• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KAJIAN KEBAHASAAN WACANA

N/A
N/A
triana

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH KAJIAN KEBAHASAAN WACANA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KAJIAN KEBAHASAAN WACANA

Makalah ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Kebahasaan Dosen Pengampu : Bapak Drs. Sukarir Nuryanto, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 7:

1. FIRDA DIAN LUTFIANI 1401421427 2. TRIANA NOVITA WARDAH 1401421450

3. PUTRI PUSPITASARI 1401421434

4. SYIFA FADHILA 1401421414

5. ARI NURENDAH LASMA WATI 1401421415

ROMBEL K

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN AJARAN 2021/2022

i

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Kajian Kebahasaan yang berjudul “Wacana ” dengan lancar dan tepat pada waktu tanpa suatu kendala yang berarti.

Di penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikannya. Namun berkat bantuan Yang Maha Kuasa dan dari semua pihak serta dengan usaha yang semaksimal mungkin, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari isi maupun dari tata cara penulisan. Untuk itu kami masih mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga bermanfaat bagi kita semua. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, maka dari itu kami berharap kritik, saran maupun masukan yang bersifat membangun agar kedepannya kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah yang telah selesai ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Kelompok 12

Semarang 30 Mei 2022

ii

(3)

DAFTAR ISI

JUDUL...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB 1 PENDAHULUAN...4

A. Latar Belakang Masalah...4

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Masalah...5

BAB II PEMBAHASAN...6

A. Pengertian dan Hakikat Wacana ...6

B. Klasifikasi Wacana...7

BAB III PENUTUP...14

A. Kesimpulan...14

B. Saran...14

DAFTAR PUSTAKA...15

iii

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di era globalisasi seperti sekarang ini, kita dituntut untuk bisa menjalani kesehariandengan cepat, tepat, sosialis, dan menggunakan tutur bahasa yang tepat dan sesuaivolume, tentunya semua itu membutuhkan komunikasi yang juga sekaligus menunjukkankalau manusia itu merupakan makhluk sosial yang berinteraksi.

Melakukan kegiatan dengan salah satunya ialah percakapan. Makhluk yang saling membutuhkan satu samalain, maka komunikasi tentunya menempati tempat yang sangat penting dalam kehidupanmanusia. Dalam berkomunikasi dibutuhkan banyak aspek untuk bisa menciptakan suatusistem atau tataran komunikasi yang baik. Agar pesan yang akan disampaikan bisaditerima dengan jelas dan baik oleh lawan bicara kita. Hal tersebut diantaranya adalah bahasa.

Sering kita mendengar organg mengatakan seperti, “pemilihan umum langsung di Indonesia merupakan wacana yang menarik saat ini.” pada kesempatan lain, ada orang yang secara lantang mengatakan, “ Ah, itu kan sekedar wacana.”. meskipun tidak ada konteks yang menyertai kedua kalimat tersebut, terasa jelas bagi kita bahwa wacana dalam kalimat tersebut bernuansa. Wacana yang disebutkan dalam kalimat pertama cenderung bebas dari nilai rasa (konotasi), sedangkan yang kedua bernilai rasa (berkonotasai) negatif. Jika dinyatakan secara pasti, wacana dalam pemakaian pertama bermakna “topik pembicaraan”, topik diskusi, atau bahasan.

Sedangkan dalam pemakaian kedua cenderung bermakna “topik atau bahasan yang ringan, sepele, yang tidak penting. Lalu apakah kata wacana memiliki banyak makna?. Kata wacana di atas di guankan secara awam. Tentu hal ini dapat disejajarkan dengan pemakaian kata bahasa sevara awam, misalnya bahasa cinta, bahasa bunga, bahasa warna, dan bahasa tubuh. Namun, dari sudut linguistik. Bahasa merupakan istilah yang mempunyai satu makna.

Di dalam bahasa ada banyak aspek lagi yang perlu kita pahami agar komunikasi bisa tersampaikan sesuai dengan yang kita harapkan. Dan media untuk menyampaikan pesandalam berbahasa pun itu ada banyak jenisnya, mulai dari puisi, novel, lagu, dan wacana.Penyampaian pesan ataupun argumen dalam bentuk puisi, novel, dan lagu merupakan cara penyampaian pesan yang dapat dilakukan tanpa menggunakan tata bahasa yang baku,karena semua itu merupakan karya sastra.

