• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE

N/A
N/A
niki Moses

Academic year: 2023

Membagikan "SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Semiotika

Dosen Pengampu: Dr. Wildan Taufiq, M. Hum

Disusun oleh:

Khairani Nurfadhilah 1205020095

Mamay Ismaya 1205020104

Muhamad Faiz Al Fauzi 1205020113 Muhammad Farhan Abrar 1205020119

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

202

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semiotika merupakan disiplin ilmu sastra yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu Semeion yang berarti tanda. Jika ditinjau dari segi terminologis, semiotika didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek, peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Sementara itu, Sobur (2003: 15) mendefenisikan semiotika sebagai suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Sejalan denga itu, Zoest (dalam Pilliang 1999: 12) mengemukakan pendapatnya bahwa semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda, dan produksi makna. Menurut Zoest tanda merupakan segala sesuatu yang bisa diamati atau dibuat teramati bisa disebut tanda.

Dalam perjalanannya, semiotika terbagi menjadi beberapa konsep yaitu, konsep semiotika Ferdinand De Saussure, semiotika Charles Sanders Pierce, semiotika Umberto Eco, semiotika John Fiske dan semiotika Roland Barthes.

Kelima konsep semiotika yang dikemukakan oleh para ahli tersebut perbedaannya tidaklah terlalu signifikan. Umberto Eco mengatakan bahwa prinsip dasar ilmu semiotika adalah mengkaji segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berbohong (semiotika adalah sebuah teori untuk berdusta). John Fiske memfokuskan konsepnya pada tiga studi utama yaitu tanda, kode, dan kebudayaan. Sementara Ferdinand De Saussure konsep utamanya adalah pertanda dan penanda. Berbeda dengan Ferdinand De Saussure, C. S Pierce membagi konsepnya menjadi 3 yang biasanya disebut dengan ‘trikotomi’.

(3)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi Charles Sanders Peirce?

2. Bagaimana teori Charles Sanders Peirce?

3. Bagaimana aplikasi teori Charles Sanders Peirce?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui bagaimana biografi Charles Sanders Peirce.

2. Mengetahui bagaimana teori Charles Sanders Peirce,

3. Mengetahui bagaimana aplikasi teori Charles Sanders Peirce.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Charles Sanders Pierce

Tafsir Charles Sanders Peirce lahir pada 10 September 1939 di Cambridge, Massachusetts. Ayahnya, Benjamin Peirce adalah salah satu seorang ahli Matematika terkemuka di Amerika. Ayahnya juga merupakan seorang professor Matematika dan Filsafat Alam di Universitas Harvard. Charles Peirce, pada masanya adalah seorang ahli Matematika, logika, kimia, astronomi, geodetik, kartografi, spectrokopi, insinyur, surveyor, ekonomi, metrologi, sejarawan ilmu pengetahuan, psikologi, filosof, leksikografi, drama, akting, semiotika, dan seorang penulis cerita pendek. Versatilitas pikiran Charles Peirce tidak dapat ditandingi bahkan sampai saat ini. Peirce hidup dalam rentang waktu di mana terjadi Perang Sipil Amerika sampai tahun Perang Dunia I. Ia meninggal pada tahun 1914, ditandai dengan mulai menyebarnya pengaruh pemikiran dan ide-ide yang dikaji dan didiskusikan oleh banyak orang sampai masa pasca Perang Dunia II.

Pasa masa sekarang pun banyak filsuf yang masih sering merujuk pada pemikiran dan ide- ide Peirce. Ia meninggal karena kanker yang dideritanya dengan tumpukan tulisan dan pekerjaan yang belum dipublikasikan. Konon di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, para kolega Peirce membiarkannya hidup dalam kesusahan sampai ia meninggal. Peirce hanya diperbolehkan menjabat sebagai rektor di sebuah universitas hanya lima tahun. Setelah itu ia diberhentikan. Peirce, di Amerika, lebih dikenal sebagai seorang filsuf. Ia juga disebut sebagai penggagas filsafat pragmatisme yang menginsprirasi Willian James dan John Dewey pasa masa selanjutnya. Ia mengklaim bahwa filsafat

(5)

pragmatisme-nya adalah sebuah pencarian filsafat dengan pengalaman seseorang atas kerja laboratori.

