• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAKALAH

N/A
N/A
Mita Wilma Irfani

Academic year: 2023

Membagikan "PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAKALAH"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Pengambilan Keputusan Konflik di Pulau Rempang terkait Penolakan Masyarakat terhadap Pengembangan Kawasan

Rempang Eco City oleh Pemerintah Kota Batam

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Pengambilan Keputusan Dosen Pengampu : Yuyun Hendaryun S.Sos.M.Si

Disusun Oleh : Mita Wilma Irfani A3 Administrasi Negara

203522177

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI

YPPT PRIATIM TASIKMALAYA

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 4 November 2023

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan...4

D. Kegunaan...4

BAB II PEMBAHASAN...5

A. Jenis Pengambilan Keputusan...5

B. Alasan Pengambilan Keputusan...6

C. Tahap-tahap dalam Pengambilan Keputusan...6

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan...8

E. Proses dalam Pengambilan Keputusan...10

F. Kualitas Keputusan...12

BAB III PENUTUP...14

A. Kesimpulan...14

B. Saran...14

REFERENSI...15

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Konflik di Pulau Rempang, Batam, terjadi karena masalah kepemilikan tanah.

Masyarakat setempat telah mengklaim hak kepemilikan atas sebagian besar pulau ini selama bertahun-tahun, sementara pemerintah daerah juga memiliki klaim atas wilayah tersebut. Kedua belah pihak sering kali memiliki pandangan yang berbeda mengenai legalitas kepemilikan tanah ini, sehingga konflik pun muncul.

Seiring dengan pertumbuhan Kota Batam, pulau ini telah mengalami pembangunan infrastruktur yang signifikan. Pelabuhan dan fasilitas industri telah muncul di pulau ini, menciptakan lapangan kerja dan peluang ekonomi bagi penduduk setempat. Namun, seperti halnya perkembangan di banyak tempat, ada juga tantangan yang harus dihadapi.

Selain itu, Pulau Rempang juga memiliki potensi ekonomi yang signifikan. Kehadiran pelabuhan internasional dan aktivitas perdagangan yang tinggi di Batam membuat pulau ini menjadi target investasi dan pengembangan. Namun, perencanaan pembangunan di pulau ini sering kali mengabaikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat lokal, yang juga ingin mengambil bagian dalam manfaat ekonomi yang mungkin timbul dari pengembangan tersebut.

Pada Kamis, 7 September 2023 sejumlah aparat gabungan TNI dan Polri memaksa masuk ke perkampungan warga di sekitar wilayah Pulau Rempang, Batam. Kedatangan aparat tersebut adalah guna memasang patok tanda batas lahan untuk proyek Rempang Eco City.

Rencananya, wilayah tersebut akan dibangun kawasan industri, perdagangan, dan wisata. Namun, masyarakat adat menolak kedatangan aparat dan melakukan pemblokiran jalan dengan menebang pohon hingga meletakkan blok kontainer di tengah jalan.

Hal tersebut membuat aparat kepolisian, TNI, Satuan Polisi Pamong Praja hingga pengamanan BP Batam mencoba membersihkan pepohonan yang ditebang di jalan. Tak hanya itu, aparat juga terus merangsek masuk wilayah Rempang dan memukul mundur para warga lewat gas air mata. Bahkan, semburan gas air mata tersebut sampai ke arah sekolah

(5)

yang membuat para guru berlarian membawa murid-murid pergi melalui pintu belakang sekolah.

Bentrok ini terjadi karena masyarakat adat Pulau Rempang yang bertempat tinggal di 16 kampung tua menolak relokasi pembangunan Rempang Eco City. Warga menilai kampung mereka memiliki nilai historis dan budaya yang kuat, bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Oleh karena itu, mereka menolak wilayah tersebut direlokasi.

Beberapa hari kemudian, tepatnya pada Senin, 11 September 2023, sekitar seribuan masyarakat adat Melayu Kepulauan Riau melakukan unjuk rasa di depan kantor BP Batam.

Mereka menyampaikan beberapa tuntutannya.

