• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH JUDGEMENT DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

N/A
N/A
Milla Kurniasih

Academic year: 2024

Membagikan " MAKALAH JUDGEMENT DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

JUDGEMENT DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DOSEN PENGAMPU : MENSY OTELYO KASTANYA, S.E., M.AK

Disusun Oleh:

Milla Kurniasih (202162201034) Chintia Wulan Dari (202162201036) Windi Nathalia Sanda (202162201097)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE

Tahun 2023

i

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahka n rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesai kan makalah tentang Judgement Dan Pengambilan Keputusan.

Kami telah menyusun Makalah tentang Akuntansi Perilaku dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Dosen kami Ibu Mensy Otelyo Kastanya, SE., M.Ak yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada ke kurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Akuntansi Perilaku dap at memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Merauke, 21 Maret 2023

Tim Penulis

DAFTAR ISI

ii

(3)

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan...1

BAB II PEMBAHASAN...2

A. Pertimbangan Dan Pengambilan Keputusan...2

B. Bounded Ratonality...7

C. Model Deskriptif Dalam Pengambilan Keputusan...9

BAB III PENUTUP...15

A. Kesimpulan...15

DAFTAR PUSTAKA...16

iii

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pengambilan keputusan merupakan proses yang selalu dihadapi da n dijalani oleh setiap manusia dalam hidup bermasyarakat. Di dalam dunia modern dewasa ini, kehidupan manusia menuntut banyak sekali keputusan yang harus dibuat. Hampir setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat, ba ik di dalam rumah tangga, di jalan, di kantor, atau di mana saja di dalam m asyarakat. Keputusan dapat dibuat oleh individu, kelompok individu, orga nisasi, atau dapat pula keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau negara.

Keputusan itu dibuat dengan satu tujuan yang hendak dicapai.

Narayan dan Corcoran-Perry (1997) mempertimbangkan pengambi lan keputusan sebagai interaksi antara masalah yang perlu dipecahkan dan seseorang yang ingin menyelesaikannya dalam lingkungan tertentu. Ada b eberapa langkah yang harus diikuti untuk mencapai sebuah keputusan: kita harus menyadari bahwa perlu membuat keputusan, menentukan tujuan yan g dan dicapai, menghasilkan alternatif yang mengarah pada pencapaian tuj uan yang dajukan, mengevaluasi apakah alternatif ini memenuhi harapan s eseorang, dan terakhir, menentukan alternatif terbaik yang dapat menyiratk an hasil global yang efisien (Halpern, 1997).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pertimbangan dan Pengambilan Keputusan?

2. Bounded Rationality ?

3. Model Deskriptif dalam Pengambilan Keputusan?

C. TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Pertimbangan dan Pengambilan Keputusan.

2. Untuk Mengetahui Bounded Rationality.

3. Untuk Mengetahui Model Deskriptif dalam Pengambilan Keputusan.

BAB II

(5)

PEMBAHASAN

A. PERTIMBANGAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Aspek keperilakuan dalam akuntansi sebenarnya lebih banyak me mbicarakan tentang pertimbangan (Judgment) dan akhirnya pengambilan s uatu keputusan (Decision making) baik bagi investor, manajer, auditor, ma upun pengambil keputusan lainnya. Pengambilan suatu keputusan tentunya didasarkan pada berbagai pertimbangan tertentu hingga menghasilkan kep utusan yang berkualitas terbaik. Keputusan berarti membuat suatu pemikir an tentang suatu masalah dan mengambil bagian dari suatu tindakan. Kepu tusan biasanya mengikuti penilaian dan terlibat dalam pemilihan dari berba gai alternatif berdasarkan penilaian tentang alternatif tersebut. Biasanya ba nyak kesalahan yang dilakukan dalam membuat suatu pertimbangan dan p engambilan keputusan sebagai suatu kesalahan yang sistematik.

