Makalah
Pendekatan Dalam Apresiasi Sastra Di MI/SD Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Sastra
Dosen Pengampu : Muh. Zuhdy Hamzah, M. Pd
Disusun Oleh:
Karunia Nur Hafizh Ananda (210103110134) Fira Afrian Dani (210103110139)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
September 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ’alamin segala puji dan syukur saya haturkan kepada Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya diberikan kesehatan untuk menyelesaikan tugas yang berupa makalah Pendekatan dalam Apresiasi Sastra Di MI/SD dengan lancar serta dapat mengumpulkannya tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam saya haturkan seagung – agungnya semoga terlimpah kepada baginda tercinta serta pimpinan seluruh umat, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah yang penuh dengan kebodohan menuju zaman yang terang benderang penuh dengan ilmu pengetahuan yakni agama islam.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu mata kuliah Apresiasi Sastra Bapak Muh. Zuhdy Hamzah, M.Pd pada bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Kmi ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Kami sangat memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik sangat dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.
Malang, 11 September 2023
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ... 2
DAFTAR ISI ... 3
BAB I ... 4
PENDAHULUAN ... 4
A. Latar Belakang ... 4
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Makalah ... 5
BAB 2 ... 6
PEMBAHASAN ... 6
A. Teori Pendekatan Sastra ... 6
B. Jenis-jenis Pendekatan Sastra ... 6
1. Pendekatan Pragmatik ... 6
2. Pendekatan Objektif ... 8
3. Pendekatan Mimetik ... 10
4. Pendekatan Ekspresif ... 11
5. Pendekatan Struktural ... 13
6. Pendekatan Feminisme ... 14
7. Pendekataan Semiotik ... 16
C. Analisis Pendekatan Sastra Dalam Puisi ... 17
BAB III ... 24
PENUTUP ... 24
DAFTAR PUSTAKA ... 25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hakikat karya sastra merupakan sebuah sistem yang teridri tidak hanya karya sastra itu sendiri, melainkan juga sastrawan, masyarakat, serta pembacanya. Karya sastra merupakan bagian dari kehidupan sosial dan budaya, serta tidak bisa dipisahkan begitu saja dari masyarakatnya.1 Karya sastra ditulis oleh pengarang dengan menggunakan sistem bahasa tingkat kedua (secondary modelling system). Karena itu, karya sastra adalah sebuah sistem produksi yang memiliki kode sastra, bahasa, dan budaya.
Pada dasarnya sastra anak memiliki posisi yang sama dengan sastra orang dewasa. Dimana sastra anak lebih menempatkan anak sebagai pusat penceritaan (books that have children eyes at the center). Sehingga, pendekatan karya sastra yang selama ini digunakan untuk mengkaji sastra (orang dewasa) juga bisa digunakan untuk mengkaji sastra anak, sepanjang pendekatan tersebut tepat dan relevan dengan topik atau permasalahan yang dikaji.
Banyaknya pendekatan yang ada, sebagian besar dibahas untuk mengetahui jenis pendekatan yang cocok digunakan untuk memperkenalkan sastra pada anak. Kemunculan pendekatan-pendekatan tersebutlah yang harus diketahui oleh kita sebagai orang dewasa sekaligus guru dalam menyampaikan karya sastra kepada siswa. Oleh karena itu, pembuatan makalah ini difokuskan pada pendekatan-pendekatan yang berguna untuk guru maupun siswa ketika ingin mempelajari sastra anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori pendekatan dalam sastra?