B. Teori Semiotika Charles Sanders Peirce

Secara definitif, semiotika berakar dari kata ―seme yang bermakna penafsiran tanda. Juga ada yang berpendapat bahwa semiotika berasal dari kata ―semeion yang bermakna tanda. Karena hal tersebut, semiotika dikenal sebagai ilmu yang mengkaji tentang tanda-tanda. Ilmu ini melihat bahwa fenomena sosial dan kebudayaan adalah kumpulan tanda-tanda. Oleh karena itu, semiotika dianggap sebagai ilmu yang mempelajari tentang aturan- aturan,sistem-sistem,atau konvensi yang memungkinkan sebuah tanda mempunyai arti.

Lahirnya semiotika modern tidak lepas dari andil tokoh utama peletak dasar semiotika modern, yakni Ferdinand de Saussure (1839- 1913) dan Charles Sanders Peirce (1857- 1914). Baik Saussure dan Peirce sejatinya tidak saling mengenal satu sama lain, karena keduanya terbentang oleh daerah yang berbeda, Eropa dan Amerika. Saussure mengembangkan teori semiotikanya di Perancis, sedangkan Peirce di Amerika. Meskipun sezaman, penerapan teori kedua berbeda dikarenakan oleh latar belakang keilmuan yang juga berbeda. Saussure yang seorang ahli bahasa yang merupakan awal dari lahirnya linguistik umum, dan Peirce merupakan seorang ahli filsafat dan logika.

Peirce menjelaskan bahwa manusia hanya bisa berpikir dengan sarana dan bantuan tanda, karena tanpa tanda, manusia tidak akan bisa berinteraksi. Semiotika Peirce memusatkan perhatian pada pertanyaan “Bagaimana kita bernalar?”.

Karena itu, Peirce menggunakan terma semiotika sebagai padanan kata dari kata logika. Logika mengajarkan tentang bagaimana cara menggunakan nalar yang benar. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis penalaran harus melalui tanda. Tanda- tanda membuat manusia bisa berpikir, yang berkaitan dengan orang lain, dan memaknai apa yang disuguhkan oleh alam.

Peirce menganggap bahwa tanda-tanda selalu bertautan dengan obyek-obyek

(6)

yang serupa, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dengan tanda-tanda atau ikatan konvensional bagi tanda-tanda tersebut. Bagi Peirce, tanda adalah suatu hal yang mewakili hal lain bagi seseorang. Tanda (sign) sendiri adalah contoh dari yang pertama firtsness) dan obyeknya (object) adalah yang kedua (secondness),serta penafsirnya (interpretant) adalah yang ketiga (thirdness).

Menurutnya, semiotika adalah tindakan (action), pengaruh (influence), atau kerjasama tiga subyek. Subyek dalam hal ini bukanlah manusia, melainkan tiga entitas semiotika yang bersifat abstrak yang tidak terpengaruh oleh adat kebiasaan komunikasi yang konkrit. Peirce selalu mencoba menemukan struktur dimanapun berada dan terjadi. Keketigaan yang terdapat pembentukan suatu tanda niscaya akan menimbulkan semiotika yang tanpa batas, selama seorang penafsir yang membaca tanda sebagai tanda bagi orang lain bisa dibaca oleh penafsir lainnya.

Penafsir ini adalah unsur yang mutlak keberadaan untuk merangkai kaitan tanda dengan obyeknya. Agar bisa menjadi sebuah tanda, maka tanda tersebut harus ditafsirkan oleh penafsir.

Peirce juga menjelaskan bahwa suatu tanda bisa digunakan agar dapat berfungsi sebagai tanda disebut ground (latar). Hal tersebut mengakibatkan sebuah tanda selalu berada pada hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant.