Namun, berbeda dengan puisi, novel, dan lagu,wacana merupakan media penyampaian pesan atau argumen yang memiliki aturannya tersendiri karena wacana masuk sebagai golongan karya ilmiah yang memiliki aturan baku.

(5)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dan hakikat wacana?

2. Sebutkan klasifikasi wacana !

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui pengetian dan hakikat 2. Untuk mengetahui klasifikasi wacana.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN HAKIKAT WACANA

Wacana merupakan rangkaian suatu peristiwa yang terstruktur yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau kohesi disusun secara sistematis. Melalui wacana siapapun dapat saling menyapa, meminta, menyetujui, meminta keterangan, mengkritik, dan mengomentari. Hasil konkrit dari sebuah wacana ialah bentuk gambaran kejadian suatu peristiwa yang terjadi dan dapat dijadikan referensi yang berkualitas. Salah satu upaya dalam memberikan suatu ideologi tertentu dapat dijumpai pada beberapa media untuk menciptakan suatu opini yang bertujuan untuk membuat masyarakat percaya pada suatu hal.

Menggiring opini publik pada suatu pokok pembahasan dinilai sangatlah penting pada era modern saat ini. Media menjadi salah satu upaya terbaik untuk menciptakan asumsi masyarakat yang sengaja untuk dibiarkan menjadi liar. Perbincangan publik menjadi salah satu tujuan utama suatu wacana berita. Hal ini disebabkan oleh daya kebutuhan masyarakat terhadap suatu informasi yang dinilai penting serta hal tersebut menjadi salah satu konsep keberlanjutan yang terus berlangsung.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Melalui komunikasi, bahasa dapat tersampaikan dengan baik, dapat menyampaikan pesan, ide, atau gagasan dari satu pihak ke pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Salah satu bentuk komunikasi untuk menyampaikan pesan atau ide, yakni melalui wacana.Wacana merupakan tataran bahasa yang terbesar, tertinggi, dan terlengkap. Wacana dikatakan terlengkap karena mencakup tataran di bawahnya yakni, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan unsur lainnya, yaitu situasi pemakaian dalam masyarakat. Wacana dibentuk oleh paragrafparagraf dan paragraf dibentuk oleh kalimat-kalimat, sehingga yang membentuk paragraf harus berkaitan antara kalimat yang satu dengan lainnya dalam kesatuan yang utuh untuk membentuk sebuah wacana yang memiliki tema utuh (Darma, 2013: 1).

Di samping itu, istilah wacana dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi, politik, komunikasi, dan sastra. Wacana atau discourse berasal dari

(7)

bahasa Latin discursus yang berarti lari kian-kemari. Selain itu, istilah wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon. Wacana mencakup empat tujuan penggunaan bahasa, yaitu 1. ekspresi diri sendiri, 2. eksposisi, 3. sastra, dan 4. persuasi (Tarigan, 1993: 23).

Wacana merupakan salah satu bidang linguistik yang relatif baru dan banyak dipakai dalam disiplin ilmu lain, misalnya ilmu bahasa. Wacana juga pada dasarnya merupakan isi tentang hubungan antara konteks-konteks, misalnya yang terdapat dalam teks bertujuan menjelaskan 14 hubungan antara kalimat atau antara ujaran yang membentuk wacana. Selain itu, melalui wacana dapat saling menyapa, menegur, meminta, memohon, menyetujui, bertanya, meyakinkan, menyuruh, memerintah, mengeritik, mengomentari, memaafkan, dan mengampuni (Tarigan, 1993: 24).

Dengan demikian, hakikat wacana sesungguhnya adalah satuan bahasa yang terlengkap, terbesar, dan tertinggi di atas kalimat atau klausa yang tersusun rapi, teratur, saling berkesinambungan, koherensi dan kohesi yang direalisasikan dalam bentuk rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau rangkaian tindak tutur.