2. Apa saja jenis-jenis pendekatan dalam sastra?
3. Bagaimana contoh analisis pendekatan sastra pada puisi?
1 Culler, Jonathan. 1977. Structuralist Poetics. London: Mathuen & Co. Ltd.
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mendeskripsikan teori pendekatan dalam sastra 2. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis pendekatan dalam sastra
3. Untuk mendeskripsikan contoh analisis pendekatan sastra pada puisi
BAB 2 PEMBAHASAN A. Teori Pendekatan Sastra
Teori sastra merupakan salah satu cabang ilmu sastra yang mempelajari mengenai prinsip, hukum, kategori, serta kriteria sebuah karya sastra yang membedakannya dengan yang bukan sastra. Teori Universe oleh Abrams pernah dibahas dalam bukunya yang berjudul,
“The Mirror and The Lamp”. Dalam buku tersebut, Abrams mengemukakan sebuah teori universe terhadap sastra. Teori universe ini merujuk pada alam semesta. Dalam hal tersebut dapat kita ketahui empat hal yakni, suatu sastra (karya seni), pencipta (pengarang), semesta alam yang mendasari lahirnya karya sastra (realitas sosial), penikmat karya sastra (pembaca). Berdasarkan teori itu, karya sastra dapat dipandang dari empat sudut pandang yaitu ekspresif, mimetik, pragmatis dan obyektif.2
Jadi, teori sastra pada dasarnya merupakan studi sistematis mengenai sastra dan metode untuk menganalisis sastra. Dengan adanya teori sastra ini, kita jadi lebih mudah dalam membedakan karya sastra dengan karya yang non sastra.
B. Jenis-jenis Pendekatan Sastra 1. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatic adalah pendekatan yang melihat karya sastra sebagai media untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca.
Tujuan tersebut dapat berupa tujuan yang ada kaitannya dengan pendidikan, moral, politik, agama, ataupun tujuan yang lain. Sastra anak memiliki nilai instrinsik dan ekstrinsik.3
Kajian terhadap nilai dan manfaat sastra anak bagi kehidupan adalah bagian dari pendekatan pragmatik dalam sastra. Abrams memaknai
2 Abrams, M.H. 1971. The Mirror and the Lamp: Romantic Theory and The. Critical
Traditional. London: Oxford University Press.
3 Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.
pendekatan pragmatik sebagai sebuah pendekatan yang berorientasi pada pembaca selaku penerima pesan. Istilah pragmatik menunjuk pada efek komunikasi seni yang dirumuskan oleh Horatius sebagai dulce et utile.4 Fungsi menghibur dan bermanfaat inilah yang terutama diperhatikan dalam mengkaji karya sastra.
Kajian terhadap sastra anak dengan menggunakan pendekatan pragmatik antara lain pernah dilakukan oleh Else Liliani dalam penelitiannya yang berjudul “Pemanfaatan Sastra Anak sebagai Media Mitigasi Bencana”. Fokus permasalahan yang ia sajikan dalam penelitiannya adalah, jenis-jenis sastra anak yang dapat dimanfaatkan sebagai media mitigasi bencana, kesesuaian dan ketepatan sastra anak bagi calon pembacanya berdasarkan tahapan perkembangan kognitif anak, dan perumusan perencanaan pemanfaatan sastra anak untuk mitigasi bencana dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Cerpen Kado Terindah karya Paulus Subiyanto dapat dimanfaatkan sebagai sarana mitigasi bencana pada siswa SD kelas V semester 2.
Penentuan cerpen bagi siswa SD kelas V semester 2 ini disesuaikan dengan kurikulum mereka.
Jenis Tingkat Sekolah
Aspek Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Fiksi
Kode : BI Judul : Kado Terindah
Kelas 5 Semester 2
Mendengarkan 5.
Memahami cerita
tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang
disampaikan
5.1 Menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang
disampaikan secara lisan 5.2
Mengidentifikasi
4 Abrams, M.H. 1981. The Mirror and The Lamp. New York
secara lisan unsur cerita (tokoh, tema, latar,amanat)
Pemanfaatan sastra anak dengan judul “Kado Terindah” untuk mitigasi bencana, para siswa diminta untuk menangkap tema dan konfik yang disajikan di dalam cerita. Contohnya seperti kasus lumpur lapindo yang terjadi beberapa tahun silam. Melalui bencana tersebut, siswa diminta untuk mencari upaya pencegahan dan penggulangan dari bencana tersebut.
Meskipun masih jauh dari pengetahuan teknis, namun jawaban para siswa sudah dapat digali melalui sikap mereka dalam mengatasi, mencegah, dan menyelesaikan permasalahan yang mereka jumpai untuk dituangkan secara lisan.