Atas asumsi ini, Peirce melakukan pembagian tanda. Tanda yang berkaitan dengan ground dibagi menjadi tiga, qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang terdapat pada tanda, semisal kata-kata keras, kasar, lembut, dan merdu. Sinsign adalah eksistensi nyata sebuah benda atau peristiwa yang terjadi pada tanda, contohnya kata kabur atau keruh yang berada pada susunan kata air sungai keruh, yang merupakan tanda bahwa telah terjadi hujan di hulu sungai.

Legisign, adalah norma atau nilai yang tersirat dalam tanda, misalnya rambu- rambu lalu lintas, yang menunjukkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dikerjakan oleh masyarakat. Mudahnya, legisign adalah sesuatu yang menjadi tanda dikarenakan terdapat aturan, tradisi, dan konvensi di masyarakat.

Untuk obyeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan

(7)

symbol (simbol). Penggunaan kata ikon menunjukkan persamaanya, indeks untuk hubungan sebab akibatnya, dan simbol untuk gagasan konvensionalnya. Sebuah foto bisa menjadi ikon dari sebuah obyek. Adanya tugu mobil ringsek adalah tanda indeks yang menunjukkan bahwa sering terjadi kecelakaan. Sedangkan zebra cross (garis hitam putih untuk sebagai tempat penyebrang berjalan) adalah simbol yang memiliki arti yang telah disepakati.

Mengenai interpretant, Peirce juga membagi menjadi tiga; rheme adalah tanda yang bisa ditafsirkan dengan beragam penafsiran, dicisign adalah tanda yang sesuai dengan fakta dan kenyataan, dan argument adalah tanda yang berlaku umum bagi interpretant.

Menurut Peirce, interpretant bukanlah penafsir. Interpretant adalah apa yang memastikan dan menjamin validitas tanda, walaupun penginterpretasi tidak ada.

Dengan kata lain bahwa interpretant adalah representasi yang lain yang dirujukkan kepada object yang sama. Untuk menjadikan interpretant menjadi sebuah tanda maka harus dinamai dengan tanda yang lain dan begitulah seterusnya. Di titik ini sebuah proses semiosis yang tak berkesudahan dimulai.

Trikotomi Perice ini bisa diterapkan pada fenomena yang tidak disampaikan oleh manusia, asalkan yang menerimanya adalah manusia, seperti gejala-gejala metereologis atau indeks-indeks lain yang sejenis itu.

C. Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Data 1

“Bersabarlah Bunda Istihfarlah”

Kutipan diatas merupakan percakapan Suami (tokoh A) dan Istrinya (Tokoh B).

tokoh A mencoba menasihati Istrinya supaya bisa bersabar atas apa yang terjadi dalam kehidupannya/apa yang Allah titipkan dalam kehidupannya pada waktu itu . bersabar merupakan Akhlak karimah ( terpuji).hal ini sebagaimana firman Allah swtdalam Q.S Al-Anbiya ; 22

(8)

َنوُفِصَي اّمَع ِشْرَعْلٱ ّبَر ِ ّلٱ َن َٰحْبُسَف ۚ اَتَدَسَفَل ُ ّلٱ ّلِإ ٌةَهِلاَء اَمِهيِف َناَك ْوَل Dan hadits Rosulullah Saw

اًن َلُف َتْلَمْعَتْسا اَمَك يِنُلِمْعَتْسَت َلَأ ِ ّا َلوُسَر اَي َلاَق ِراَصْنَ ْلا ْنِم ًلُجَر ّنَأ ْمُهْنَع ُ ّا َيِضَر ٍرْيَضُح ِنْب ِدْيَسُأ ْنَع

ِض ْوَحْلا ىَلَع يِن ْوَقْلَت ىّتَح اوُرِب ْصاَف ًةَرْثُأ يِدْعَب َنْوَقْلَتَس َلاَق Dalam prespektif semiotic Pierce, kutipan diatas merupakan representamen (R) ,bersabar (Akhlak karimah) sebagai interpretant (I) QS Al anbiya:22 sebagai objek 1 (O1) ,dan Hadits Rosulullah sebagai (O2)