B. KLASIFIKASI WACANA I. Wacana Berdasarkan Bentuk

Para ahli telah membuat penjelasan tentang wacana secara beragam, demikian pula halnya apabila mengklafikasikan sebuag wacana. Berdasarkan bentuknya atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi wacana deskriptif, naratif, ekspositoris, persuasif dan argumentatif (Darma, 2014:27).

a. Wacana Deskripsi (Pemerian)

Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu yang berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman perasaan penulisnya. Sasaranya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptnya daya khayal (imajinasi) pembaca sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan apa sendiri apa yang ditulis. Deskripsi adalah suatu bentuk wacana yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencintrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan cintra penuliisanya. Wacana ini memberikan bermakusd

(8)

menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat gerak - geriknya, atau sesuatu yang lain kepada pembaca (Darma, 2014:27).

b. Wacana Narasai (Penceritaan atau Pengisaha)

Wacana narasi (Pencintraan atau pengisahan) adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Wacana ini berusaha menyampaikan urutan terjadinya (kronologis), dengan memberikan arti sebuah kajian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca memetik hikmah dari cerita itu. Sasaranya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembeca menegenai fase, langkah urutan, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal (Darma, 2014: 34). Darma (2014: 35) mengatakan tujuan wacana narasi secara fundamental ada dua, yaitu Pertama hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, kedua hendak memberikan pengalaman elastis kepada pembaca. Tujuan Pertama menghasilkan jenis narasi informasional atau narasi ekspotoris dan tujan kedua menghasilkan jenis narasi artistis atau narasi sugestif.

c. Wacana Eksposisi (paparan)

Wacana eksposisi adalah wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyanpaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasaranya adalah menginformasikan sesuatu tampa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembecanya.

Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar memperjelas apa yang akan disampaikan (Darma, 2014: 35).

Darma (2014:35) mengatakan tujuan wacana ekposisi adalah untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu. Dalam wacana eksposisi masalah yang dikomunikasikan terutama informasi. Informasi dapat berupa data faktual, suatu analisis atau suatu penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta, dan mungkin sekali berupa fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada pendirian yang hkusus, yang harus selalau kita ingat adalah bahwa tujuan utama wacana eksposisi itu semata-mata untuk membagikan informasi, dan sama sekali tidak mempengaruhi pembaca.

d. Wacana Persuasi

Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai suatu hal yang disampaikan penulisnya (Darma, 2014: 37). Berbeda daengan argumentasi yang pendekatanya bersifat rasional dan diarahkan untuk mencapai kebenaran, persuasi lebih menggunakan pendekatan

(9)

emosional, seperti argumentasi, persuasi juga menggunakan bukti atau fakta. Hanya saja dalam persuasi bukti-bukti itu digunakan seperlunya atau kadang- kadang dimanipulasi untuk menimbulkan kepercayaan pada diri pembaca bahwa apa yang disampailam penulis itu benar. Wacana persuasif adalah wacana yang berisi paparan berdaya–bujuk, atau pun berdaya-himbau yang dapat membengkitkan ketergiuran pembaca untuk menyakini dan menuruti himbauan implicit maupun eksplisit yang di lontarkan oleh penulis.

Dari pengertian persuasi tersebut, tentunya sudah bisa di gunakan persuasi dengan argumentasi. Logika merupakan unsur primer dalam wacana argumentasi.

Sebaliknya dalam wacana persuasi, di samping logika, perasaan juga memegang perang penting. Keterlibatan unsur logika dalam wacana persuasi itu menyebabkan persuasi sering menggunakan prinsip-prinsip argumentasi. Sebaliknya, kita akan bisa menenrima ide orang lain itu atau ide itu tidak di sertai penalaran.

Oleh karena itu, struktur wacana persuasi kadang-kadang sama dengan wacana argumentasi, tetapi diksinya berbeda. Diksi wacana argumentasi mencari efek tanggapan penalaran, sedangkan diksi wacanapersuasi mencari efek tanggapan emosional. Disamping itu, wacana argumentasi memiliki ciri khas ialah wacana yang berupaya membuktikan suatu kebenaran sebagi di gariskan dala proses penalaran penulis. Sebaliknya persuasi berupaya ,mencapai suatu persetujuan atau persesuaian kehendak penulis dengan pembaca, ia merupakan proses untuk menyakinkan pembacanya supaya pembaca mau menerima apa yang di inginkan penulis.

II. Wacana Berdasarkan Media Penyampaianya 1) Wacana Tulis

Mulyana (2005: 51) mengatakan wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efesien untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan ilmu pengetahuan, atau apapun yang mewakili kreativitas manusia.

2) Wacana Lisan

Mulyana (2005: 52) mengatakan wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung secara verbal. Jenis wacana ini sering disebut tuturan atau ujaran. Willi Emonsend (dalam Mulyana, 2005: 52) dalam bukunya yang berjudul spoken discourse (wacana lisan) secara tidak langsung menyebutkan bahwa wacana lisan memiliki kelebihan dibanding wacana tulis. Beberapa kelebihan

(10)

diantaranya; bersifat salami (natural) dan langsung, mengandung unsur-unsur prosidi bahas (lagu, intonasi), memiliki sifat suprasential ( di atas sruktur kalimat), dan berlatar kontekstual.

III. Wacana Berdasarkan Jumlah Penutur a) Wacana Dialog

Mulyana (2005: 53) mengatakan wacana dialog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh dua oarang atau lebih. Jenis wacana ini bisa berbentuk tulis ataupun lisan. Darma (2014:40) menjelaskan wacana dialog adalah wacana yang dibentuk oleh percakapan atau pembicaraan dalam telepon, wawancara, teks drama, dan sebaginya.

Ada sepuluh unsur aspek pengkajian percakapan dengan tambahan unsur kohesi dan koherensi. Komponen analisis meliputi analisis wacana dialog, yang membahas unsur dialog, seperti unsur kerja sama percakapan, tindak tutur (speech acts), penggalan percakapan (adjency pairs), pembukaan dan penutupoan percakapan, percakapan lanjutan (repairs), sifat rangkaian perbuatan, unsur tata bahasa percakapan, ahli kode, (code switch), giliran Percakapan, (trun talking), dan topik percakapan.

b) Wacana Monolog

Mulyana (2005: 53) menjelaskan wacana monolog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang. Umumnya, wacana monolog tidak menghendaki dan tidak menyediakan alokasi waktu terhadap respon pendengar dan pembacanya. Penuturanya bersifat satu arah dan tidak memihak penutur. Beberapa bentuk wacana monolog anatara lain adalah pidato, pembaca puisi, khotbah jumat, pembaca berita dan sebagainya

c) Wacana Polilog

Adalah pembicaraan atau percakapan yang melibatkan partisipan pembicaraan lebih dari dua orang penutur. Partisipan yang terlibat dalam pembicaraan semuanya berperan aktif dan langsung dalam komunikasi. Wacana polilog terjadi seperti pada peristiwa musyawarah, diskusi, atau debat, dan teks drama.

Wacana polilog merupakan pembicaraan atau percakapan yang melibatkan partisipan pembicaraan lebih dari dua orang penutur. Partisipan yang terlibat dalam pembicaraan semuanya berperan aktif dan langsung dalam komunikasi. Wacana polilog terjadi seperti pada peristiwa musyawarah, diskusi, atau debat, dan teks drama. Perhatikan contoh wacana polilog yang dikutip dari teks drama berjudul Orkes Madun I karya Arifin C Noer berikut ini.

(11)

Konteks : Kehadiran waska disambut gembira oleh komunitasnya.

waska dijadikan tempat mengadu bagi tarkeni yang sedang berselisih dengan madekur, suaminya.

Waska : Peran Waska akan tampil memberi ruh pada jasadku yang lunglai kecapean yang kosong yang gosong yang bagai kepompong.

Koor : Uuuuuuuuuuu

Waska : Langit hanya berisi angin hari itu dan warna hitam Tumpah diseanteronya dimana – mana dan aku Waska sedang minum air kelapa.

Tarkeni : Lalu aku Tarkeni datang menangis bersujud di kaki Waska mengadukan ihwal duka.

Waska : Ada apa anakku? Kenapa menangis seperti itu?

Tarkeni : Sakit kepalaku sampai ke kalbu lantaran dipukul suamiku.

Waska : Madekur!!!!!

Madekur : Madekur luka hatinya disobek – sobek cemburu oleh cemburu buta.

Waska : Yak karena tidak matang jiwanya.

(Orkes Madun I : 663-664)

Wacana tersebut merupakan wacana polilog, yakni percakapan atau pembicaraan yang melibatkan lebih dari dua orang (tokoh) sebagai partisipan pembicaraan. Tokoh Tarkeni mengadukan nasibnya kepada tokoh Waska, karena ia dipukul oleh Madekur, suaminya, yang sedangkan dibakar rasa cemburu. Kemudian Waska mencoba mendamaikan Tarkeni dan Mardekur sebagai pasangan suami istri.

