• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ILMU PENGETAHUAN SOSIAL “MASA DEMOKRASI PARLEMENTER”

N/A
N/A
Charles Calvin

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH ILMU PENGETAHUAN SOSIAL “MASA DEMOKRASI PARLEMENTER”"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

MASA DEMOKRASI PARLEMENTER”

DISUSUN OLEH:

CHARLI RUMIMPER SITI SYAMSIAH NELSA

FIANA ZASKIYA MEGA RADIT CRISYANTO FIKI

KELAS IX D

GURU PEMBIMBING: SURYANI S.PD

SMP NEGERI 1 BALAESANG

JANUARI, 2023

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran PKn.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Penyusun

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

BAB II PEMBAHASAN ... 2

A. Sistem Pemerintahan Demokrasi Parlementer ... 2

B. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer di Indonesia ... 2

C. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer Dalam Bidang Ekonomi ... 3

D. Akhir Masa Demokrasi Parlementer di Indonesia ... 5

BAB III PENUTUP ... 7

A. Kesimpulan ... 7

B. Saran ... 7

DAFTAR PUSTAKA ... 8

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Berbicara mengenai demokrasi, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak pengalaman tentang demokrasi. Sudah ada tiga jenis demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia, yaitu presidensial, terpimpin, dan parlementer. Dari ketiga jenis demokrasi itu, yang menjadi pembuka lembaran sejarah Indonesia adalah demokrasi parlementer yang dimulai sejak tanggal 14 November 1945 sampai dengan 5 Juli 1959. Melihat demokrasi parlementer yang menjadi tonggak awal pelaksanaan demokrasi di Indonesia, maka sudah selayaknya kita sebagai generasi penerus Indonesia mengenal bagaimana proses permulaan dan lika-liku yang mewarnai perjalanan demokrasi Indonesia..

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pemerintahan demokrasi parlementer?

2. Bagaimana hambatan demokrasi parlementer di Indonesia?

3. Bagaimana pelaksanaan demokrasi parlementer dalam bidang ekonomi?

4. Kapan akhir masa demokrasi parlementer di Indonesia?

(5)

2 BAB II PEMBAHASAN

A. Sistem Pemerintahan Demokrasi Parlementer

Terlihat jelas bahwa rakyat, para pemilih hanya memilih legislatif saja, selanjutnya para dewan di parlemen atau anggota legislatif akan memilih perdana menteri dan kemudian, perdana menteri menentukan anggota-anggota kabinet dan selanjutnya dipertanggungjawabkan kepada parlemen dan selanjutnya bertindak sebagai eksekutif. Akan tetapi, di beberapa negara yang menganut demokrasi parlementer tetap memiliki presiden, perdana menteri dan sistem kekuasaan yang bukan lagi demokrasi parlementer.

Dalam demokrasi parlementer yang memiliki negara bagian, umumnya terjadi pada sistem pemerintahan monarki ataupun tidak memiliki senat atau perwakilan tiap tiap negara bagian yang telah ditentukan jumlahnya oleh konstitusi yang dibangun oleh parlemen. Dulunya, parlemen yang ada memilih perwakilan tiap negara bagian lalu kemudian, diganti dengan pemilihan langsung bagi tiap negara bagian untuk menentukan senat mereka yang akan duduk di negara pusat untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan aturan-aturan yang ada. Dalam segi kekuasaan, bila terbentuk senat, maka kekuasaan terbesar terletak pada senat atau senator, bukan lagi house of representative atau dewan perwakilan yang umumnya ada. Akan tetapi, mereka diharuskan untuk tetap bekerja sama untuk menjadi legislator dalam pemerintahan. Hingga sekarang ini, negara-negara yang mengaku menganut demokrasi parlementer banyak memiliki cara pemilihan dan rantai kekuasaan yang betul-betul rumit.

B. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer di Indonesia

Setelah bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 dan dengan disahkannya UUD 1945 sebagai konstitusi negara, Pancasila sebagai dasar negara, perjuangan pada masa pasca proklamasi adalah mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa.

Salah satu cara untuk mengisi kemerdekaan adalah dengan mempertahankan kemerdekaan bangsa yang telah lama diraih oleh pejuang- pejuang bangsa. Cara mempertahankannya sendiri adalah di antaranya dengan

(6)

3 mempelajari sejarah pelaksanaan demokrasi di Indonesia sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam penentuan sistem pemerintahan yang baik, yang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa. Dengan belajar dari sejarah, kita dapat memetik ilmu serta dapat menganalisis baik buruknya dampak yang ditimbulkan dari berbagai pelaksanaan demokrasi yang berbeda-beda di Indonesia.