Bersabarlah bunda istighfarlah

Data 2

Kutipan diatas merupakan ucapan terimakasih hambanya (tokoh A) kepada Tuhan (Tokoh B). tokoh A mencoba berdo’a meminta permohonan yang terjadi dalam kehidupannya/apa yang Allah titipkan dalam kehidupannya pada waktu itu . berterimakasih merupakan Akhlak karimah ( terpuji).hal ini sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S Al-Ahzab;21

ۗاًرْيِثَك َ ٰاا َرَكَذَو َرِخٰ ْلا َمْوَيْلاَو َ ٰاا اوُجْرَي َناَك ْنَمّل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُا ِ ٰاا ِلْوُسَر ْيِف ْمُكَل َناَك ْدَقَل Hadits nabi : ةريره ىبا نع ىناربطلا هاور) ىِنَت ْرَفَك ىِنَتْيِسَناَماَذِاَو ,ىِنَتْرَكَش ىِنَتْرَكَذاَم َكّنِا ,َمَدَا َنْبااَي : َىلاَعَت ُا اَق)

Bersabarlah (akhlak karimah) (I) Bersabarlah

(akhlak karimah) (I)

Hadits Rosulullah ( O2) Q.S Al-anbiya : 22

(O1)

(9)

Dalam prespektif semiotic Pierce, kutipan diatas merupakan representamen (R) ,berterimakasih (Akhlak karimah) sebagai interpretant (I) QS Al-Ahzab : 21 sebagai objek 1 (O1) ,dan Hadits Rosulullah sebagai (O2)

Data 3

Seperti apa yang dilakukan Haris ,Haris selalu bertutur lembut pada ibunya, ia juga ingin membahagiakan ibunya, bahkan ia juga selalu mendoakan ibunya setelah ibunya meninggal.mendo’akan merupakan akhla karimah (terpuji) hal ini sebagaimana Firman Allah dalam surat

Q.S Al-Isra’ : 23

َلّو ّفُا اَمُهّل ْلُقَت َلَف اَمُهٰلِك ْوَا اَمُهُدَحَا َرَبِكْلا َكَدْنِع ّنَغُلْبَي اّمِا ۗاًن ٰسْحِا ِنْيَدِلاَوْلاِبَو ُهاّيِا ّلِا ا ْٓوُدُبْعَت ّلَا َكّبَر ى ٰضَقَو اًمْيِرَك ًلْوَق اَمُهّل ْلُقَو اَمُهْرَهْنَت Berterimakasih

Akhlak karimah (I) Berterimakasih

Akhlak karimah (I)

Hadits Rosulullah (O2) Terimakasih ya Allah ® Q.S AL-Ahzab :21

(O1)

(10)

Dan Hadits rosulullah

ْلِزْنَي ْمَل اّمِمَو ،ُلِزْنَي اّمِم ُعَفْنَي َءاَعّدلا

Data 4

“Berbeda dengan emaknya. Didapatinya sang emak mengerjakan shalat Shubuh terlebih dahulu sebelum berangkat ke stasiun. Di stasiun, emaknya – juga dirinya – pun menyempatkan diri shalat Zhuhur.”

Dalam kutipan di atas menggambarkan tokoh Emak yang begitu patuh dan tekun dalam beribadah kepada Allah. Adanya sikap tersebut terbentuk dari rasa cinta kepada Sang Pencipta yang telah memberikannya nikmat kehidupan. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa faktor seorang muslim mampu memiliki hubungan dekat dengan Sang Pencipta karena dalam hidupnya senantiasa mengikuti segala perintah dan ketentuan-Nya. Oleh karena itu, setiap manusia yang memiliki rasa cinta terhadap Tuhannya akan selalu menjadikan ibadah dan doa sebagian bagian dari kewajibannya.