Pengambilan keputusan merupakan proses yang selalu dihadapi da n dijalani oleh setiap manusia dalam hidup bermasyarakat. Di dalam dunia modern dewasa ini, kehidupan manusia menuntut banyak sekali keputusan yang harus dibuat. Hampir setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat, ba ik di dalam rumah tangga, di jalan, di kantor, atau di mana saja di dalam m asyarakat. Keputusan dapat dibuat oleh individu, kelompok individu, orga nisasi, atau dapat pula keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau negara.

Keputusan itu dibuat dengan satu tujuan yang hendak dicapai. Dala m pengertian yang sangat populer, mengambil atau membuat suatu keputu san berarti memilih satu dari sekian banyak alternatif. Dalam hal ini seseor ang yang akan mengambil suatu keputusan menghadapi tidak hanya satu pi lihan, tetapi banyak pilihan alternatif yang tersedia baginya untuk dipilih. J ika hanya terdapat satu alternatif dan tidak tersedia alternatif lainnya, maka hal itu bukanlah sesuatu yang dapat dipilih. Sesuatu yang berkaitan dengan pilihan adalah jika seseorang berhadapan dengan lebih dari satu alternatif p ilihan.

Proses pengambilan keputusan adalah salah satu mekanisme pemik iran manusia yang paling kompleks karena berbagai faktor dan tindakan ca

(6)

mpur tangan di dalamnya, dengan hasil yang berbeda. Orasanu dan Connol ly (1993) mendefinisikannya sebagai serangkaian operasi kognitif yang dil akukan secara sadar yang mencakup unsur-unsur lingkungan pada waktu d an tempat tertentu. Narayan dan Corcoran-Perry (1997) mempertimbangka n pengambilan keputusan sebagai interaksi antara masalah yang perlu dipe cahkan dan seseorang yang ingin menyelesaikannya dalam lingkungan tert entu.

Ada beberapa langkah yang harus diikuti untuk mencapai sebuah k eputusan: kita harus menyadari bahwa perlu membuat keputusan, menentu kan tujuan yang dan dicapai, menghasilkan alternatif yang mengarah pada pencapaian tujuan yang dajukan, mengevaluasi apakah alternatif ini meme nuhi harapan seseorang, dan terakhir, menentukan alternatif terbaik yang d apat menyiratkan hasil global yang efisien (Halpern, 1997). Seluruh proses ini dipengaruhi oleh variabel pribadi dan lingkungan. Konsekuensinya indi vidu dapat mengambil keputusan yang berbeda tergantung pada apakah me reka merasa atsannya sedang mengamati terkait jumlah informasi yang di miliki, atau jika motivasi tertentu memainkan peranan yang relevan dalam kehidupannya.

Pada dasarnya, teori yang mempelajari keputusan dapat dikelompo kkan menjadi dua perspektif, yakni: normatif dan deskriptif. Perspektif nor matif menjelaskan pilihan individu yang berperilaku rasional dalam suatu t ugas yang memerlukan pengambilan keputusan dan menggunakan model s tatistik untuk memprediksi tanggapan subjek atas informasi yang diberika n mengenai masing-masing alternatif. Perspektif deskriptif menjelaskan ba gaimana individu benar-benar memilih, yaitu proses psikologis, serta tugas dan karakteristik lingkungan yang mendasari penilaian dan pilihan. Salah s atu perbedaan mendasar di antara sudut pandang ini adalah cara mereka m empertimbangkan para pengambil keputusan.

Pandangan normatif memberikan kapasitas pemrosesan yang "tak t erbatas" pada para pengambil keputusan menyeluruh seluruh kemungkinan alternatif dan memilih yang terbaik. Perspektif deskriptif memberikan kap

(7)

asitas yang memungkinkan mereka memeriksa secara pemrosesan yang "te rbatas," yang mana hal ini sering kali menyebabkan para pengambil keputu san membuat kesalahan saat mempertimbangkan tugas yang kompleks dan dinamis, walaupun mereka cenderung memilih opsi yang dapat memuaska nnya. suatu tugas untuk

Aktivitas pengambilan keputusan telah disamakan dengan proses memikirkan, mengelola, dan memecahkan masalah. Oleh karenanya, ada b eberapa definisi yang masing-masing digunakan untuk tujuan tertentu. Dal am organisasi, pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai pros es memilih di antara berbagai alternatif tindakan yang berdampak di masa depan. Seperti banyak aktivitas sosial lainnya, proses pengambilan keputus an dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang berurutan, yaitu:

1. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau peluang.