Adapun tanggapan mereka terhadap bencana ini harus digali dengan baik. Caranya dengan meminta siswa merumuskan perilaku tidak bertanggung jawab yang menyebabkan terjadinya bencana di sekitar mereka. Selain penyebabnya, siswa juga diminta untuk menyelesaikan permasalahan melalui tindakan pencegahan dan penanggulangan bencana setelah terjadi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui berbicara secara langsung, kemudian melatih keterampilan dengan melaporkan peristiwa alam yang terjadi di seitarnya dalam bentuk tulisan..
Sebenarnya, saat siswa diminta untuk menyelesaikan masalah bencana guru secara tidak langsung sudah mengajarkan siswa bagaimana cara mencegah bencana terjadi, cara penanggulangannya,
2. Pendekatan Objektif
Menurut Abrams, pendekatan objektif lebih menekankan pada karya sastra itu sendiri. Karya sastra yang dilakukan secara tertutup, dengan kata lain pendekatan ini dilakukan dengan menganalisis struktur karya sastra itu sendiri. Dalam pendekatan ini, kajian terhadap unsur
pembangun sastra tidak boleh dilakukan secara terpisah. Karena harus ada penjelasan mengenai bagaimana hubungan dan kaitan antara unsur sastra yang satu dengan yang lainnya. Berikut contoh dari pendekatan objektif yang disajikan dalam sebuah karya sastra berjudul “Nasi Goreng” karya Duryatin Amal.5
Dari teks diatas, maka kita dapat melakukan analisis dari struktur cerpen. Cerpen ini menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu Rima yang membuat pembaca menjadi lebih dekat dengan tokoh Rima.
Penokohan dalam cerpen ini adalah Rima sebagai tokoh utama dan ibu sebagai tokoh pendukung. Konflik cerpen ini adalah kekhawatiran Rima yang akan mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS) di sekolahnya, ia khawatir dan takut membawa makanan yang kurang layak untuk dibagikan pada teman-temannya. Untuk mengatasi masalah tersebut, Rima membuat
5 Bekti Utami, 2012. Diakses secara online melalui
https://biodatabektiutamikumaihulu.wordpress.com/2012/07/29/naskah-drama-bahasa-indonesia- nasi-goreng-oleh-duryatin-amal/
nasi goring yang dibungkus dengan daun pisang yang diambil dari kebun.
Dalam cerita ini, tokoh ibu yang lebih tua sudah menghidupi Rima dengan kerja keras sekuat tenaga. Hal inilah yang menjadi penguatan latar belakang tokoh Rima. Klimaks yang disajikan dalam cerpen ini adalah ketika Rima harus memberikan bekalnya kepada anak orang kaya. Akhir cerita ini adalah ketika Rima dan ibunya menerima jasa catering dan diminta menjual nasi goreng di kantin sekolah. Maka dari itu, cerpen ini mengangkat tema bahwa segala berkah Tuhan yang telah diberikan harus senantiasa disyukuri.
3. Pendekatan Mimetik
Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang memandang karya sastra adalah sebuah bentuk tiruan dari alam. Dalam hal ini, pengarang melakukan kerja selektif untuk mengambil dan memilih kenyataan yang ditemukan di lapangan untuk diambil dan diolah menjadi karya sastra dengan menggunakan daya kreativitasnya. Pendekatan mimetik dalam karya sastra memandang bahwa karya sastra tidak hanya merupakan tiruan, melainkan sekaligus sebagai sebuah bentuk kreativitas.
Berikut ini adalah contoh pendekatan Mimetik dalam novel
“Keajaiban Untuk Ila” karya Anindita. 6
Keajaiban untuk Ila adalah sebuah novel yang berlatar belakang peristiwa musibah tsunami di tanah Aceh.7 Pengarang dalam hal ini
6 Diakses secara online melalui http://bukuygkubaca.blogspot.com/2006/01/keajaiban-untuk- ila.html pada 11 September 2023
memanfaatkan unsur-unsur fakta cerita, seperti latar tempat dan konflik.
