• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KETERGANTUNGAN NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA TERBELAKANG TERHADAP NEGARA MAJU

N/A
N/A
Rhadimas Priazhanto

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH KETERGANTUNGAN NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA TERBELAKANG TERHADAP NEGARA MAJU "

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KETERGANTUNGAN NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA TERBELAKANG TERHADAP NEGARA MAJU

Diajukan untuk memenuhi Mata Kuliah Perspektif Global (AKPP 1701) Dosen Pengampu :

Mansyur, S.Pd., M.Hum.

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Alliya Rahmatika 2010111120015 Ella Noor Apriani 2010111220030 Rhadimas Priazhanto 2010111310011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN

2023

(2)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Perspektif Global. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Bapak Mansyur, S.Pd., M.Hum. yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang memberikan sumbangan baik berupa ide, materi pembahasan dan juga bantuan lainnya yang tidak dapat dijelaskan satu persatu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen pengampu, penulis meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Banjarmasin, 03 November 2023

Kelompok 7

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Definisi Negara Maju ... 3

B. Definisi Negara Berkembang... 4

C. Definisi Negara Terbelakang/Miskin ... 7

D. Klasifikasi Ketergantungan Negara Miskin dan Berkembang Terhadap Negara Kaya ... 9

BAB III PENUTUP ... 17

A. Kesimpulan ... 17

B. Saran ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 19

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ekonomi antar negara memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Memang tingkatan ekonomi bisa menjadi suatu klasifikasi dimana ada negara maju, negara berkembang, dan negara miskin. Negara maju bisa mendorong laju pertumbuhan ekonomi tersebut dikarenakan tersedianya tenaga ahli dan teknologi canggih yang dapat mendorong negara maju tumbuh kearah terdepan. Sedangkan, negara berkembang memiliki kelemahan - kelemahan yang menyebabkan mereka kesulitan untuk membangun perekonomiannya. Kurangnya tenaga ahli menyebabkan sumber daya alam tidak dapat diberdayakan secara maksimal. Oleh karena itu, negara-negara terbelakang mengijinkan negara maju untuk mengelola sumber daya alam mereka dalam hubungan kerjasama. Akan tetapi, negara maju malah memanfaatkan keadaan ini untuk mendapatkan profit sebesar-besarnya. Bisa kita lihat contohnya PT. Freeport Indonesia yang berjalan di sektor pertambangan, dikarenakan tidak bisa mengelola sumber daya tersebut, keadaan tersebut malah dimanfaatkan oleh Amerika Serikat. Di Kawasan global ini dihuni oleh segelintir negara-negara kaya (maju). Mereka memanfaatkan sumber daya alam dari negara- negara terbelakang (negara berkembang/miskin) untuk diberdayakan kekayaan alamnya. Kemudian, bahan baku yang diperoleh dari negara terbelakang tersebut diolah menjadi suatu produk dan dijual kembali. Pembangunan ekonomi menjadi sesuatu yang mahal bagi negara-negara terbelakang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan negara maju?

2. Apa yang dimaksud dengan negara berkembang?

3. Apa yang dimaksud dengan negara terbelakang/miskin?

4. Bagaimana ketergantungan antara negara terbelakang dan negara berkembang terhadap negara maju?

(5)

2 C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari negara maju

2. Untuk mengetahui definisi dari negara berkembang 3. Untuk mengetahui definisi dari negara terbelakang/miskin

4. Untuk mengklasifikasikan ketergantungan negara terbelakang dan negara berkembang terhadap negara maju.

(6)

3

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Negara Maju

Kebanyakan negara-negara maju mengandalkan sektor perdagangan, industri, dan jasa sebagai penopang perekonomiannya. Oleh karena itu negara maju sering diidentikkan dengan negara industri. Hal ini sangat berbeda dengan negara berkembang yang mengandalkan perekonomiannya dari sektor agraris dan ekstraktif yang sangat bergantung pada alam. Kebanyakan negara-negara maju berada di Benua Eropa dan Amerika Utara. Negara-negara ini pada masa lalu telah mengembangkan sistem perekonomian kapitalis yang berorientasi pada pengembangan modal. Sebagian lainnya bahkan telah menjadi negara imperialis yang menguasai banyak sekali daerah-daerah jajahan di Asia dan Afrika, serta Amerika Latin, misalnya Inggris, Jerman, dan Belanda. Inggris adalah salah satu negara dengan daerah jajahan terluas di dunia sebelum meletusnya Perang Dunia.

Demikian luasnya daerah-daerah jajahan yang dikuasainya, sehingga berkembang semboyan “The sun never sets in the British Empire”. Angkatan Lautnya juga terkenal sangat kuat, sehingga muncul slogan “Britania Rules The Waves”. Jerman juga merupakan negara yang telah cukup lama bangkit sebagai negara maju.