Langkah ini dapat berupa respons terhadap suatu kejadian yang problematis, suatu ancaman, atau peluang. Untuk mengenali dan mende finisikan masalah atau peluang, para pengambil keputusan memerlukan informasi mengenai lingkungan, keuangan, dan operasi. Informasi terka it kondisi lingkungan eksternal mungkin mengungkapkan adanya pelua ng produk atau pasar baru atau malahan ancaman terhadap status quo.

Informasi keuangan atau operasional dapat mengingatkan manaj emen terhadap masalah yang memerlukan tindakan segera. Pendidikan, pengalaman, watak, karakter, dan faktor-faktor keperilakuan lainnya dar i para pengambil keputusan dapat menentukan apakah masalah tersebut akan diang? penting, menjanjikan peluang, atau menginisiasi proses pen gambilan keputus Beberapa manajer lebih menyukai status quo dan han ya bereaksi terhadap kejadian utama yang tidak dapat diantisipasi. Seme ntara manajer lainnya terdorong bahis oleh diskrepansi minor dan tidak akan berhenti sampai solusi yang memuaskan ditemukan dan diterapkan.

Sekali suatu masalah atau peluang telah ditentukan sebagai poko k perhatian maka masalah tersebut harus didefinisikan dengan hati-hati.

(8)

Pada situasi yang kompleks, aktivitas ini sebaiknya dilakukan oleh tim yang anggota-anggotan mempunyai latar belakang pendidikan dan keah lian yang berbeda. Pendekatan ini membantu mengatasi keterbatasan ya ng ada dalam persepsi seseorang mengenai suatu masalah.

Misalnya, dalam menjelaskan suatu masalah, manajer pemasara n dapat menganggap masalah tersebut disebabkan oleh penjualan atau f aktor-faktor lain yang terkait dengan penjualan. Akuntan dapat menyala hkan baya yang berlebihan atau lemahnya pengendalian. Sementara itu, orang produksi menyalahkan cacatnya bahan baku, waktu produksi yan g begitu singkat, atau defisiensi organisasi.

2. Pencarian tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya Keika definisi atas suatu masalah atas peluang telah sesuai, pencari an tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya. Ketika defi nisi atas suatu masalah atau peluang telah selesai, pencarian tindakan Pe ncarian alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya dimulai. Dalam t ahapan ini, sebanyak mungkin alternatif yang praktis diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian tersebut sering kali dimulai dengan melihat persa maan masalah yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada waktu itu. Jika tindakan yang dipilih berhasil, maka kemungkinan tinda kan tersebut akan diulangi. Jika tidak, pencarian terhadap alternatif tam bahan akan diperluas.

Fitur-fitur yang dapat dikuantifikasikan akan berupa estimasi keua ngan atas biaya dan manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif. Est imasi ini akan disaring dan diperiksa kembali jika alternatif tersebut dia nggap mungkin dan layak untuk memperoleh perhatian lebih lanjut. Ku antifikasi nonkeuangan akan diterjemahkan ke dalam pendapatan dan b eban jika memungkinkan. Tidak semua fitur dari suatu alternatif dapat d ikuantifikasi. Dalam kasus ini, manfaat dan pengorbanan yang relevan d ibuat daftarnya.

(9)

Alternatif-alternatif tersebut akan dievaluasi terkait kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi tertentu yang ditetapkan sebelumnya.

