MAKALAH
“
KONSEP DASAR MICROTEACHING”
Disusun untuk memenuhi mata kuliah pembelajaran Microteaching Dosen Pengampu: Musa’adatul Fithriyah, M.Pd
Disusun oleh: (Kelompok 1) Khilya Fara Diba (152210018)
M. Wahyuddin (152210022)
Nur Ananda Syafira (152210029) Riskha Roukhillah (152210039) Tsalisatul Mahsunah (152210046) Tsaniyatul Mahsunah (152210047)
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2024/2025
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat Rahmat dan Ridho-nyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam makalah ini, kami diberikan amanat untuk membahas materi perkuliahan ini. Sholawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah membimbing kami semua dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang benerang yakni ajaran islam.
Tidak lupa kami juga berterimakasih kepada dosen pengampu yakni ibu Musa’adatul Fithriyah, M.Pd adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah “Konsep Dasar Microteaching ”.
Disini kami juga menyadari bahwa sebagai manusia biasa, kami tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Sehingga kami memohon maaf jika dalam penulisan makalah ini, masih banyak kesalahan yang kami buat. Kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi kita semua. Selamat membaca.
Lamongan, 14 September 2024
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...2
C. Tujuan Masalah...2
BAB II PEMBAHASAN...3
A. Konsep Dasar Microteaching...3
B. Karakteristik Microteaching...5
C. Tujuan Dan Manfaat Microteaching...8
D. Fungsi Microteaching...12
BAB III PENUTUP... 15
A. Kesimpulan ... 15
B. Saran... 15
DAFTAR PUSTAKA... 16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan ngevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah jalur pendidikan formal. Pengajaran merupakan suatu proses sistematik yang meliputi banyak komponen. Salah satu dari komponen sistem pengajaran adalah sumber belajar. Dalam pengertian yang sederhana (hingga dewasa ini dunia pengajaran praktis masih berpandangan) sumber belajar (learning resources) adalah guru dan bahan-bahan pelajaran/bahan pengajaran baik buku-buku bacaan atau semacamnya.
Dalam desain pengajaran yang biasa disusun guru terdapat salah satu komponen pengajaran yang dirancang berupa sumber belajar/pengajaran yang umumnya diisi dengan buku-buku rujukan (buku bacaan wajib/anjuran).
Dalam arti luas menurut Arif S. Sadiman berpendapat bahwa, segala macam sumber yang ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan/memudahkan terjadinya proses belajar (seperti guru/dosen, buku, film, majalah, laboratorium, micro teaching dan sebagainya) memungkinkan individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti jadi mengerti, dari tidak terampil menjadi terampil dan seterusnya. Sebab segala apa yang bisa mendatangkan manfaat atau mendukung dan menunjang individu untuk berubah kearah yang positif dapat disebut sumber belajar. Pengajaran mikro (micro Teacing) mulai dikembagkan di Universitas Stanford pada tahun 1963, dalam rangka menemukan metode latihan bagi para calon guru yang lebih efektif.
Pengajaran micro sebagai suatu teknik latihan guru berdasarkan rasional, yang terdiri atas: pengajaran yang nyata, konsentrasi pada keterampilan mengajar, mengunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkah laku belajar sebagai umpan balik, berdasarkan kemampuan calon dan pengaturan distribusi latihan
keterampilan dalam periode tertentu. Mengajar merupakan pekerjaan professional yang memerlukan keahlian khusus yang ditempuh melalui pendidikan dan pengalaman. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara professional, guru/pendidik/pengajar/dosen harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengajar. Dan pembelajaran mikro sangat dibutuhkan oleh seorang calon tenaga pendidik (guru) dalam bentuk peer teaching dengan harapan agar para calon pendidik sekaligus dapat menjadi pengamat bagi teman sesama calon pendidik, untuk saling memberikan koreksi dan masukan mengenai penguasaan keterampilan dasar mengajar yang dimilikinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsep dasar microteaching?
2. Bagaimana karakteritik microteaching?
3. Apa tujuan dan manfaat microteaching?
4. Apa fungsi microteaching?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui tentang konsep dasar microteaching.
2. Mengetahui tentang karakteristik microteaching
3. Mengetahui tentang tujuan dan manfaat microteaching.
4. Mengetahui tentang fungsi microteaching.
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KONSEP DASAR MICROTEACHING
Microteaching adalah pendekatan pelatihan kinerja yang menghilangkan atau mengurangi kompleksitas metode pembelajaran dan pengajaran tradisional dengan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola sehingga praktisi dapat menguasainya dalam lingkungan berbasis laboratorium yang terkendali1. Microteaching sebagai sejenis pengajaran yang berlangsung dalam lingkungan terbatas dengan jumlah murid yang sedikit, seringkali berkisar antara tiga sampai sepuluh, dan berlangsung hanya lima sampai dua puluh menit.
