• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebab Ketergantungan Negara Berkembang terhadap Negara Maju dalam Perspektif Dependensi Strukturalisme

N/A
N/A
Rhadimas Priazhanto

Academic year: 2024

Membagikan "Penyebab Ketergantungan Negara Berkembang terhadap Negara Maju dalam Perspektif Dependensi Strukturalisme "

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/351308051

Penyebab Ketergantungan Negara Berkembang terhadap Negara Maju dalam Perspektif Dependensi Strukturalisme

Article · May 2021

CITATIONS

0

READS

774 1 author:

Gregorius Aditya Airlangga University 3PUBLICATIONS   2CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Gregorius Aditya on 04 May 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

(2)

Penyebab Ketergantungan Negara Berkembang terhadap Negara Maju dalam Perspektif Dependensi Strukturalisme

Ketergantungan dapat diartikan sebagai merupakan hal yang lumrah terjadi dalam Negara Berkembang, apalagi setelah merdeka dari pengaruh kolonialisme. Hal ini, menurut Raul Prebisch, terjadi karena liberalisme menggunakan konsep pembagian kerja internasional dan konsep keunggulan komparatif yang dalam prakteknya menimbulkan ketidakadilan dan ketergantungan Negara miskin terhadap Negara kaya, atau negara berkembang terhadap negara maju ( Sholeh, t. t. ). Menurut Paul Baran, Ketergantungan yang terjadi di negara berkembang ini dikarenakan proses eksploitasi oleh pihak asing sebagai akibat hubungan ekonomi yang tidak adil dengan pihak asing ( Sholeh, t. t. ). Dari sini, dapat ditarik benang merah bahwa Ketergantungan yang terjadi di negara berkembang ini sebenarnya terjadi karena adanya Liberalisme yang membuat adanya hubungan yang tidak adil antara negara berkembang dan negara maju, yang akhirnya membuat negara maju semakin maju dan negara berkembang semakin terbelakang.

Dependensi Strukturalisme atau Ketergantungan Strukturalisme adalah sebuah teori atau perspektif yang melihat bahwa faktor utama yang menjadi penyebab keterbelakangan negara-negara berkembang adalah proses eksploitasi oleh pihak asing sebagai akibat hubungan ekonomi dengan pihak asing yang sifatnya tidak adil ( Sholeh, t. t. ). Strukturalisme sendiri sebagai sebuah teori atau perspektif, memiliki beberapa asumsi, yaitu ketimpangan struktural sebagai sumber ketidakadilan secara sosial ekonomi, menolak mekanisme pasar bebas, dan prinsip kepentingan pribadi dengan perilaku homo economicus hanya akan melahirkan akhlak homo homini lupus ( Sholeh, t. t. ). Perspektif ini melihat pasar bebas sebagai sesuatu yang menimbulkan ketidakadilan sosial dan ekonomi. Pasar bebas terbukti tidak omniscient dan omnipotent, tidak self-regulating dan self-correcting. Pasar bebas juga tidak mampu mengatasi, juga memperkukuh, ketimpangan struktural dan mendorong polarisasi sosial ekonomi, serta mempersulit terjadinya integrasi sosial dan persatuan nasional. Pasar bebas memelihara sistem ekonomi subordinasi yang eksploitatif, non partisipatif, dan non emansipatif, atas kerugian yang lemah ( Sholeh, t.

t. ). Dari sini dapat dikatakan bahwa Strukturalisme Dependensi ini memandang bahwa Ketergantungan di negara berkembang disebabkan karena adanya struktur yang dibuat oleh negara maju, yaitu Liberalisme dan Pasar Bebas, yang mana ini ditolak oleh kaum Strukturalis. Kaum Strukturalis merasa bahwa Liberalisme menyebabkan terbentuknya dua jenis negara yaitu negara pusat dan pinggiran, dalam hal ini negara maju dan negara berkembang, dan pasar bebas menyebabkan Barang-barang industri dihasilkan oleh negara maju, sedangkan hasil-hasil pertanian dihasilkan oleh negara berkembang ( Sholeh, t. t. ). Dari sini tentu saja menumbuhkan hubungan yang tidak adil karena dengan adanya ekspor bahan pertanian dari negara berkembang ke negara maju akan membawa pertumbuhan ekonomi pada negara berkembang. Namun, disisi lain, dengan meningkatnya ekonomi negara berkembang, kebutuhan barang industri dan barang mewah meningkat, sehingga ini akan menimbulkan impor barang dari negara maju sehingga meningkatnya keuntungan dan ekonomi di negara maju dan menimbulkan

(3)

kerugian di negara berkemban serta negara berkembang juga tidak akan bisa mandiri dan terus selamanya bergantung pada negara maju, terutama dalam hal kebutuhan akan barang industri.

Ketergantungan yang terjadi di negara berkembang ini dibagi dalam beberapa bentuk, yaitu Ketergantungan Kolonial, Ketergantungan Industri Keuangan, dan Ketergantungan Teknologi Industri. Ketergantungan Kolonial ini dimana adanya bentuk hubungan perdagangan ekspor layaknya pada zaman penjajahan ketika kekuatan komersial yang beraliansi dengan pemerintahan kolonial mendominasi hubungan ekonomi antara negara penjajah dengan negara jajahan melalui sistem perdagangan monopoli yang dilengkapi dengan sistem monopoli penguasaan tanah, pertambangan dan tenaga kerja oleh pemerintahan kolonial di negara jajahan ( Sholeh, t. t. ). Contoh dari Ketergantungan Kolonial ini dapat dilihat dalam kasus PT Freeport Indonesia, dimana PT Freeport Indonesia bergerak di bidang usaha ekstraktif di bidang pertambangan. PT Freeport Indonesia ini baru diakuisisi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2018. Dalam akuisisi tersebut, dapat dilihat bahwa sebelum adanya akuisisi, Indonesia, dalam hal ini PT INALUM memegang saham sebesar 9, 36 persen. Setelah akuisisi, saham pun berubah menjadi 51 persen ( Arvirianty, 2018 ). Kasus Freeport ini merupakan kasus ketergantungan kolonial, karena sebelum adanya akuisisi, dapat dilihat adanya monopoli yang dilakukan oleh asing, dalam hal ini Amerika Serikat dalam hal pertambangan. Indonesia memiliki kekayaan alam berupa tambang emas tetapi tidak bisa menikmatinya karena lebih dari 90 persen menjadi milik Amerika Serikat sebagai pemegang saham utama. Ketergantungan Industri Keuangan ini dimana adanya suatu dominasi modal besar di negara penjajah yang ekspansinya ke negara jajahan dilakukan dengan investasi dalam produksi bahan mentah primer untuk tujuan konsumsi di negara penjajah ( Sholeh, t. t. ). Contoh dari Ketergantungan Industri Keuangan ini dapat dilihat dari pernyataan Presiden Joko Widodo dalam Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penanaman Modal pada 12 Maret 2019 bahwa Indonesia punya kekuatan besar baik Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya Alam. Dalam kenyataannya, masih banyak sekali ekspor barang mentah, raw material, yang mana sudah berpuluh-puluh tahun Indonesia tidak berani masuk hilirisasi, industrialisasi, misalnya Karet, Raw material, Crude Palm Oil yang dikirim crude-nya padahal dapat diolah dan turunannya banyak sekali, dan dapat menjadi keuntungan yang besar secara ekonomi bagi Indonesia ( Pramesti, 2019 ). Ini termasuk dalam ketergantungan industri keuangan karena banyaknya ekspor bahan mentah yang diolah di luar negeri yang akhirnya Indonesia membeli barang jadi dari luar negeri dengan sangat mahal atau dengan harga berkali - kali lipat. Ketergantungan Teknologi Industri ini dimana industri baru di negara berkembang secara teknis produksinya tergantung pada luar negeri ( Sholeh, t. t. ). Hal ini dapat dilihat dari Industri Otomotif dimana mesin otomotif yang ada di Indonesia sebagian besar mesinnya berasal dari luar negeri, misalnya mobil - mobil yang berasal dari Jepang, yang memiliki pabrik di Indonesia. Meskipun demikian, Mesin yang digunakan untuk industri otomotif ini berasal dari luar negeri. Intinya, meskipun sudah merdeka, pengaruh negara maju masih sangat kuat di negara berkembang dan ketergantungan selalu ada di setiap negara berkembang.

Dari sini dapat ditarik benang merah bahwa Ketergantungan di negara berkembang terhadap negara maju, menurut perspektif Dependensi Strukturalisme, disebabkan oleh adanya pengaruh kuat dari Liberalisme dan Pasar

(4)

Bebas dari negara maju, yang mana ini merupakan hubungan tidak adil karena dengan adanya liberalisme dan pasar bebas, maka kapitalisme akan semakin berkembang signifikan, dimana barang industri diproduksi di negara maju dan hasil pertanian diproduksi di negara berkembang. Dengan kata lain, Negara berkembang memproduksi bahan baku, diolah secara Industri oleh negara maju, dan Negara berkembang membeli kembali barang jadi dari negara maju dengan harga yang mahal dan berkali - kali lipat sehingga ini nantinya akan menyebabkan ketergantungan selamanya negara berkembang terhadap negara maju, yang mana negara berkembang tidak akan bisa mandiri dan berdikari secara ekonomi karena Industrinya diproduksi oleh negara maju dan peran negara berkembang hanya untuk ekspor bahan baku, bahan mentah, dan hasil pertanian. Ini juga akhirnya menyebabkan negara maju akan semakin maju dan negara berkembang akan semakin terbelakang. Itulah mengapa sebagai negara berkembang, Indonesia seharusnya mulai memikirkan untuk mengekspor barang jadi atau setengah jadi dibandingkan dengan bahan mentah. Karena selain dapat membuat Indonesia berdikari secara ekonomi, Indonesia akan menikmati tanah dan air miliknya sendiri. Percuma Indonesia memiliki tanah yang subur, Alam yang indah dan kaya, Laut yang luas, dan Sumber Daya Alam yang kaya kalau semua itu akhirnya dikelola oleh pihak asing dan dinikmati oleh pihak Asing sedangkan Indonesia sebagai tuan rumah yang memiliki semua itu tidak dapat menikmatinya secara optimal.

Referensi

Sholeh, M. t. d. Akar Kemiskinan dan Ketergantungan di Negara-negara berkembang Dalam Perspektif

Strukturalisme dependensi [ Online ] Tersedia di :

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132316484/penelitian/Akar+Kemiskinan++dan+Ketergantungan+di+Negara- negara+berkembang+Dalam+Prespektif+Strukturalis+dependensia.pdf[ Diakses 24/3/2021 ]

Arvirianty, A. 2018. Sah! 51% Saham Freeport Kini Jadi Milik RI [ Online ] Tersedia di : https://www.cnbcindonesia.com/news/20180927152606-4-35053/sah-51-saham-freeport-kini-jadi-milik-ri [ Diakses 24/3/2021 ]

Pramesti, I. A. 2019. Jokowi: Kita Ini Senangnya Ekspor Barang Mentah [ Online ] Tersedia di : https://www.cnbcindonesia.com/news/20190312141614-4-60140/jokowi-kita-ini-senangnya-ekspor-barang- mentah[ Diakses 24/3/2021 ]

View publication stats

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan negara-negara eksportir yang memiliki dayasaing kuat (nilai RCA > 1) di pasar dunia dengan metode RCA adalah 15 negara maju dan 26 negara berkembang

Salah satu ciri yang membedakan antara negara maju dan negara berkembang adalah angka kematian bayi dan ibu melahirkan.. Di negara maju umumnya angka kematian bayi dan ibu

Dari perbandingan budaya politik di negara maju dan negara berkembang (Amerika Serikat, Tionghoa /China dan Indonesia), ternyata memiliki budaya politik yang khas sebagai ciri

Tingkat pendidikan penduduk suatu Negara dapat menjadi indikator yang nyata dalam membedakan Negara maju dan berkembang.. Pendidikan di Negara maju sangat

Mempelajari ekonomi pembangunan sama halnya mempelajari tentang seluk beluk keadaan di negara sedang berkembang itu sendiri, dengan demikian sebelum mempelajari teori-teori

Mayoritas penduduk negara berkembang bekerja pada sektor pertanian yang umumnya masih dikerjakan secara tradisional. Tingkat pendidikan serta penguasaan Iptek oleh penduduk

Negara berkembang yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih maju dibandingkan negara lain yang setingkat, tetapi belum mencapai tingkat negara maju disebut negara

 Negara berkembang adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dan mengkategorikan 7egara-negara di dunia yang memiliki standar hidup 7egara7i rendah, 7egara