Tujuan atau kriteria keputusan bervariasi dari satu kondisi ke kondisi lai nnya. Pada situasi yang mana konsekuensi dapat langsung dikuantifikas i dan diprediksi dengan kepastian yang memadai, maka kriteria keputus an seperti tingkat imbal hasil internal atau tingkat target laba minimum dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan seleksi. Jika konsekuens i dari suatu alternatif dianggap tidak pasti, maka kompromi dan penilaia n dapat menggantikan kriteria keputusan yang bersifat kuantitatif.

3. Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan.

Tahapan yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih satu dari beberapa alternatif. Walaupun tahapan ini tam paknya rasional, tetapi keputusan akhir sering kali didasarkan pada perti mbangan politik dan psikologis dibandingkan pada fakta-fakta ekonomi.

Manajer yang membuat pilihan final mungkin saja menghadapi bebera pa alternatif yang mungkin, masing-masing memiliki kelebihan tertentu daripada yang lain terkait kriteria keputusan yang dipilih. Manajer juga menyadari manfaat dan biaya "politis" dari setiap alternatif.

4. Penerapan dan tindak lanjut.

Kesuksesan atau kegagalan atas keputusan akhir bergantung pada e fisiensi dari penerapannya. Penerapan tersebut hanya berhasil jika oran g-orang yang menguasai sumber daya organisasi (misalnya uang, orang, dan informasi) benar- Denar berkomitmen untuk melaksanakannya. Sit uasi yang ideal akan terwujud jika umber kekuatan itu dikuasai oleh pen dukung dari keputusan yang diambil. Untuk menjamin efisiensi penerap annya, umpan balik secara periodik dan koreksi segera atas segala kesal ahan yang terjadi mutlak diperlukan.

(10)

B. BOUNDED RATONALITY

Simon mengembangkan konsep Bounded Rationality yang menent ang rasionalitas dalam pengambilan keputusan. Istilah bounded rationalit y pertama kali muncul dalam buku simon yang berjudul “Models of man, s ocial and rational” tahun 1957 (Barros, 2010) Bounded Rationality menek ankan pada batasan kognitif dan berpendapat bahwa hasil pengambilan ke putusan hanya merupakan pilihan yang “satisficing” yang menjamin bahw a keputusan yang diambil bukanlah keputusan yang “optimal”. Bounded ra tionality memberikan awal yang baik bagi pemikiran ekonomi tanpa meni

nggalkan teori neoklasik yang telah

memberikan dasar dalam menjelaskan perilaku pengambilan keputusan.

Simon menggunakan kelemahan rasionalitas pengambilan keputus an untuk membangun model bounded rationality. Perilaku dalam proses pe ngambilan keputusan dibatasi oleh kemampuan kognitif (kebiasaan, nilai-n ilai, pengetahuan, referansi, dan lain sebagainya) serta batasan dari aspek e ksternal (faktor lingkungan) sehingga keputusan yang dipilih tidak dapat d ioptimalkan. Simon tidak mengatakan bahwa model rasionalitas mempuny ai kesalahan premis dan percaya bahwa pembuat keputusan harus menekan kan keputusan yang lebih rasional dengan mempertimbangkan factor lingk ungan.

Bounded rationality awalnya diperkenalkan sebagai konsep psikolo gi yang menjelaskan bagaimana pikiran manusia bekerja. Karena keterbata san yang ada maka pengambil keputusan harus melakukan dua hal. Pertam a, pembuat keputusan harus menghubungkan dengan “aspiration level” ya ng sepakat dengan cara bagaimana pembuat keputusan mengeksplorasi alt ernatif untuk dipilih. Mengikuti hal ini, pembuat keputusan harus menyesu aikan seperangkat alternative karena tidak dapat memperoleh hasil yang op timal.

Penyesuaian seperangkat alternative adalah suatu elaborasi dan mer upakan bagian penting dalam proses pengumpulan informasi. “Aspiration

(11)

level” dihubungkan dan didasarkan pada pengalaman masa lalu pembuat k eputusan. Dalam prosesnya, pembuat keputusan menggunakan pengalama n masa lalu untuk membentuk ekspektasi apa yang akan didapat. Kedua, S imon menggunakan ilmu kognitif untuk menunjukkan alternative baru yan g dapat digali melalui pencarian heuristic (heuristic search). Heuristic sear ch membantu manusia untuk mengembangkan alternative pilihan menjadi lebih realistic.