Heroisme bangsa Jerman bahkan cenderung berlebihan, sehingga dalam sejarah negara ini pernah berkembang menjadi negara fasis bersama bangsa Italia dan Jepang.1

Sebagian besar negara maju terletak di utara bumi, dan karenanya kelompok negara-negara maju sering disebut sebagai "Negara-Negara Utara." Tetapi tidak semua negara di utara adalah negara maju.

1 Pratiwi, E. (2019). Negara Maju dan Berkembang di Dunia. Yogyakarta: Cosmic Media Nusantara.

(7)

4

Negara maju merujuk kepada negara-negara yang memiliki tingkat standar hidup yang relatif tinggi, didukung oleh teknologi canggih dan distribusi ekonomi yang merata. Kebanyakan negara dengan pendapatan per kapita yang tinggi dianggap sebagai negara maju. Namun, ada beberapa negara yang mencapai pendapatan per kapita yang tinggi melalui eksploitasi sumber daya alam, seperti Nauru yang mengandalkan penambangan fosforus, tanpa mengembangkan keragaman industri dan ekonomi berbasis jasa, sehingga mereka tidak dianggap sebagai negara maju.

Para pengamat dan teoretikus mengidentifikasi berbagai alasan mengapa beberapa negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, sementara yang lainnya tidak. Banyak teori menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi memerlukan kombinasi faktor seperti pemerintahan yang representatif atau demokratis, model ekonomi pasar bebas, serta kekurangan atau minimnya korupsi.

Ada yang berpendapat bahwa negara-negara kaya menjadi kaya karena eksploitasi negara-negara miskin di masa lalu melalui imperialisme dan kolonialisme, atau saat ini melalui proses globalisasi.

B. Definisi Negara Berkembang

Pada umumnya negara berkembang terdapat di Benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Negara-negara di benua-benua ini pada masa lalu mengalami sejarah kelam sebagai negara terjajah. Faktor sejarah ini menjadi salah satu penyebab lambatnya perkembangan negara-negara di benua-benua tersebut.

Negara-negara berkembang pada umumnya memiliki taraf hidup yang rendah, di bawah rata-rata taraf hidup penduduk dunia. Namun demikian ada juga negara- negara pada benua tersebut yang memiliki taraf kehidupan yang lebih baik, seperti Saudi Arabia, Singapura, Korea Selatan, dan Jepang.2

2 Ibid.

(8)

5

Sebagian besar negara-negara berkembang berada di belahan bumi Selatan, oleh karena itu negara-negara berkembang sering pula disebut “Negara-Negara Selatan”. Meskipun demikian tidak dapat disimpulkan bahwa ketertinggalan pembangunan (kemajuan) yang dicapai: negara-negara berkembang adalah karena mereka terletak di belahan bumi Selatan.

Negara berkembang pada umumnya dicirikan dengan kompleksitas permasalahan. Berikut ini ciri-ciri negara berkembang:

1. Tingkat Kehidupan yang Rendah

Negara berkembang antara lain ditandai dengan rata-rata kehidupan penduduknya yang rendah. Hanya sekelompok kecil penduduknya yang memiliki taraf kehidupan yang memadai. Kesenjangan ekonomi antara kelompok elit dan kelompok miskin sangat lebar. Rendahnya tingkat kehidupan masyarakat negara berkembang ini dapat dilihat dari tingkat pendapatan perkapita, keadaan perumahan, sarana kesehatan, tingkat pendidikan, angka kematian, tingkat harapan hidup, dan tingkat rasa putus asa masyarakatnya.

Kelompok negara ini memiliki pembangunan sosial terbelakang yang tampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia, seperti rendahnya usia harapan hidup (51 tahun), tingginya kematian bayi dan anak (177/1000). Di samping itu juga di tandai dengan jumlah penduduk yang besar dan tingginya angka pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh kurang sadarnya penduduk untuk melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) dan tingginya angka migrasi internal.

2. Tingkat Produktivitas Rendah

Rendahnya tingkat produktivitas ini merupakan efek lanjut dari rendahnya tingkat kehidupan. Penyebab rendahnya produktivitas ini antara lain karena rendahnya kualitas tenaga kerja, kurang modal, kurang sumber daya alam, etos kerja rendah, tingkat pendidikan rendah, dan manajemen yang kurang baik.

3. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tinggi

(9)

6

Sekitar dua per tiga penduduk dunia merupakan penduduk di negara berkembang. Penyebabnya adalah pertumbuhan penduduk di negara berkembang yang tinggi. Negara berkembang masih kesulitan untuk menekan angka kelahiran kasar hingga di bawah 20.

4. Angka Beban Ketergantungan Tinggi

Akibat dari pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan jumlah anak-anak semakin bertambah. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka ketergantungan (dependency ratio) di negara berkembang.

5. Ketergantungan dalam Hubungan Internasional

Ketimpangan yang mencolok di berbagai bidang antara negara maju dan negara berkembang menyebabkan negara maju bisa mengendalikan perekonomian negara-negara berkembang. Akibatnya negara-negara berkembang gampang didikte oleh negara-negara maju. Kehidupan negara- negara berkembang banyak yang tergantung dari pinjaman negara-negara maju.

Sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara miskin dan berkembang.

6. Daya Saing Masih Rendah

Tidak hanya itu, daya saing negara berkembang di pasar Internasional juga rendah. Sektor swasta maupun pemerintahan memiliki tabungan yang minim dan tingginya utang kepada pihak luar negeri. Finansial pemerintah maupun swasta bergantung pada pinjaman asing, investasi swasta dari luar dan juga bantuan dari negara lain.

7. Jaminan Sosial Belum Optimal

Negara berkembang secara sengaja membatasi pengeluaran untuk sektor sosial sebab dana dialokasikan ke sektor lain yang dirasa lebih urgent.

seperti misalnya infrastruktur ataupun pendidikan. Bahkan negara tertentu tidak menyediakan jaminan sosial bagi penduduk yang cacat, hamil, pengangguran, sakit, dan mati.

(10)

7 C. Definisi Negara Terbelakang/Miskin

Negara yang terbelakang adalah negara yang tidak memiliki kemampuan untuk mandiri karena sistem ekonominya tidak cukup kuat untuk memenuhi dan menjaga stabilitas tingkat perekonomian di dalam negeri. Kondisi ini berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang tinggal di negara tersebut. Selain itu, negara terbelakang sering menghadapi tingkat kemiskinan yang tinggi yang menyebar hampir di seluruh wilayahnya.

Kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang tidak mampu mencapai standar hidup minimum. Kemiskinan didefinisikan sebagai pola konsumsi yang setara dengan 320 kg beras per kapita per tahun di daerah pedesaan dan 480 kg beras per kapita per tahun.3 Dalam teori lingkaran perangkap kemiskinan, ternyata pembangunan di suatu negara ditentukan oleh kondisi negara itu sendiri. Keadaan masyarakat yang terbelakang dan masih tradisionil serta kekayaan alam yang kurang diberdayakan menyebabkan produktivitas rendah.

Kemiskinan dalam masyarakat dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Kemiskinan relatif dipengaruhi oleh ketidaksetaraan dalam distribusi pendapatan dan pengeluaran masyarakat, meskipun mereka mungkin masih bisa memenuhi standar kebutuhan minimum. Di sisi lain, kemiskinan absolut ditentukan berdasarkan standar kebutuhan dasar minimum, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan, dan diukur dalam bentuk nilai finansial atau uang yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan tersebut.4

Berikut merupakan negara-negara termiskin di dunia:

1. Burundi (PDB per kapita Rp 3,6 juta)

3 Badan Pusat Statistik. (2007). Data Dan Informasi Kemiskinan. Jakarta.

4 Zakaria, J. (2015). EKONOMI PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN.

(11)

8

2. Afghanistan (PDB per kapita Rp 5,85 juta) 3. Somalia (PDB per kapita Rp 7,05 juta)

4. Republik Afrika Tengah (PDB per kapita Rp 7,20 juta) 5. Mozambik (PDB per kapita Rp 7,50 juta)

6. Sierra Leone (PDB per kapita Rp 7,65 juta) 7. Madagaskar (PDB per kapita Rp 7,65 juta)

8. Republik Demokratik Kongo (PDB per kapita Rp 8,85 juta) 9. Nigeria (PDB per kapita Rp 9,15 juta)

10. Malawi (PDB per kapita Rp 9,60 juta) Berikut adalah penyebab-penyebab kemiskinan:5

1. Kemiskinan alamiah muncul akibat kurangnya sumber daya alam yang memadai, seperti tanah yang tidak subur, berbatu-batu, kering, tidak cukup luas, dan memiliki sedikit mineral. Meskipun Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Hongkong memiliki sumber daya alam yang terbatas, seperti tanah yang berbatu dan kekayaan alam yang minim, mereka tetap menjadi negara maju. Sebaliknya, Iran dan negara- negara di Jazirah Arab kaya akan sumber daya alam, terutama minyak bumi, namun mereka tidak mengalami kemakmuran seperti Jepang.