Tidak ada tokoh dalam dunia nyata yang dimanfaatkan oleh pengarang untuk menyampaikan maksudnya. Penulis mengambil latar belakang lokasi Aceh tempat terjadinya tsunami pada tahun 2004 sebagai pendukung ceritanya yang memang pernah terjadi. Konflik dalam novel ini adalah bencana alam yang berefek pada bencana sosial. Hadirnya tokoh Ila dalam novel ini kembali mengingatkan memori masyarakat mengenai bencana terbesar di penghujung tahun 2004 itu. Peristiwa tersebut menjadi sarana bagi Anindita untuk menyampaikan pesan bahwa keajaiban bisa datang pada saat-saat yang sulit, seperti yang dialami Ila.
Dalam novel tersebut diceritakan bahwa Ila adalah seorang gadis kecil yang sebentar lagi berusia 7 tahun dan akan segera masuk sekolah. Ia dihadiahkan oleh kakeknya sebuah tas beserta perlengkapan alat tulis. Ila yang merasa sangat senang tak percaya bahwa beberapa saat kemudian bahaya besar menghampiri dirinya. Tsunami melanda Aceh yang saat itu didahului oleh gempa. Kemudian selama berhari-hari, Ila terapung-apung di tengah lautan. Ia bertahan hidup air minum dan makanan yang ia temukan terapung di dekatnya. Hal ini merupakan peritiwa nyata yang dialami oleh Martunis, anak Aceh yang ditemukan terapung-apung di tengah lautan karena tsunami. Sehingga, tidak salah jika penulis menggunakan latar ini untuk keperluan ceritanya agar orang-orang menjadi lebih tertarik.
4. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang memusatkan perhatiannya pada pengarang. Pendekatan ekspresif ini adalah pendekatan terhadap karya sastra yang sebenarnya dikembangkan oleh kaum romantik sejak abad 19. Kaum Romantik memandang pengarang sebagai makhluk yang jenius. Sehingga, pengarang acap kali disamakan dengan burung nightingale yang bersuara indah dalam kesunyian di malam hari. Para
7 Thayf, Anindita S. 2005. Keajaiban untuk Ila. Bandung: Mizan.
pengarang dianggap sebagai orang yang jenius karena menyampaikan pemikiran-pemikiran kreatif dalam karyanya.
Ada beberapa tahap kerja dalam pendekatan ekspresif. Pertama, pengkaji harus mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai latar belakang pengarang. Kedua, mencari kemungkinan karakteristik atau pengaruh latar belakangnya terhadap karya yang diciptakan.
Salah satu sastrawan cilik di Indonesia yang terkenal adalah Abdurrahman Faiz atau yang biasa dikenal dengan Faiz. Faiz merupakan anak dari penulis Helvi Tiana Rosa dan seorang wartawan yang kerap kali wara-wiri di televisi yaitu Tomy Satryotomo. Latar belakang keluarganya yang educated well, sangat memungkinkan Faiz untuk mendapatkan pendidikan yang baik pula. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan Faiz dalam membuat puisi saat usia tiga tahun dan mulai menuliskan puisinya sendiri pada usia lima tahun.8
Berikut contoh karyanya:
Faiz adalah sebuah contoh yang tidak akan muncul dari masyarakat kebanyakan dan orang biasa. Itu artinya, peran keluarga sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengasah bakat kreativitasnya. Sehingga
8 Faiz, Abdurrahman. 2007. “Negeri yang Menggigil” dalam kumpulan puisi Nadia, Negeri yang Menggigil. Jakarta: LIngkar Pena Publisher.
dengan kemudahan akses belajar yang ia terima, merupakan modal utama untuk mengembangkan kemampuan yang ia miliki.
5. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural adalah pendekatan kajian terhadap teks karya sastra dengan melepaskan latar belakang sosial, sejarah, psikologis, dan biografis tidak hanya terjadi di Rusia. Paham ini juga sampai di Amerika serikat, dibawa oleh Rene Wellek, seorang strukturalis Praha yang menjadi imigran di Amerika Serikat.