Mulai dari menolak penggusuran, mendesak TNI dan Polri membubarkan posko yang didirikan di Rempang Galang, menghentikan intimidasi kepada orang Melayu, dan menuntut Presiden Joko Widodo atau Jokowi membatalkan penggusuran kampung tua Pulau Galang.

Buntut dari aksi tersebut, sebanyak 43 orang warga Rempang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus kericuhan saat demo penolakan pengembangan Kawasan Rempang Eco City yang terjadi pada 7 dan 11 September 2023.

Menanggapi tentang konflik di Pulau Rempang, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa sebagian warga Rempang tidak memiliki hak alas dalam bentuk apapun. Terlebih, Nyat Kadir yang kala itu menjabat sebagai wali kota Batam periode 2001- 2005, tidak lagi menerbitkan izin hak kepada warga baru setelah 2004. Pemerintah pada saat merumuskan antara Pemda Batam yang notabene ex-officio kepala BP Batam, gubernur, dan sebagian Forkopimda, analisisnya karena sebagian yang tinggal di situ tidak punya alas hak, berarti tanah itu dikuasai negara lewat BP Batam.

Meski sebagian lahan di kawasan tersebut dikuasai negara, namun Bahlil mengatakan tidak ingin menggusur warga setempat begitu saja. Oleh karena itu, pemerintah pun memberikan solusi untuk masyarakat dengan kompensasi berupa tanah 500 meter persegi dan rumah tipe 45 yang sudah diberikan alas hak berbentuk sertifikat. Selama masa pembangunan rumah itu, warga yang terdampak akan diberikan uang tunggu untuk mengontrak tempat tinggal. Tetapi, belum selesai perhitungan untuk besaran uang tunggu dilakukan, keadaan sudah memanas.

(6)

Menteri Agraria dan Tata Ruang sekaligus Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Hadi Tjahjanto menegaskan bahwa lahan tinggal yang memicu kericuhan di Pulau Rempang, Kepulauan Riau, tidak memiliki Hak Guna Usaha (HGU).

Lahan yang akan dijadikan lokasi Rempang Eco City seluas 17 ribu hektare tersebut merupakan kawasan hutan dan dari jumlah itu, sebanyak 600 hektar merupakan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) dari Badan Pengusahaan (BP) Batam.

Sebelum terjadi konflik di Pulau Rempang, pemerintah telah melakukan pendekatan kepada masyarakat setempat. Hasilnya, hampir 50 persen dari warganya menerima usulan tersebut.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah Indonesia, khususnya pemerintah Kota Batam, agar masyarakat Pulau Rempang mau direlokasi dan mengosongkan wilayah yang akan dibangun menjadi Rempang Eco City tersebut. Sejumlah janji pun diberikan agar warga setempat bersedia meninggalkan tempat tinggalnya.

Dalam upaya penyelesaian konflik Pulau Rempang, penting untuk mengadakan dialog antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan masyarakat setempat. Langkah-langkah transparansi dalam hal kepemilikan tanah dan proses pembangunan yang melibatkan masyarakat dapat membantu mengurangi ketegangan. Selain itu, solusi yang adil yang mempertimbangkan kepentingan semua pihak perlu ditemukan, dan kompromi mungkin diperlukan untuk mencapai perdamaian.

B. Rumusan Masalah

1. Jenis Pengambilan Keputusan Apa Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Terkait Konflik Di Pulau Rembang?

2. Alasan Apa Yang Menyebabkan Pemerintah Mengambil Keputusan Itu?

3. Bagaimana Tahapan Pengambilan Keputusan Konflik Di Pulau Rembang?

4. Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Konflik Di Pulau Rembang?