Bekerja hanya mampu memenuhi kebutuhan sebagian jasmaninya tetapi ibadah dan doa tidak hanya memenuhi kebutuhan jasmani melainkan rohani. Hal ini sebagaimana firman Allah َنيِعِك ّٰرلللللللللٱ َعللللللللَم ۟اوللللللللُعَكْرٱَو َة ٰوللللللللَكّزلٱ ۟اوللللللللُتاَءَو َة ٰوَلللللللللصلٱ ۟اوللللللللُميِقَأَوّ (QS. Al Baqarah: 43) dan hadits Rasulullah saw: ُةّرُق َلِعُجَو ، ُبيّطلاَو ُءاَسّنلا اَيْنّدلا َنِم ّيَلِإ َبّبُح

ِة َلّصلا يِف يِنْيَع

Berdo’a ( I) Berdo’a( I)

bahkan ia juga selalu mendoakan ibunya setelah ibunya meninggal

Q.S Al-Isra 23

(O1) Hadits Rosulullah

(O2)

(11)

Dalam perspektif semiotik Pierce, kutipan di atas merupakan representament (R), mengingat sholat (akidah) sebagai interpretant (I), QS Al-Baqarah: 43 sebagai objek I (O1), dan hadits Rasulullah sebagai (O2).

Mengingat sholat (akidah) (I)

“Di stasiun, emaknya QS. Al Baqarah: 43 (O1) juga dirinya pun menyempatkan

diri shalat Zhuhur.”(R)

Mengingat sholat (akidah) (I)

Hadits Rasulullah (O2) Data 5

“Mak selama ini hanya bisa bacaan shalat. Itu pun hafalan saja Ndak tahu bener- ndaknya. Intan, Mak pengin mengaji supaya bisa baca al-Quran. Mak pengin naik haji, Intan!”

Kutipan di atas menggambarkan kesadaran hati dan tingkah laku untuk mengaji yang dilakukan oleh Emak menjadikan dirinya percaya bahwa memiliki rasa rindu terhadap Tuhan harus diimbangi dengan rasa patuhnya terhadap perintah yang diberikan oleh-Nya. Salah satunya perintah mengaji dan hafalan surah-surah dalam Al-Quran. Nilai religius yakni senantiasa memiliki rasa rindu terhadap Tuhan juga

(12)

berhubungan dengan nilai religius yang pertama yakni patuh dan tekun dalam beribadah. Hal ini sebagaimana firman Allah QS. Al-Mujadalah: 12 اَذِا ا ْٓوُنَمٰا َنْيِذّلا اَهّيَآٰي

ٌمْيِحّر ٌر ْوللُفَغ َ ٰاا ّنِاللَف ا ْوُدللِجَت ْمّل ْنِاللَف ُۗرللَهْطَاَو ْمُكّل ٌرللْيَخ َكللِل ٰذۗ ًةَقَد َللص ْمُكى ٰو للْجَن ْيَدللَي َنْيَب ا ْوُمّدَقَف َل ْوُسّرلا ُمُتْيَجاَن dan Hadits Rasulullah ٍمِلْسُم ّلُك ىَلَع ٌةَضْيِرَف ِمْلِعْلا ُبَلَط

Dalam perspektif semiotik Pierce, kutipan di atas merupakan representament (R), kemauan belajar (syari’ah) sebagai interpretant (I), QS. Al-Mujadalah:12 sebagai objek I (O1), dan hadits Rasulullah sebagai (O2).

Kemauan belajar (syari’ah) (I)

“Mak pengin mengaji supaya QS. Al-Mujadalah:12 (O1) bisa baca al-Quran.

Mak pengin naik haji, Intan!” (R)

Kemauan belajar (syari’ah) (I)

Hadits Rasulullah (O2)

Data 6

“Ndak ada salahnya bermimpi. Setiap orang ingin bisa menjalankan ibadah suci.

Gusti Allah memberi rezeki dari mana pun datangnya. Kadang terduga, kadang tidak terduga.”

