• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KEKUASAAN BADAN-BADAN PERADILAN DI INDONESIA

N/A
N/A
Larasati Adiva Putri

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH KEKUASAAN BADAN-BADAN PERADILAN DI INDONESIA "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)MAKALAH KEKUASAAN BADAN-BADAN PERADILAN DI INDONESIA Tugas Mata Kuliah Peradilan Di Indonesia. Dosen Pengampu : Witia Oktaviani, S.H., M.H.. Disusun Oleh: Kelompok 4 Hanifah Syifaul Karimah. 2022.03.2213. Busyro. 2022.03.2238. Nur Azizah. 2022.03.2269. Raisya Salwa Kasyara. 2022.03.2275. Larasati Adiva Putri. 2022.03.2085. Sherly Oktavia Firstyadi. 2022.03.2300. PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM SEKOLAH TINGGI DIRASAT ISLAMIYAH IMAM SYAFI’I JEMBER 2024M/ 1442H. (2) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Hukum Peradilan di Indonesia yang berjudul “Kekuasaan Badan-Badan Peradilan di Indonesia”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Peradilan di Indonesia dengan dosen pengampu Witia Oktaviani ,S.H.,M.H..Tidak lupa kami ucapkan terimakasih pada dosen pengampu yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini dan kepada teman-teman yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Akhirnya, kami sampaikan terimakasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dan kami mohon maaf atas kekurangan yang pembaca temukan dari makalah ini, dengan kerendahan hati , saran dan kritik sangat diharapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas yang lain pada waktu mendatang.. Jember, 7 Maret 2024. Kelompok 4. 2. (3) DAFTAR ISI BAB I ................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4 A. Latar Belakang ........................................................................................................... 4 B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4 C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 4 BAB II .................................................................................................................................. 5 PEMBAHASAN ................................................................................................................... 5 A. Macam-macam Badan Peradilan di Indonesia ......................................................... 5 B. Kekuasaan Badan-badan Peradilan di Indonesia .................................................... .6 a. Kekuasaan Peradilan Umum ............................................................................ .6 b. Kekuasaan Peradilan Khusus ........................................................................... .6 c. Kekuasaan Peradilan Agama ........................................................................... .7 d. Kekuasaan Peradilan Militer ............................................................................ .7 e. Kekuasaan Peradilan Tata Usaha Negara ......................................................... .7 C. Mahkamah Konstitusi.................................................................................................7 a. Mahkamah Konstitusi...................................................................................... .7 b. Kewenangan dan Hak Mahkamah Konstitusi................................................... .8 c. Tanggung Jawab dan Akuntabilitas Mahkamah Konstitusi .............................. .9 BAB III ............................................................................................................................... 11 KESIMPULAN ................................................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12. 3. (4) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekuasaan kehakiman di Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar sejak masa Reformasi, diawali dangan adanya TAP MPR RI Nomor X/MPR/1999 Tentang Pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara manuntu adanya pemisahan yang tegas antara fungsi-fungsi yudikatif dan eksekutif. Selanjutnya kekuasaan kehakiman di Indonesia Mengalami pengembangan dan perubahan dengan adanya Amandemen Undang-Undang dasar 1945 menjadi Undang-undang dasar Republik Indonesia tahun 1945 telah mengubah sistim penyelenggaraan negara di bidang yudikatif atau kekuasaan kehakiman sebagaimana termuat dalam BAB IX Kekuasaan kehakiman pasal 24, Pasal 24A, Pasal 24B, Pasal 24C dan Pasal 25. Kekuasaan kehakiman di indonesia dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung dan Badan peradilan yang ada dibawahnya dalam lingkungan peradilan Umum, Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer, Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Badan Peradilan merupakan salah satu lembaga dalam hukum pidana Indonesia, secara formil diatur dalam Uundang-Undang Hukum Acara Pidana. Hal ini dapat digunakan oleh pihak-pihak/institusi yang mengajukan upaya atas ketidakpuasan dengan keputusan aparat hukum yang mereka anggap tidak sesuai dengan keadilan dan kepentingan mereka. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu kekuasaan badan-badan peradilan di Indonesia? 2. Apa saja macam-macam peradilan di Indonesia? 3. Apa saja fungsi dari lembaga peradilan di Indonesia? 4. Apa saja tanggung jawab dan kewenangan Mahkamah Konstitusi? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui macam-macam, fungsi, dan kewenangan badan-badan peradilan di Indonesia. 2. Mengetahui apa itu lembaga Mahkamah Konstitusi, tanggung jawab dan kewenangannya. 4. (5) BAB II PEMBAHASAN. A. Macam-macam Badan Peradilan di Indonesia Badan-badan Peradilan di bawah Mahkamah Agung merupakan satu bagian sebagai pelaku kekuasaan kehakiman guna menegakkan hukum dan keadilan. Badan-badan peradilan yang dimaksud, yakni badan peradilan dalam lingkungan peradilan Umum dan badan peradilan dalam lingkungan khusus. Lingkungan Peradilan Umum terdiri dari: Pengadilan Negeri yang merupakan peradilan tingkat pertama dan Pengadilan Tinggi merupakan peradilan tingkat banding. Dalam Lingkungan Peradilan Umum dibentuk pengadilan khusus, antara lain: Pengadilan Anak, Pengadilan Niaga, Pengadilan HAM, Pengadilan Korupsi, Pengadilan Hubugan Industrial, Peradilan Syariah Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan umum, terdiri dari Mahkamah Syariah sebagai peradilan tingkat pertama di ibukota kabupaten dan Mahkamah Syariah sebagai peradilan tingkat banding di ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Lingkungan peradilan khusus terdiri dari: Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara. 1. Lingkungan Peradilan Agama terdiri dari: Pengadilan Agama yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama dan Pengadilan Tinggi Agama merupakan Pengadilan Tingkat Banding. Dalam lingkungan Peradilan Agama dibentuk pengadilan khusus sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan agama, yakni Peradilan Syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 2. Lingkungan Peradilan Militer terdiri dari:. Pengadilan Militer, Pengadilan Militer. Tinggi, Pengadilan Utama, dan Pengadilan Pertempuran. 3. Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara terdiri dari: Peradilan Tata Usaha Negara sebagai peradilan tingkat pertama dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sebagai peradilan tingkat banding. Dalam Peradilan Tata Usaha Negara juga dibentuk pengadilan khusus, yakni Pengadilan Pajak. Pembinaan teknis, organisatoris, administrasi, dan keuangan badan-badan pengadilan tersebut di atas di bawah Mahkamah Agung, kecuali Pengadilan Pajak pembinaan keuangan di bawah Departemen keuangan.. 5. (6) B. Kekuasaan Badan-badan Peradilan di Indonesia Badan Peradilan Umum (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) dan badan peradilan khusus (Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara) merupakan badanbadan Peradilan dibawah Mahkamah Agung sebagai bagian dari pelaku kekuasaan kehakiman dalam rangka menegakkan hukum dan keadilan. Keempat badan peradilan tersebut masing-masing mempunyai kekuasaan atau wewenang untuk mengadili, yaitu kekuasaan atau kewenangan Absolut maupun Relatif. Kekuasaan absolut adalah wewenang yang berhubungan dengan memeriksa jenis perkara tertentu secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan peradilan lain, baik dalam lingkungan yang sama (Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung) maupun dalam lingkungan peradilan lain (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama). Kekuasaan relatif adalah. pembagian wewenang. suatu. pengadilan yang berkaitan dengan suatu perkara yang dapat diperiksa oleh pengadilan lain. Adapun kekuasaan atau wewenang badan Peradilan Umum adalah memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara, pada umumnya adalah perkara perdata dan perkara pidana. Pengadilan Negeri berwenang memeriksa, dan memutuskan perkara pada tingkat pertama, sedangkan Pengadilan Tinggi memeriksa dan memutus tingkat banding. Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara tertinggi mempunyai wewenang mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh semua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung. Kekuasaan pengadilan khusus dalam lingkungan Peradilan Umum, antara lain: -. UU Nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman.. -. UU Nomor 49 tahun 2009 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum.. a. Pengadilan Anak, berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara anak nakal. b. Pengadilan Niaga, memeriksa dan memutus permohonan pernyataan pailit dan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang. c. Pengadilan HAM, memeriksa dan memutus pelanggaran HAM yang berat meliputi kejahatan genosida dan kejahatan Kemanusiaan. d. Pengadilan Korupsi, memeriksa dan memutus tindak pidana korupsi yang penuntutannya diajukan oleh KPK. e. Pengadilan Hubungan Industrial, memeriksa dan memutus: 1) Di tingkat pertama mengenai perselisihan hak. 6. (7) 2) Di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan. 3) Di tingkat pertama mengenai peselisihan pemutusan hubungan kerja. 4) Di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antarserikat pekerja atau buruh satu tempat perusahaan. Kekuasaan atau kewenangan badan Peradilan Agama adalah memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama islam di bidang perkawinan, pewarisan, wasiat, hibah, wakaf, infak, shadaqoh dan ekonomi Syariah, pada pengadilan yang wilayah hukumnya kediaman pemohon, kecuali ditentukan lain dalam undangundang. Kekuasaan badan Peradilan Militer berwenang; Berdasarkan (pasal 9 UU No. 31 tahun 1997) yaitu: a. Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan tindak pidana adalah: 1. Prajurit 2. Yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan prajurit 3. Anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dipersamakan atau dianggap sebagai prajurit dalam undang-undang 4. Seseorang yang tidak termasuk dalam golongan diatas tetapi atas keputusan panglima TNI dengan persetujuan Menteri Kehakiman diadili oleh suatu pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer. b. Memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Militer. c. Menggabungkan perkara gugatan ganti rugi dalam perkara pidana yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugikan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan dan sekaligus memutus dua perkara tersebut dalam satu putusan. Kekuasaan Peradilan Tata Usaha Negara, memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara. Pengadilan Pajak yang merupakan pengadilan khusus dari lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara mempunyai wewenang memeriksa dan memutus sengketa pajak.. C. Mahkamah Konstitusi a. Pengertian Mahkamah Konstitusi Mahkamah konstitusi (disingkat MK) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama 7. (8) dengan Mahkamah Agung. Dalam Undang-Undang dijelaskan bahwa Mahkamah Konstitusi adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Permohonan yang diatur secara tertulis kepada Mahkamah Konstitusi adalah mengenai: 1. Pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diatur oleh UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pembubaran partai politik. 4. Perselisihan tentang hasil pemilihan umum, atau pendapat DPR bahwa Presiden dan atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b. Kewenangan dan Hak Mahkamah Konstitusi Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah: 1. Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusnya bersifat final untuk menguji Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum. 2. Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden menurut UUD 1945. 3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa: a. Pengkhianatan terhadap Negara adalah tindak pidana terhadap keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang b. Korupsi dan penyuapan adalah tindak pidana korupsi atau penyuapan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang c. Tindak pidana berat lainnya adalah tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih d. perbuatan yang tercela adalah perbuatan yang dapat merendahkan martabat Presiden dan atau Wakil Presiden 8. (9) e. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan atau Wakil Presiden adalah syarat sebagaimana ditentukan dalam pasal 6 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kewenangan mahkamah konstitusi disepakati untuk ditentukan secara limitatif dalam undang-undang dasar. Kesepakatan ini mengandung makna penting, karena mahkamah konstitusi akan menilai konstitusionalitas dari suatu undang-undang atau sengketa antar lembaga Negara yang kewenangannya ditentukan dalam undang-undang dasar, karena itu sumber kewenangan mahkamah konstitusi harus langsung dari undang-undang dasar. c. Tanggung Jawab dan akuntabilitas MK Tanggung jawab Mahkamah Konstitusi adalah mengatur organisasi, personalia, administrasi, dan keuangan sesuai dengan prinsip pemerintahan yang baik dan bersih. Mahkamah Konstitusi berkewajiban mengumumkan laporan berkala kepada masyarakat secara terbuka mengenai: 1. Permohonan yang terdaftar, diperiksa, dan diputuskan. 