5. Bagaimana Proses Dalam Pengambilan Keputusan Konflik Di Pulau Rembang?

6. Bagaimana Kualitas Pengambilan Keputusan Yang Diambil Oleh Pemerintah Terkait Konflik Di Pulau Rembang?

(7)

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Jenis Pengambilan Keputusan Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Terkait Konflik Di Pulau Rembang

2. Untuk Mengetahui Alasan Apa Yang Menyebabkan Pemerintah Mengambil Keputusan Konflik Di Pulau Rembang

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Tahapan Pengambilan Keputusan Konflik Di Pulau Rembang

4. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Konflik Di Pulau Rembang

5. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Dalam Pengambilan Keputusan Konflik Di Pulau RembangUntuk Mengetahui Bagaimana Kualitas Pengambilan Keputusan Yang Diambil Oleh Pemerintah Terkait Konflik Di Pulau Rembang

D. Kegunaan

1. Untuk Meningkatkan Pengetahuan Terkait Pengambilan Keputusan

2. Untuk Menyediakan Dasar Yang Kuat Untuk Pengambilan Keputusan Berdasarkan Bukti Yang Terjadi Di Lapangan

(8)

BAB II PEMBAHASAN

A. Jenis Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan yang diambil yaitu menggunakan Jenis Keputusan yang Terpogram. Keputusan yang terprogram adalah keputusan yang terstruktur atau yang muncul berulang-ulang. Jika sering terjadi suatu situasi khusus, maka biasanya akan digunakan aturan, kebijakan, dan prosedur rutin untuk memecahkannya. Pada tingkat tertentu, keputusan terprogram ini akan membatasi kebebasan.

Misalnya dalam konflik di Pulau Rempang ini pemerintah memutuskan bahwa Kawasan tersebut harus segera dikosongkan agar tidak menghambat proses pengembangan Kawasan pulau rempang yang akan dijadikan Eco Wisata terlepas dari segala aturan yang sudah ditetapkan. Sehingga untuk sementara Pemerintah memutuskan untuk membatalkan pengosongan Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau pada Kamis kemarin, 28 September 2023. Akan tetapi Ombudsman mendorong pemerintah Kota Batam bersama dengan BP Batam beserta jajaran dan seluruh instansi terkait lainnya melakukan dialog atau musyawarah dengan masyarakat dan tokoh-tokoh adat yang dilakukan secara persuasif tanpa mengedepankan pendekatan kekuasaan yang disimbolkan dengan seragam aparat keamanan.

Model Pengambilan Keputusan yang diambil yaitu Model Optimasi karena sasaran yang ingin dicapai ialah dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada, pererintah berusaha memperoleh hasil yang terbaik yang paling mungkin dicapai dan Pemilihan Model tertentu alasannya karena Pemerintah mengambil keputusan yang paling sederhana, bisa tidak bisa harus mempertimbangkan beberapa faktor intern terutama nilai nilai yang di anut dan brbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh para pemerintah yang lebih tinggi kedudukanya.

Teknik Pengambilan Keputusan yang diambil yaitu Consensus Thinking yaitu orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus sepakat tentang hakikat, batasan dan dampak suatu situasi problematic yang dihadapi dan sepakat untuk mengatasinya.

(9)

B. Alasan Pengambilan Keputusan

Keputusan ini diambil karena pemerintah mempertimbangkan banyak hal yaitu konflik berujung dengan bentrokan yang menyebabkan luka-luka. Hal ini terjadi karena Badan Pengusahaan Batam bersama apparat TNI dan Polri memaksa masuk untuk melakukan pengukuran dan pematokan tanah pada 7 September 2023 secara tiba-tiba. Hal ini menyebabkan pertimbangan bagi pemerintah karena warga setempat tetap tidak ingin penggusuran kawasan mereka dijadikan Eco City untuk kepentingan investasi yang dilakukan pemerintah dengan mengesampingkan apa yang masyarakat setempat inginkan.

C. Tahap-tahap dalam Pengambilan Keputusan

1. Ombudsman mendorong pemerintah Kota Batam bersama dengan BP Batam beserta jajaran dan seluruh instansi terkait lainnya melakukan dialog atau musyawarah dengan masyarakat dan tokoh-tokoh adat yang dilakukan secara persuasif tanpa mengedepankan pendekatan kekuasaan yang disimbolkan dengan seragam aparat keamanan. Menurutnya, upaya yang dilakukan pemerintah dengan pendekatan kekuasaan itu sangat akan mempengaruhi psikologis warga Rempang.