Proses pencarian informasi dilakukan dengan menggunakan “stop r ule”. Heuristic search merupakan cara bagaimana pencarian informasi dihe ntikan dan alternative keputusan dipilih. Pembuat keputusan akan memilih alternative yang memuaskan dan bukannya alternative yang optimal. Alter natif yang memuaskan tidak akan diturunkan ketika “aspiration level” dil akukan sampai satu alternative dipilih. Ketika pembuat keputusan mengan ggap alternative yang dipilih sudah dapat memuaskan (satisficting) maka p roses pencarian akan dihentikan.

Aspiration level akan meningkat ketika proses pencarian menemuk an alternative baru dan akan menurun ketika proses pencarian menjadi tida k produktif. Simon memodelkan proses pengambilan keputusan melalui

“heuristic search” dan “stop rule” sama seperti “adjusted aspiration” seb agai “satisficting” Model bounded rationality merupakan model sederhana yang mampu menjadikan praktek proses pengambilan keputusan menjadi l ebih realistis.

C. MODEL DESKRIPTIF DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN Motif-motif yang berada di belakang keputusan bersifat kompleks.

Tiga model utama an pengambilan keputusan berusaha untuk mengidentifi kasi motif dari seorang ambil keputusan dalam suatu organisasi. Model-mo del tersebut adalah model nom, model sosial, dan model kepuasan Simon.

1. Model Ekonomi

Model ekonomi tradisional ini mengasumsikan bahwa seluruh kegi atan dan keputusan manusia adalah rasional sempurna dan bahwa dalam su

(12)

atu organisasi ada konsisten di antara beragam motif dan tujuan. Terdapat asumsi bahwa semua alternatif y mungkin diketahui dan bahwa probabilita s yang terkait dengan alternatif-alterna yang preferen tersebut dapat dihitu ng dengan pasti. Keputusan tidak bergantung pada preferensi pribadi, mela inkan didikte oleh tujuan organisasi yang konsisten.

Berkaitan dengan aktivitas pengambilan keputusan, terdapat asumsi:

a. Keputusan akan sepenuhnya rasional terkait rencana-tujuan.

b. Sistem pilihan yang lengkap dan konsisten yang memungkinka n adanya pemilihan alternatif.

c. Kesadaran penuh terhadap semua kemungkinan alternatif.

d. d. Tidak ada batasan pada kompleksitas komputasi yang dapat ditampilkan untuk menentukan alternatif terbaik.

e. Probabilitas kalkulasi tidak menakutkan maupun misterius.

Model rasionalitas ekonomi dari para pengambil keputusan selalu b erusaha memaksimalkan hasil dalam perusahaan bisnis, dan keputusan aka n diarahkan pada titik p maksimum, yang mana biaya marginal sama deng an pendapatan marginal (MC = MR).

Banyak ekonom dan ahli teori keputusan kuantitatif tidak menyata kan bahwa gambaran ini merupakan model perilaku pengambilan keputusa n modern yang bersifat deskriptif dan realistis. Namun, banyak sekolah bis nis mengajarkan model rasional dan metode kuantitatif karena banyak man ajer masih menyamakan pengambilan keputusan manajemen yang "baik" d engan pendekatan tersebut. Akan tetapi, kesetiaan pada pendekatan ini bisa jadi berbahaya dan mungkin menyebabkan banyak masalah. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Peters die Waterman dalam buku In Search of Excell ence bahwa "Pendekatan alternatif dan rasional pada manajemen dapat me ndominasi sekolah bisnis. Pendekatan tersebut mencari pembenaran yang t erpisah dan analitis untuk semua keputusan. Hal ini bisa saja salah dan me mbuat kita sangat tersesat."