Menurut sejarahnya, bangsa Indonesia pernah menerapkan tiga model demokrasi, yaitu demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan demokrasi Pancasila. Setiap fase tentunya memiliki karakteristik yang merupakan ciri khas dari pelaksanaan tiap-tiap tiap fase demokrasi. Namun, untuk pembahasan kali ini penulis akan mengkhususkan pembahasan mengenai pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada masa Demokrasi Parlementer 1945 – 1959. Sebelum menginjak ke pembahasan selanjutnya, terlebih dulu penulis akan memaparkan mengenai pengertian dan ciri-ciri dari demokrasi parlementer itu sendiri.

Demokrasi liberal dikenal pula sebagai demokrasi parlementer karena pada saat itu berlangsung sistem pemerintahan parlementer dan berlaku UUD 1945 periode pertama, konstitusi RIS, dan UUDS 1950.

C. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer Dalam Bidang Ekonomi

Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain:

a. Gunting Syafruddin

Dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar dan mengatasi Defi sit anggaran, pada tanggal 20 Maret 1950, Menteri Keuangan, Syafrudin Prawiranegara, mengambil kebijakan memotong semua uang yang bernilai Rp2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya Melalui kebijakan ini, Jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.

(7)

4 b. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

Sistem Ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah untuk Mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Struktur ekonomi kolonial membawa dampak perekonomian Indonesia Banyak didominasi oleh perusahaan asing dan ditopang oleh kelompok etnik Tionghoa sebagai penggerak perekonomian Indonesia.

Kondisi inilah yang Ingin diubah melalui sistem ekonomi Gerakan Banteng

c. Nasionalisasi Perusahaan Asing

Nasionalisasi perusahaan asing dilakukan dengan pencabutan hak milik Belanda atau asing yang kemudian diambil alih atau ditetapkan status-Nya sebagai milik pemerintah Republik Indonesia. Nasionalisasi yang Dilakukan pemerintah terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu tahap Pengambilalihan, penyitaan, dan penguasaan. Tahap kedua yaitu tahap Pengambilan kebijakan yang pasti, yakni perusahaan-perusahaan yang diambil Alih itu kemudian dinasionalisasikan.

d. Finansial Ekonomi (Finek)

Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap, Indonesia mengirim delegasi ke Belanda untuk merundingkan masalah Finansial Ekonomi (Finek). Perundingan Ini dilakukan pada tanggal 7 Januari 1956.

Rancangan persetujuan Finek yang Diajukan Indonesia terhadap pemerintah Belanda adalah sebagai berikut:

1) Pembatalan Persetujuan Finek hasil KMB.

2) Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.

3) Hubungan finek didasarkan atas undang-undang Nasional, tidak boleh Diikat oleh perjanjian lain.Namun usul Indonesia ini tidak diterima oleh Pemerintah Belanda, sehingga Pemerintah Indonesia secara sepihak melaksanakan rancangan fineknya Dengan membubarkan Uni Indonesia-Belanda pada tanggal 13 Febuari 1956 dengan tujuan melepaskan diri dari ikatan ekonomi dengan Belanda. Dampak dari pelaksanaan finek ini, banyak pengusaha Belanda yang menjual Perusahaannya, sedangkan pengusaha pribumi belum mampu mengambil alih Perusahaan Belanda tersebut

e. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)

Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintah menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956–1961. Rencana ini tidak berjalan dengan baik disebabkan oleh hal-hal Berikut.

(8)

5 1) Depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan awal 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara Merosot.

2) Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak Ekonomi.

3) Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah Yang melaksanakan kebijakan ekonominya masing-masing.

D. Akhir Masa Demokrasi Parlementer di Indonesia

Kekacauan politik ini membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan darurat. Hal ini diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami kebuntuan dalam menyusun konstitusi baru, sehingga Negara Indonesia tidak memiliki pijakan hukum yang mantap. Kegagalan konstituante disebabkan karena masing-masing partai hanya mengejar kepentingan partainya saja tanpa mengutamakan kepentingan negara dan Bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Masalah utama yang dihadapi konstituante adalah tentang penetapan dasar negara.