2. Ombudsman mendorong Pemerintah Kota Batam terlibat aktif memulihkan stabilitas ekonomi warga dengan menjamin adanya pasokan pangan ke warung-warung milik warga. Karena ini berkaitan dengan kebutuhan dasar yang harus tersedia, terjangkau. Ini penting untuk membeli hati para warga disana agar setuju dengan persyaratan yang ditawarkan apabila mereka menyetujui pengosongan Pulau Rempang.

3. Ombudsman meminta Polres Barelang membebaskan atau memberikan penangguhan penahanan bagi warga Pulau Rempang yang masih ditahan sesuai ketentuan. Ini sudah kita nyatakan langsung di depan Kapolres. Mereka meminta warga yang ikut demonstrasi tapi tidak menggunakan senjata tajam, tidak terkait narkoba, betul-betul memperjuangkan kampungnya, itu dibebaskan,

4. Ombudsman menyarankan agar Pemerintah Kota Batam bersama dengan BP Batam menegaskan dan menyampaikan secara langsung baik lisan tertulis

(10)

kepada warga tentang keputusan pemerintah tentang tidak adanya relokasi warga dalam waktu dekat. Ini memang hal penting untuk mengkondisikan terlebih dahulu situasi di sana, agar masyarakat tenang dulu dan tidak melakukan berbagai penyerangan terhadap Pemerintah yang dapat merugikan kedua belah pihak.

Untuk mengatasi kasus Pulau Rempang, langkah terbaik adalah mengembangkan solusi yang inklusif dan berkelanjutan. Pemerintah perlu terus mendengarkan aspirasi masyarakat setempat dan menemukan cara agar mereka dapat tetap berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi pulau ini tanpa harus mengorbankan hak mereka.

Pendekatan komprehensif yang melibatkan seluruh pihak, termasuk masyarakat, pengembang, dan pemerintah, perlu ditempuh untuk mencapai solusi yang adil.

Selain itu, penting untuk memberikan jaminan keamanan dan perlindungan hukum kepada masyarakat lokal agar mereka merasa aman dalam mempertahankan tanah dan mata pencaharian mereka. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk perdamaian dan pembangunan yang berkelanjutan di Pulau Rempang.

Kasus Pulau Rempang mengingatkan kita tentang pentingnya mengintegrasikan aspek sosial, budaya, dan ekonomi dalam rencana pembangunan. Dalam menghadapi konflik serupa, perencana harus memandang masyarakat sebagai mitra dalam proses pembangunan dan berusaha mencapai solusi yang mendukung kepentingan semua pihak. Tahapan lain yang dilakukan yaitu :

1. Pemahaman dan Pemecahan Masalah. Sering banyak sekali menghadapi kenyataan bahwa masalah yang didapat sebenarnya sulit selesaikan atau bahkan sering hanya menyimpulkan masalah, bukan penyebab awal.

Mereka dapat menyimpulkan dalam mengidentifikasi masalah dengan beberapa cara. Pertama, pemerintah secara teori dapat menguji hubungan sebab-akibat. Kedua manager dapat mencari penyimpangan atau perubahan dari yang normal dan secara teoritis.

2. Pengumpulan dan Analisis Data yang akurat. Setelah pemerintah menemukan dan merumuskan untuk memcahkan masalah, manajer harus

(11)

menentukan data-data apa yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang akurat akan mendapatkan informasi tersebut.

3. Pegembangan Alternatif-Alternatif. kebiasan untuk menerima alternatif keputusan pertama yang simpel sering mengesampingkan pemerintah dari pencapaian penyelesaian yang terbaik untuk masalah itu.Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan pemerintah menolak kehendak untuk membuat keputusan terlalu cepat dan melakukan keputusan yang benar.

Pemerintah harus memilih suatu pendapat yang cukup baik, walaupun bukan pendapat yang sempurna atau baik.

4. Evaluasi Alternatif-Alternatif. Setelah pemerintah mengumpulkan sekumpulan alternatif, dia harus mengevaluasi sekumpulan alternatif, Pemerintah harus mengevaluasi untuk menilai efektifitas pada setiap alternatif.

5. Pemilihan Alternatif Terbaik. Pembuatan keputusan menggambarkan hasil evaluasi berbagai alternatif. Alternatif terpilih akan didasarkan pada jumlah informasi bagi pemerintah dan ketidaksempurnaan kebijakan.

6. Implementasi Keputusan . Setelah alternatif terbaik telah dipilih, mereka harus membuat keputusan untuk melakukan berbagai permasalahan dan masalah yang mungkin akan terjadi dalam penggunaan keputusan. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengendalikan berbagai resiko dan ketidakpastian sebagai pengaruh dibuatnya suatu keputusan. Disamping itu, pada tahap implementasi keputusan pemerintah juga perlu menentukan prosedur data kemajuaan berkala dan mengumpulkan tindakan korektif bila masalah baru muncul dalam pembuatan keputusan, serta merancang peringatan dini untuk menghadapi berbagai kemungkinan.

7. Evaluasi Hasil-Hasil Keputusan. Implementasi keputusan harus selalu di perhatikan pemerintah harus dapat memecahkan masalah apakah implementasi dilakukan dengan baik dan keputusan memberikan hasil yang diinginkan.

(12)

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan 1. Posisi/Kedudukan

Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan seseorang dapat dilihat, apakah ia sebagai pembuat keputusan (decision maker), penentu keputusan (decision taker), ataukah staff (staffer). Pembuat keputusan terkait konflik ini yaitu Pemerintah dimana pastinya tidak akan sepenuhnya berpihak pada keinginan masyarakat.

2. Masalah

Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan harus diselesaikan.

Sebenarnya, masalah tidak selalu dapat dikenal dengan segera, ada yang memerlukan analisis, ada pula yang bahkan memerlukan riset tersendiri.

Masalah dalam konflik ini yaitu terjadinya bentrokan antara warga dengan aparat sehingga menyebabkan kerugian antara kedua belah pihak dan Pemerintah kebingungan dalam mengambil keputusan.

3. Situasi

Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain, dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat. Situasi ini ada yang bersifat tetap dan ada juga yang berubah-ubah. Berhubung situasi sekarang sedang tidak aman karena masyarakat terus memberontak, oleh karena itu Pemerintah belum menindaklanjuti proses terkait pengembangan Kawasan Eco City yang akan dibangun itu karena dikhawatirkan terjadi hal yang tidak diinginkan.

4. Kondisi

Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut merupakan sumber daya. Kondisi terkait konflik ini

(13)

5. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu / telah ditentukan. Tujuan yang telah ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara subjektif atau obyektif. Sudah jelas bahwa konflik ini terjadi karena keberpihakan Pemerintah kepada para investor yang ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga mengesampingkan keinginan dari masyarakat yang masih menanamkan nilai-nilai leluhur di Kawasan Pulau Rempang yang akan dijadikan Eco City oleh Pemerintah.

6. Praktikal

Didasarkan pada keterampilan yang keratif dalam individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan mendapat potensi dari diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuannya dalam bertindak. Apabila pemerintah tidak tegas dan percaya diri maka keputusan yang diambil tidak akan tepat.

7. Interpersonal

Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Kepercaya diri seseorang dalam hubungan antar satu orang ke orang lainnya dapat menimbulakan pengaruh terhadap tindakan individual. Semakin banyak hoaks yang beredar maka semakin rumit juga langkah pemerintah untuk segera mengambil keputusan

8. Struktural

Pada ruang lingkup sosial, ekonomi dan politik dan budaya. Lingkungan mungkin berpengaruh penting dalam perkembangan dan dapat memberikan hasil yang mendukung atau mengevaluasi suatu tingkah laku tertentu. Apabila pemerintah terhasut oleh para investor dengan iming-iming keuntungan maka pemerintah tidak akan bersikap objektif dalam mengambil keputusan.

E. Proses dalam Pengambilan Keputusan i. Pendekatan yang Interdisipliner

(14)

Lingkungan sebagai sumber informasi yang sangat berguna sebagai masukan untuk dianalisis dan dikaji dalam usaha mencari dan menentukan berbagai alternatif yang mungkin ditempuh. Lingkungan akan memberikan reaksi baik positif maupun negative terhadap keputusan yang diambil.