(13)

2. Model Sosial

Model ini adalah kebalikan dari model ekonomi yang ekstrem. Mo del ini mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya adalah irasional dan keputusan yang dihasilkan terutama didasarkan pada interaksi sosial. Dala m hal ini terasa bahwa tekanan dan harapan rekan kerja merupakan kekuat an utama yang memotivasi. Pada sisi yang berlawanan dengan model rasio nalitas ekonomi ada model sosial yang digambarkan secara psikologi. Sig mund Freud memandang manusia sebagai sekumpulan perasaan, emosi, da n naluri dengan perilaku yang dipandu oleh keinginan yang tidak disadari.

Jelas jika hal ini merupakan deskripsi yang lengkap maka orang tidak dapa t membuat keputusan yang efektif.

Meskipun banyak psikolog kontemporer memperdebatkan deskrips i manusia Freudian, hampir semuanya sependapat bahwa pengaruh psikolo gi mempunyai dampak signifikan pada perilaku pengambilan keputusan. S elanjutnya, tekanan dan pengaruh sosial mungkin menyebabkan manajer m embuat keputusan yang tidak rasional. Eksperimen konformitas yang dilak ukan oleh Solomon Asch menunjukkan ketidakrasionalan manusia. Studin ya menggunakan 7 kelompok dengan masing- masing 9 subjek. Mereka di beritahu bahwa tugas mereka adalah membandingkan panjang garis. Semu a kecuali satu 'subjek' dalam setiap kelompok mempunyai eksperimenter y ang diatur sebelumnya agar ada 12 jawaban yang salah dari 18 percobaan penilaian garis. Sekitar 37 persen dari 123 mahasiswa yang naif menyerah pada tekanan kelompok dan memberikan jawaban yang salah pada 12 situa si tes. Dengan kata lain, lebih dari sepertiga subjek eksperimen memberika n jawaban yang mereka tahu adalah salah.

Jika lebih dari sepertiga subjek Asch mengonfirmasikan kondisi "b enar dan salah," "hitam dan putih" dengan membandingkan panjang garis, maka kesimpulan logis adalah dunia riil yang "kelabu" dan penuh dengan konformis yang sifatnya tidak rasional. Dalam hal ini perlu sedikit imajina si untuk menyamakan garis Asch dengan alternatif keputusan manajemen, sebagaimana ada sedikit keraguan mengenai pentingnya alternatif keputus

(14)

an manajemen. Selain itu, ada banyak dinamika psikologi lainnya. Misalny a, terdapat kecenderungan pembuat keputusan tetap pada alternatif keputus an yang buruk, meskipun ada kemungkinan bahwa sesuatu dapat diubah. T erdapat empat alasan utama mengapa fenomena ini terjadi.

Fenomena ini disebut eskalasi komitmen yang terjadi karena:

a. Karakteristik proyek. Hal ini mungkin menjadi alasan utama untuk k eputusan eskalasi. Karakteristik dan tugas atau proyek seperti keuntu ngan atau investasi tertunda atau masalah temporer yang mungkin m enyebabkan pengambil keputusan tetap atau meningkatkan komitme n pada tindakan yang salah.

b. Determinan psikologi. Jika keputusan menjadi buruk, manajer memil iki kesalahan pemrosesan informasi (menggunakan faktor bias atau mengambil risiko lebih daripada pembenaran) karena pengambil kep utusan melibatkan ego yang membuat informasi negatif diabaikan da n perisai pertahananpun dibangun.

c. Kekuatan sosial. Mungkin para pengambil keputusan mendapat teka nan dari rekan kerja dan/atau mereka perlu mempertahankan gengsi, sehingga mereka terus atau mengeskalasi komitmen untuk tindakan yang salah.

d. Determinan organisasi. Bukan hanya karakteristik proyek yang meng alami eskalasi keputusan yang buruk, begitu juga halnya dengan keg agalan dalam komunikasi, disfungsi politik, dan bertahan pada perub ahan.