(13)

Dalam kutipan di atas menggambarkan percakapan antara tokoh Emak dan tokoh Intan sekaligus anak perempuan Emak Siti dalam novel. Tokoh Emak yang begitu gigih untuk meraih impiannya dan yakin kepada Allah bahwa Allah akan mengabulkan segala doa-doa hambanya. Bersyukur dan percaya bahwa Allah akan memberi rezeki kepada hambanya adalah salah satu bentuk hubungan manusia dengan Tuhannya. Tidak hanya bersyukur tentang kehidupan dan segala rezeki yang diberikan melainkan diwujudkan melalui tindakan-tindakan lainnya salah satunya berusaha untuk mewujudkan keinginan beribadah haji. Keinginan tokoh utama untuk beribadah Haji dan yakin bahwa rezeki manusia akan datang tanpa disangka-sangka membuktikan adanya keimanan dalam hati. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Adz-Dzariyat:58 ُنيِتَمْلا ِةّوُقْلا وُذ ُقاّزّرلا َوُه َ ّا ّنِإ dan hadits Rasulullah لَلرليلِلدلالَلقلَلم لُّلا لَلبلَلتلَلك لٍلةلَلنلَلس لَلفلْللَلأ لَلنلي لِلس لْلم لَلخلِلب لَلض لْلرَلللا لَلو لِلتلا لَلولَلملّلسلللا لَلقلُلل لْلخلَلي لْلنَلأ لَلللْلبلَلق لِلقِلئلَلللَلخلْلللا

Dalam perspektif semiotik Pierce, kutipan di atas merupakan representament (R), yakin Allah maha pemberi rezeki (syari’ah) sebagai interpretant (I), QS. Adz- Dzariyat:58 sebagai objek 1 (O1), dan hadits Rasulullah sebagai (O2).

Yakin Allah maha pemberi rezeki (syari’ah) (I)

“Gusti Allah memberi rezeki QS. Adz-Dzariyat:58 (O1) dari mana pun datangnya.

Kadang terduga, kadang tidak terdug” (R)

Yakin Allah maha pemberi rezeki (syari’ah) (I)

Hadits Rasulullah (O2)

(14)

Data 7

"Maafin Zahra Mah." ku peluk erat tubuh Mama, tangis tak sanggup lagi ku tahan.

(Bab 1)

Kutipan diatas merupakan permintaan ma’af dan pengakuan rasa bersalahnya Zahra kepada Ibunya atas sifat dan sikapnya yang dulu yang kurang mendengarkan perintah ibunya, tidak menutup aurat dan suka bolos saat mengikuti pengajian. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

َكِلَذ لَبْقَيْلَف ًلّصَنَتُم ُه ْوُخَأ ُهاَتَأ ْنَم : َمّلَسَو ِهْيَلَع ُا ىّلَص ِا ُل ْوُسَر َلاَق :َلاَق هنع ا يضر َةَرْيَرُه يِبَأ ْنَع َيِوُر

َض ْوَحْلا ّيَلَع ْدِرَي ْمَل ْلَعْفَي ْمَل ْنِإَف ،ًلِطْبُم ْوَأ َناَك ًااقِحُم ُهْنِم Artinya: “Abu Hurairah berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: ‘Barangsiapa pernah melakukan kezaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat). (Kelak) jika dia memiliki amal saleh, akan diambil darinya seukuran kezalimannya. Dan jika dia tidak mempunyai kebaikan (lagi), akan diambil dari keburukan saudara (yang dizalimi) kemudian dibebankan kepadanya.” (HR Bukhari)

Meminta Ma’af (Akhlak) (I)

(15)

Kutipan (R) (O) HR Bukhari

Data 8

Apa ke masjid aja buat sholat Dhuha? Malu enggak yah kalau ke masjid? Bismillah aja deh. (Bab 2)

Kutipan diatas merupakan isi hatinya Zahra untuk melaksanakan Sholat Dhuha di Mesjid namun masih ada rasa malu karena baru hijrah. Tapi pada akhirnya dia sholat dhuha. Sebagaimana Hadits Rasulullah SWT :

Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghathafani, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُهَرِخآ َكِفْكَأ ِراَهّنلا ِلّوَأ ْنِم ٍتاَعَكَر ِعَبْرَأ ْنَع ْزِجْعَت َل َمَدآ َنْبا اَي ّلَجَو ّزَع ُ ّا َلاَق

“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang” (HR. Tirmidzi no. 475, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.