Pemerintah Kota Batam melakukan pendekatan ini dengan cara terus melakukan upaya pendekatan terhadap warga dan melakukan dialog atau musyawarah dengan masyarakat dan tokoh-tokoh adat yang dilakukan secara persuasive.

ii. Proses yang Sistematis

Pemerintah mengambil keputusan yang logis dengan cara melibatkan pengambilan Langkah-langkah secara berurut atau sekuensial agar Masyarakat setuju untuk segera mengosongkan Kawasan Pulau Rempang untuk dijadikan Pengembangan Kawasan Eco City.

iii. Proses Berdasarkan Informasi

Pengambilan Keputusan ini diambil berdasarkan informasi lengkap dan sempurna tentang keputusan yang akan diambil, akan tetapi pasti pemerintah mendapatkan informasi yang tidak lengap juga maka pemerintah melakukan dengan cara meningkatkan kemampuan mengelola informasi dengan turun langsung ke lokasi untuk melakukan pendekatan kepada warga di Pulau Rempang dan melihat kejadian yang sebenarnya alas an mengapa warga tidak mau mengosongkan tempat tersebut dengan syarat pemerintah bisa menangani informasi, mendefinisikan kebutuhannya akan informmasi, menjamin bahwa mengumpulkan informasi dilakukan secara tepat, menjamin nahwa informasi yang dikumpulkan dianalisis secara baik bahwa informasi yang terolah memenuhi kebutuhan pengambilan keputusan.

iv. Memperhitungkan Faktor-Faktor Ketidakpastian

Dengan pengalaman dan daya analisis yang dimiliki seseorang yang memiliki tingkat intelegensia memadai secara naluriah probabilitas terjadinya sesuatu yang dapat diperhitungkan.

(15)

Teori statistic dan rumus-rumus matematika dapat pula membantu kecenderungan, perkembangan dan kondisi yang dihadapi dapat di olah dapat bentuk data dan informasi seperti dengan nilai investasi yang ditaksir mencapai Rp 381 Triliun, Rempang Eco-City diyakini dapat memberikan eskalasi bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan warga Rempang- Galang. Saat masa pembangunan, diperkirakan ekonomi masyarakat dapat ikut terangkat dengan kegiatan ekonomi mikro kecil dan menengah. Jika investasi ini berjalan, akan ada banyak dampak positif yang diterima masyarakat, baik di kawasan Barelang hingga Indonesia pada skala yang lebih besar. Tetapi pemerintah hanya memikirkan keuntungan saja dan itupun belum pasti bagaimana apabila tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan?

Tentunya, apabila proyek ini terhambat, akan menimbulkan banyak pula performa tidak baik atau dampak negatif.

v. Perhatian pada Tindakan nyata

Tindakan merupakan suatu tuntutan adanya sasaran yang hendak dicapai atau dengan kata lain Tindakan menjembatani pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Jenis Tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah terkait Konflik ini yaitu Pengambilan Tindakan sementara untuk memberi waktu dan menunggu perkembangan. Pemerintah Kota Batam terpaksa harus menunda proyeknya karena bentrokan terus terjadi sehingga menyebabkan kerugian antara kedua belah pihak. Sejak tanggal 28 September 2023 seharusnya warga sudah tidak ada yang beraktivitas di sekitar Pulau Rembang tersebut tetapi Pemerintah tidak melakukan penggusuran dan warga masih banyak yang melakukan aktivitas seperti biasanya.

F. Kualitas Keputusan

Kualitas merupakan mutu dari pekerjaan atau hasil yang telah dicapai dengan proses yang dilakukan. Sehingga Kualitas keputusan merupakan mutu yang dihasilkan dari hasil keputusan tersebut yang telah diaplikasikan atau telah diuji secara maksimal dan terlihat hasilnya secara maksimal serta dinilai secara maksimal juga.

Penilaian secara maksimal tentunya akan menjadi Iebih jelas dan Iebih bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dari pada penilaian secara tidak maksimal

(16)

tentunya. Maka dari itu untuk menilai suatu Kualitas keputusan yang dibuat haruslah diuji secara pendekatan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Kualitas Keputusan yang diambil oleh Pemerintah menurut saya kurang bagus karena Pemerintah belum secara resmi apakah penggusuran akan dilakukan atau tidak dilakukan untuk membuat warga tenang terlebih dahulu supaya tidak terjaadi bentrokan. Pemerintah sampai saat ini belum mengeluarkan surat secara resmi terkait tidak akan terjadinya penggusuran di Kawasan Pulau Rempang yang akan dijadikan Eco-City.

(17)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Untuk mengatasi kasus Pulau Rempang, langkah terbaik adalah mengembangkan solusi yang inklusif dan berkelanjutan. Pemerintah perlu terus mendengarkan aspirasi masyarakat setempat dan menemukan cara agar mereka dapat tetap berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi pulau ini tanpa harus mengorbankan hak mereka.

Pendekatan komprehensif yang melibatkan seluruh pihak, termasuk masyarakat, pengembang, dan pemerintah, perlu ditempuh untuk mencapai solusi yang adil.

Selain itu, penting untuk memberikan jaminan keamanan dan perlindungan hukum kepada masyarakat lokal agar mereka merasa aman dalam mempertahankan tanah dan mata pencaharian mereka. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk perdamaian dan pembangunan yang berkelanjutan di Pulau Rempang.

B. Saran

Pentingnya mengintegrasikan aspek sosial, budaya, dan ekonomi dalam rencana pembangunan. Dalam menghadapi konflik serupa, perencana harus memandang masyarakat sebagai mitra dalam proses pembangunan dan berusaha mencapai solusi yang mendukung kepentingan semua pihak.

(18)

REFERENSI

Eka, R. (2015, Mei 1). Fakor Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan .

Retrieved from wordpress.com:

https://ryanzzeka.wordpress.com/2015/05/01/faktor-faktor-yang- mempengaruhi-pengambilan-keputusan/

Hidayat, A. A. (2023, September 29). Awal Mula Penyebab Konflik Proyek Rempang dan

Janji Pemerintah. Retrieved from tempo.co:

https://bisnis.tempo.co/read/1777791/awal-mula-penyebab-konflik-proyek- rempang-dan-janji-pemerintah?page_num=6

Trianita, L. N. (2023, Oktober 1). Konflik di Pulau Rempang, Ombudsman Nilai Pemerintah

Mulai Realistis. Retrieved from Tempo.co:

https://nasional.tempo.co/read/1778218/konflik-di-pulau-rempang- ombudsman-nilai-pemerintah-mulai-realitis?page_num=2

Wilyana. (2023, September 26). Sejarah, Penyebab dan Dampak dari konflik Pulau

Rempang. Retrieved from kompasiana:

https://www.kompasiana.com/wilyana2221/651221fcae1f0773ce0e5cf2/sejara h-penyebab-dan-dampak-dari-konflik-pulau-rempang?

page=2&page_images=1

Referensi

Dokumen terkait

SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMAAN KARYAWAN DENGAN METODE AHPi. Studi Kasus di Penerbit Percetakan

Pengambilan Keputusan Pengambilan Keputusan Tetapkan Tetapkan Masalah Masalah Identifikasikan Identifikasikan kriteria keputusan kriteria keputusan Alokasikan bobot Alokasikan

Penelitian ini berjudul Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan Usia Remaja: Sebuah studi Kasus Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan

Teori inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori pengambilan keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan (seperti dalam teori rasional

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin disesuaikan dengan gaya dan model pengambilan keputusan yang diselaraskan dengan tahapan pengambilan keputusan

Dalam Metode ini, sebuah keputusan akan diambil atau disetujui jika didalam proses pengambilan keputusan telah disepakati oleh semua anggota organisasi, secara transparan

Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap

Tahapan pada proses pengambilan keputusan rasional adalah sebagai berikut: • Mendefinisikan dan mendiagnosa masalah, untuk hal ini diperlukan 3 hal, yaitu : kepekaan selalu memantau