Penelitian terbaru mendukung eskalasi komitmen sebagai hubunga n pelengkap yang bersifat interaktif antara prediktor sunk cost (misalnya, k arena jumlah waktu dan jam yang dihabiskan sebelum pembuat keputusan menjadi terhambat secara psikologis) dan penyelesaian proyek (misalnya,

(15)

memutuskan untuk terus menghabiskan waktu dan uang akan meningkatka n kemungkinan penyelesaian proyek yang sukses).

3. Model Simon

Model ini adalah model yang lebih berguna dan praktis. Model ini didasarkan pada konsep Simon tentang manusia administratif, yang mana manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional karena mereka memilik i kemampuan untuk berpikir, mengolah informasi, membuat pilihan, dan b elajar. Akan tetapi, terdapat batasan rasionalitas mereka. Manusia dibatasi oleh kemampuan mereka untuk m informasi secara berurutan. Mereka tida k pernah memiliki informasi penuh dan memiliki kemampuan yang terbata s untuk mengevaluasi data dalam jumlah besar Dengan demikian, sikap ma nusia dalam kondisi ini adalah perilaku yang berusaha memuaskan dan bu kan untuk melakukan optimalisasi.

Orang menganggap suatu masalah telah selesai saat solusi yang lay ak dan "dapat diterima" ditemukan. Untuk mempresentasikan model rasion alitas ekonomi yang lebih realistis, Herbert Simon mengajukan model alter natif. la merasa bahwa perilaku pengambilan keputusan manajemen dapat dideskripsikan sebagai berikut.

a. Dalam memilih alternatif, manajer berusaha meminimalkan kepuasan, atau mencari sesuatu yang memuaskan atau "cukup bagus." Contoh kr iteria kepuasan minimal adalah keuntungan yang memadai atau saham pasar dan harga yang adil

b. Mereka menyadari bahwa dunia yang mereka rasakan merupakan mod el dunia nyata yang disederhanakan secara drastis. Mereka puas denga n penyederhanaan tersebut karena mereka yakin dunia nyata adalah ko song.

c. Mereka mengejar kepuasan minimal daripada yang maksimal, membu at pilihan tanpa menentukan semua kemungkinan alternatif perilaku d an tanpa memastikan bahwa ini sudah mencakup semua alternatif.

(16)

d. Mereka memperlakukan dunia itu kosong, mereka dapat membuat kep utusan hanya dengan metode pengalaman atau trik perdagangan atau k ekuatan kebiasaan. Teknik tersebut tidak menuntut kemustahilan dari kapasitas yang dapat pemikirannya.

Dalam perbandingannya dengan model rasionalitas ekonomi, mode l Simon juga rasional dan maksimal, tetapi terbatas. Pembuat keputusan be rakhir dengan kepuasan minimal karena mereka tidak memiliki kemampua n untuk memaksimalkan. Kasus memaksimalkan perilaku diikhtisarkan de ngan menyatakan bahwa tujuannya adalah dinamis, bukan statis; informasi kurang sempurna; ada sasaran waktu dan biaya; tawaran alternatif kurang disukai; dan pengaruh kekuatan lingkungan tidak dapat diabaikan.

Model Simon menyatakan keterbatasan ini. Asumsi model rasional itas ekonomi tradisional dipandang tidak realistis. Namun, dalam analisis a khir, ada perbedaan di antara model rasionalitas ekonomi dan model Simo n karena dalam beberapa situasi pendekatan minimalis meningkat, sementa ra dalam kondisi lain, minimalisasi dan maksimalisasi merupakan hal yang jauh berbeda.

Banyak variabel ekonomi, sosial, dan organisasi yang memengaruh i tingkatan, yang mana minimalisasi kepuasan menjadi maksimal. Contoh variabel ekonomimya adalah struktur pasar. Semakin kompetitif pasar, min imalisasi kepuasan semakin maksimal. Dalam pasar komoditas agrikultur, minimalisasi perlu berubah menjadi maksimalisasi. Umumnya, ekonom m enyadari bahwa dalam lingkungan yang sepenuhnya kompetitif, maksimali sasi keuntungan membuat perusahaan dapat bertahan.