Pengajaran Mikro (micro-teaching) merupakan salah satu bentuk model praktek kependidikan atau pelatihan mengajar. Dalam konteks yang sebenarnya, mengajar mengandung banyak tindakan, baik mencakup teknis pengampaian materi, penguatan metode, penggunaan media, bimbingan belajar, memberi motivasi, mengelola kelas, memberikan penilaian2.
Dengan kata lain bahwa pembuatan mengajar itu sangat kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka penguasaan keterampilan mengajar, calon Guru/Dosen perlu berlatih secara parsial, artinya tiap-tiap komponen keretampilan dasar mengajar itu perlu dikuasai secara terpisah-pisah. Berlatih untuk menguasai Keterampilan Dasar Mengajar seperti itulah yang dinamakan Micro-teacing.
Menurut Waskito mendefinisikan "Micro Teacing" adalah suatu metode belajar megajar atas dasar performance yang tekniknya dengan cara mengisolasikan komponen-komponen proses belajar mengajar sehingga calon guru dapat menguasai setiap komponen satu per satu dalam situasi yang disederhanakan atau dikecilkan3. Microteacing secara umum adalah prosedur yang sistematis dalam
1 Rimadhani Khusnul Hayati and Arief Cahyo Utomo, ‘Jurnal Basicedu. Jurnal Basicedu’, Jurnal Basicedu, 5.5 (2020), 3(2), 524–32 <https://journal.uii.ac.id/ajie/article/view/971>.
2 Teori Praktis, Micro Teaching, Microprocessors and Microsystems, 1981, V
<https://doi.org/10.1016/0141-9331(81)90376-8>.
3 Justin Caron and James R Markusen, MICRO TEACHING, 2018.
pelatihan guru melalui pengalaman laboratoris yang bersifat tercontrol tentang berbagai keterampilan dasar mengajar4.
Dari pengertian diatas, ada beberapa hal yang harus kita pahami. Pertama, microteacing merupakan prosedur yang sistematis, artinya pelatihan guru melalui microteacing dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu yang sudah ada di buku. Kedua, microteacing dilakukan dalam situasi laboratoris, artinya pengalaman melalui microteacing diarahkan dalam latihan secara spesifik, sehingga pengalaman yang diperoleh benar-benar terkontrol pada keterampilan tertentu yang hendak dilatihkan. Dalam situasi laboratoris, microteacing dapat memberikan data yang lengkap mengenai penampilan calon guru di didalam kelas, sehingga memungkinkan adanya feedback bagi calon guru yang sedang berlatih.
Bentuk pengajaran yang sederhana, dimana calon guru atau dosen berada dalam suatu lingkungan kelas yang terbatas dan terkontrol. Hanya mengajarkan satu konsep dengan menggunakan satu atau dua keterampilan dasar mengajar. Konsep pengajaran mikro (micro- teaching) dilandasi oleh pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
a. Pengajaran yang nyata (dilaksanakan dalam bentuk yang sebenarnya) tetapi berkonsep mini.
b. Latihan terpusat pada keterampilan dasar mengajar, mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar siswa sebagai umpan balik terhadap kemampuan calon guru/dosen.
c. Pengajaran dilaksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda- beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu.
d. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang diselenggarakan dalam laboratorium micro-teaching.
e. Pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru/dosen mempelajari keterampilan mengajar.
4 Sepling Paling, Rita Sari, and Oneta Wenda, ‘MICROTEACHING’.
f. Penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam pengajaran.
g. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu tertentu.
B. KARAKTERISTIK MICROTEACHING
Microteching merupakan pembelajaran dalam skala kecil. Karateristik yang khas dalam microteahing adalah komponen-komponen dalam yang di mikrokan atau di sederhanakan. Dalam pengajaran sesungguhnya (real Teaching) lingkup pembelajaran bisa tidak dibatasi, tetapi dalam microteaching terbatas pada satu materi pokok bahasan tertentu. Demikian pula alokasi waktunya terbatas antara 10- 15 menit, dengan jumlah siswa juga dikecilkan hingga berkisar 7-10 siswa, serta keterampilan dasar yang dilatihkan juga terbatas (terisolasi). Dengan demikian, ciri khas microteaching adalah pengajaran yang disederhanakan dalam hal: jumlah siswa, alokasi waktu, keterampilan, kompetensi dasar, dan materi pembelajaran5.
Setiap calon guru membuat persiapan mengajar yang kemudian dilaksanakan dalam proses pembelajaran bersama siswa dengan setting kondisi dan konteks kegiatan belajar mengajar yang sesungguhnya. Penyederhanaan komponen pengajaran sebagai karateristik microteaching didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:
a) Seluruh komponen keterampilan dasar mengajar akan dapat dikuasai secara mudah apabila terlebih dahulu menguasai komponen keterampilan dasar mengajar tersebut secara terpisah (terisolasi) satu demi satu.
b) Penyederhanaan situasi dan kondisi latihan, memungkinkan perhatian praktikan terarah pada keterampilan yang dilatihkan.
5 Fauziyah Nasution and others, ‘Hakikat Pembelajaran Micro’, Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan Dan Sosial Humaniora, 3.3 (2023), 153–63 <https://doi.org/10.55606/khatulistiwa.v3i3.1913>.
c) Penyederhanaan situasi dan kondisi dengan bantuan kamera memudahkan melakukan observasi dan bermanfaat untuk umpan balik (Freed Back).
Konsep pengajaran mikro dilandasi oleh pokok-pokok pikiran, yaitu pengajaran yang nyata, artinya pengajaran dilaksanakan tidak dalam bentuk sebenarnya, tetapi berbentuk mini dengan karateristik sebagai berikut:
1. Peserta berkisar antara 5-10 orang.
2. Waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit 3. Komponen mengajar dikembangkan terbatas 4. Latihan terpusat pada keterampilan dasar mengajar.
5. Mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar 6. Umpan balik terhadap kemampuan guru/calon guru
7. Pengajaran dilaksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda- beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu.
8. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang diselenggarakan dalam laboratorium mikro teaching.
9. Penyediaaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu tertentu.
Pembelajaran mikro pada intinya adalah penyederhanaan pembelajaran.
Karena penyederhanaan maka tentu tidak semua keterampilan mengajar dipraktikan dalam satu waktu, akan tetapi keterampilan mengajar dipraktikkan sendiri-sendiri. Seperti keterampilan membuka pelajaran berdiri sendiri, demikian juga pada latihan berikutnya difokuskan pada keterampilan menjelaskan dan sebaginya.
Berikut beberapa karateristik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Microteaching Is A Real Teaching Pembelajaran mikro adalah kegiatan mengajar yang sebenarnya (real teaching), akan tetapi dilaksakan bukan
pada kelas yang sebenarnya, melainkan dalam suatu kelas, laboratorium atau tempat khusus yang dirancang untuk pembelajaran mikro.
2. Micro Teaching Lessons The Complexities Of Normal Classroom Teching Sesuai dengan namanya micro, latihan mengajar dilakukan secara mikro atau disederhanakan. Penyederhanaan ini dilakukan dalam setiap unsur atau komponen pembelajaran.
3. Microteaching Focuses On Training For The Accomlishment Of Specific Tasks Latihan yang dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran mikro hanya difokuskan pada jenis-jenis keterampilan tertentu secara spesifik, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh setiap yang berlatih atau atas dasar saran yang diberikan oleh pihak supervisor. Fokus keterampilan tersebut bisa berupa keterampilan membuka pelajaran saja, maka keterampilan lainnya tidak menjadi fokus latihan, dan sebagainya.
4. Micro Teaching Allows For The Increased Control Of Practive Pembelajaran micro doarahkan untuk meningkatkan kontrol pada setiap jenis keterampilan yang dilatihkan. Kontrol yang ketat, cermat dan kompehensif relatif lebih mudah dilakukan dalam pembelajaran micro, karena setiap peserta yang berlatih hanya memfokuskan diri pada keterampilan tertentu saja.
5. Micro Teaching Greatly Expands The Normal Knowledge Of Results Of Feedback Dimension In Teaching Pembelajaran mikro diharapkan dapat memperluas wawasan dan pemahaman yang terkait dengan pembelajaran karena pihak-pihak yang berkepentingan dan juga terlibat didalamnya mendapatkan masukan dari pihak lainnya.
C. TUJUAN DAN MANFAAT MICROTEACHING 1. Tujuan Microteaching
Microteaching bertujuan untuk memberikan seluas-luasnya bagi calon guru untuk mengeksplorasi semua kelebihannya, memberi kesempatan untuk mengukur kemampuannya. Dengan demikian, maka para calon guru dapat mengevaluasi diri dan merefleksi diri sehingga mengetahui sejauh mana kemampuan dan penampilannya dalam. mengajar6.
Adapun tujuan micro teaching secara khusus sebagai berikut:
1) Calon pendidik berpotensi untuk meningkatkan berbagai keterampilan pada kegiatan belajar mengajar.
2) Calon pendidik dapat menciptakan suasana belajar yang kreatif, menarik, dan menyenangkan.
3) Calon pendidik dituntut agar bersikap profesional.
4) Calon pendidik berusaha dapat mengidentifikasi pola dan gaya pembelajaran dirinya atau orang lain.
1. Bagi Pendidik
a. Sebagai sarana pendidik dalam meningkatkan kinerja dan pengalaman belajar yang telah didapatkan.
b. Adanya peluang bagi pendidik untuk melakukan penyegaran secara langsung dalam bidang pendidikan.
c. Menciptakan suasana baru terhadap program pendidikan yang sedang berjalan.
2. Bagi Calon Pendidik
a. Calon pendidik memiliki kesempatan besar untuk meningkatkan keterampilan dasar mengajar sebelum mereka mengajar di kelas sebenarnya.
6 Hotmaulina Sihotang and Sahat T. Simorangkir, Buku Pedoman Praktik Microteaching, 2020
<http://repository.uki.ac.id/1863/1/BUKU PEDOMAN Praktik.pdf>.
b. Calon pendidik dapat belajar lebih banyak untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menerapkan suatu metode yang tepat dan menciptakan suasana belajar yang kreatif dan menggembirakan.
c. Adanya proses transfer pengetahuan yang real dan latihan dasar mengajar secara tersendiri.
Tujuan umum microteaching bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran atau kemampuan profesional calon guru atau meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan dalam berbagai keterampilan yang spesifik.
Latihan praktik mengajar dalam situasi laboratoris, maka melalui micro-teaching, calon guru ataupun guru dapat berlatih berbagai keterampilan mengajar dalam keadaan terkontrol untuk meningkatkan kompetensinya7. Tujuan utama microteaching ialah untuk membekali dan/atau meningkatkan performance calon guru atau guru dalam mengadakan kegiatan belajar mengajar melalui pelatihan keterampilan mengajar.
Microteaching dimaksudkan untuk meningkatkan performance guru atau calon guru yang menyangkut keterampilan mengajar. Microteaching digunakan untuk mempertemukan antara teori dan praktik pengajaran pada mahasiswa calon guru.
Selain itu, microteaching digunakan untuk menyiapkan calon guru sebelum praktik mengajar di sekolah.
Tujuan khusus, latihan pembelajaran melalui microteaching bertujuan untuk:
1. Dapat menganalisa tingkah laku mengajar diri sendiri dan teman- temannya.
2. Latihan keterampilan mengajar melalui laboratoris, diharapkan kelak dalam menghantarkan pembelajarannya akan terhindar dari "kikuk dan kaku".
3. Meningkatkan keterampilan peserta pelatihan mengenai cara menyusun persiapan mengajar/satuan acara perkuliahan yang dimikrokan.
7 Minal Ardi, ‘Pelaksanaan Pembelajaran Bagi Mahasiswa Program Studi PPKn STKIP-PGRI Pontianak’, Jurnal Edukasi, 1.88 (2018), 77.
4. Meningkatkan keterampilan teknik mengajar yang efektif bagi para peserta latihan. Menurut amanat UU No. 20 tahun 2003, UU No. 14 tahun 2005 dan PP No. 19 tahun 2005, bahwa setiap guru harus memiliki empat kompetensi.
Oleh karena itu penggunaan model pembelajaran mikro baik dalam pra- jabatan maupun dalam jabatan bertujuan untuk mempersiapkan, membina, dan meningkatkan keempat kompetensi tersebut, yaitu:
(1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional (4) kompetensi sosial.
Menurut Dwight Allen dalam buku Helmiati, tujuan pembelajaran mikro adalah : 1) Bagi Guru
a) Mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaharuan. yang berlangsung di pranata pendidikan.
b) Memberikan penyegaran dalam program pendidikan.
c) Guru mendapatkan pengalaman belajar mengajar yang bersifat individual de mi perkembangan profesinya.
2) Bagi Mahasiswa Calon Guru
a) Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun ke kelas yang sebenarnya.
b) Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk menguasai beberapa keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan, sehingga calon guru mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
c) Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah.