4342).

Akhlak (I)

Kutipan (R) (O) HR. Tirmidzi no. 475

Data 9

(16)

Dia? Cowok songong? Ngapain dia ada di kelasku? (Bab 3)

Kutipan diatas merupakan ejekan kepada orang yang tidak disukai, karena baru sekali bertemu tapi itu tidak menjamin mengetahui karakter aslinya seperti apa. Sebagai makhluk sosial kita harus senantiasa berprasangka baik kepada orang lain janganlah berprasangka terlebih dahulu. Sebagaimana firman Allah SWT :

ّنُكّي ْنَا ىٰٓسَع ٍءۤاَسّن ْنّم ٌءۤاَسِن َلَو ْمُهْنّم اًرْيَخ اْوُنْوُكّي ْنَا ىٰٓسَع ٍم ْوَق ْنّم ٌم ْوَق ْرَخْسَي َل اْوُنَمٰا َنْيِذّلا اَهّيَآٰي

ُمُه َكِٕىٰۤلوُاَف ْبُتَي ْمّل ْنَمَو ِۚناَمْيِ ْلا َدْعَب ُقْوُسُفْلا ُمْس ِلا َسْئِب ِۗباَقْلَ ْلاِب اْوُزَباَنَت َلَو ْمُكَسُفْنَا آْوُزِمْلَت َلَو ّۚنُهْنّم اًرْيَخ

َن ْوُمِلٰاظلا Terjemahan

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. Al-Hujurat : 11)

Akhlak Tercela (I)

Kutipan (R) (O) Q.S. Al-Hujurat : 11

(17)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Tafsir Charles Sanders Peirce lahir pada 10 September 1939 di Cambridge, Massachusetts. Ayahnya, Benjamin Peirce adalah salah satu seorang ahli Matematika terkemuka di Amerika. Charles Peirce, pada masanya adalah seorang ahli Matematika, logika, kimia, astronomi, geodetik, kartografi, spectrokopi, insinyur, surveyor, ekonomi, metrologi, sejarawan ilmu

(18)

pengetahuan, psikologi, filosof, leksikografi, drama, akting, semiotika, dan seorang penulis cerita pendek.

Peirce menganggap bahwa tanda-tanda selalu bertautan dengan obyek-obyek yang serupa, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dengan tanda-tanda atau ikatan konvensional bagi tanda-tanda tersebut. Bagi Peirce, tanda adalah suatu hal yang mewakili hal lain bagi seseorang. Tanda (sign) sendiri adalah contoh dari yang pertama firtsness) dan obyeknya (object) adalah yang kedua (secondness),serta penafsirnya (interpretant) adalah yang ketiga (thirdness).

Menurutnya, semiotika adalah tindakan (action), pengaruh (influence), atau kerjasama tiga subyek.

DAFTAR PUSTAKA

Taufiq, Wildan. 2016. Semiotika: untuk Kajian Sastra dan Al-Qur’an.

Bandung: Penerbit Yrama Widya.

Ilmi, Mochammad. 2019. Konsep Al-Din dalam Al-Quran (Telaah Semiosis Perspektif Charles Sanders Peirce. Al-Bayan: Studi Al-Qur‘an dan Tafsir 4, 1 (Juni 2019): 30-41

Wulandari, Sovia dan Erik D Siregar. 2020. KAJIAN SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PIERCE: RELASI TRIKOTOMI (IKON, INDEKS DAN SIMBOL) DALAM CERPEN ANAK MERCUSUAR KARYA MASHDAR ZAINAL.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Tanda baca yang tepat pada kalimat tersebut adalah….. Kata serang ditambah awalan me-

4 Security, as when the area is developed, the government also increases security 9 3 5 Opportunity to find a job after graduation 5 6 It helps children from the rural area to study