Dengan demikian, pembuat keputusan harus memaksimalkan keput usaa Dalam pasar oligopolistik (misalnya, industri otomotif dan baja), mini malisasi berbeda dengan maksimalisasi. Perusahaan oligopolistik dapat ber tahan karena keuntungan atau saham pasar. Mereka tidak harus berjalan pa da titik yang mana biaya marginal sama dengan pendapatan marginal. Dala m kenyataannya, mereka keuntungan mungkin terhindar dari maksimalisas i.

(17)

Selain batasan pasar ekonomi, dalam praktiknya terdapat banyak ri ntangan sosial yang mencegah maksimalisasi. Beberapa rintangan sosial te rsebut tidak disadari oleh pembuat keputusan organisasi. Contohnya adala h daya tahan terhadap perubahan, keinginan terhadap status, perhatian terh adap citra, politik, organisasi, dan kebodohan. Sebaliknya, pembuat keputu san mungkin secara sadar menghindari maksimalisasi. Misalnya, perilaku mencakup keputusan yang mengecilkan hati peserta kompetisi atau investi gasi yang menentang penggabungan industri, mengendalikan permintaan s erikat, atau mempertahankan kepercayaan konsumen

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Pengambilan keputusan merupakan proses yang selalu dihadapi da n dijalani oleh setiap manusia dalam hidup bermasyarakat. Keputusan dap at dibuat oleh individu, kelompok individu, organisasi, atau dapat pula kep utusan yang dibuat oleh pemerintah atau negara. Keputusan itu dibuat den gan satu tujuan yang hendak dicapai.

Simon mengembangkan konsep Bounded Rationality yang menent ang rasionalitas dalam pengambilan keputusan. Bounded rationality memb erikan awal yang baik bagi pemikiran ekonomi tanpa meninggalkan teori n eoklasik yang telah memberikan dasar dalam menjelaskan perilaku penga mbilan keputusan.

Tiga model utama dalam pengambilan keputusan berusaha untuk m engidentifikasi motif dari seorang mengambil keputusan dalam suatu orga

(18)

nisasi. Model-model tersebut adalah model ekonomi, model sosial, dan mo del kepuasan Simon.

DAFTAR PUSTAKA

Budiasih, I. G., Suryanawa, I. K., & Utama, I. M. (2014). Judgement and

Dacision Making (JDM) yang Berkualitas dalam Akuntansi Keperilakuan.

Penelitian. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Denpasar.

Lubis, A. I. (2017). Akuntansi Keperilakuan Edisi 3. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Sumarsono, H. (2016). Ziarah Pemikiran Herbert Alexander Simon. Ekuilibrium : Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Ekonomi, 35-45.

Referensi

Dokumen terkait

Pengilmiahan pengambilan keputusan akan menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dalam batas-batas yang tidak berbenturan keras dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Mekanisme pengambilan keputusan dilakukan dengan kegiatan identifikasi permasalahan, merumuskan tujuan, menentukan

Keputusan ( Decision ) adalah pilihan – pilihan yang dibuat dari satu atau dua/lebih alternatif. Pengambilan keputusan adalah suatu proses memilih alternatif terbaik

Dari pengertian-pengertian pengambilan keputusan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa : Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif

Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses pada saat sejumlah langkah yang harus dilakukan dengan pengevaluasian alternatif untuk membuat putusan dari

Situasi yang dihadapi pengambil keputusan adalah mempunyai lebih dari satu alternatif tindakan, pengambil keputusan.. mengetahui probabilitas yang akan terjadi terhadap

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk merupakan suatu proses pemilihan alternatif

Sistem pendukung keputusan ini menghasilkan alternatif siswa berprestasi yang sudah dirangking atau diurutkan berdasarkan nilai preferensi yang paling tinggi, keputusan akhir untuk