Apabila peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran.Contohnya perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicara dan pendengar (bisa resmi atau tidak resmi).

Ditinjau dari segi peran pesertanya, wacana dialog atau polilog merupakan wacana timbal balik. Menurut Cook (1998:55), wacana timbal balik merupakan satu jenis wacana yang dihasilkan oleh orang-orang yang berinteraksi timbal balik. Dialog atau polilog merupakan suatu peristiwa tutur yang berbeda dengan peristiwa tutur yang lain, itu terjadi apabila terdapat unsur-unsur pokok (a) pembicara dan penerima, (b) topik, dan (c) alih tutur.

Prinsip – prinsip Dialog atau Polilog

Terjadinya dialog atau polilog bukan hanya sekedar pertukaran informasi.

Menafsirkan dan memahami merupakan contoh tugas peserta dialog atau epilog dalam mengembangkan dialog atau polilog.

(12)

Keenan dan Scehieffelin (1983:79-80) mengidentifikasi tugas-tugas para peserta dialog atau polilog dalam percakapan yaitu.

a. Memperhatikan ujaran pembicara.

b. Memahami ujaran pembicara.

c. Mengidentifikasi objek, individu, peristiwa dan lain-lain.

d. Mengidentifikasi hubungan semantik antaran referensi dan topik.

Selanjutnya tugas pembicara yaitu.

1. Pembicara harus mengucapkan ujaran dengan jelas.

2. Pembicara harus menjaga perhatian pendengar tetap tinggi.

3. Pembicara harus menyediakan informasi yang memadai bagi pendengar untuk mengidentifikasi objek dan hal-hal lain sebagai bagian dari topik.

4. Pembicara haarus menyediakan informasi yang menadai bagi pendengar untuk merekomendasikan hubungan semantis antara referensi dalam topik.

Untuk mengembangkan dialog atau polilog dengan baik ada suatu panduan yang perlu diperhatikan. Prinsip kerjasama yang dikemukakan Richard dan Schmidt yaitu.

1. Prinsip kuantitas (mengatakan sesuai yang diperlukan) 2. Prinsip kualitas (mengatakan yang benar dan betul saja)

3. Prinsip relasi (hanya mengatakan sesuatu yang sesuai dan berhubungan dengan yang dibicarakan)

4. Prinsip cara (pengatakan dengan jelas, sederhana, ringkas, runtut dan tak mendua arti)

Wacana Argumentasi

Karangan argumentasi ialah karangn yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan- pernyataan yang logis. Tujuan dari karangan argumentasi adalah berusaha

meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengaran. Tahapan menulis karangn argumentasi, yaitu menentukan tema atau topik permasalahan, merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung, menyusun kerangka karangana, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan. Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.

Contoh Wacana

Contoh Wacana Pendek :

(13)

 Awas! kabel tetangan tinggi

 Exit ( pintu keluar) Contoh Wacana Sedang :

 Hutan lindung kebakaran. Premium di pom bensin sudah mulai jarang.

Pemimpin perusahaan tersenyum ketika di Tanya penyidik. Hari minggu jalanan sangat sepi.

 Disewakan. Butuh uang segera. Sebuah mobil baru, avanza berwarna putih tahun 2016. Peminat yang serius harap hubungi langsung kami. Kami tidak memiliki perantara, hati-hati penipuan.

Contoh Wacana Panjang :

 Di taman rumah kami telah berubah menjadi pemandangan yang hijau, di halaman depan ditanami berbagai jenis bunga yang sanagat indah. sperti:

bunga melati, kamboja, matahari, anggrek, kuping gajah dan lain-lain. Di samping pekarangan rumah yang di tanami kebutuhan sehari-hari, seperti:

capai, terong, tomat, maupun singkong.

Keutuhan Wacana

 Kohesi

Kohesi merupakan hubungan antar kalimat dan paragraf, yang dapat

menyebabkan kalimat dan paragraf tersebut menjadi satu kesatuan yang padu, sehingga menjadi sebuah wacana yang utuh. Wacana di atas menggunakan pola hubungan konjungsi, konjungsi merupakan kata hubung.

 Koherensi

Koherensi merupakan keterkaitan antara kalimat yang sistematis. Keterkaitan tersebut yang mengakibatkan kamlimat menjadi terpadu.