2. Penyebab kemiskinan bisa terkait dengan sistem ekonomi, di mana rakyat menjadi miskin karena perusahaan atau kapitalis dan pemilik tanah lebih fokus pada mencari keuntungan tanpa memperhatikan kebutuhan karyawan mereka.

3. Kemiskinan dalam masyarakat bisa timbul akibat kurangnya modal untuk pembangunan negara, yang disebabkan oleh tabungan yang rendah sehingga akumulasi modal juga rendah. Hal ini berdampak pada investasi yang rendah, mengakibatkan kurangnya lapangan kerja, tingkat pengangguran yang tinggi, dan akhirnya pendapatan yang rendah.

5 Galbraith, J.K. (1983). The Nature of Mass Poverty. Jakarta: Penerbit sinar harapan.

(12)

9

4. Ketidakmampuan manusia berkualitas juga dapat menjadi penyebab kemiskinan di suatu negara. Ketidakpendidikan, kurangnya pelatihan, dan kekurangan kemampuan teknis dan administrasi menyebabkan kekurangan tenaga kerja berkualitas yang langka.

5. Kemiskinan juga bisa disebabkan oleh pemerintahan yang tidak efektif, tidak teratur, korup, tidak mampu berinovasi, dan membuat peraturan yang rumit yang menghambat perkembangan ekonomi serta menghambat pembangunan negara.

D. Klasifikasi Ketergantungan Negara Miskin dan Berkembang Terhadap Negara Kaya

Ketergantungan adalah gejala yang sering terjadi di negara-negara berkembang dan negara-negara miskin, terutama setelah merdeka dari pengaruh kolonialisme. Kondisi ketergantungan adalah situasi di mana perkembangan dan pertumbuhan ekonomi negara-negara tertentu sangat dipengaruhi oleh negara- negara lain, dengan negara-negara tertentu hanya berperan sebagai penerima dampak. Hubungan ketergantungan terjadi ketika ekonomi beberapa negara, yang dominan, mampu berkembang dan berdiri sendiri, sedangkan ekonomi negara- negara tertentu yang tergantung mengalami perubahan hanya sebagai konsekuensi dari perkembangan tersebut, baik dalam hal positif maupun negatif.6 Keterbelakangan dan ketergantungan terjadi sebagai hasil dari eksploitasi yang terjadi oleh pihak asing, yang disebabkan oleh hubungan ekonomi yang tidak adil antara negara tersebut dengan pihak asing.7 Ketergantungan di negara-negara berkembang dan negara-negara miskin sebenarnya disebabkan oleh adanya penerapan prinsip liberalisme yang menciptakan ketidakadilan dalam hubungan

6 Santos, T.D. (1970). “The Sctructure of Dependence”. American Economic Review, 60 (2).

7 Baran, P. (1957), Political Economy Of Growth. New York : Monthly Review Press.

(13)

10

antara negara berkembang, negara miskin, dan negara maju. Akibatnya, negara maju semakin meningkatkan kemajuannya sementara negara berkembang dan negara miskin tetap terbelakang.8

Strukturalisme Dependensia adalah aliran yang berpendapat bahwa penyebab utama keterbelakangan negara-negara Amerika Latin adalah eksploitasi oleh pihak asing sebagai hasil dari hubungan ekonomi yang tidak adil dengan pihak asing.9 Pendekatan Dependencia pada dasarnya bertujuan untuk menjelaskan kemunduran negara-negara bekas jajahan Dunia Ketiga dengan memeriksa konteks globalnya.10 Strukturalisme sebagai kerangka teori memiliki beberapa prinsip dasar, termasuk ketidakadilan sosial-ekonomi yang berasal dari ketimpangan struktural, penolakan terhadap prinsip mekanisme pasar bebas, dan keyakinan bahwa prinsip-prinsip berdasarkan kepentingan pribadi dengan perilaku homo economicus hanya akan menghasilkan moralitas homo homini lupus.11

Teori ketergantungan tidak hanya mengkritik pendekatan modernisasi yang berpusat pada Eropa, tetapi juga menawarkan pandangan intelektual yang berakar dalam konteks Dunia Ketiga.12 Teori ini awalnya hendak menjelaskan persoalan keterbelakangan negara-negara bekas jajahan di Dunia Ketiga dan melihatnya dalam konteks global melalui pendekatan struktural yang di dasarkan pada pandangan Marxis yang berpangkal pada materialisme. Selain itu teori ini merupakan reaksi terhadap teori modernisasi yang “menuduh” bahwa keterpurukan pembangunan di Dunia Ketiga disebabkan oleh faktor internal negara yang bersangkutan sendiri.13 Jadi dapat disebutkan bahwa teori ini lahir dari dua induk,

8 Aditya, G. (2021). Penyebab Ketergantungan Negara Berkembang terhadap Negara Maju dalam Perspektif Dependensi Strukturalisme. Airlangga University.

