MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN
“azas Pendidikan Indonesia”
Dosen Pengampu : Dr.Erlisnawati
Nanda Pratiwi, S.pd.M.pd.
Disusun oleh:
KELOMPOK 4:
1. Aulia Febrianti (2405135475) 2. Bimby Annisya Pratiwi (2405135603) 3. Nazifah Aulia Putri (2405111368) 4. Tanti Maulida Pratiwi (2405112459)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2024/2025
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulisan laporan yang berjudul “Azas Pendidikan Indonesia” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan karya ini bertujuan ntuk memahami azas-azas pendidikan Indonesia dan implikasinya dalam mengembangkan sistem pendidikan nasional.
Pembahasan ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pentingnya memahami azas- azas pendidikan Indonesia yang menjadi landasan dalam mengembangkan sistem pendidikan nasional.Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Nanda Pratiwi, S.pd.M.pd dan Ibu Dr. Erlisnawati selaku dosen Landasan Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Dan terimakasih juga kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan saran sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta menjadi kontribusi kecil dalam dunia pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Pekanbaru, 14 Maret 2025
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 1
DAFTAR ISI ... 2
BAB 1 ... 3
PENDAHULUAN ... 3
A. Latar Belakang ... 3
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan ... 3
D. Manfaat ... 3
BAB II ... 4
PEMBAHASAN ... 4
A. Pengertian Asas-Asas Pendidikan... 4
B. Asas-Asas Pendidikan ………4
C. Penerapan Asas Pendidikan…...………9
D. Masalah Penerapan Asas Pendidikan …...………...10
E. Pengembangan Penerapan Asas-Asas Pendidikan ………..12
BAB III ... 14
PENUTUP... 14
A. Kesimpulan ... 14
B. Saran ... 14
Daftar Pustaka ... 15
3 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan adalah sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia suatu bangsa. Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berfikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Di dalam pembahasan ini secara tersirat akan dijelaskan macam-macam asas dengan pengkajian dimensi hakikat manusia (keindiidalan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman).
Pandangan tentang hakikat manusia merupakan tumpuan berpikir utama yang sangat penting dalam pendidikan.
Khusus di Indonesia terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber dari kecenderungan umum pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia. Asas tersebut di antaranya Asas Tut Wuri Handayani, Asas belajar Sepanjang Hayat, Asas Kemandirian Belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Di dalam makalah ini akan di bahas tentang macam-macam asas yang ada di Indonesia, penggunaan asas-asas di Indonesia, dan sejarah lahirnya 3 asas tersebut.
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan yang diperoleh dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian asas-asas pendidikan.
2. Untuk mengetahui macam-macam asas-asas pendidikan.
3. Untuk mempelajari penerapan asas dalam kehidupan sehari-hari.
D. Manfaat
Berdasarkan latar belakang tersebut, manfaat yang diperoleh dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian asas-asas pendidikan.
2. Untuk mengetahui macam-macam asas-asas pendidikan.
3. Untuk mempelajari penerapan asas dalam kehidupan sehari-hari.
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asas-Asas Pendidikan
Menurut Ariani (2020) bahwa asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir baik pada tahap perencanaan maupun dalam pelaksanaan. Dasar inilah yang akan menjadi rancangan dalam penerapan kegiatan pembelajaran. Adapun yang ada dalam pendidikan Indonesia adalah asas Tut Wuri Handayani asas demokratis, asas pendidikan seumur hidup dan asas kemandirian. Dari sekian jenisnya asas yang paling terkenal adalah Tut Wuri Handayani yang merupakan semboyan dari Ki Hajar Dewantara dengan sistem pendidikan taman siswa yang juga dikenal sebagai sistem among. Istilah ini berarti mengikuti dari belakang dan memengaruhi, mendorong membimbing peserta didik yang diasuhnya.
Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan. nasional. Asas-asas tersebut bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia. Di antara asas tersebut, ada tiga asas yang diuraikan secara mendetail, yaitu; Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian. (Junaid, 2012).
B. Asas-Asas Pendidikan
Berikut adalah penjelasan dari beberapa asas pendidikan:
1. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini merupakan gagasan awalnya dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara pada tahun 1992 yang merupakan seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani memiliki arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik ke depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya.
Asas Tut Wuri menurut Haudi (2020), merupakan inti dari asas yang menegakkan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri (zelf- veschikkngsrecht) dengan mengingat persatuan dalam peri kehidupan umum.
Rubino (2003: 31) menjelaskan bahwa azas Tut Wuri Handayani ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono (filsuf dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo dan Ing Madyo
5
Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, masing-masing sebagai berikut:
a) Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di depan memberi contoh)
Hal yang baik mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Di bagian depan, seorang guru akan membawa buah pikiran para muridnya itu ke dalam sistem ilmu pengetahuan yang lebih luas, la menempatkan pikiran/gagasan/pendapat para muridnya dalam cakrawala yang baru, yang lebih luas. Dalam posisi ini ia membimbing dan memberiteladan. Akhirnya, dengan filosofi semacam ini, siswa (dengan bantuan guru dan teman-temannya) mengonstruksi pengetahuannya sendiri di antara pengetahuan yang telah dikonstruksi.oleh banyak orang termasuk oleh para ahli.
b) Ing Madyo Mangun Karso (di tengah membangkitkan kehendak)
Asas ini diterapkan dalam situasi ketika anak didik kurang bergairah atau ragu- ragu untuk mengambil keputusan atau tindakan, sehingga perludiupayakan untuk memperkuat motivasi. Dan, guru maju ke tengah-tengah (pemikiran) para muridnya. Dalam posisi ini ia menciptakan situasi yang memungkinkan para muridnya mengembangkan, memperbaiki, mempertajam, atau bahkan mungkin mengganti pengetahuan yang telah dimilikinya itu sehingga diperoleh pengetahuan baru yang lebih masuk akal, lebih jelas, dan lebih banyak manfaatnya. Guru mungkin mengajukan pertanyaan, atau mungkin mengajukan gagasan/argumentasi tandingan. Mungkin juga ia mengikuti jalan pikiran siswa sampai pada suatu kesimpulan yang bisa benar atau bisa salah, dsb. Pendek kata, di tengah seorang guru menciptakan situasi yang membuat siswa berolah pikir secara kritis untuk menelaah buah pikirannya sendiri atau orang lain. Guru menciptakan situasi agar terjadi perubahan konsepsional dalam pikiran siswa- siswanya. Yang salah diganti yang benar, yang keliru diperbaiki, yang kurang tajam dipertajam, yang kurang lengkap dilengkapi, dan yang kurang masuk akal argumentasinya diperbaiki.
6
c) Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
Asas ini memberi kesempatan anak didik untuk melakukan tindakan (hukuman) pendidik. Hal itu tidak menjadi masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, karena tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami peserta didik bersifat mendidik.
Maksud Tut Wuri Handayani adalah sebagai pendidik hendaknya mampu menyalurkan dan mengarahkan perilaku dan segala tindakan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirancang. Implikasi dari penerapan asas ini dalam pendidikan adalah sebagaiberikut:
• Seorang pendidik diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide dan prakarsa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan.
• Seorang pendidik berusaha melibatkan mental siswa yang maksimal di dalam mengaktualisasikan pengalaman belajar.
• Peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa, sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Dalam proses belajar mengajar dilakukan secara bebas tetapi terkendali, interaksi pendidik dan siswa mencerminkan hubungan manusiawi serta merangsang berpikir siswa, memanfaatkan bermacam-macam sumber, kegiatan belajar yang dilakukan siswa bervariasi, tetapi tetap di bawah bimbingan guru.
Rubino (2003: 33) menjelaskan bahwa jika dikaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni:
1. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan keterampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat.
7
2. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya.
3. Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan keterampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri.
4. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri.
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup erat kaitannya dengan pendidikan seumur hidup (long life education). Istilah pendidikan seumur hidup erat kaitannya dan kadang- kadang digunakan saling bergantian dengan makna yang sama dengan istilah belajar sepanjang hayat. Kedua istilah ini memang tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Penekanan istilah "belajar" adalah perubahan perilaku (kognitif/efektif/psikomotor) yang relatif tetap karena pengaruh pengalaman.