Strukturalisme berupaya mengembangkan teknik pembacaan terhadap karya sastra dengan menggunakan istilah close reading atau kritik praktis. Mereka menekankan perlunya pendekatan intrinsik dan pendekatan formalistik. Pendekatan instrinsik berarti hanya memperhatikan unsur di dalam karya sastra, dan mengabaikan unsur-unsur eksternal yang dinilai tidak penting. Pendekatan formalistik ditunjukkan oleh analisis yang mendetail terhadap bentuk kesusastraan agar pembacaan teks tersebut berhasil.
Berikut contoh pendekatan structural yang disajikan dalam sebuah buku yang berjudul “Fenomena Intrinsik Cerita Anak Indonesia Kontemporer, Dunia Sastra yang Terpinggirkan”.
Dalam bukunya tersebut, Trimansyah mengungkap struktur tema, tokoh, latar, alur, dan sudut pandang dalam novel anak Indonesia dekade 1990-an. Menurut Trimansyah, tema novel anak Indonesua yang dikajinya cukup bervariasi, ada yang menampilkan tema persahabatan, petualangan dan misteri, serta perjuangan anak dalam meraih masa depan. Novel-novel terbitan Balai Pustaka ditujukan untuk anak SD kelas 4, 5, dan 6. Watak yang dikembangkan dalam novel yang dikaji cenderung biner, yakni membedakan antara tokoh baik dan jahat yang kemudian dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan. Menurut Trimansyah, novel yang tidak dipenuhi pesan-pesan menggurui secara gamblang lah yang lebih memiliki daya tarik untuk dibaca.9
6. Pendekatan Feminisme
Feminisme dimaknai sebagai pemikiran yang mempercayai bahwa perempuan ditaklukkan laki-laki karena jenis kelamin dan perempuan layak mendapat kesamaan posisi di mata hukum. Pendekatan feminisme adalah suatu pendekatan yang memfokuskan kepada citra perempuan serta steroetipe perempuan dalam karya sastra yang dimana kajian feminisme membahas tentang gender seorang perempuan.10
Kajian sastra anak dengan perspektif kritik sastra feminis pernah dilakukan oleh Triyanto Triwikromo dalam artikelnya yang berjudul Kekerasan pada Perempuan dalam Cerita Anak tahun 2004. Penokohan perempuan dalam cerita anak menjadi sorotan utama Triwikromo. Dalam artikelnya tersebut, Triwikromo menjelaskan bahwa tokoh perempuan dalam cerita anak umumnya dibebani dengan adanya mitos kecantikan, karakter pengutuk, serta perlunya mengkonstruksi bacaan anak.
Triwikromo menjelaskan bahwa tokoh perempuan dalam cerita anak mengalami ideologi pembinatangan, misalnya dalam cerita
9 Trimansyah, Bambang. 1999. Fenomena Intrinsik Cerita Anak Indonesia Kontemporer: Dunia Sastra yang Terpinggirkan. Bandung: Nuansa.
10 Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminism Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Tangkuban Perahu. Tokoh Dayang Sumbi digambarkan sebagai perempuan yang senantiasa cantik yang dilahirkan dalam seekor babi betina dan bercinta dengan anjing. Selain itu, kekerasan terhadap tokoh perempuanjuga ditemui dalam cerita Malin Kundang. Perempuan dalam cerita Malin Kundang digambarkan sebagai tokoh pengutuk, tua, dan terlunta-lunta. Selain itu, perempuan “menciptakan” batu dosa anaknya.
Tokoh perempuan dalam cerita Malin Kundang adalah sosok pendendam yang mengerikan. Kisah-kisah penghakiman seorang perempuan juga ditemui dalam cerita Bawang Merah dan Bawang Putih yang menganggap perempuan hanya seharga kain rombeng.
Triwikromo menyampaikan perlunya menghindarkan diri dari kekerasan terhadap perempuan dalam cerita anak. Hal itu dapat dilakukan dengan mengkonstruksi ideologi tertentu, misalnya feminisme, untuk menghindarkan teks dari segala macam bentuk kekerasan terhadap perempuan. Konstruksi ini memang tidak terlalu mudah, namun hal itu tetap perlu dilakukan. Memang, pada akhirnya pengarang nanti harus bisa menganggap teks sebagai penciptaan medan makna yang bebas dari kekerasan terhadap perempuan.