(14)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Wacana merupakan rangkaian suatu peristiwa yang terstruktur yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau kohesi disusun secara sistematis. Oleh karena itu penyamapain pesan di era yang modern ini sudah sangat fariatif, baik itu media yang digunakan, seperti e-mail, sms, internet, dan pidato, maupun cara yang digunakan, seperti diskusi, ceramah, dsb. Cara penyampaian pesan yang sangat umum adalah melalui karya sastra seperti novel, lagu, maupun puisi.

Namun, semua itu bersifat bebas karena terikat dengan dengan statusnya sebagai karya sastra atau arya yang bebas. Berbeda dengan puisi, lagu, dan novel, Wacana muncul sebagai salah satu media penyampaian pesan, pendapat, maupun argumentasi yang memiliki aturan baku yang sangat jelas dan kompleks. Wacana salah satu media yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan, karena sangat fleksibel dalam kegunaannya. Dalam penggunaan wacana ada banyak jenis dan macamnya. Ketika itu ditinjau dari segi media yang digunakan, ada wacana lisan dan ada wacana tertulis, begitupun ketika wacana ditinjau dari segi cara pemamparannya, ada Narasi, Persuasi, Argumentasi, Eksposisi, dan Deskripsi. Dengan adanya berbagai macam wacana ini, membuat wacana selalu digunakan oleh banyak orang dalam penyampaian pesan atau argumen mereka. Kami berharap dengan adanya makalah yang membahas lengkap mengenai wacana ini, dapat memberikan pemahaman yang baik kepada para pembaca, sehingga bisa mengaplikasikan dan mengetahui wacana itu sendiri.

B. SARAN

Pada akhirnya kami akan memberikan saran, guna membangun tatanan berbahasa yang lebih baik lagi, khususnya pada bagian Wacana itu sendiri.

1. Penggunaan wacana haruslah sesuai dengan macam atau jenisnya.

2. Penggunaan wacana harus selalu disesuaikan dengan konteksnya.

3. Selalu menggunakan Bahasa Indonesia yang benar dan baik.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

FADRIANAH, A., 2016. KOHERENSI WACANA PADA BUKU BAHASA INDONESIA WAHANA PENGETAHUAN SMP/MTs KELAS VII TAHUN 2014 (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

https://eprints.umm.ac.id/41424/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal 30 Mei 2022.

Evandra, Erato Dido. 2013. Pengertian Wacana. Ditulis dalam:

http://kmbsi.blogspot.com/2013/05/makalah-pengertian-wacana.html. Diakses pada 31 Mei 2022.

Hayati, Nur. 2013. Kohesi dan Koherensi. Ditulis dalam:

http://dandelionidha.blogspot.com/2013/03/kohesi-dan-koherensi_1709.html. Diakses pada 31 Mei 2022.

http://fitriumizakiyah.blogspot.com/2017/07/wacana-monolog-dialog-dan- polilog.html. Diakses pada 31 Mei 2022.

https://www.fajarpendidikan.co.id/pengertian-wacana-jenis-jenis-contoh-dan- keutuhan-wacana/. Diakses pada 31 Mei 2022.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah (1) Pemakaian bentuk disfemia yang terdapat pada wacana olahraga koran Tempo edisi September-Oktober 2013 berupa kata, frasa, klausa, dan ungkapan.

Definisi wacana klasik yang diturunkan dari asumsi kaum formalis (dalam istilah Hyme “Struktural”) adalah bahwa wacana merupakan “bahasa di atas kalimat atau klausa” (Stubbs,

Data dalam penelitian ini berupa kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana yang mengandung kebahasaan Melayu Pattani dalam pidato bahasa Indonesia oleh mahasiswa penutur bahasa

Satuan bahasa dapat berupa kata, frasa, kalausa, dan kalimat serta tertinggi adalah wacana, namun dalam kajian implikatur percakapan satuan bahasa tersebut

Jenis kalimat yang kedua adalah “kalimat majemuk”, yang terdiri atas dua klausa atau lebih, dan tersusun sedemikian rupa sehingga klausa-klausa itu hanya memiliki satu satuan

Berdasarkan Hakikat pemakaiannya, dalam wacana dialog ini hanya terdapat satu hakikat pemakaian tindak tutur, yaitu tindak tutur sopan santun (politeness). Tindak tutur

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh,

Wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar (Kridalaksana, 1982:179). Wacana sendiri terdiri dari