Terjadi tarik-ulur di antara golongan-golongan dalam konstituante.

Sekelompok partai menghendaki agar Pancasila menjadi dasar negara, namun sekelompok partai lainnya menghendaki agama Islam sebagai dasar negara.

Pemungutan suara dilakukan 3 kali dan hasilnya yaitu suara yang setuju selalu lebih banyak dari suara yang menolak kembali ke UUD 1945, tetapi anggota yang hadir selalu kurang dari dua pertiga. Hal ini menjadi masalah karena masih belum memenuhi syarat. Dengan kegagalan konstituante mengambil suatu keputusan, maka sebagian anggotanya menyatakan tidak akan menghadiri siding konstituante lagi. Sampai tahun 1959 Konstituante tidak pernah berhasil merumuskan UUD baru. Keadaan itu semakin mengguncang situasi politik Indonesia saat itu.

Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan usul kepada Presiden Soekarno agar mendekretkan berlakunya kembali UUD 1945 dan pembubaran Konstituante. Oleh karena itu pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekret yang berisi sebagai berikut:

(9)

6 1. Pembubaran Konstituante.

2. Berlakunya kembali UUD 1945.

3. Tidak berlakunya UUDS 1950.

4. Pembentukan MPRS dan DPAS.

Setelah keluarnya dekret Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya lagi UUDS 1950, maka secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Parlementer tidak berlaku lagi di Indonesia.

(10)

7 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak pengalaman tentang demokrasi. Sudah ada tiga jenis demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia, yaitu presidensial, terpimpin, dan parlementer. Dari ketiga jenis demokrasi itu, yang menjadi pembuka lembaran sejarah Indonesia adalah demokrasi parlementer yang dimulai sejak tanggal 14 November 1945 sampai dengan 5 Juli 1959.

Dalam demokrasi parlementer yang memiliki negara bagian, umumnya terjadi pada sistem pemerintahan monarki ataupun tidak memiliki senat atau perwakilan tiap-tiap negara bagian yang telah ditentukan jumlahnya oleh konstitusi yang dibangun oleh parlemen. Dulunya, parlemen yang ada memilih perwakilan tiap negara bagian lalu kemudian, diganti dengan pemilihan langsung bagi tiap negara bagian untuk menentukan senat mereka yang akan duduk di negara pusat untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan aturan-aturan yang ada.

Kekacauan politik ini membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan darurat. Hal ini diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami kebuntuan dalam menyusun konstitusi baru, sehingga Negara Indonesia tidak memiliki pijakan hukum yang mantap Setelah keluarnya dekret Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya lagi UUDS 1950, maka secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Parlementer tidak berlaku lagi di Indonesia.

B. Saran

Agar demokrasi berjalan dengan optimal, kita harus mampu mengerti apa yang harus kita lakukan sebagai warga negara yang baik dengan sadar akan hak dan kewajiban terhadap negara.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Buku ilmu pengetahuan sosial SMP/MTS Kelas IX Edisi Revisi 2018 Buku pendidikan pancasila dan kewarganegaraan SMP/MTS Kelas IX Edisi Revisi 2018

Referensi

Dokumen terkait

Demokrasi dalam sistem parlementer berhubungan langsung dengan bentuk dan susunan pada sistem pemerintahan yang berpalemen maksudnya suatu pemerintah yang berpalemen

Sistem pemerintahan dalam bidang politik yang dianut pada masa Demokrasi Parlementer, atau yang dikenal juga dengan sebutan Demokrasi Liberal adalah sistem kabinet

Indonesia adalah negara yang menganut sistem pemerintah yang demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara

Dalam perjalanan sejarah bangsa, ada empat macam demokrasi di bidang politik yang pernah diterapkan dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia, yaitu, Demokrasi

Kongres terdiri atas 2 bagian (bikameral), yaitu Senat dan Badan Perwakilan (The House of Representative). Anggota Senat adalah perwakilan dari tiap negara bagian yang dipilih

3 Sedangkan menurut Moh.Kusnardi dan Hermaily Ibrahim bahwa pada garis besarnya sistem pemerintahan yang dilakukan pada negara- negara demokrasi menganut sistem parlementer atau

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh

Demokrasi adalah bentuk sistem pemerintahan di mana kekuasaan politik dipegang oleh rakyat atau warga negara secara langsung atau melalui perwakilan yang mereka... Istilah “demokrasi”