Triwikromo menambahkan bahwa cerita anak bisa terbebas dari kekerasan terhadap perempuan bila pengarangnya telah memahami gender voice. Beberapa bentuk ketidakadilan terhadap perempuan sering kita jumpai dalam bahasa. Cerita anak dalam tingkat mendasar akan bisa menghindarkan diri dari kekerasan terhadap perempuan apabula bahasa yang digunakan telah mematuhi kaidah-kaidah yang diperjuangkan seperti yang tercermin dalam gender voice yang dipilih. Bentuk ketidakadilan terhadap perempuanm misalnya, dapat dijumpai dalam istilah “polwan”.
Kita acap menyebut polwan untuk Polisi Wanita, namun cukup “polisi”
untuk menyebut polisi pria. Konsep pelacur hanya digunakan untuk perempuan, padahal pelakunya tidak hanya perempuan, namun juga ada laki-laki.
7. Pendekataan Semiotik
Pendekatan semiotik adalah sebuah pendekatan yang memandang bahwa karya sastra pada hakikatnya adalah sebuah sistem tanda. Menurut Jonathan Culler, studi sastra mestinya bersifat semiotik, yakni memperlakukan sastra sebagai sistem tanda.11 Tugas semiotik bukan mendeskripsikan tanda-tanda tertentu, melainkan mendeskripsikan konvensi-konvensi yang melandasi ragam tingkah laku yang “wajar” dan representasinya.
Puisi dalam kacamata semiotika merupakan sebuah bentuk komunikasi yang berbeda dengan bentuk-bentuk komunikasi yang umum.
Mengapa? Karena puisi menyampaikan sesuatu (pesannya) melalui cara yang tidak langsung.12 Ketidaklangsungan itu, oleh Riffaterre, dikatakan karena adanya distorting of meaning (penyimpangan arti), displacing of meaning (penggantian arti), dan creating of meaning (penciptaan arti) (Pradopo, 2002:282). Penggantian arti disebabkan oleh adanya metafora dan metonimi atau bahasa kiasan (figuratives language). Penyimpangan arti disebabkan oleh ambiguitas (ketaksaan), kontradiksi, dan nonsense, sedangkan penciptaan makna disebabkan oleh adanya rima, enjambement, homologues, atau tipografi.
Berikut contoh pendekatan Semiotik dalam puisi berjudul,
“Penderitaan Negeriku oleh M. Fauzi.13
Penderitaan Negeriku Oleh : M. Fauzi Ku lihat negeri ini
Penuh dengan penderitaan Banyak orang menderita Ada pula orang yang miskin
11 Culler, Jonathan. 1977. Structuralist Poetics. London: Mathuen & Co. Ltd.
12 Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington & London: Indoana University Press.
13 Fauzi, M. 2007. “Penderitaan Negeriku” diakses dari www.rumahdunia.net pada 11 September 2023.
Kulihat di berbagai provinsi Penuh dengan bencana Yang terkena gempa
Dan... ada yang terkena tsunami
Betapa sedihnya hati ini...
Melihat penderitaan negeriku Bangkitlah Indonesiaku
Bangkitlah mulai dari detik ini
Kumohon Tuhan beri kesabaran Kepada mereka
Dalam menghadapi cobaan Beri ketabahan kepada mereka
Puisi Penderitaan Negeriku relatif ditulis dengan kata-kata yang lugas dan cenderung menyampaikan pemikiran dan maksud secara denotatif. Sehingga, tidak ditemui kata-kata yang sifatnya ambigu, kontradiktif, dan nonsense. Penggantian arti (replacing of meaning) yang ditemukan dalam puisi Penderitaan Negeriku hanya ditunjukkan dengan adanya metafora, pengandaian Indonesia sebagai layaknya orang yang perlu untuk segera bangkit setelah mengalami keterpurukan karena berbagai bencana yang dialaminya.
Tampaknya, M. Fauzi, penulis Penderitaan Negeriku ini belum memiliki jam terbang menulis puisi yang cukup tinggi. Bandingkan dengan tulisan Abdurrahman Faiz yang dalam usia yang sama cukup piawai dalam merangkai kata-kata menjadi sebuah puisi dengan penggunaan dan permainan bahasa yang cukup kaya.