9 Sritua, A., & Sasono, A. (1981). Indonesia : Ketergantungan Dan Keterbelakangan. Jakarta:

Lembaga Studi Pembangunan.

10 Mohtar, M. (1990). Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES.

11 Sholeh, M. Akar Kemiskinan dan Ketergantungan di Negara-negara berkembang Dalam Prespektif Strukturalis dependensia.

12 Hettne, B. (2001) Teori Pembangunan Dan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia.

13 Ruslin, I.T. (2012). “RELASI EKONOMI-POLITIK DALAM PERSPEKTIF DEPENDENCIA”. Sulesana, 7 (2).

(14)

11

yang pertama adalah teori Marxis tentang imperialisme, yang kedua adalah studi- studi empiris tentang pembangunan di negara-negara pinggiran (periphery), yang digambarkan melalui pemikiran para tokohnya antara lain oleh Raul Prebisch, Paul Baran, Andre Gunder Frank dan Theotonio Dos Santos.14

Sementara dalam karya Deliarnov, Andre G. Frank mewakili pandangan Dependencia dengan mengemukakan tiga hipotesis yang mengkaji pola hubungan antara metropolis (Negara Maju) dan negara-negara satelit (terbelakang):15

1. Dalam struktur hubungan antara negara-negara metropolis maju dengan negara-negara satelit yang terbelakang, pihak metropolis akan berkembang dengan pesat sedangkan pihak satelit akan tetap dalam posisi keterbelakangan.

2. Negara-negara terbelakang yang sekarang menjadi satelit, perekonomiannya dapat berkembang dan mampu mengembangkan industri yang otonom justru bila tidak terkait dengan metropolis dari kapitalis dunia dunia, atau kaitannya sangat lemah (tidak ada dominasi metropolis)

3. Kawasan-kawasan yang terbelakang saat ini, situasinya mirip dengan situasi sistem feodal di masa lalu, dimana ada kawasan yang memiliki kaitan yang kuat dengan metropolis dari sistem kapitalis internasional akan terlantar akibat adanya hubungan perdagangan internasional.

Dalam perspektif politiknya, Frank memberikan penekanan pada pola hubungan politik (dan ekonomi) antara modal asing dengan kelas penguasa di negara satelit. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negara satelit hanya menguntungkan kepentingan modal asing dan kepentingan pribadi atau kelompok dari borjuis lokal. Keuntungan yang diperoleh tidak akan pernah mengalir ke lapisan masyarakat yang lebih bawah (trickle-down effect). Dari situ, tentu saja timbul hubungan yang tidak adil. Ketika negara berkembang mengekspor produk pertanian mereka ke negara maju, ini menghasilkan pertumbuhan ekonomi

14 Budiman, A. (1995). Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT Gramedia.

15 Deliarnov. (2005). Ekonomi Politik. Jakarta: Erlangga.

(15)

12

di negara berkembang. Namun, di sisi lain, pertumbuhan ekonomi ini meningkatkan permintaan akan barang-barang industri dan barang mewah, yang kemudian diimpor dari negara maju. Hal ini mengakibatkan meningkatnya keuntungan dan pertumbuhan ekonomi di negara maju, sementara negara berkembang mengalami kerugian. Selain itu, negara berkembang juga menjadi sangat tergantung pada negara maju, terutama dalam hal kebutuhan akan barang- barang industri.16

Ketergantungan di negara-negara berkembang dan negara-negara miskin dapat dikelompokkan ke dalam berbagai jenis atau bentuk sebagai berikut:17 1. Ketergantungan Kolonial

Ketergantungan kolonial dicirikan oleh hubungan perdagangan ekspor yang mirip dengan zaman penjajahan. Pada masa itu, kekuatan komersial yang bersekutu dengan pemerintahan kolonial mengendalikan hubungan ekonomi antara negara penjajah dan negara jajahan melalui sistem perdagangan monopoli. Sistem ini mencakup monopoli dalam kepemilikan tanah, pertambangan, dan tenaga kerja oleh pemerintahan kolonial di negara jajahan.

Sebagai contoh dari Ketergantungan Kolonial, kita dapat merujuk pada kasus PT Freeport Indonesia, yang beroperasi dalam sektor ekstraktif pertambangan. PT Freeport Indonesia baru diambil alih oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2018. Sebelum pengambilalihan tersebut, Indonesia, melalui PT INALUM, hanya memiliki kepemilikan saham sebesar 9,36 persen.

Setelah pengambilalihan, pemerintah Indonesia menjadi pemilik mayoritas dengan kepemilikan saham sebesar 51 persen.18 Kasus Freeport ini adalah contoh ketergantungan kolonial, karena sebelum akuisisi terdapat monopoli

16 Aditya, G. op.cit.

17 Sholeh, M. op.cit.

18 Arvirianty, A. (2018). Sah! 51% Saham Freeport Kini Jadi Milik RI, dalam https://www.cnbcindonesia.com/news/20180927152606-4-35053/sah-51-saham-freeport-kini-jadi- milik-ri, diakses pada tanggal 04 November 2023.

(16)

13

yang dikuasai oleh pihak asing, khususnya Amerika Serikat, dalam industri pertambangan. Indonesia memiliki sumber daya alam dalam bentuk tambang emas, tetapi tidak dapat mengelolanya sepenuhnya karena lebih dari 90 persennya dimiliki oleh Amerika Serikat sebagai pemegang saham utama.19 2. Ketergantungan Industri Keuangan

Ketergantungan industri keuangan mengacu pada dominasi modal besar di negara penjajah yang memperluas pengaruhnya ke negara jajahan melalui investasi dalam produksi bahan mentah primer yang akan dikonsumsi di negara penjajah. Struktur produksi di negara jajahan berkembang untuk memenuhi kebutuhan ekspor komoditas, yang mengakibatkan fenomena yang dikenal sebagai "desarollo hacia afuera" (pembangunan yang berorientasi ke luar negeri) di Amerika Latin.

Sebagai contoh dari Ketergantungan Industri Keuangan, Presiden Joko Widodo pernah menyatakan dalam Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penanaman Modal pada 12 Maret 2019 bahwa Indonesia memiliki kekuatan besar dalam hal Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam. Namun, dalam kenyataannya, masih banyak ekspor bahan mentah dan bahan baku yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Indonesia belum mampu melakukan pengolahan lanjutan atau industrialisasi, seperti yang terjadi pada produk seperti karet, bahan mentah, minyak kelapa sawit mentah yang diekspor dalam bentuk mentah, padahal sebenarnya bisa diolah menjadi produk bernilai tambah yang dapat memberikan keuntungan ekonomi besar bagi Indonesia.20 Ini termasuk dalam ketergantungan industri keuangan karena banyaknya ekspor bahan mentah yang diolah di luar negeri yang akhirnya Indonesia membeli

19 Aditya, G. op.cit.

20 Pramesti, I. A. (2019). Jokowi: Kita Ini Senangnya Ekspor Barang Mentah, dalam https://www.cnbcindonesia.com/news/20190312141614-4-60140/jokowi-kita-ini-senangnya-ekspor- barangmentah, diakses pada tanggal 04 November 2023.

(17)

14

barang jadi dari luar negeri dengan sangat mahal atau dengan harga berkali - kali lipat.21

3. Ketergantungan Teknologi Industri

Ketergantungan pada teknologi industri merupakan hasil dari investasi oleh perusahaan asing di sektor industri negara terbelakang untuk memenuhi permintaan pasar di negara tersebut. Hampir seluruh industri baru di negara terbelakang secara teknis bergantung pada teknologi dan bahan mentah dari luar negeri.

Dalam situasi ketergantungan kolonial dan industri keuangan, ekonomi dalam negeri tidak mampu menciptakan pasar atau permintaan yang kuat untuk mendukung perkembangan industri domestik. Hal ini disebabkan oleh dua faktor: pertama, sebagian besar pendapatan nasional digunakan untuk mengimpor barang dan bahan mentah dari luar negeri, serta untuk membayar keuntungan kepada perusahaan asing, dan untuk mengimpor barang mewah, sehingga sisanya untuk reinvestasi relatif sangat kecil. Kedua, buruh sering dieksploitasi secara berlebihan, sehingga konsumsi mereka terbatas dan tidak dapat menciptakan permintaan yang kuat.

Dalam situasi ketergantungan teknologi industri, kemampuan untuk menarik investasi baru di negara terbelakang sepenuhnya tergantung pada ketersediaan devisa untuk membiayai mesin dan bahan mentah yang tidak diproses di dalam negeri. Pembelian mesin dan input lainnya yang diperlukan dari luar negeri oleh pihak di negara terbelakang dibatasi oleh dua faktor yaitu:

kemampuan sektor ekspor negara untuk menghasilkan devisa dan hak paten yang sering kali menghambat penjualan mesin sebagai barang komoditas biasa.

Untuk memperoleh devisa guna mendukung program industrialisasi, negara terbelakang perlu memelihara sektor ekspor yang ada, yang cenderung

21 Aditya, G. loc.cit.

(18)

15

didasarkan pada ekonomi ekspor bahan mentah primer. Hal ini mengakibatkan kelemahan dalam permintaan dalam negeri dan kurangnya keterkaitan dengan sektor lain dalam struktur ekonomi negara tersebut. Jika produksi di sektor ekspor dikuasai oleh pihak asing, maka akan muncul ketergantungan baru yang pada dasarnya adalah ketergantungan kolonial dalam bentuk yang berbeda, dengan semua konsekuensi ekonomi dan sosial-politiknya.

Dalam konteks ini, perkembangan industri di negara terbelakang ditentukan oleh fluktuasi dalam neraca pembayaran yang cenderung mengarah ke defisit sebagai akibat dari proses ketergantungan tersebut.

Hal ini dapat dilihat dari Industri Otomotif dimana mesin otomotif yang ada di Indonesia sebagian besar mesinnya berasal dari luar negeri, misalnya mobil - mobil yang berasal dari Jepang, yang memiliki pabrik di Indonesia.

Meskipun demikian, Mesin yang digunakan untuk industri otomotif ini berasal dari luar negeri. Intinya, meskipun sudah merdeka, pengaruh negara maju masih sangat kuat di negara berkembang dan ketergantungan selalu ada di setiap negara berkembang.22

Ketergantungan di negara berkembang dan negara miskin terhadap negara maju, menurut perspektif Dependensi Strukturalisme, disebabkan oleh adanya pengaruh kuat dari Liberalisme dan Pasar Bebas dari negara maju, yang mana ini merupakan hubungan tidak adil karena dengan adanya liberalisme dan pasar bebas, maka kapitalisme akan semakin berkembang signifikan, dimana barang industri diproduksi di negara maju dan hasil pertanian diproduksi di negara berkembang. Dengan kata lain, Negara berkembang memproduksi bahan baku, diolah secara Industri oleh negara maju, dan Negara berkembang membeli kembali barang jadi dari negara maju dengan harga yang mahal dan berkali - kali lipat sehingga ini nantinya akan menyebabkan ketergantungan selamanya negara berkembang terhadap negara maju, yang mana negara

22 Ibid.

(19)

16

berkembang tidak akan bisa mandiri dan berdikari secara ekonomi karena Industrinya diproduksi oleh negara maju dan peran negara berkembang hanya untuk ekspor bahan baku, bahan mentah, dan hasil pertanian. Ini juga akhirnya menyebabkan negara maju akan semakin maju dan negara berkembang akan semakin terbelakang. Itulah mengapa sebagai negara berkembang, Indonesia seharusnya mulai memikirkan untuk mengekspor barang jadi atau setengah jadi dibandingkan dengan bahan mentah. Karena selain dapat membuat Indonesia berdikari secara ekonomi, Indonesia akan menikmati tanah dan air miliknya sendiri. Percuma Indonesia memiliki tanah yang subur, Alam yang indah dan kaya, Laut yang luas, dan Sumber Daya Alam yang kaya kalau semua itu akhirnya dikelola oleh pihak asing dan dinikmati oleh pihak Asing sedangkan Indonesia sebagai tuan rumah yang memiliki semua itu tidak dapat menikmatinya secara optimal.23

Kini ketergantungan hadir lebih mencemaskan karena juga telah berdampak pada perubahan nilai ketika unsur-unsur ideologi, gaya hidup, pola konsumsi dan sebagainya telah menggeser “kemandirian” suatu bangsa dengan mengikuti pola kultur negara maju. Hampir semua negara berkembang mengalami penetrasi mendalam oleh dan sangat bergantung pada negara-negara maju.

Penetrasi itu terjadi melalui berbagai cara selain ekonomi, politik dan kultural kini menjadi trend yang membawa perubahan nilai.Ketergantungan versi baru muncul yang tidak saja berimbas pada bidang perekonomian tapi telah membawa perubahan nilai, ideologi, budaya, dan pola konsumerisme yang yang di tulari dari kultur barat. Perlahan-lahan mengikis “kemandirian” bangsa dalam menentukan langkah selanjutnya.24

23 Ibid.

24 Ruslin, I.T. op.cit.

(20)

17

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Tingkatan pendapatan per kapita suatu negara bisa menjadikan perbedaan mana negara maju, berkembang, dan terbelakang. Negara maju merujuk kepada negara- negara yang memiliki tingkat standar hidup yang relatif tinggi, didukung oleh teknologi canggih dan distribusi ekonomi yang merata. Sedangkan Negara-negara berkembang pada umumnya memiliki taraf hidup yang rendah, di bawah rata-rata taraf hidup penduduk dunia. Negara berkembang dan terbelakang menjadi wadah yang dikelola sumber daya alamnya bagi negara maju, dikarenakan besarnya pengaruh negara maju masih sangat kuat di negara berkembang dan ketergantungan selalu ada di setiap negara berkembang. Ketergantungan di negara berkembang dan negara miskin terhadap negara maju, menurut perspektif Dependensi Strukturalisme, disebabkan oleh adanya pengaruh kuat dari Liberalisme dan Pasar Bebas dari negara maju, yang mana ini merupakan hubungan tidak adil karena dengan adanya liberalisme dan pasar bebas, maka kapitalisme akan semakin berkembang signifikan, dimana barang industri diproduksi di negara maju dan hasil pertanian diproduksi di negara berkembang. Kini ketergantungan hadir lebih mencemaskan karena juga telah berdampak pada perubahan nilai ketika unsur- unsur ideologi, gaya hidup, pola konsumsi dan sebagainya telah menggeser

“kemandirian” suatu bangsa dengan mengikuti pola kultur negara maju. Dalam teori lingkaran perangkap kemiskinan, ternyata pembangunan di suatu negara ditentukan oleh kondisi negara itu sendiri. Keadaan masyarakat yang terbelakang dan masih tradisionil serta kekayaan alam yang kurang diberdayakan menyebabkan produktivitas rendah.

(21)

18 B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang makalah dengan sumber- sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berupa kritik atau terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang diberikan.

(22)

19

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, G. (2021). Penyebab Ketergantungan Negara Berkembang terhadap Negara Maju dalam Perspektif Dependensi Strukturalisme. Airlangga University.

Arvirianty, A. (2018). Sah! 51% Saham Freeport Kini Jadi Milik RI, dalam https://www.cnbcindonesia.com/news/20180927152606-4-35053/sah-51- saham-freeport-kini-jadi-milik-ri, diakses pada tanggal 04 November 2023.

Badan Pusat Statistik. (2007). Data Dan Informasi Kemiskinan. Jakarta.

Baran, P. (1957), Political Economy Of Growth. New York : Monthly Review Press.

Budiman, A. (1995). Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT Gramedia.

Deliarnov. (2005). Ekonomi Politik. Jakarta: Erlangga.

Galbraith, J.K. (1983). The Nature of Mass Poverty. Jakarta: Penerbit sinar harapan.

Hettne, B. (2001) Teori Pembangunan Dan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia.

Jhingan, M.L. (1990). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: CV Rajawali.

Mohtar, M. (1990). Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta:

LP3ES.

Pratiwi, E. (2019). Negara Maju dan Berkembang di Dunia. Yogyakarta: Cosmic Media Nusantara.

Ruslin, I.T. (2012). “RELASI EKONOMI-POLITIK DALAM PERSPEKTIF DEPENDENCIA”. Sulesana, 7 (2).

Santos, T.D. (1970). “The Sctructure of Dependence”. American Economic Review, 60 (2).

Sholeh, M. Akar Kemiskinan dan Ketergantungan di Negara-negara berkembang Dalam Prespektif Strukturalis dependensia.

Sritua, A., & Sasono, A. (1981). Indonesia : Ketergantungan Dan Keterbelakangan.

Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan.

Zakaria, J. (2015). EKONOMI PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN.

(23)

20

Referensi

Dokumen terkait

Dari keberagaman tersebut penulis tertarik meneliti tentang kepentingan negara maju perspektif negara berkembang dan sistem hak atas kekayaan intelektual melalui perjanjian TRIPS.

Perbandingan negara-negara eksportir yang memiliki dayasaing kuat (nilai RCA > 1) di pasar dunia dengan metode RCA adalah 15 negara maju dan 26 negara berkembang

Dari perbandingan budaya politik di negara maju dan negara berkembang (Amerika Serikat, Tionghoa /China dan Indonesia), ternyata memiliki budaya politik yang khas sebagai ciri

spillover dari negara Amerika dan Yunani terhadap pasar ekuitas negara maju dan berkembang pada second moment serta seberapa besar dampaknya dengan membandingkan kondisi

 Negara berkembang adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dan mengkategorikan 7egara-negara di dunia yang memiliki standar hidup 7egara7i rendah, 7egara

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk menganalisis peta aliran perdagangan negara maju dan berkembang termasuk Indonesia, (2) menganalisis dampak dari penerapan kesepakatan

Perbedaan Pengelolaan Limbah Medis di Negara Maju dan Negara Berkembang Negara Strategi Pengelolaan Sampah Limbah Covid-19 dihasilkan dari Fasilitas Kesehatan Limbah Covid-19

Dari sini, dapat ditarik benang merah bahwa Ketergantungan yang terjadi di negara berkembang ini sebenarnya terjadi karena adanya Liberalisme yang membuat adanya hubungan yang tidak