• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Keperawatan Maternitas Trend Iss

N/A
N/A
Khrisna Pangeran

Academic year: 2024

Membagikan "Makalah Keperawatan Maternitas Trend Iss"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Keperawatan Maternitas

Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

Dosen Pembimbing : Lulut Handayani, S.Kep. Ns., M.Kes.

Disusun Oleh :

1. Ruli Nurhayati P1337420519003

2. Octavia Rina Fauziah P1337420519005

3. Nur Riziqiana Azzahra P1337420519011

4. Rizka Mila Afrida P1337420519012

5. Erlina Setia Widayati P1337420519013

6. Khalifatus Sa’diyyahmarna P1337420519017

7. Nurul Aisyah P1337420519030

8. Bagas Tangkas Wicaksana P1337420519035

9. Diana Tazrikha P1337420519041

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN MAGELANG

TAHUN 2020/2021

1 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan menyelesaikan tugas mata kuliah maternitas “trend isu keperawatan maternitas dan profil kesehatan ibu di indonesia.”

Dalam mengerjakan tugas ini kita di batasi oleh pandemi COVID-19 yang sedang melanda. Berdoa agar pandemi ini bisa berakhir dan bisa beraktifitas kembali.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, tetapi kami sudah berusaha untuk membuat makalah ini sebaik mungkin. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah kami

2 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(3)

Daftar isi

Kata Pengantar...2

Daftar Isi...3

BAB I...4

A... Latar Belakang ...4

B. Tujuan...4

BAB II ...5

A. Konsep Keperawatan Maternitas...5

1)Pengertian...5

2)Trend Keperawatan Maternitas...5

3)Peran Perawat...6

... 4)Paradigma keperawatan Maternitas...6

5)Tujuan Keperawatan Maternitas...8

6)Model Keperawatan Maternitas...8

7)Karakteristik Keperawatan Maternitas...8

B. Trend dan Isu Keperawatan Maternitas di Indonesia...9

1)Diet Saat Hamil...9

2)Abortus Anak Diluar Nikah...11

3)Meningkatnya Angka Kehamilan Saat Pandemi...13

4)Remaja Melakukan HS dan Sudah Biasa...14

5)Penemuan Teknologi Baru...17

C. Profil Kesehatan Ibu di Indonesia...19

Kesimpulan...27

Daftar Pustaka...28

3 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(4)

4 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. (CHS/KIKI, 1993).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang keperawatan maternitas.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat mengerti :

a. Pengertian tentang keperawatan maternitas b. Peran perawat dalam keperawatan maternitas c. Paradigma keperawatan Maternitas

d. Tujuan keperawatan Maternitas

e. Pendekatan pelayanan dalam keperawatan maternitas f. Model Konsep keperawatan maternitas

g. Dan hal-hal perspektif keperawatan maternitas.

5 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Keperawatan Maternitas

1. Pengertian

Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta kualitas pelayanan kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari klien, keluarga , dan bayi baru lahir. (May & Mahlmeister, 1990

Keperawatan Maternitas merupakan sub sistem dari pelayanan kesehatan dimana perawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu beradaptasi pada masa prenatal, intranatal, postnatal, dan masa interpartal. (Auvenshine &

Enriquez, 1990)

Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan profesional berkualitas yang difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama proses konsepsi / kehamilan, melahirkan, nifas, keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada pendekatan keluarga sebagai sentra pelayanan. (Reede, 1997) http://maternitas/konsep-keperawatan-maternitas.html

2. Trend Keperawatan Maternitas

Pada masyarakat yang menuju ke arah modern, terjadi peningkatan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standar global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan profesional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek sosial budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasai perkembangan Iptek.

6 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(7)

3. PeranPerawat

Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Reeder (1997):

a. Pelaksan

Perawat yang bekerja memberi asuhan keperawatan di tempat pelayanan kesehatan

b. Pendidik

Pendidik disini dapat sebagai dosen bagi pasien maupun perawat memberikan pendidikan kepada klien

c. Konselor

Perawat sebagai seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling kepada klien, konselor bertanggung jawab memberikan layanan dan konseling

d. Role model bagi para ibu

Panutan bagi para ibu-ibu yang sedang menjalankan keperawatan maternitas.

e. Role model bagi teman sejawat

Panutan sesama perawat atau saling bekerja sama antar perawat.

f. Perumus masalah

Mengetahui masalah-masalah yang muncul pada pasien dan merumuskan masalah tersebut

g. Ahli keperawatan

Perawat harus ahli dalam melaksanakan tugas keperawatan.

4. Paradigma keperawatan Maternitas (Dasar Kep,Profesional H. Zaidin Ali) : 1) Manusia

a) Memiliki karakteristik biokimiawi, fisiologi interpersonal dan kebutuhan dasar hidup yang selalu berkembang

7 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(8)

b) Perkembangan terjadi melalui interaksi dengan orang lain yang mampu memenuhi kebutuhan dirinya/membagi pengalamannya.

c) Kebutuhan manusia di organisasikan meliputi perilaku serta berdasarkan pengalaman masa lalu.

d) Memiliki kehidupan yang seimbang sebagai sarana pertahanan diri dan upaya mengurangi kecemasan akibat kebutuhan yang tak terpenuhi.

2) Lingkungan

a) Merupakan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia.

b) Lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap penyakit.

c) Perawat bertanggung jawab dalam tatanan pengobatan yang merupakan bagian dari lingkungan fisik dan sosial.

d) Lingkungan di bagi dalam 2 aspek yaitu;

a. Aspek terstruktur:

 Alat

 Terapi

 Aluran

b. Aspek tidak terstruktur:

Interaksi antara perawat dengan klien dan dengan lingkungan sekitar 3) Sehat

a) Merupakan simbol perkembangan kepribadian dan yang berlangsung secara terus-menerus menuju kehidupan yang kreatif.

b) Perilaku sehat; perilaku pemenuhan kebutuhan kepuasan kesadaran diri dan integrasi pengalaman, misalnya pengalaman sakit.

c) Manusia sehat berarti manusia yang tidak memiliki ansietas/ketegangan.

d) Intervensi keperawatan berfokus pada proses membina hubungan saling percaya guna mengurangi ansietas.

4) Keperawatan maternitas

a) Keperawatan maternitas merupakan suatu instrumen pendidikan yang memfasilitasi kebutuhan ibu hamil, persalinan, masa nifas, bayi baru lahir.

8 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(9)

b) Aktivitas keperawatan maternitas diserahkan untuk ibu hamil, dan bayi mencapai kesehatan yang optimal.

c) Fokus aktivitas keperawatan maternitas adalah masalah yang mencerminkan ruang lingkup aktivitas keperawatan dan kemandirian dalam proses diagnosis, tindakan ( terapi ) ,pendidikan riset

5. Tujuan keperawatan Maternitas

a) Membantu klien dalam mengatasi masalah reproduksi dalam mempersiapkan diri untuk kehamilan.

b) Memberi dukungan agar ibu hamil memandang kehamilan sebagai pengalaman yang positif dan menyenangkan.

c) Membantu memberikan informasi yang adekuat untuk calon orang tua.

d) Memahami sosial budaya klien.

e) Membantu mendeteksi secara dini penyimpangan abnormal pada klien.

6. Model Konsep Keperawatan Maternitas

a) Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua.

b) Mengikut serta keluarga dalam perawatan kehamilan, persalinan, dan nifas c) Mengikut sertakan keluarga dalam operasi.

d) Mengatur kamar bersalin sepeti suasana rumah.

e) Menjalankan sistem kunjungan tidak ketat.

f) Pemulangan secepat mungkin.

7. Karakteristik keperawatan maternitas a) Fokus kebutuhan dasar

b) Pendekatan keluarga

c) Tindakan khusus dengan peran perawat.

d) Terjadi interaksi e) Kerja dalam Tim.

f) Tatanan Pelayanan

Tatanan pelayanan keperawatan maternitas yaitu 1) Rumah Sakit

9 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(10)

2) Puskesmas 3) Rumah bersalin 4) Komunitas 5) Polindes

10 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(11)

B. Trend dan Issue Keperawatan Maternitas di Indonesia 1. Diet saat hamil

Masa hamil adalah masa penting untuk pertumbuhan optimal janin dan persiapan persalinan. Penambahan zat-zat gizi berguna untuk kesehatan ibu hamil, pertumbuhan janin saat persalinan, persiapan menyusui dan tumbuh kembang bayi. Status gizi dan pola makan merupakan faktor yang mempengaruhi penambahan berat badan ibu hamil.Kekurangan gizi hingga kini masih menjadi masalah besar, termasuk di Indonesia. Golongan yang paling rentan terhadap kekurangan gizi adalah ibu hamil.

Kecenderungan semakin tingginya angka kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian ibu serta ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

Kenaikan berat badan yang terjadi saat hamil adalah hal yang wajar dan justru dianjurkan. Namun, pada wanita yang sebelum hamil sudah memiliki berat badan berlebih atau obesitas, menjalani diet saat hamil tekadang diperlukan untuk membantu menyingkirkan lemak berlebih untuk meminimalisir risiko yang dapat membahayakan kehamilan.

Bumil yang ingin menjalani diet pun sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan agar metode diet yang dipilih tidak membahayakan ibu maupun bayi.Ibu hamil tidak perlu melakukan diet ketat yang ekstrem. Kunci dalam menjalani diet saat hamil adalah konsistensi sehingga berat badan bisa turun secara perlahan.

Dengan demikian, ibu maupun bayi bisa melaluinya dalam keadaan yang sehat.

Saat hamil, bukan saatnya bebas mengonsumsi apa saja tanpa perlu takut gemuk.

Justru, saat hamil makanan yang Mama makan perlu lebih dijaga dibandingkan sebelum hamil.Banyak makanan-makanan yang tidak boleh dikonsumsi ibu hamil, selain itu makanan yang dikonsumsi juga harus bergizi tidak boleh asal makan.

Makanlah makanan yang berlemak, mengandung banyak gula, atau karbohidrat berlebihan justru akan membuat Mama menjadi obesitas dan bahaya untuk kehamilan serta kelahiran nantinya.Kenaikan berat badan yang normal saat hamil biasanya berkisar 11kg-16kg, tergantung dari berat badan sebelum hamil. Diet seperti apa yang paling baik bagi ibu hamil?

a) Memenuhi gizi 4 sehat 5 sempurna

11 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(12)

Ibu hamil perlu mengonsumsi makan-makanan yang mengandung serat, asam folat, kalsium, protein, dan zat besi.Perbanyak konsumsi sayur dan buah, diimbangi dengan protein seperti telur atau daging, dan konsumsi karbohidrat secukupnya.

b) Melakukan olahraga

Olahraga yang baik untuk ibu hamil bisa dengan yoga, berenang, senam kegel, atau berjalan kaki. Jika tidak diijinkan untuk berolahraga berat seperti yoga atau berenang, bisa menggantinya dengan berjalan kaki selama 10 menit setiap pagi.Selain baik untuk pernapasan, berjemur di matahari pagi juga bagus loh untuk ibu hamil dan si Kecil dalam kandungan.

c) Mengurangi konsumsi gula

d) Mengganti cemilan yang lebih sehat

Kacang-kacangan seperti almond dan mete dapat menjadi cemilan bagi ibu hamil yang menyehatkan.Almond mengandung asam folat yang bagus untuk bayi, sedangkan mete mengandung zat besi supaya ibu hamil tidak mudah terserang anemia saat hamil. Selain itu, mengganti cemilan tidak sehat dengan buah juga sangat bagus.

e) Perbanyak konsumsi air putih

Saat hamil, ibu hamil harus perbanyak konsumsi air putih dibanding air-air dalam kemasan.Selain dapat menghilangkan dehidrasi, dapat memenuhi kecukupan air dalam tubuh, air putih juga dapat membantu tubuh menyerap nutrisi penting dan membawanya ke dalam plasenta

Contoh kasus:

Jika perempuan hamil biasanya menjadi banyak makan dan membiarkan berat badan terus bertambah, lain halnya dengan Donita. Ia malah harus menjalani diet sejak kandungan berusia 16 minggu.Hal itu lantaran dokter menemukan bahwa calon bayi Donita lebih besar dari yang seharusnya. Pada usia 16 minggu, berat janin yang dikandungnya sudah seberat janin yang berusia 20 minggu.Alhasil, Donita pun menuruti anjuran dokter tersebut. Namun, Donita tak lantas mengurangi makan, ia hanya beralih ke pola makan sehat.

12 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(13)

2. Abortus Anak diluar Nikah

Abortus atau yang lebih sering disebut keguguran adalah kematian janin dalam kandungan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Anda mungkin belum tahu macam-macam abortus yang bisa terjadi selama kehamilan. Apa sajakah itu? Simak ulasan berikut ini.

Umumnya, abortus dianggap terjadi karena terdapat kesalahan pada kehamilan atau kesehatan ibu. Faktanya, 2 dari 3 abortus terjadi karena adanya kelainan pada kromosom janin yang membuat ia tidak bisa tumbuh dan akhirnya gugur dari kandungan.

Hamil di luar nikah sangatlah berkaitan erat dengan kasus aborsi yang sering terjadi.

Banyak remaja yang terjebak kehamilan di luar nikah dan pada akhirnya memutuskan untuk melakukan aborsi agar tidak ketahuan oleh orangtua dan teman sekitar.

Ketidaksiapan mereka menjadi orangtua dan salahnya pergaulan mengakibatkan aborsi menjadi satu-satunya jalan yang mereka pikir “aman” untuk dilakukanPadahal, banyak sekali dampak yang akan terjadi baik secara fisik maupun psikis terhadap orang yang melakukan aborsi. Aborsi akan sangat berpengaruh buruk terhadap kesehatan si calon ibu.

Berikut ini adalah hal-hal yang kemungkinan besar akan terjadi pada fisik seseorang setelah melakukan aborsi:

a) Sakit pada bagian perut dan kram pada perut b) Mual

c) Muntah-muntah d) Diare

e) Pendarahan

Hal-hal di atas akan dirasakan selama 2 sampai 4 minggu setelah melakukan aborsi.

Berkonsultasi dan menghubungi dokter setelah melakukan aborsi sangatlah perlu untuk diperlukan. Hal ini dikarenakan jika sakit di atas berlanjut dan tidak berhenti, maka akan ada kemungkinan terjadi infeksi di dalam perut.

Oleh karena itu, aborsi bukanlah merupakan suatu pilihan yang harus dilakukan ketika terjadi kehamilan di luar nikah. Menimbang banyaknya efek yang akan merusak

13 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(14)

kesehatan, akan lebih baik jika memikirkan kembali jalan keluar yang lebih baik dibandingkan dengan aborsi.

Contoh Kasus :

Hamil di Luar Nikah dengan Suami Orang, Remaja 17 Tahun Terancam Hukuman Karena Lakukan Aborsi

Mawar (nama samaran) tetap menjalani hukuman meski masih berstatus di bawah umur. Remaja berusia 17 tahun asal Kabupaten Bojonegoro itu menjadi satu dari tiga tersangka aborsi.Kasus aborsi yang dilakukan ketiga tersangka diungkap Satreskrim Polrestabes Surabaya, Kamis (19/2/2020).

Mawar merupakan gadis yang tega mengaborsi janinnya karena hamil di luar nikah dengan MZ (32).Keduanya menjalani hubungan badan, meski MZ diketahui sudah memiliki dua anak.Aksi aborsi itu dilakukan sepasang kekasih itu di sebuah hotel dengan bantuan tenaga medis, SM (31) warga Lakarsantri Surabaya.

Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Sudamiran mengatakan, polisi menemukan fakta jika korban mengalami pendarahan setelah mengeluarkan janinnya di kamar kos."Setelah itu janin yang dalam kondisi meninggal itu dibuntal tas kresek hitam oleh MZ," kata AKBP Sudamiran, Kamis (9/4/2020)."Janin itu dibuang di sungai sekitarn Galaxy Mall Surabaya," sambung dia.

Setelah alami pendarahan itu, Mawar dibawa ke rumah sakit dan dokter curiga melihat persalinan yang tak normal.Karena laporan itu, kami akhirnya melakukan penyelidikan dan mengamankan tersangka untuk diperiksa,"tambah Sudamiran. Setelah melakukan proses pemeriksaan, polisi akhirnya menetapkan tiga orang tersangka yakni SM tenaga medis, MZ, dan Mawar.

Ketiganya dijerat pasal 77 A jo pasal 45A UU RI No. 35 Th 2014 TTG Perlindungan Anak, dan atau pasal 346 KUHP, pasal 299 KUHP, dan atau Pasal 348 KUHP.Karena satu di antara tersangkanya masih di bawah umur, polisi menitipkan Mawar ke yayasan rehabilitasi Embun dan proses hukumnya tetap berjalan.

14 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(15)

3. Meningkatnya angka kehamilan saat pandemic

Berdasarkan data yang ada penyebab meningkatnya angka kehamilan antara lain yaitu terhambatnya distribusi alat kontrasepsi atau layanan KB karena pandemi ini.

sehingga penggunaan KB mengalami penurunan pesat mulai dari peserta KB baru hingga peserta KB ulangan. Selain hal tersebut, dampak dari pandemi ini membuat banyak klinik yang tutup guna menghindari penyebaran covid-19. Dan juga tempat pelayanan kesehatan lain meminimalisir masyarakat yang datang dan diutamakan bagi yang pasien yang segera mendapatkan perawatan. Bahkan dari pemerintah pun menghimbau masyarakat untuk tidak keluar rumah kalau tidak ada hal yang sangat penting. Sehingga hal- hal tersebut menjadi faktor peningkatan angka kehamilan di Indonesia.

Terkait dengan hal ini, kepala BKKBN merekomendasikan kepada masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi di tengah pandemi seperti ini, karena menurutnya di kondisi seperti ini bukanlah waktu yang efektif untuk merencanakan kehamilan. Dan untuk mengatasi situasi seperti ini BKKBN memberikan alat kontrasepsi berupa IUD dan jenis lainnya ke rumah masyarakat.

Meningkatnya angka kehamilan juga meresahkan berbagai pihak khususnya masyarakat dan pemerintah karena hal ini dapat menyebabkan peningkatan angka kelahiran anak pada beberapa bulan ke depan. Karena dengan meningkatnya jumlah populasi penduduk di Indonesia berakibat pada penurunan kesejahteraan masyarakat.

Sehingga pemerintah mengajak masyarakat untuk bekerja sama untuk menurunkan ataupun menstabilkan angka kehamilan. Pemerintah pun menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk mencegah kehamilan tak terencana dan juga mengikuti program kehamilan agar keluarga pun sejahtera.

Contoh kasus

UNGARAN, KOMPAS.com - Angka kehamilan di Kabupaten Semarang diperkirakan meningkat hingga 15 persen. Penyebabnya yakni layanan KB sempat terhenti karena akseptor tidak mendapatkan layanan selama masa pandemi Covid-19.

Bupati Semarang Mundjirin mengatakan, kenaikan tersebut dikarenakan ada beberapa layanan KB yang pemasangannya membutuhkan bantuan petugas. "Kalau untuk 15 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(16)

KB jenis pil atau kondom bisa dilakukan secara mandiri. Tapi kalau spiral, susuk, dan suntik itu harus dilakukan oleh petugas," jelasnya di Puskesmas Bringin usai acara peringatan Hari Keluarga Nasional, Senin (29/6/2020).Termasuk juga mengadakan layanan mobil keliling yang dibeli seharga Rp 1 miliar. Mobil tersebut, kata dia, akan menjangkau daerah yang sulit dengan pola jemput bola. "Antusias atau minat keikutsertaan KB sebenarnya cukup baik, tapi karena ada pandemi jadi sempat berkurang.

Tapi saat ini belum ada pendataan karena layanan baru dimulai. Nanti datanya akan kelihatan setelah mulai pemeriksaan," paparnya. Baca juga: Angka Kehamilan di Jatim Diprediksi Melonjak Tajam di Tengah Pandemi Corona, Ini Penyebabnya Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Semarang Romlah menyampaikan dalam setahun kelahiran di Kabupaten Semarang sekitar 15.000. "Karena ini baru semester pertama, jadi kenaikan 15 persen tersebut dari sekira 7.500 kelahiran," terangnya.

Sementara itu, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Semarang Bintang Narsasi menegaskan akan mengerahkan seluruh kadernya untuk melakukan sosialisasi penggalakan KB kembali. "Kemarin itu kumpul-kumpul sempat terhenti sehingga kader menyambangi ibu hamil dari rumah ke rumah untuk melakukan pendampingan. Sekarang akan kita intensifkan kembali sosialisasi KB," ungkapnya.

4. Remaja yang melakukan hubungan seks bebas dan sudah menjadi hal biasa

Hubungan seks yang dilakukan sebelum menikah atau seks di luar nikah masih menjadi kontroversi di Indonesia.Kurangnya sex edukasi pada anak remaja di era sekarang ini mengakibatkan banyaknya orang yang baru berpacaran/belum menikah sudah melakukan hs (having sex) dan itu sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka.

Beberapa media membuat berita dengan judul, di antaranya, "Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga: Seks di Luar Nikah Tak Langgar Syariat"; "Seks di Luar Nikah Tak Langgar Syariat Jadi Isi Disertasi Mahasiswa UIN".

Menurut Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Koentjoro hubungan seksual yang dilakukan sebelum menikah memiliki berbagai resiko.

16 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(17)

a) Akan timbul guilty feeling

Menurut Koentjoro guilty feeling dan merasa sangat berdosa akan muncul karena dalam agama hubungan seksual sebelum menikah dianggap sebagai salah satu dosa besar yang tidak boleh dilakukan.

b) Ketergantungan secara emosi dan seksual

Koentjoro menambahkan selain timbul guilty feeling biasanya juga akan terjadi ketergantungan secara emosi dan seksual dengan pasangannya. Apalagi jika hubungan seksual ini terjadi bagi mereka yang baru pertama kali melakukan aktivitas seksual.

"Ketergantungan emosi ini biasanya jadi lebih cemburuan sama pasangannya, apalagi kalau perempuannya masih virgin dan sebelum melakukan hubungan dibujuk rayu dulu, enggak gampang dapatnya," kata Koentjoro.

Sementara untuk ketergantungan secara seksual menurut Koentjoro karena seks itu normatif, subjektif jadi orang lain tidak boleh tahu. Sehingga saat melalukan hubungan seksual akan selalu tergantung pada pasangannya.

c) Berpotensi terjadinya kekerasan dalam pacaran

Koentjoro juga menjelaskan hubungan seksual yang dilakukan sebelum menikah juga akan memicu terjadinya kekerasan dalam pacaran. Koentjoro mencontohkan, jika pasangannya menjadi lebih tergantung secara emosi maka akan timbul perasaan cemburu yang lebih besar sehingga akan memicu pertengkaran. Selain itu, kekerasan dalam pacaran ini juga bisa terjadi bukan hanya secara psikis namun juga bisa secara seksual. Misal saat pasangannya menolak melakukan hubungan seksual sementara yang satunya sangat menginginkan maka bisa terjadi pemaksaan yang memicu kekerasan lain.

Hubungan seksual yang dilakukan tanpa pemahaman soal kesehatan reproduksi juga bisa mengakibatkan kehamilan tidak direncanakan yang itu bisa memicu masalah lain yang lebih kompleks. Apalagi jika meraka belum siap untuk berumah tangga dan memiliki anak.

d) Potensi terjadinya perselingkuhan saat sudah menikah

Koentjoro juga mengatakan bahwa saat nanti menikah, pasangan yang sebelumnya sudah melakukan hubungan seksual pranikah ada potensi dan 17 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(18)

kecenderungan untuk selingkuh. "Feeling exciting akan beda saat sudah nikah, karena adrenalinnya sudah beda kan sudah enggak ngumpet-ngumpet lagi jadi ada potensi untuk selingkuh biar ada tantangan yang berbeda,"

pungkas Koentjoro.

e) Upaya pembunuhan/ pembuangan bayi yang gagal abortus

Kasus hamil di luar nikah menjadi trend isue di Indonesia. Kurangnya pendidikan tentang sex dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya merupakan salah faktor penyebab kenakalan remaja ini. Kejadian tersebut menjadikan maraknya pernikahan dini dan kasus abortus. Namun banyak diantaranya yang gagal dalam melakukan abortus. Kendati demikian meskipun bayi dilahirkan, banyak pasangan kasus ini yang putus asa akan bagaimana nasib bayi tersebut kedepannya mengakibatkan gegabah dalam mengambil langkah.

Disamping malu, banyak tekanan, dan tidak ada orang yang menerimanya menjadikan depresi sehingga berupaya melakukan pembunuhan lagi terhadap bayinya.

Seperti yang pernah terjadi di Kota Magelang pada tahun 2018, seorang karyawan salah satu pusat perbelanjaan membuang bayi yang baru dilahirkannya di toilet mall dari lantai 3. Diketahui penyebabnya karena ia hamil di luar nikah.

Karena malu dan depresi pacarnya tidak bertanggungjawab jadi dia berusaha melakukan pembunuhan terhadap anaknya.

Contoh Kasus

Kasus pembuangan bayi baru lahir di Godean, Sleman. Dilansir dari BorobudurNews tanggal 30 Juli 2020, terdapat kasus pembuangan bayi dalam kardus dengan secarik kertas di Godean, Sleman, DIY. Bayi tersebut dibuang diteras rumah warga setempat.

Diketahui orang tua bayi tersebut laki laki mahasiswa kedokteran berusia 21 tahun asal Lampung dan perempuan 20 tahun asal Jember. Keduanya sama-sama kuliah di Yogyakarta. Alasannya mereka takut orangtuanya tahu mereka mempunyai anak padahal keduanya belum menikah.

18 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(19)

5. Penemuan Teknologi Terbaru a) Teknologi bayi tabung

Keberhasilan program bayi tabung juga dipengaruhi oleh teknologi. Sekarang ini, semakin kemajuan dan kecanggihan teknologi dapat memperbesar peluang keberhasilan bayi tabung. Berikut 4 teknologi terbaru dan inovatif program bayi tabung yangmembantu meningkatkan keberhasilan:

b) PGT-A (Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy)

Teknologi ini memungkinkan tindak pemeriksaan kromosom pada embrio dengan metode Next Generation Sequencing (NGS). Pemeriksaan dilakukan sebelum transfer atau penanaman kembali embrio ke dalam rahim sehingga bisa melihat peluang keberhasilan. Teknologi ini terbukti memberikan dampak positif bagi kesuksesan program bayi tabung.

c) ICSI dan IMSI

Teknologi berikutnya iIntracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) yang membuat proses pembuahan atau fertilisasi dilakukan dengan cara menyuntikkan satu sperma terpilih langsung ke dalam sel telur. Dengan teknologi ICSI, penolakan sel telur terhadap sperma bisa dihindari. Hal ini berbeda dengan cara konvensional yang memerlukan sekitar 40 ribu sperma untuk membuahi satu sel telur serta kemungkinan kegagalan fertilisasi karena penolakan sperma suami oleh sel telur istri.

Selanjutnya, yang lebih maju dari ICSI adalah teknologi Intracytoplasmic morphologically selected sperm injection (IMSI). Teknologi ini serupa ICSI namun pemilihan sperma terbaik dilakukan lebih detail menggunakan mikroskop khusus yang bisa memperbesar penampakan sperma hingga 6 ribu kali. Dengan teknologi IMSI, kecacatan bentuk pada sperma bisa terdeteksi sebelum fertilisasi. Sperma yang mempunyai bentuk tidak sempurna akan berakibat pada perkembangan embrio yang kurang baik dan berakhir dengan gagalnya program bayi tabung.

Teknologi IMSI merupakan pengembangan ICSI untuk menyeleksi sperma dengan lebih detail menggunakan mikroskop dengan kemampuan pembesaran sangat tinggi. Teknik ini memungkinkan ahli embriologi memilih sperma terbaik untuk proses fertilisasi. Dengan teknik ICSI, seleksi sperma dilakukan dengan pembesaran 40 kali, sementara dengan IMSI pembesaran bisa sampai 6 ribu kali.

19 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(20)

d) Timelapse

Selanjutnya teknologi timelapse inkubator yang merupakan layanan kultur embrio secara individual. Teknologi ini membuat pertumbuhan embrio diawasi secara ketat dengan lingkungan terkontrol di bawah inkubator individual. Cara ini dapat mengoptimalisasi pertumbuhan dan menghasilkan embrio berkualitas baik serta menyeleksi embrio. Selain itu, bisa memonitor kelainan proses perkembangan embrio.

e) ERA (Endometrial Receptivity Analysis)

ERA merupakan teknologi analisa untuk menentukan waktu yang tepat dilakukan embrio transfer. Caranya dengan biopsi pada endometrium atau dinding rahim. ERA diperuntukkan bagi-bagi pasien-pasien yang telah mengalami kegagalan program bayi tabung yang berulang namun bukan disebabkan oleh kualitas embrio yang kurang bagus.

f) Alat Kontrasepsi Implan Terbaru

UGM berhasil menemukan alat kontrasepsi implant atau susuk KB generasi ke tiga yang dinamakan Gestplan. Kelebihan alat kontresepsi ini bias bertahan hingga 7 tahun di badingkan implant saat ini yang ber umur 5 tahun. Penemuan ini hasil dari penelitian dari jurusan Farmatologi dan Toksikologi UGM.

g) USG ( Ultrasonografi ) 5D

Saat ini, kamu juga bisa memilih metode ultrasonografi 5D yang merupakan perpaduan dari metode USG 3D dan 4D. Dirancang dengan teknologi crystal clear review yang mampu memberikan hasil gambar dalam tampilan yang realistis.

Mengingat hasil gambar tampak begitu nyata, ibu bisa terkoneksi langsung dengan si kecil.Alat ini akan menunjukkan bayi dengan warna kemerahan atau merah muda, seolah-olah ibu bisa melihat langsung bayi di dalam rahim. USG 5D baik dilakukan saat usia kehamilan memasuki 24 minggu, sehingga ibu dapat melihat jelas rupa dan kondisi fisik dari jabang bayi. Meski begitu, sayangnya belum banyak rumah sakit di Indonesia yang menyediakan USG 5D

h) Koyo KB

Alat kontrasepsi memang dibutuhkan untuk mencegah kehamilan. Semakin berkembangnya zaman, alat kontrasepsi pun semakin beragam, salah satu yang 20 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(21)

terbaru yaitu patch KB (Keluarga Berencana) atau koyo KB.Dilansir dari Moyo Clinic, Patch atau koyo KB untuk wanita adalah jenis kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progestin. Pengguna alat kontrasepsi ini hanya harus menempelkan koyo KB ini di kulit setiap hari selama 3 minggu, atau total pemakaian selama 21 hari.Selama minggu ke-4, Anda tidak perlu memakai patch, sehingga menstruasi akan terjadi.

C. PROFIL KESEHATAN IBU DI INDONESIA

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup.Berikut ini merupakan tabel jumlah kematian ibu menurut penyebab dan provinsi tahun 2019.

Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan

21 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(22)

kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jik terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana termasuk KB pasca persalinan.

Berikut ini upaya kesehatan ibu yang terdiri dari : a) Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Ibu hamil mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pelayanan ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang jenis pelayanannya dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi jenis pelayanan sebagai berikut.

1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

2) Pengukuran tekanan darah.

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).

4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).

5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus sesuai status imunisasi.

6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.

7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk KB pasca persalinan).

9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya).

b) Tatalaksana kasus sesuai indikasi.

Pelayanan kesehatan ibu hamil harus memenuhi frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai menjelang persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan.

Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.

Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam

22 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(23)

memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.Berikut tabel cakupan pelayanan kesehatan pada ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas menurut provinsi tahun 2019.

c) Pelayanan Imunisasi Tetanus Toksoid Difteri bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil Salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi yaitu infeksi tetanus yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani sebagai akibat dari proses persalinan yang tidak aman/steril atau berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan. Clostridium Tetani masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang menyerang sistem syaraf pusat. Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor risiko kematian ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus Toksoid Difetri (Td) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi mengamanatkan bahwa wanita usia subur dan ibu hamil merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang usia perlindungan.

Wanita usia subur yang menjadi sasaran imunisasi Td berada pada kelompok usia 15-39 tahun yang terdiri dari WUS hamil (ibu hamil) dan tidak hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan antenatal. Imunisasi Td pada WUS diberikan sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu, berdasarkan hasil screening mulai saat imunisasi dasar bayi, lanjutan baduta, lanjutan BIAS serta calon pengantin atau pemberian vaksin mengandung “T” pada kegiatan imunisasi lainnya. Pemberian dapat dimulai sebelum dan atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Interval pemberian imunisasi Td dan lama masa perlindungan yang diberikan sebagai berikut.

1) Td2 memiliki interval minimal 4 minggu setelah Td1 dengan masa perlindungan 3 tahun.

2) Td3 memiliki interval minimal 6 bulan setelah Td2 dengan masa perlindungan 5 tahun.

3) Td4 memiliki interval minimal 1 tahun setelah Td3 dengan masa perlindungan 10 tahun.

4) Td5 memiliki interval minimal 1 tahun setelah Td4 dengan masa perlindungan 25 tahun.

5) Screening status imunisasi Td harus dilakukan sebelum pemberian vaksin.

Pemberian imunisasi Td tidak perlu dilakukan bila hasil screening menunjukkan wanita usia subur telah mendapatkan imunisasi Td5 yang harus dibuktikan dengan buku KIA, rekam medis, dan atau kohort. Kelompok ibu hamil yang sudah mendapatkan Td2 sampai dengan Td5 dikatakan mendapatkan imunisasi Td2+. Gambar berikut menampilkan cakupan imunisasi Td5 pada wanita usia subur dan cakupan imunisasi Td2+ pada ibu hamil. Berikut merupakan tabel cakupan imunisasi Td pada ibu hamil menurut provinsi tahun 2019.

23 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(24)

d) Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

Upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan kematian bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Keberhasilan program ini diukur melalui indikator persentase persalinan di fasilitas pelayanan

kesehatan (cakupan PF).

Analisis kematian ibu yang dilakukan membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan tetap konsisten dalam menerapkan kebijakan bahwa seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan didorong untuk dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan menggariskan bahwa pembangunan puskesmas harus satu paket dengan rumah dinas tenaga kesehatan. Demikian pula dengan pembangunan poskesdes yang harus bisa sekaligus menjadi rumah tinggal bagi bidan di desa.

Dengan disediakan rumah tinggal, tenaga kesehatan termasuk bidan akan siaga di tempat tugasnya dan dapat memberikan pertolongan persalinan setiap saat.

Untuk daerah dengan akses sulit, kebijakan Kementerian Kesehatan yaitu mengembangkan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu 24 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(25)

Kelahiran. Para dukun diupayakan bermitra dengan bidan dengan hak dan kewajiban yang jelas. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke bidan. Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran Rumah Tunggu Kelahiran adalah suatu tempat atau ruangan yang berada dekat fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas), yang dapat digunakan sebagai tempat tinggal sementara ibu hamil dan pendampingnya (suami/kader/dukun atau keluarga) selama beberapa hari, saat menunggu persalinan tiba dan beberapa hari setelah bersalin.

e) Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa nifas dimulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan terdiri dari :

1) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu);

2) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);

3) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;

4) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif;

5) Prmberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayI baru lahir, termasuk keluarga berencana;

6) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

7) Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Hamil dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

Sebagai upaya menurunkan kematian ibu dan kematian anak, Kementerian Kesehatan menetapkan indikator persentase puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan persentase puskesmas melaksanakan orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

Kelas ibu hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca persalinan, pencegahan komplikasi, perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik atau senam ibu hamil.

Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket Kelas 25 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(26)

Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip Chart (lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, dan Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil.

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan

suatu program yang dijalankan untuk mencapai target penurunan AKI yaitu menekan angka kematian ibu melahirkan. Program ini menitiberatkan fokus totalitas monitoring terhadap ibu hamil dan bersalin.

Dalam pelaksanaan P4K, bidan diharapkan berperan sebagai fasiitator dan dapat membangun komunikasi persuasif dan setara di wilayah kerjanya agar dapat terwujud kerjasama dengan ibu, keluarga dan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Indikator Puskesmas melaksanakan orientasi P4K menghitung Persentase Puskesmas yang melaksanakan Orientasi P4K. Adapun yang dimaksud orientasi tersebut adalah Pertemuan yang diselenggarakan oleh Puskesmas dengan mengundang kader dan/atau bidan desa dari seluruh desa yang ada di wilayahnya dalam rangka pembekalan untuk meningkatkan peran aktif suami, keluarga, ibu hamil serta masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas.

Berikut merupakan tabel presentase puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan melaksanakan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) serta jumlah rumah tunggu kelahiran (RTK) menurut provinsi tahun 2019

f) Pelayanan Kontrasepsi

26 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(27)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluargamenyebutkan bahwa program keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Dalam pelaksanaannya, sasaran pelaksanaan program KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS).

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri yang terikat dalam perkawinan yang sah, yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun.

KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T yaitu Terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), Terlalu sering melahirkan, Terlalu dekat jarak melahirkan, dan Terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

KB juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan.

Pelayanan KB meliputi penyediaan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi keluarga untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.

27 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(28)

28 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(29)

29 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(30)

BAB III PENUTUP

Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Trend isu keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang tentang praktek /mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, setiap tahun trend isu keperawatan bisa saja berubah.

30 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(31)

Daftar Pustaka

http://neelam-ners.blogspot.com/2018/08/issue-dan-trend-keperawatan-maternitas.html?m=1 https://lifestyle.okezone.com/amp/2019/10/08/481/2114410/4-teknologi-terbaru-bayi-tabung- yang-tingkatkan-peluang-keberhasilan?page=2

https://id.theasianparent.com/kehamilan-saat-covid-19

https://regional.kompas.com/read/2020/06/29/13100251/angka-kehamilan-di-kabupaten-semarang- meningkat-ini-pemicunya

Data dan informasi profil kesehatan indonesia 2019https://www.kemkes.go.id

https://m.bukalapak.com/amp/review/mom/ini-dia-perbedaan-usg-2d-3d-4d-dan-5d-yang-bumil-perlu- ketahui-39919

https://www.alodokter.com/kenali-macam-macam-abortus-yang-bisa-terjadi-selama-kehamilan https://madura.tribunnews.com/2020/04/09/hamil-di-luar-nikah-dengan-suami-orang-remaja-17- tahun-terancam-hukuman-karena-lakukan-aborsi

https://borobudurnews.com/karyawati-matahari-mall-magelang-buang-bayi-dari-lantai-iii/

https://borobudurnews.com/orang-tua-pembuang-bayi-di-godean-seorang-mahasiswi- kedokteran/

https://ahligizi.id/artikel/detailartikel/8/terbaru_terpopuler/Diet-pada-Ibu-Hamil

https://www.sehatq.com/artikel/diet-saat-hamil-masih-boleh-tapi-harus-ikuti-cara-amannya https://www.popmama.com/pregnancy/second-trimester/donahandayani/cara-diet-saat-hamil- yang-benar

https://kumparan.com/kumparanhits/alasan-donita-harus-jalani-diet-saat-hamil-anak-kedua https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/dampak-psikologis-hubungan-seks-di-luar-nikah- ehrq

31 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

(32)

32 | Trend Issue Keperawatan Maternitas dan Profil Kesehatan Ibu di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

pelayanan kesehatan terutama dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB); meningkatkan pelayanan kesehatan bagi keluarga

Upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui bidan atau petugas kesehatan lain dengan pembentukan kelas ibu hamil

Salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB adalah dengan meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan ibu, remaja, pra hamil, KB, serta pencegahan dan penanggulangan

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia antara lain meningkatkan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan kesehatan dengan

Tujuan Umum dari posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan

 9amun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh pelayanan kesehatan, mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu hamil serta

pelayanan bersalin bagi ibu hamil dilakukan melalui pelayanan berkualitas dan dapat dilakukan dengan metode hipnoterapis oleh tenaga kesehatan berkompoten yang telah

Standar profesi merupakan pedoman bagi tenaga kesehatan/perawat dalam menjalankan upaya pelayanan kesehatan, khususnya terkait dengan tindakan yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan