• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KONSELING TRAUMATIK “PLAY TERAPI UNTUK ANAK – ANAK YANG MENGALAMI TRAUMATIK”

Hcs Mnzx

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH KONSELING TRAUMATIK “PLAY TERAPI UNTUK ANAK – ANAK YANG MENGALAMI TRAUMATIK”"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KONSELING TRAUMATIK

“PLAY TERAPI UNTUK ANAK – ANAK YANG MENGALAMI TRAUMATIK”

Dosen Pengampu : Romiaty, S.Psi, M.Pd, Psikolog Esty Pan Pangestie, M.Psi., Psikolog

Disusun oleh Kelompok 3:

Yogi 203010216001

Nowa Pil Afia 203010216008

Alya Alestia 203010216008

Hadi Cahyono 203020216015

Sindi Riski Wahyuni Sidauruk 203020216017

Sarma Intanida 203020216024

Widiani 203020216026

Nurul Asti Seftiana 203020216029 Risna Hennita Sipayung 203020216033

Iwan Sinambela 203030216036

Tomi Sucipta Pratama 203030216038

Wulan Fitri Rahayu 203030216041

Evi Anggraini Br Pasaribu 203030216054

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan karunianya, kami dapat menyusun makalah dengan tema Konseling Traumatik. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Konseling Traumatik yaitu Romiaty, S.Psi, M.Pd, Psikolog dan Esty Pan Pangestie, M.Psi., Psikolog yang telah memberikan tugas makalah, serta semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah sehingga makalah dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa pada makalah ini banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami mohon kritik & saran yang membangun dari teman-teman maupun guru, sehingga makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi, dan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya dan bermanfaat bagi banyak orang. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini. Atas perhatian dan waktunya kami ucapkan terima kasih.

Palangka Raya, 27 Maret 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

COVER...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan...2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Play Terapi...3

B. Fungsi Play Terapi Untuk Anak – Anak Yang Mengalami Traumatik...3

C. Bagaimana Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Play Terapi...5

D. Macam-macam Pendekatan Terapi Bermain...5

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...7

B. Saran...7

DAFTAR PUSTAKA...8

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak usia dini merupakan salah satu modal dasar yang memiliki nilai berharga terhadap generasi emas sumber daya manusia yang memiliki kualitas milenial dan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini disebabkan karena anak merupakan generasi penerus bangsa, merekalah yang akan membangun bangsa dan Negara menjadi maju dan tidak tertinggal dari negara-negara lain. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa, masa depan Negara ini akan ditentukan dari pendidikan yang diberikan kepada anak sebagai salah satu calon pemimpin dari negara ini. Perhatian yang dilakukan oleh pemerintah di bidang pendidikan sudah mewajibkan kepada masyarakat untuk melakukan pembinaan pada anak yang usianya masih dibawa 5 tahun atau yang sering dikatakan sebagai usia prasekolah. Adapun tujuan dari pemerintah melakukan itu sebagai wujud usaha pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup bangsa yang dilakukan melalui pendidikan.

Pemaparan konsep kelompok merupakan sebuah sistem yang terdiri atas individu-individu yang mendukung eksistensi kelompok dan memiliki kebutuhan terhadap kelompok. Pelaksanaan konseling terus mengalami perkembangan dari yang semula menekankan pada pendekatan individual berlanjut kepada pendekatan kelompok.

Kelebihan konseling kelompok yang mengedepankan interaksi sosial dengan sesama anggota dalam dinamika kelompok akan mendukung proses terapi pemulihan lebih baik.

Dalam suatu kelompok anggotanya dapat memberi umpan balik yang diperlukan untuk membantu mengatasi masalah anggota yang lain, dan angota satu dengan lainnya saling memberi dan menerima. Dengan memberikan layanan konseling kelompok maka pada makalah ini akan dijelaskan juga pengertian terapi kelompok serta tahapan-tahapan pelaksanaan dari bentuk-bentuk kelompok dalam konseling kelompok.

Kebanyakan individu atau korban yang mempunyai pengalaman traumatis sampai taraf tertentu mengalami distres psikologis, tidak semua korban trauma mengembangkan ciri-ciri post traumatic syndromes disorders (PTSD). Tetapi, banyak yang menderita hal itu. Kerentanan terhadap PTSD kemungkinan tergantung pada faktor- faktor seperti resiliensi dan kerentanan terhadap efek trauma, keparahan trauma, derajat pemaparan, ketersediaan dukungan sosial, penggunaan respons coping aktif dalam menghadapi stres traumatis, dan perasaan malu. Para korban yang mengalami PTSD

(5)

cenderung mempunyai resiko yang tinggi untuk menderita gangguan psikologis tertentu, seperti depresi mayor, gangguan panik, dan fobia sosial. Pada kasus traumatis yang disebabkan oleh tindak kekerasan dan mengalami pelecehan seksual, penderita cenderung menunjukkan keinginan bunuh diri yang tinggi. Dengan demikian dapat dipahami akan kerugian emosional yang luar biasa tinggi yang sangat tidak diharapkan diderita oleh para individu.

Play Therapy merupakan teknik yang digunakan untuk dapat mengungkapkan berbagai keadaan perasaan atau menghilangkan suatu hal yang menganggu fikiran khususnya bagi anak-anak yang lingkungan atau tugasnya adalah bermain. (Syahri &

Ifdil, 2019) therapy atau terapi bermain yang digunakan untuk menghilangkan rasa takut atau trauma bagi anak-anak, memiliki maksud atau tujuan agar anak dapat mengkomunikasikan perasaannya kepada orang dewasa, atau menyampaikan pesan yang tidak dapat disampaikan secara langsung oleh anak karena rasa takut atau trauma yang mereka alami, berbagai macam pilihan permainan yang dapat digunakan oleh anak, maka setiap permainan yang anak mainkan memiliki makna tersendiri atau simbolis keadaan anak atau hal yang anak-anak rasakan secara psikologisnya.

Terapi bermain juga dapat menghilangkan beberapa permasalahan seperti kecemasan, enghilangkan batasan, hambatan dalam diri, frustasi serta mempunyai masalah pada emosi yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku anak yang kurang sesuai menjadi tingkah laku yang sesuai dan diharapkan sehingga anak dapat bermain dan lebih kooperatif dan dapat mudah diajak untuk kerjasama ketika menjalani terapi (Noverita, 2017).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian Play Terapi?

2. Apa fungsi Play Terapi untuk anak – anak yang mengalami traumatik?

3. Bagaimana tahapan-tahapan pelaksanaan Play Terapi?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami : 1. Pengertian Play Terapi.

2. Fungsi Play Terapi untuk anak – anak yang mengalami traumatik.

3. Tahapan-tahapan pelaksanaan Play Terapi.

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Play Terapi

Play Therapy merupakan teknik yang digunakan untuk dapat mengungkapkan berbagai keadaan perasaan atau menghilangkan suatu hal yang menganggu fikiran khususnya bagi anak-anak yang lingkungan atau tugasnya adalah bermain. (Mashar, 2011) therapy atau terapi bermain yang digunakan untuk menghilangkan rasa takut atau trauma bagi anak-anak, memiliki maksud atau tujuan agar anak dapat mengkomunikasikan perasaannya kepada orang dewasa, atau menyampaikan pesan yang tidak dapat disampaikan secara langsung oleh anak karena rasa takut atau trauma yang mereka alami, berbagai macam pilihan permainan yang dapat digunakan oleh anak, maka setiap permainan yang anak mainkan memiliki makna tersendiri atau simbolis keadaan anak atau hal yang anak-anak rasakan secara psikologisnya.

Terapi bermain merupakan bentuk-bentuk pengalaman bermain yang direncanakan sebelum anak menghadapai tindakan keperawatan untuk membantu strategi koping mereka terhadap kemarahan, ketakutan, kecemasan, dan mengajarkan kepada mereka tentang tindakan keperawatan yang dilakukan selama hospitalisasi (Dera Alfiyanti, 2007).

Aktifitas bermain menjadi sarana penting anak agar ia mampu menunjukkan dirinya sendiri, pandangannya terhadap lingkungan sekitar dan orang lain. Untuk mengungkapkan eskpresi alamiah yang dimiliki seorang anak, Play Therapy menjadi salah satu metode yang efektif dan merupakan suatu teknik konseling yang diberikan orang dewasa untuk anak-anak yang didasari oleh konsep bermain sebagai bentuk komunikasi anak dengan orang dewasa sehingga bertujuan untuk mengintervensi dan berdialog dengan anak sehingga terciptanya kondisi perasaan nyaman dan dapat mengenali potensinya untuk mengatasi permasalahannya (Maspupatun, 2018)

B. Manfaat Play Terapi Untuk Anak – Anak Yang Mengalami Traumatik

(Syahri & Ifdil, 2019) mengemukakan ada beberapa manfaat dalam menggunakan Play Therapy adalah:

(7)

1. Bagi anak, dengan adanya kegiatan bermain, maka rasa menyenangkan dan rasa kegembiraan yang dirasakan oleh anak, sehingga rasa cemas, takut akan trauma yang mereka alami dapat mereka lupakan. Setiap permainan yang dipilih oleh anak- anak, memiliki maksud dan tujuan dari permainan yang mereka lakukan.

2. Dengan bermain anak dapat mengungkapkan sebuah pesan dengan berani tanpa ada rasa takut dan dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka dengan lingkungan sosialnya.

3. Meningkatkan hubungan suasanan yang bahagia dan sehat dengan sekitarnya 4. Menumbuhkan jiwa kreativitas pada anak saat bermain

5. Dengan ada banyaknya pilihan permainan yang dapat mereka gunakan, maka anak dapat kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

C. Tahapan – Tahapan Pelaksanaan Play Terapi

Dalam Nawangsih (2014) terdapat langkah-langkah yang perlu diketahui dan dilaksanakan dalam Play Therapy meliputi 3 (tiga) fase yang perlu diperhatikan ketika konselor akan berinteraksi dengan anak-anak, yaitu:

a. Langkah awal

Dalam tahap awal ini, kegiatan utamanya adalah bagaimana membangun hubungan anak-konselor. Konselor harus mampu membangun hubungan yang hangat, yang didalamnya ada kepercayaan anak terhadap konselor. Untuk mencapai tujuan tersebut, konselor harus berusaha masuk secara total pada dunia anak, sehingga anak betul- betul merasa aman dan menganggapnya sebagai sahabat. Langkah ini bisa dilakukan oleh konselor dengan menyediakan berbagai permainan yang digemari anak. Melalui fasilitas permainan ini konselor bisa mengajar anak-anak ber-main dengan tujuan agar anak merasa aman. Ketika anak sudah merasa aman, konselor bisa menyiapkan berbagai perangkat konseling dalam menggali berbagai gejala dan informasi yang ia butuhkan, yang ditunjukkan anak melalui berbagai aktifitas komunikasi dan interaksi termasuk didalamnya aktifitas bermain mereka.

b. Langkah pertengahan

Langkah pertengahan dimulai ketika anak sudah asyik dengan permainan dan perhatian mereka. Konselor dapat memfasilitasi kegiatan ini dengan menyediakan berbagai sarana bermain agar anak dapat mengekspresikan berbagai perasaan baik

(8)

sesuatu yang pernah dialaminya di masa lampau atau keinginan yang ia harapkan pada masa yang akan datang. Pada kondisi ini konselor bisa melibatkan diri pada aktifitas yang sedang dilakukan anak, misalnya anak yang sedang menggambar, konselor bisa melakukan eksplorasi berbagai informasi yang dibutuhkan melalui upaya terlibat langsung dengan aktifitas yang sedang dilakukan anak. Melalui menggambar anak akan mengekspresikan suasana emosinya. Konselor bisa juga menggunakan cerita dengan karakter pelaku cerita orang-orang yang ada dalam kehidupan anak, dengan permasalahan yang serupa dengan apa yang dialami anak.

Melalui teknik ini, konselor dapat membantu anak untuk mengembangkan kreatifitasnya secara lebih luas, seperti kemampuan bahasa, seni, gerak, drama dan dapat mengembangkan kemampuan emosi anak dalam menjalin hubungan dengan alam sekitarnya.

c. Langkah akhir

Pada tahap ini konselor dapat mengakhiri proses konseling bila pada diri anak telah menunjukkan kemajuan dalam berbagai bentuk perilaku positif. Bila anak telah mampu mnunjukkan kebutuhan minimalnya, secara simbolik mampu mengekspresikan emosinya dan secara lisan mampu mendiskusikan berbagai isu.

Konseling dapat dihentikan bila anak telah mampu menunjukkan kreatifitasnya dalam seni, mampu bermain peran, melakukan permainan yang melibatkan kerjasama dengan teman sebayanya, atau menampilkan perubahan perilaku yang positif lainnya.

D. Macam-macam Pendekatan Terapi Bermain

E. LaBauve, dkk (2001) macam-macam model dalam terapi bermain adalah :

1. Model Adlerian, Model ini menggunakan dasar teori Psikologi Individual Adler, dengan dasar filosofi yaitu kehidupan sosial perlu untuk dimiliki, perilaku adalah tujuannya, melihat hidup secara subyektif dan hidup adalah sesuatu yang khusus dan kreatif. Model ini digunakan untuk anak dengan kegagalan dalam berinteraksi sosial dan salah dalam mempercayai gaya hidupnya.

2. Model Terapi Client-Centered, Teori yang mendasari adalah teori Rogers, yang berpandangan bahwa motivasi internal yang dimiliki anak-anak mendorong pertumbuhan dan aktualisasi diri. Terapi bermain dengan pendekatan Client Centered Non Directive (terapi yang berpusat pada anak secara tidak langsung), ini

(9)

sesuai untuk anak-anak yang mengalami ketidaksesuaian antara kejadian hidup dengan dirinya.

3. Model Kognitif-Behavioral, Model ini berpandangan bahwa anak memiliki pikiran dan perasaan yang sama seperti orang dewasa yaitu ditentukan melalui bagaimana anak berfikir tentang diri dan dunianya. Model ini digunakan untuk menangani anak dengan kepercayaan irrasional yang membawanya keluar dari perilaku maladaptif.

4. Model Ekosistemik, Dasar yang digunakan adalah teori dari terapi realitas, yang mempunyai pandangan bahwa berada dalam interaksi terhadap lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan.

5. Model Eksistensialisme, Memiliki pandangan bahwa anak-anak adalah manusia berguna, unik, ekspresi diri dan pertolongan terhadap diri sendiri mendorong aktualisasi diri. Pendekatan ini menangani anak-anak yang mengalami kesulitan untuk berkembang sesuai dengan keunikannya yang melemahkan pertumbuhandirinya sehingga mengalami penolakan dalam menjalin hubungan dengan teman-temannya.

6. Model Gestalt, Model Gestalt melihat manusia secara total, dilahirkan dengan fungsi utuh. Pendekatan ini untuk terapi anak yang mengalami kesulitan bertumbuh secara alami, anak yang mencoba untuk memenuhi kebutuhan dengan cara yang tidak biasa, dan memiliki pengalaman luka baik secara fisik maupun psikologis.

7. Model Jungian, Didasarkan pada teori analitik Jung, yang melihat bahwa psikis terdiri dari ego, ketidaksadaran diri, dan ketidaksadaran kolektif, kekuatan menyembuhkan adalah bawaan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk membantu anak yang mengalami ketidakseimbangan psikis, ego tidak dapat menjebatani antara dunia luar dan dalam dirinya.

8. Model Psikoanalitik, Pendekatan ini menggunakan teori psikoanalisa tradisional, yang memiliki dasar filosofi tentang anak yaitu anak memiliki rasa takut, memerlukan rasa aman, berusaha berhubungan dengan tuntutan lingkungan.

Pendekatan ini sesuai untuk anak yang mengalami konflik internal, kekawatiran, represi, hambatan perkembangan, dan agresivitas.

(10)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi permainan akan mengungkapkan segala sesuatu yang berkaitan anak.

Seperti bagaimana cara sang anak menyelesaikan permasalahannya, dan menangani emosinya. Semua itu dapat ditelaah dari terapi bermain oleh ahli. Kemudian meneliti kembali apakah perilaku anak sudah baik atau belum. Sang ahli terapis memberikan perbaikan terhadap sikap anak dalam mengelola emosi dan menyelesaikan masalah.

Play Therapy sangat berguna untuk anak-anak. Sehingga terapi ini dikhususkan untuk kalangan anak-anak. Anak-anak yang dalam situasi tertentu mempunyai masalah tersendiri seperti kecemasan berlebihan, stres, dan merasa hidupnya tertekan. Play therapy untuk anak akan mengamati cara bermain anak. Seorang ahli terapis akan mengetahui cara berperilaku anak melalui pengamatan ataupun lewat tanya jawab dengan anak. Kemudian mengambil kesimpulan atas perbaikan perilaku anak yang perlu dilakukan anak untuk mencapai tujuan.

B. Saran

Sejauh ini penulis telah membahas tentang materi “play terapi untuk anak-anak yang traumatikplay terapi untuk anak-anak yang traumatik”, sejauh ini pula kesalahan- kesalahan yang tidak penulis ketahui,namun tidak sengaja penulis lakukan yang berkaitan dengan makalah ini. Penulismenyarankan pembaca khususnya dosen sspengampu agar kiranya memberikan masukan berupa kritik dan saran yang membangun, agar kedepannya penulis mampu membuat makalah yang jauh lebih baik lagi dari sebelumnya, serta agar makalah yang akan penulis buat nantinya lebih mudah dipahami dan diingat

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Maspupatun, I. (2018). Keefektifan play thrapy untuk penanganan stress pasca trauma bencana alam. Proceedings International Conference, 100–109. http://ibks.abkin.org Nawangsih, E. (2014). 475-858-1-Pb. Pympathic Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(2), 164–178.

Syahri, L. M., & Ifdil, I. (2019). Penggunaan Play Therapy dalam Mengurangi Rasa Trauma Anak yang Mengalami Kekerasan Seksual. SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling, 4(2), 48. https://doi.org/10.23916/08402011

Referensi

Dokumen terkait

Tengku Syarifah R.: Perawatan Ekstrusi Dan Intrusi Gigi Permanen Anak Akibat Traumatik Injuri, 2002... Tengku Syarifah R.: Perawatan Ekstrusi Dan Intrusi Gigi Permanen Anak

Konseling perorangan menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah “proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli

dibutuhkan dalam proses pelaksanaan konseling itu sendiri. Dengan adanya kesepahaman ini, diharapkan proses penyelesaian permasalahan konseli cepat di selesaikan. Untuk

mengenai prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di klinik. PPDGS RSGMP

Permasalahan traumatik diselesaikan dengan cara yang berbeda dengan permasalahan lainnya, dengan melihat aspek waktu, fokus, aktivitas dan tujuan hendak dicapai, oleh sebab

Diharapkan peneliti mampu menyempurnakan ilmu bimbingan dan konseling yang telah didapat dari bangku perkuliahan khususnya mengenai pendekatan behavioristik teknik

Peran keluarga dalam membantu proses konseling anak adalah mem- bantu konselor membuat keputusan dan memikirkan rencana tindakan untuk perubahan dan perkembangan emosi

Pada anak muda yang sempat hadapi peristiwa traumatik hendak mempunyai sikap semacam risau serta takut sampai indikasi stress yang bisa menganggu masa pertumbuhan orang, ada pula kala