2. Pengelolaan keuangan dan tugas administrasi Negara lainnya. Laporan sebagaimana dimaksud diatas dimuat dalam berita berkala yang diterbitkan oleh Mahkamah Konstitusi. Hakim Konstitusi harus mempunyai syarat sebagai berikut: 1. Memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela 2. Adil, dan 3. Negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan. Untuk dapat diangkat menjadi hakim konstitusi seorang calon harus memenuhi syarat diantaranya: 1. Warga Negara Indonesia 2. Berpendidikan sarjana hukum 3. Berusia sekurang-kurangnya 40 tahun pada saat pengangkatan 4. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang lebih memperoleh kekuatan hukum tetap karena tidak melakukan tindak pidana yang diancam dengan penjara 5 (lima) tahun atau lebih 5. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan 6. Mempunyai pengalaman kerja dibidang hukum sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun. Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 hakim Konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden. Hakim Konstitusi diajukan masing-masing 3 orang oleh Mahkamah Agung, 3 orang oleh 9. (10) Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 orang oleh Presiden. Masa jabatan Konstitusi adalah 5 tahun, dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi untuk masa jabatan 3 tahun. Masa jabatan Ketua MK selama 3 tahun yang diatur dalam UU 24/2003 ini sedikit aneh, karena masa jabatan Hakim Konstitusi sendiri adalah 5 tahun, sehingga berarti untuk masa jabatan kedua Ketua MK dalam satu masa jabatan Hakim Konstitusi berakhir sebelum waktunya (hanya 2 tahun).. 10. (11) BAB III KESIMPULAN. Dari sini, kita bisa lihat bahwa, kekuasaan kehakiman di Indonesia dijalankan oleh Mahkamah Agung dan empat badan peradilan di bawahnya yang melingkupi Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara. Di mana masing-masing memiliki kewenangan absolut yang khusus. Selain itu, juga dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi yang memiliki kewenangan khusus pula. Kita juga bisa melihat bahwa di dalam konteks negara hukum, kekuasaan kehakiman punya peran penting. Kekuasaan kehakiman berperan penting dalam menegakkan hukum dan keadilan. Selain itu, di dalam konteks ketatanegaraan, kekuasaan kehakiman berperan sebagai benteng terakhir dalam penegakan hukum dan keadilan. Meski sebetulnya, menegakkan keadilan membutuhkan berbagai sumber daya. Bukan hanya penegakan instrumen hukum oleh kekuasaan kehakiman. Dari itu, perlu kiranya segala macam kekuasaan, bukan hanya kekuasaan kehakiman, punya itikad baik dalam upaya mewujudkan keadilan. Baik pada tingkat kekuasaan legislatif maupun eksekutif dengan berbagai sumber daya dan kewenangan yang dimilikinya.. 11. (12) DAFTAR PUSTAKA. Khanzana, Uswah. (2011). Susunan dan Kekuasaan Badan-badan Peradilan di Indonesia. Diakses pada 5 Maret 2024, dari https://uzwa-khazana-aquino-mypaper.blogspot.com/2011/05/susunan-dankekuasaan-badan-badan.html Padhil, Ahmad. (2014). Susunan dan Kekuasaan Badan-badan Peradilan di Indonesia. Diakses pada 5 Maret 2024, dari http://issuu.com/ahmadpadhil/docs/susunan_dan_kekuasaan_badan-badan_p Jaenal Aripin, 2013. Jejak Langkah PERADILAN AGAMA DI INDONESIA. (Jakarta, PT. Kharisma Putra Utama) Alaiddin Koto.2016. Peradilan Islam, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada) http://id.wikipedia.org/wiki/Mahkamah_Konstitusi_Indonesia Didit Hariadi Estiko & Suhartono, Mahkamah Konstitusi, Lembaga Negara Baru Pengawal Konstitusi, Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI, 2003.. 12. (13)

Referensi

Dokumen terkait

f) Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, dan badan peradilan di bawahnya, yaitu pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. g) Sistem

peradilan agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam.. Iingkungan peradilan umum, kecuali yang telah diatur secara khusus

Peradilan pajak di Indonesia merupakan peradilan administrasi yang bersifat khusus di bidang perpajakan. Dalam Pasal 2 UU Pengadilan Pajak disebutkan

Dalam pengkajian tentang Peradilan Agama di Indonesia dan Peradilan pada umumnya, terdapat beberapa kata atau istilah khusus, diantaranya Peradilan dan

Sedangkan pada Ayat (2) “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,

Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai salah satu badan peradilan khusus yang berada di bawah Mahkamah Agung, berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Darussalam merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan agama sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan agama, dan merupakan pengadilan khusus

1.Oirektur Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung 2.Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung