan:

 Korelasi dimulai dari bawah dengan melihat litologi yang sama.

 Korelasikan/hubungkan titik-titik lapisan batuan yang memiliki jenis litologi yang sama (Pada gambar diwakili oleh garis warna biru).

 Breksi pada Sumur-1 dikorelasikan dengan breksi pada Sumur-2, demikian juga antara batugamping dan lempung di Sumur-1 dengan batugamping dan lempung di Sumur-2.

(98)

 Sebaran batupasir di Sumur-1 ke arah Sumur-2 menunjukkan adanya pembajian, demikian napal di Sumur-2 memperlihatkan pembajian ke arah Sumur-1.

2. Korelasi B iostrati grafi

Korelasi biostratigrafi adalah menghubungkan lapisan-lapisan batuan di dasarkan atas kesamaan kandungan dan penyebaran fosil yang terdapat di dalam batuan. Dalam korelasi biostratigrafi dapat terjadi batuan yang berbeda memiliki kandungan dan  penyebaran fosil yang sama.

Prosedur dan penjelasan:

 Korelasikan/hubungkan lapisan lapisan batuan yang mengandung kesamaan dan  persebaran fosil yang sama (Pada gambar diatas diwakili oleh garis warna biru).

 Kandungan dan sebaran fosil pada batugamping di Sumur-1 sama dengan kandungan dan sebaran fosil pada serpih di Sumur-2, sehingga batugamping yang ada di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan serpih yang terdapat di Sumur-2.

(99)

 Kandungan dan sebaran fosil pada batupasir di Sumur-1 sama dengan kandungan dan sebaran fosil pada batulempung di Sumur-2, sehingga batupasir yang ada di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan batulempung yang ada di Sumur-2. Kandungan dan sebaran fosil pada napal di Sumur-1 sama dengan kandungan dan sebaran fosil pada napal di Sumur-2, sehingga napal yang ada di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan napal yang terdapat di Sumur-2.

3. Kor elasi K r onostrati grafi

Korelasi kronostratigrafi adalah menghubungkan lapisan lapisan batuan yang mengacu pada kesamaan umur geologinya.

Prosedur dan penjelasan:

 Korelasikan/hubungkan titik titik kesamaan waktu dari setiap kolom yang ada (Pada gambar diwakili oleh garis merah, dan garis ini dikenal sebagai garis kesamaan umur geologi)

 Korelasikan lapisan-lapisan batuan yang jenis litologinya sama dan berada diantara garis umur yang sama. Pada gambar diatas ditunjukkan oleh batupasir pada 1 dengan batupasir pada 2, serpih pada 1 dan serpih pada Sumur-2 (Diwakili oleh garis putus-putus warna biru).

(100)

 Konglomerate pada Sumur-1 tidak boleh dikorelasikan dengan Konglomerat pada Sumur-2, dikarenakan umur geologinya berbeda.

 Korelasi lapisan lapisan batuan tidak boleh memotong garis umur (Pada gambar diwakili oleh garis warna merah).

(101)

Kontak Selaras

Kontak antara lapisan yang selaras dapat berupa :

a) Kontak Tegas, merupakan hasil dari perubahan yang jelas dan tiba-tiba dari litologi yang  berbeda.

 b) Kontak Gradasional, disebut kontak gradasional jika perubahan dari satu litologi ke yang lain memiliki tanda yang kurang jelas dibanding kontak tegas.

Kontak Tidak Selaras

a) Angular U nconformi ty

Merupakan suatu tipe ketidakselarasan dimana sedimen yang lebih muda terendapkan diatas permukaan erosi dari batuan yang lebih tua dimana sebelumnya batuan tersebut mengalami pengangkatan atau perlipatan, maka, batuan yang lebih tua tersebut memiliki dip yang berbeda, umumnya lebih curam, membentuk sudut dengan batuan yang lebih muda.

b) Disconfor mity

Kenampakannya berupa suatu permukaan ketidakselarasan atas dan bawah dari  bidang perlapisan yang secara umum pararel dan kontak antara lapisan yang lebih tua dan

(102)

c) Nonconfor mity

 Nonconformity terbentuk antara batuan sedimen dan batuan beku yang berumur lebih tua atau batuan metamorf yang masif, yang telah terekspos, tererosi, sampai akhirnya tertimbun oleh sedimen.

Gambar

Tabel 1. Pembagian batuan beku berdasarkan komposisi SiO 2  dan mineralogi.
Tabel 3.5 Klasifikasi Batuan Gunungapi
Tabel 7. Penamaan untuk batuan campuran piroklastik-epiklastik (Schmid, 198
Tabel . Besar butiran batuan sedimen non klastik Batuan sedimen bertekstur klastik:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dibawah ini akan digambarkan suatu seri peta yang memperlihatkan perpotongan kontak batuan dengan topografi. Kontur struktur dan kontur topografi memiliki interval 100

Diperkuat dengan analisa data azimuth kelurusan dan azimuth segmen sungai yang memiliki arah yang sama dengan pola struktur geologi yang berkembang pada peta regional

Berdasarkan hasil interpretasi pada citra Landsat 5 TM, didapatkan hasil yaitu peta pola aliran, peta bentuklahan, peta struktur geologi, peta penggunaan lahan, dari keempat

Dalam interpretasi geologi dari peta topografi, maka penggunaan skala yang digunakan akan sangat membantu. Dengan demikian, sasaran / objek interpretasi akan

Berdasarkan hasil interpretasi pada citra Landsat 5 TM, didapatkan hasil yaitu peta pola aliran, peta bentuklahan, peta struktur geologi, peta penggunaan lahan, dari keempat

Hasil pemetaan struktur geologi di lapangan dari hasil pengamatan di singkapan- singkapan terpilih memperlihatkan bahwa tidak dijumpai adanya indikasi sesar. Kelurusan-kelurusan

Dalam interpretasi geologi dari peta topografi, maka penggunaan skala yang digunakan akan sangat membantu. Dengan demikian, sasaran / objek interpretasi akan

Analisis struktur geologi dan kelurusan menunjukkan bahwa titik gempa pada bagian timur daerah Asparaga tepat berada pada jalur struktur geologi dan kelurusan yang dominan berarah barat