Pengorganisasian dan penstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai yang paling tua. Pendidikan sepanjang hayat bukan merupakan pendidikan yang berstruktur namun suatu prinsip yang menjadi dasar dalam menjiwai seluruh organisasi sistem pendidikan yang ada. Dengan kata lain pendidikan sepanjang hayat menembus batas-batas kelembagaan, pengelolaan dan program yang telah berabad-abad mendesakkan diri pada system pendidikan.
UNESCO Institute for Education menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus:
a) Meliputi seluruh hidup setiap individu.
b) Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
8
c) Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment) setiap individu.
d) Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar.
e) Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan terjadi, termasuk yang formal, non formal dan informal.
Adapun yang dimaksud pendidikan sepanjang hayat di sini adalah pendidikan yang dimulai dan berkelanjutan yang tidak dibatasi olehdimensi ruang, individu, waktu dan berbagai kepentingan. Pendidikan sepanjang hayat sebagai terobosan dalam dunia pendidikan harus diperkenalkan dan didengungkan untuk mengatasi persoalan waktu dan berbagai kepentingan. Pendidikan sepanjang hayat sebagai terobosan dalam dunia pendidikan harus diperkenalkan dan didengungkan untuk mengatasi persoalan bangsa yang multidimensi khususnya di bidang pendidikan. Dengan kata lain pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu imperatife action, pendidikan sepanjang hayat merupakan hal yang fundamental dalam totalitas pendidikan, hanya dengan pendidikan sepanjang hayat yang baik, setiap orang akan mengetahui hak dan kewajibanya sebagai individu, kelompok dan masyarakat serta sebagai makhluk Tuhan. Keluarga sebagai wadah pendidikan pertama dan utamamemiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan danmempersiapkan generasi penerus ke arah yang lebih baik.
Belajar sepanjang hayat yang lebih melihat kegiatan pembelajaran dari sisi permintaan pembelajar, motivasi belajar dan kemampuan belajar yang semuanya bersifat intrinsik. Oleh sebab itu, belajar sepanjang hayat lebih bersifat individual dibandingkan bersifat sosial. Namun, kumpulan individu-individu pembelajar sepanjang hayat itu, pada gilirannya akan membentuk masyarakat belajar yang merupakan tujuan pendidikan sepanjang hayat untuk mencapai sosok manusia yang berkualitas (Ramadhani et al., 2020).
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat sesungguhnya lebih mengacu pada faktor-faktor di luar diri manusia yang berupa serangkaian perangkat organisasi, administratif, dan metodologis. Dengan demikian, pendidik sepanjang hayat lebih merupakan dasar dari kebijakan
9
pendidikan yang dijalankan di satu negara. Negara atau pemerintah dapat mengambil peran dalam memasok kebutuhan pendidikan, mengeluarkan kebijakan yang mendukung kebutuhan pendidikan tersebut, dan tentu saja menyediakan sarana yang memungkinkan terjadi dan berlangsungnya berbagai aktivitas pendidikan sepanjang hayat.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Pengertian tantang belajar mandiri sampai saat ini belum ada kesepakatan dari para ahli. Ada beberapa pandangan tentang belajar mandiri yang diutarakan oleh para ahli seperti dipaparkan sebagai berikut:
a) Belajar mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik tanggung jawab dari proses pelajaran mereka sendiri. Belajar mandiri mengintegrasikan self management (manajemen konteks, menentukan setting. sumber daya, dan tindakan) dengan self monitoring (siswa memonitor, mengevaluasi dan mengatur strategi belajarnya). Peran kemauan dan motivasi dalam belajar mandiri sangat penting di dalam memulai dan memelihara usaha siswa.
b) Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para guru ke siswa. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan tujuan apa yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya. Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah. Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu kompetensi tertentu. Belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi pembelajaran. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator.
10 C. Penerapan Asas Pendidikan
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui, yakni :
• Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan keterampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat.
• Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya. Peserta didik yang memiliki kelainan (cacat fisik atau mental) memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan • Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan keterampilan, dan sarana pendidikan jasmani.
• Pengadaan buku ajar diperuntukkan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya.
• Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan keterampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur.
• Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatan olahraga guna meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga.
• Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan serta ketahanan mental.
Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang.(Bramianto.2021)
D. Masalah dalam Penerapan azas-azas pendidikan.
Asas pendidikan bukan hanya sebagai konsep, melainkan harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Dalam hal penerapan asas-asas pendidikan dalam kegiatan pembelajaran, setidaknya terdapat tiga masalah yang perlu mendapat perhatian, yakni masalah cara berkomunikasi dan peranan guru dalam pembelajaran serta tujuan pembelajaran. Ketiga masalah tersebut akan dijelaskan secara lebih perinci pada uraian berikut ini.
11 a) Pendekatan Komunikasi oleh Guru
Dewasa ini masih terdapat kecenderungan bahwa para pendidik masih terikat oleh penggunaan komunikasi satu arah dalam kegiatan pembelajaran dengan mengandalkan metode ceramah. Dalam komunikasi yang demikian, pendidik menempatkan dirinya dalam kedudukan yang lebih tinggi dari peserta didik. Bahkan, tidak jarang pendidik menjadikan peserta didik sebagai objek komunikasi belaka. Akibatnya, arus komunikasi cenderung satu arah, rendahnya kemungkinan umpan balik dari peserta didik, dan cenderung hanya menghasilkan perubahan pengetahuan (Rogers dan Schoemaker, 1981 & Depdikbud, 1983). Komunikasi yang demikian memberikan implikasi yang negatif terhadap output pendidikan, yakni membuat peserta didik tidak terdorong untuk belajar mandiri, mereka lebih tergantung kepada informasi yang datangnya dari pendidik,
b) Peranan Pendidik
Sejalan dengan pendekatan komunikasi yang cenderung digunakan pendidik, yakni pendekatan komunikasi satu arah, pendidik sering menempatkan dirinya sebagai orang yang paling dominan. Artinya, tidak ja-rang pendidik, apakah itu orangtua, guru, dosen, atau tutor sering menem-patkan dirinya sebagai orang yang serba tahu dalam segala hal pada waktu kegiatan belajar berlangsung. Seolah-olah yang benar itu cuma datang-nya dari pendidik, selain yang dikemukakan oleh pendidik salah. Padahal, dalam era komunikasi canggih dewasa ini, sumber informasi datangnya membanjir dari segala arah. Dewasa ini, institusi pengajaran (sekolah dan sejenisnya) bukan satu-satunya sumber informasi, akan tetapi berbagai institusi dapat menjadi sumber informasi. Misalnya media massa dengan segala jenisnya, seperti televisi, majalah, koran, radio, dan bahkan internet. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan bahwa orangtua, guru, dosen, atau tutor ketinggalan informasi dibandingkan dengan peserta di-dik. Sehingga dengan demikian, sangatlah penting untuk mendorong peserta didik guna berupaya mencari informasi sendiri yang dapat dikatakan sebagai upaya belajar mandiri.
c) Masalah Tujuan Belajar
Sebagaimana dikemukakan pada bagian terdahulu, kemajuan ilmu dan teknologi yang sangat pesat menuntut orang untuk belajar secara terus-menerus sepanjang hayatnya.
Sehubungan dengan itu, tujuan bel-ajar yang learning to know dan learning to do saja ternyata belum cukup.
Oleh karena kemajuan teknologi, terutama kemajuan transportasi dan komunikasi, membuat dunia semakin "sempit", sehingga intensitas in-teraksi antarmanusia semakin tinggi tanpa dibatasi oleh perbedaan suku, agama, ras, dan asal usul. Sehubungan dengan itu, tujuan belajar sudah harus diperluas dari sekadar learning to know dan learning to do dengan menambahkan learning to live together. Selanjutnya, akibat kemajuan ilmu dan teknologi yang berimplikasi pada perubahan lapangan kerja, mengakibatkan apa yang dipelajari hari ini belum tentu sesuai dengan tuntutan lapangan kerja yang berubah pada
12
beberapa tahun berikutnya. Untuk itu, tujuan kegiatan pembelajaran perlu diperluas dengan learn-ing to be, sehingga dengan tujuan yang demikian apa yang dipelajari hari ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk belajar lebih lanjut dalam rangka menyesuaikan diri dengan perubahan lapangan kerja dan bahkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan.
E. Pengembangan Penerapan Asas-asas Pendidikan
Sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi dalam penerapan asas-asas pendidikan, maka perlu diadakannya upaya pengembangan penerapan asas-asas pendidikan dengan tujuan untuk membantu mengatasi permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya.
a) Meningkatkan mutu pendidikan Dalam menghadapi masalah peningkatan sumber daya manusia sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pemerintah telah dan sedang mengupayakan peningkatan: mutu guru dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan, mutu kurikulum dan isi kurikulum sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan nilai-nilai budaya bangsa.
b) Meningkatkan relevansi pendidikan
Dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan, pemerintah melakukan berbagai upaya (1) usaha menemukan cara baru dan pemanfaatan teknologi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam, (2) usaha pemanfaatan hasil penelitian pendidikan bagi peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan (3) usaha pengadaan ruang belajar, ruang khusus (bengkel kerja, konseling, pertemuan, dan sebagainya) yang menunjang kegiatan pembelajaran.
c) Mengembangkan komunikasi dua arah
Dalam meningkatkan umpan balik dari siswa, seorang guru harus mengembangkan komunikasi dua arah. Siswa tidak hanya mendengarkan namun juga memberikan respon dalam setiap permasalahan yang diberikan seorang pendidik. Dengan demikian, peserta didik akan terdorong untuk belajar mandiri, tidak tergantung kepada pendidik saja.
d) Menggeser peranan pendidik menjadi fasilitator, informator, motivator, dan organisator.
Fasilitator sebagai penyedia layanan misalnya memberikan kasus yang harus dipecahkan atau didiskusikan. Informator sebagai pemberi informasi terkini yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Motivator sebagai pemberi motivasi kepada peserta didik.
Organisator yang membimbing peserta didik menyelesaikan tahap-tahap pembelajaran yang telah ada.
e) Mengembangkan tujuan belajar menjadi learning to know, learning to do, learning to life together, dan learning to be.
Berbagai upaya pengembangan dalam penerapan asas-asas pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain: Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan.
13
➢ Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
➢ Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa.
➢ Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan budaya bangsa.(Bramianto,2021)
14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan di Indonesia harus berlandaskan pada azas-azas yang kuat dan sesuai dengan nilai-nilai budaya dan agama. Azas pendidikan Indonesia seperti Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Tujuan Pendidikan Nasional harus menjadi pedoman dalam mengembangkan sistem pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan. Dalam implementasinya, azas-azas pendidikan Indonesia harus diintegrasikan dalam kurikulum, pembelajaran, dan penilaian.
Selain itu, perlu adanya kerja sama antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk memastikan bahwa azas-azas pendidikan Indonesia diimplementasikan secara efektif.
B. Saran
1. Pemerintah dan stakeholders pendidikan harus memperkuat implementasi azas-azas pendidikan Indonesia dalam sistem pendidikan nasional. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan kurikulum yang berbasis pada azas-azas pendidikan Indonesia.
2. Guru dan pendidik harus memahami dan menginternalisasi azas-azas pendidikan Indonesia dalam proses belajar-mengajar. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan dan pengembangan profesionalisme guru.
3. Masyarakat harus terlibat aktif dalam mengawasi dan mendukung implementasi azas-azas pendidikan Indonesia. Hal ini dapat dilakukan melalui kerja sama antara sekolah dan masyarakat.
4. Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk memperkuat azas-azas pendidikan Indonesia dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
5. Pemerintah harus meningkatkan anggaran pendidikan untuk memastikan bahwa azas-azas pendidikan Indonesia dapat diimplementasikan secara efektif.
15
Daftar Pustaka
Setiawan,Braminanto.,dkk.(2021) Dasar-Dasar Pendidikan: CV Pena Persada.
Taufik,Muhammad,A. (2024).Dasar-Dasar Pendidikan: Rizmefia Pustaka Indonesia.
Kawwing,F.,R.(2023).Pengantar Ilmu Pendidimab: SELAT MEDIA PATNER Anggota IKAPI No.165/DIY/2022.
Junai.H. (2012).Sumber Asas dan Landasan Pendidikan.Kajian Fungsionalisasi Secara Makro dan Mikro terhadapRumusan Kebijakan Pendidikan Nasional .