• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH IHSAN (TAHUN AJARAN 2023/2024) pdf

N/A
N/A
ALFINA DAMAYANTI

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH IHSAN (TAHUN AJARAN 2023/2024) pdf"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

IHSAN

SMA NEGERI 1 PADANG BOLAK KECAMATAN PADANG BOLAK KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

TAHUN AJARAN 2023/2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan- masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Gunung Tua, 14 November 2023

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...

B. Rumusan Masalah...

C. Tujuan...

BAB II PEMBAHASAN

A. pengertian Ihsan ...

B. wujud atau sapek dalam ihsan ...

C. Kelebihan Dan Penghayatan Ihsan Dalam Kehidupan...

D. ihsan Kepada Kaum Dhuafa ...

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...

B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini banyak kejadian dalam kehidupan masyarakat yang membutuhkan bantuan dan uluran tangan. Akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang hingga sekarang belum ada ujungnya. Banyak terdapat kaum dhuafa yang membutuhkan uluran tangan dari semua yang berada di kalangan atas. Dhuafa sendiri merupakan sebuah kelompok manusia yang dianggap lemah atau mereka yang tertindas.

Dalam hadist di terangkan, seorang bertanya kepada Nabi SAW, “Islam yang bagaimana yang baik ? “ Nabi SAW menjawab, “Membagi makanan (kepada fakir miskin) dan memberi salam kepada yang dia kenal dan yang tidak dikenalnya.” (HR.Bukhari). Dalam hadist yang lain juga dijelaskan bahwa perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling cinta kasih dan belas kasih seperti satu tubuh. Apabila kepala mengeluh (pusing) maka seluruh tubuh tidak bisa tidur dan demam. (HR. Muslim)

Dengan latar belakang tersebut kami disini menyunguhkan tentang bagaimana cara berbuat baik/ihsan kepada kaum dhuafa.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain yaitu agar dapat menjelaskan tentang :

1. Apa pengertian Ihsan ?

2. Bagaimana wujud atau sapek dalam ihsan ?

3. Apa Kelebihan Dan Penghayatan Ihsan Dalam Kehidupan 4. Bagaimana ihsan Kepada Kaum Dhuafa ?

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang : 1. pengertian Ihsan

2. wujud atau sapek dalam ihsan

3. Kelebihan Dan Penghayatan Ihsan Dalam Kehidupan 4. ihsan Kepada Kaum Dhuafa

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IHSAN

Ihsan ( حسانI ) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau “terbaik.”

Dalam terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.

Ihsan adalah lawan dari isa'ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan kebaikan dan menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan kebaikan kepada hamba-hamba Allah dengan harta, ilmu, kedudukan dan badannya.

Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu Iman,Islam, dan Ihsan. Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur`an mengenai hal ini:

“Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’: 7)

“…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (al-Qashash:77)

Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari- Nya.

Ihsan adalah mashdar dari ُنِس ْحُي َنَس ْحَأ yang memiliki dua makna:

a. Pertama, kata Ahsana itu bersifat transitif dengan sendirinya. Seperti ucapan: اَذَك ُتْنَس ْحَأ artinya adalah ُهُتْنَسَح (aku membaguskannya) dan ُهُتْلَمَك (aku menyempurnakannya).

َكاَرَي ُهَنِإَف ُهاَرَت ْنُكَت ْمَل ْنِإَف ُهاَرَت َكَنَأَك َا َدُبْعَت ْنَأ ُناَس ْحِلا

“Ihsan yaitu kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat kamu.” (HR. Muslim, Kitab Iman 1/37) Makna ini kembali kepada membaguskan ibadah dan menyempurnakannya;

melaksanakan ibadah sebagaimana yang dicintai oleh Allah dalam bentuk yang paling sempurna, dengan merasakan muraqabah Allah didalamnya, menghadirkan keagungan- Nya disaat memulai hingga mengakhirinya.

b. Makna kedua adalah bersifat transitif dengan huruf jarr (ىلإ) seperti ucapan ٍنَلُف ىَلِإ ُتْنَسْحَأ artinya saya telah menyampaikan kebaikan atau manfaat kepadanya. Jadi maknanya adalah menyampaikan berbagai macam manfaat kepada makhluk, masuk kedalam makna ini berbuat baik (ihsan) kepada hewan.

(6)

B. WUJUD ATAU ASPEK DALAM IHSAN

Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah, muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam ihsan

1. Ibadah

Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah

tersebut akan seperti yang diharapkan. Inilah maksud dari perkataan Rasulullah Salallahu

‘Alaihi Wasallam yang berbunyi,

“Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”

Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas.

Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga jenis ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan isteri, meniatkan setiap yangmubah untuk mendapat ridha Allah, dan masih banyak lagi. Oleh karena itulah, Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam. menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.

2. Muamalah

Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. pada surah An-Nisaa’

ayat 36, yang berbunyi sebagai berikut, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.”

Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut : a. Ihsan kepada kedua orang tua

b. Ihsan kepada karib kerabat

c. Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin

d. Ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat e. Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya

f. Ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia g. Ihsan dalam hal muamalah

h. Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang 3. Akhlak

(7)

Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yang telah dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.

Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang “yang diperoleh dari hasil maksimal ibadahnya” maka kita akan menemukannya dalam muamalah kehidupannya. Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini semua, maka Rasulullah mengatakan dalam sebuah hadits, “Aku diutus hanyalah demi menyempurnakan akhlak yang mulia.”

C. KELEBIHAN DAN PENGHAYATAN IHSAN DALAM KEHIDUPAN Adapun ciri-ciri Kelebihan Ihsan :

*Mentaati perintah dan larangan Allah SWT dengan ikhlas

*Senantiasa amanah ,jujur dan menepati janji

*Merasakan nikmat dan haus akan ibadah

*Mewujudkan keharmonisan masyarakat

*Mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT.

Cara Penghayatan Ihsan Dalam kehidupan :

*Menyembah dan beribadah kepada Allah

*Memelihara kesucian aqidah tidak terbatal

*Mengerjakan ibadah fardhu ain dan sunat

*Hubungan baik dengan keluarga, tetangga dan masyarakat

*Bersyukur atas nikmat Allah SWT.

D. IHSAN KEPADA KAUM DHUAFA

1. Perintah Berbuat Baik Terhadap Kaum Dhuafa

Allah SWT dalam Al- Qur’an telah memerintahkan kepada hambaNya agar berbuat baik kepada kaum dhu’afa. Perintah berbuat baik kepada Kaum Dhuafa dalam Al Qur’an, antara lain sebagai berikut.

a. Mengucapkan perkataan yang baik kepada mereka (QS. An Nisaa’:8) b. Memuliakan mereka (QS. An Nisaa:36)

c. Memelihara, mengasuh, dan mengurus mereka secara patut (QS. An Nisaa:127) d. Menggauli mereka sebagai saudaranya sendiri (QS. al Baqarah:177)

e. Memberikan mereka nafkah (QS. al Baqarah:215) f. Memberikan mereka harta (QS. al-Baqarah: 177)

(8)

g. Memberikan mereka makan (QS. al-Insaan:8)

h. Memberi mereka sedekah (QS. al Baqarah:272), Memperbaiki tempat tinggal mereka dan melindungi harta mereka (QS. al Kahfi:82)

i. Membela (QS. an Nisaa: 75)

j. Melindungi mereka dari kezaliman (QS. al Kahfi:79) k. Mengobati mereka yang sakit (QS. Ali Imran:49) l. Mengajak mereka makan bersama (QS. asy Syuara:61)

m. Memberikan mereka pendidikan dan pengajaran yang baik (QS. ‘Abasa:1-11) n. Memelihara mereka dengan penuh kasih sayang dan sopan santun (QS. al Israa:23) o. Memaafkan dan berlapang dada pada mereka (QS. an Nuur:22)

p. Mengucapkan perkataan yang sopan (QS. al Israa:23)

q. Memberi nasihat dan mendakwahkan mereka (QS. yusuf:30-41) 2. Ganjaran Jika Berbuat Baik Kepada Kaum Dhuafa

Allah SWT menjanjikan dalam Al Quran bahwa mereka yang berbuat baik, memenuhi hak, dan tidak melanggar larangan terhadap kaum dhuafa akan diberi ganjaran. Ganjaran itu antara lain adalah:

 Allah menyebutnya sebagai orang yang berbakti, benar imannya, dan orang yang taqwa kepadaNya. (Q.S. al Baqarah:177)

 Dipelihara dari kerusakan dan kehancuran, wajah mereka jernih, dan hati memreka senantiasa bergembira.

 Dimasukkan ke dalam surga. (al Insaan:7-12)

 Dihapus sebagian dosa mereka. (al Baqarah:271)

 Mendapat ridha Allah. (ar Ruum:38)

 Mendapat karunia, perlindungan, dan petunjuk dari Allah.

 Hatinya puas dan termasuk orang yang bersyukur.

 Termasuk golongan kanan (al Balad:18)

 Sebagai orang yang telah melakukan pendakian (perjuangan dijalan Allah) (al Balad:12-16)

3. Larangan Terhadap Kaum Dhuafa

a. Menghardik, membentak, dan zalim kepada mereka.

b. Mencampuradukkan dan memakan harta mereka secara tidak sah.

c. Menyerahkan harta mereka kepada yang belum sempurna akalnya.

d. Membelanjakan harta mereka secara tergesa-gesa.

e. Menukar harta mereka dengan yang buruk.

f. Ingkar janji dengan mereka.

g. Mendekati harta mereka.

h. Menelantarkan mereka.

(9)

i. Menghina, merendahkan, memalingkan muka, bermuka masam, tidak peduli, tidak melayani, tidak memperhatikan pembicaraan dan harapan mereka.

j. Tidak memberi pendidikan dan pengajaran yang baik.

k. Tidak menghormati dan memuliakan mereka.

l. Bersumpah tidak mau memberi makan mereka.

m. Bakhil, kikir, pelit kepada mereka

4. Sanksi Jika Melanggar Larangan Allah Terhadap Kaum Dhuafa

Dalam al Quran, Allah SWT juga telah menetapkan sanksi kepada orang-orang yang tidak mau berbuat baik, merampas hak-hak kaum dhuafa, dan melanggar larangan terhadap mereka.

Sanksinya antara lain:

 Berdosa besar (an Nisaa’:2)

 Mendapat azab dunia akhirat (al Fajr:18-33)

 Dimasukkan ke dalam api neraka (adz Dzaariyaat:15)

 Mendapat siksa dalam neraka (al Fajr:15,23)

 Menelan api sepenuh perutnya dan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (an Nisaa’:10)

 Dicap sebagai pendusta agama (al Maa’uun:1)

 Rezekinya dibatasi (al Fajr:15-16)

 Dimasukkan ke dalam golongan kiri dan berada dalam neraka yang ditutup rapat(al Balad;19-20)

 Mendapat Teguran Allah (‘Abasa:1-2).

(10)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Ketika kita mencermati pengertian ihsan dengan sempurna maka kita akan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa ihsan memiliki dua sisi: Pertama, ihsan adalah kesempurnaan dalam beramal sambil menjaga keikhlasan dan jujur pada saat beramal. Ini adalah ihsan dalam tata cara (metode).

Kedua, ihsan adalah senantiasa memaksimalkan amalan-amalan sunnah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, selama hal itu adalah sesuatu yang diridhai-Nya dan dianjurkan untuk melakukannya.

Berbuat ihsan kepada kaum dhuafa adalah dengan memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan mereka agar tidak dihina, tidak melakukan hal-hal yang menyengsarakan mereka dan selalu memberikan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka semampunya.

dapat menghilangkan sikap takabur, sombong, egois, dengki, dan penyakit hati lainnya.

B. Saran

Hendaklah seseorang berusaha untuk mencapai ihsan agar manusia dapat mencapai nikmatnya iman dan islam. Semoga kita dijadikan orang yang selalu bertaqwa, ikhlas dalam segala sesuatu serta beramal sholeh. Dan semoga manusia dijauhkan dari segala hal yang dapat merusak dan meleburkan amal serta hati. Amin !!!

(11)

DAFTAR PUSTAKA

https://mediapais.wordpress.com/kaum-dhuafa/

http://itla4islam.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-ihsan_14.html https://www.slideshare.net/ihlasul/kaum-dhuafa

http://almanar.co.id/takiyatun-nafs/ihsan.html https://id.wikipedia.org/wiki/Ihsan

https://tafsirq.com/

http://makalah-pai-menyantuni-kaum-dhuafa.blogspot.co.id/2014/12/makalah-menyantuni-kaum- dhuafa.html

http://www.pesantreniiq.or.id/index.php/artikel/294-dhuafa-dan-mustadhafin-dalam-islam http://isna2464.blogspot.co.id/2012/12/perilaku-ihsan_5577.html

(12)

Nama Kelompok :

1. Gita Septiani Sitompul 2. Intan Nuraini Siregar 3. Yuyun Khotimah 4. Rezkyta Fauzandi 5. Alwiansyah

Referensi

Dokumen terkait

Menganalisis Strategi dan Taktik Bertahan dalam Bela Diri Pencak Silat Taktik pertahanan dalam pencak silat merupakan suatu siasat yang dilakukan dalam pertandingan pencak silat untuk