C. Analisis Pendekatan Sastra Dalam Puisi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SD Negeri 052 Mambu
Kelas / Semester : IV/2
Tema : 6. Cita-citaku
Sub Tema : 3. Giat Berusaha Meraih Cita-cita Pembelajaran Ke : 4
Alokasi Waktu : 10 Menit A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR
Kompetensi Dasar Indikator
3.6. Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan dan tulis dengan tujuan untuk kesenangan.
3.6.1 Menyebutkan cara mendeklamasikan puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang benar.
3.6.2 Menjelaskan cara mendeklamasikan puisi
dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang benar.
4.6 Melisankan puisi hasil karya pribadi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri.
4.6.1 Mendeklamasikan puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang benar.
4.6.2 Menyajikan cara mendeklamasikan puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang benar.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui kegiatan mengamati, peserta didik mampu menuliskan makna sebuah puisi dengan benar.
2. Melalui penugasan, peserta didik mampu membaca puisi dengan baik dan benar.
3. Melalui kegiatan berlatih membaca puisi, siswa mampu mendeklamasikan puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang benar.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Alokasi Waktu
Pembukaan 1. Guru mengucapkan salam, mengabsen siswa dan berdoa bersama
2. Guru meminta siswa untuk memeriksa kerapihan diri, kebersihan dan kerapihan kelas
3. Tanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah
10 Menit
dipelajari sebelumnya 4. Guru menyampaikan Tema,
Sub Tema dari pembelajaran yang akan berlangsung 5. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dipelajari siswa
6. Siswa menyampaikan yel-yel agar memberi semangat dalam belajar
Inti Ayo Berdiskusi
1. Siswa membaca dan
mencermati teks bacaan yang berjudul “ Si Pendekar Kali Pesanggrahan”. Siswa menggaris bawahi
informasiinformasi penting yang ia dapatkan dari bacaan, informasi penting bisa berupa informasi yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, kepedulian seseorang dalam melestarikan lingkungan atau upaya-upaya yang dilakukan oleh
seseorang untuk mewujudkan impian dan cita-citanya.
2. Guru menggunakankan teks bacaan ini untuk
menginspirasi siswa tentang pentingnya pelestarian
lingkungan dan gigihnya usaha seseorang dalam mewujudkan keinginan dan cita-citanya.
3. Siswa mencoba memahami pesan-pesan moral yang ia dapatkan melalui bacaan tersebut dengan mengisi diagram yang disediakan di Buku Siswa.
4. Siswa mempelajari diagram yang diisi dan memetik pelajaran dari diagram tersebut terutama tentang upaya Pak Idin dalam mengatasi rintangan- rintangan yang ditemukan untuk mewujudkan keinginan dan cita-citanya.
5. Siswa membaca teks puisi
“Teman Terhebat”
6. Siswa mencoba memahami isi puisi dengan menjawab pertanyaan yang disediakan Penutup 1. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memberikan komentar tentang hal-hal menarik yang siswa alami pada hari
tersebut, guru menggunakan komentar siswa sebagai
bahan masukan mengenai desain pembelajaran yang dirancang.
2. Guru menyampaikan cakupan materi pada pertemuan
selanjutnya.
3. Doa penutup dipimpin oleh salah satu siswa.
4. Guru mengucapkan salam
E. PENERAPAN PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN 1. Puisi
TEMAN TERHEBAT Oleh : Asidik Al Jafar Teman
Kau bagaikan obat yang menyembuhkan setiap lukaku Yang selalu membuatku tersenyum dan bahagia Teman
Kau seperti pahlawan yang hebat Kau seperti rumah yang melindungiku Terima kasih oh teman terhebat
Pertemanan kita tak mungkin kulupa untuk selama-lamanya Karena kenangan itu adalah suatu anugrah dari
Tuhan Yang Maha Kuasa 2. Hasil Analisis
a. Diksi atau pemilihan kata yang digunakan adalah kata-kata yang mudah dimengerti oleh pembaca, khususnya anak-anak. Seperti pada bait:
Terima kasih oh teman terhebat
Pertemanan kita tak mungkin kulupa untuk selama-lamanya
b. Rima atau irama puisi Teman Terhebat karya Asidik Al Jafar adalah rima tidak beraturan.
c. Tipografi puisi ini yaitu satu bait terdiri atas tiga bait dan dalam stau baris terdiri atas 3-11 kata.
d. Pengimajinasian pada puisi ini menggunakan indera, yaitu indera penglihatan. Selain itu, puisi ini juga menggunakan perasaan untuk membuat pembaca menjadi lebih emosional. Contohnya pada kalimat:
Teman (penglihatan)
Kau bagaikan obat yang menyembuhkan setiap lukaku (perasa)
e. Kata konkret yang digunakan dalam puisi ini menggambarkan bahwa perasaan seorang anak yang menyayangi teman dekatnya yang selalu bisa membuat dia bahagia dan tersenyum ketika terluka, dan sesuatu yang baik diibaratkan sebagai pahlawan dan rumah pelindung. Contohnya pada kalimat “kau seperti pahlawan yang hebat” dan “kau seperti rumah yang melindungiku”.
f. Gaya bahasa atau majas yang digunakan adalah majas asosiasi, yaitu membandingkan dua hal yang berbeda tapi dianggap sama dalam hal kesamaan sifat. Contohnya pada kalimat “kau seperti rumah yang melindungiku”.
g. Temanya adalah tentang seorang anak yang menyayangi teman dekatnya dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah diberi seorang teman dekat yang baik.
h. Nada dan suasana pada puisi “Teman Terhebat” adalah senang, bahagia, dan bersyukur.
i. Amanat yang disampaikan dalam puisi ini adalah bahwa kita sebagai manusia harus bersyukur kepada Tuhan yang telah memberi kita teman atau sahabat karena sebagai manusia kita tidak bisa hidup sendirian. Kita harus menyayangi teman karena teman merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
j. Pendekatan yang digunakan dalam puisi ini adalah pendekatan objektif dengan menganalisis sastra puisi itu secara keseluruhan.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Pendekatan dalam sastra anak memiliki banyak macamnya.
Pendekatan yang paling sering digunakan adalah pendekatan pragmatic, pendekatan objektif, pendekatan mimetic, pendekatan ekspresif, pendekatan structural, pendekatan feminism, dan pendekatan semiotic.
Ketujuh pendekatan ini memiliki berbagai definisi dan contoh penerapan yang berbeda-beda.
B. Saran
Oleh karena banyaknya berbagai jenis pendekatan sastra anak, maka perlu pengkajian lebih dalam lagi tentang bagaimana penerapan dan contoh yang disajikan mengenai pendekatan ini. Sehingga guru harus lebih giat dalam memahami berbagai pendekatan ini agar siswa lebih cepat paham dan dapat memahami sastra dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H. 1981. The Mirror and The Lamp. New York.
Bekti Utami. 2012. Diakses secara online melalui https://biodatabektiutamikumaihulu.wordpress.com/2012/07/29/naskah- drama-bahasa-indonesia-nasi-goreng-oleh-duryatin-amal/ pada pukul 9.20 WIB.
Culler, Jonathan. 1977. Structuralist Poetics. London: Mathuen & Co. Ltd.
Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminism Sebuah Pengantar. Jakarta:
Gramedia.
Faiz, Abdurrahman. 2007. “Negeri yang Menggigil” dalam kumpulan puisi Nadia, Negeri yang Menggigil. Jakarta: LIngkar Pena Publisher.
Fauzi, M. 2007. Diakses secara online melalui www.rumahdunia.net pada 11 September 2023 pada pukul 9.30 WIB.
Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington & London: Indoana University Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.
Thayf, Anindita S. 2005. Keajaiban untuk Ila. Bandung: Mizan.
Trimansyah, Bambang. 1999. Fenomena Intrinsik Cerita Anak Indonesia Kontemporer: Dunia Sastra yang Terpinggirkan. Bandung: Nuansa.