Tujuan pembelajaran mikro adalah melatih guru maupun calon guru agar memiliki keterampilan dasar dan khusus dalam proses pembelajaran untuk peningkatan kompetensinya.
2. Manfaat Microteaching
Manfaat Microteaching Barnawi dan M. Arifin microteaching memiliki banyak sekali manfaat. Hal ini dirasakan mulai dari program pelatihan guru, manfaat untuk pihak-pihak yang terlibat, dan proses menemukan cara mengajar yang lebih efektif
8. Microteaching sangat bermanfaat dalam menyukseskan program pelatihan mengajar bagi guru.
Manfaat microteaching dapat diambil antara lain:
1. Perbaikan atau penyempurnaan secara cepat dapat segera dicermati.
2. Latihan penguasaan keterampilan mengajar lebih baik.
3. Saat latihan berlangsung calon guru dapat memusatkan perhatian secara objektif.
4. Menurut dikembangkan pada observasi yang sistematis dan objektif.
5. Mempertinggi efisiensi dan efektivitas penggunaan sekolah dalam waktu praktik mengajar yang relatif singkat.
6. Mengembangkan dan membina keterampilan tertentu calon guru dalam mengajar.
7. Keterampilan mengajar terkontrol dan dapat dilatihkan.
Menurut Asril (2017) manfaat pembelajaran microteaching sebagai berikut:
1. Latihan penguasaan keterampilan mengajar lebih baik.
8 Martha Betaubun and others, ‘Persepi Manfaat Micro Teaching Terhadap Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Dasar Dalam Aspek Pedagogik Dan Kepribadian’, JURNAL PENDIDIKAN DASAR PERKHASA: Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar, 10.1 (2024), 317–28
<https://doi.org/10.31932/jpdp.v10i1.3071>.
2. Saat latihan berlangsung calon guru dapat memusatkan perhatian secara objektif.
3. Menuntut dikembangkan pola observasi yang sistematis dan objektif.
4. Mempertinggi efisiensi dan efektivitas penggunaan sekolah dalam waktu praktik mengajar yang relatif singkat.
Mengembangkan dan membina keterampilan tertentu calon guru dalam mengajar. Keterampilan mengajar terkontrol dan dapat dilatihkan. Perbaikan atau penyempurnaan secara cepat dapat segera dicermati. Dari paparan di atas mengenai manfaat microteaching, dapat simpulkan bahwa manfaat yang akan didapatkan pada saat calon uru mengikuti praktik microteaching sebagai berikut: Calon guru dapat mengetahui kelebihannya dan dapat mengembangkan kelebihan tersebut.
Dengan mengikuti microteaching keterampilan mengajar calon guru akan meningkat. Calon guru dapat memperbaiki kekurangannya pada saat mengajar di microteaching ketika terjun ke dunia mengajar sesungguhnya.
D. FUNGSI MICROTEACHING
Menurut Barnawi dan Arifin (2016), microteaching bagi calon guru berfungsi memberikan pengalaman baru dalam belajar mengajar, sedangkan bagi guru microteaching berfungsi memberi penyegaran keterampilan dan sebagai sarana umpan balik atas kinerja mengajarnya. Menurut Suwarna dalam Barnawi dan Arifin (2016), microteaching berfungsi memberikan kesempatan kepada mahasiswa calon guru untuk menentukan dirinya sebagai calon guru9. Fungsi microteaching selain sebagai sarana latihan dalam mempraktikkan keterampilan mengajar, juga menjadi salah satu syarat bagi mahasiswa keguruan yang akan mengikuti perkuliahan10. Selain itu microteaching melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Pembinaan: Laboratorium microteaching menyediakan kemudahan untukmembina keterampilan dan/ataumengembangkan keterampilan-keterampilan
9 Leni Apriani, Joni Alpen, and Al Arismon, ‘Tingkat Percaya Diri Dan Keterampilan Micro Teaching’, Edu Sportivo: Indonesian Journal of Physical Education, 1.1 (2020), 42–49
<https://doi.org/10.25299/es:ijope.2020.vol1(1).5155>.
10 Mengajar Calon Pendidik, ‘Jurnal DIKDAS BANTARA’, 7.1 (2024), 11–24.
khusus tentang teknik-teknik mengajar yang efektif bagi tenaga kependidikan.
Supervisi laboratorium microteaching juga dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan mengajar, sehingga pada gilirannya dia lebih mampu memberikan bimbingan profesional kepada guru-guru di sekolah.
2. Fungsi Eksperimental: Keberadaan laboratorium microteaching berfungsi sebagai bahan uji coba bagi para pakar di bidang pendidikan. Umpamanya seorang dosen atau seorang ahli berdasarkan penelitiannya menemukan suatu model atau suatu metode pembelajaran, maka sebelum penemuan itu dipraktikkan di lapangan, maka terlebih dahulu diuji cobakan di laboratorium microteaching ini. Dengan demikian hasilnya dapat dievaluasi di mana letak kelemahannya untuk segera dilakukan perbaikan- perbaikan.
3. Fungsi Instruksional: Laboratorium microteaching berfungsi menyediakan fasilitas praktik/latihan bagi calon guru/tenaga kependidikan untuk berlatih dan/atau memperbaiki dan meningkatkan keterampilan pembelajaran, yang pada hakikatnya merupakan latihan penerapan pengetahuan metode dan teknik mengajar dan/atau ilmu keguruan yang telah dipelajari.
4. Fungsi Diagnostik: Laboratorium microteaching menyediakan fasilitas dan kondisi spesifik untuk membimbing calon guru/ tenaga kependidikan yang mengalami kesulitan melaksanakan keterampilan-keterampilan tertentu dalam proses belajar mengajar.
5. Fungsi Integralistik: Pengajaran melalui microteaching merupakan bagian integral Program Pengalaman Lapangan (PPL) serta merupakan mata kuliah prasyarat PPL dan berstatus sebagai mata kuliah wajib lulus.
Adapun fungsi microteaching bagi pendidik dan calon pendidik sebagai berikut:
a. Membuka peluang besar kepada calon pendidik dalam pencarian jati diri sebagai pendidik masa depan.
b. Mengidentifikasi strategi dan model seorang pendidik pada proses pembelajaran dengan cara melihat hasil akhir dari supervisi dalam rangka melakukan perbaikan dan memperoleh tujuan yang diinginkan.
c. Mendapatkan kritik/saran yang membangun terkait penampilan dalam praktik mengajar. Saran atau kritik ini ditujukan untuk menganalisis dan mengetahui secara rinci mengenai kekurangan atau kelebihan, sehingga dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki dan menguasai keterampilan dasar mengajar lebih baik
Fungsi microteaching adalah sebagai sarana bagi calon guru untuk memaksimalkan keterampilan mengajar dan sebagai sarana untuk introspeksi cara mengajar di mana letak kekurangan dan kelebihannya.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Microteaching adalah pendekatan pelatihan kinerja yang menghilangkan atau mengurangi kompleksitas metode pembelajaran dan pengajaran tradisional dengan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola sehingga praktisi dapat menguasainya dalam lingkungan berbasis laboratorium yang terkendali.
"Konsep Dasar Microteaching" membahas microteaching sebagai metode pelatihan calon guru dengan menyederhanakan proses pengajaran.
Tujuannya adalah untuk melatih keterampilan mengajar secara bertahap dalam lingkungan yang terkendali. Karakteristik Microteaching melibatkan jumlah siswa dan durasi yang terbatas, dengan fokus pada keterampilan mengajar tertentu. Dan manfaat konsep dasar microteaching adalah Membantu calon guru memperbaiki keterampilan mengajar melalui latihan dan umpan balik yang efektif. Serta Microteaching berfungsi sebagai sarana latihan dan evaluasi untuk mempersiapkan calon guru secara profesional.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca tentang pengertian, Karakteristik, Tujuan & Manfaat, serta Fungsi dari konsep dasar microteaching. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, Leni, Joni Alpen, and Al Arismon, ‘Tingkat Percaya Diri Dan Keterampilan Micro Teaching’, Edu Sportivo: Indonesian Journal of
Physical Education, 1.1 (2020), 42–49
<https://doi.org/10.25299/es:ijope.2020.vol1(1).5155>
Ardi, Minal, ‘Pelaksanaan Pembelajaran Bagi Mahasiswa Program Studi PPKn STKIP-PGRI Pontianak’, Jurnal Edukasi, 1.88 (2018), 77
Betaubun, Martha, Fitriani Fitriani, Desy Eva Laila Rokhmah, and Fety Y Manauhutu, ‘Persepi Manfaat Micro Teaching Terhadap Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Dasar Dalam Aspek Pedagogik Dan Kepribadian’, JURNAL PENDIDIKAN DASAR PERKHASA: Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar, 10.1 (2024), 317–28
<https://doi.org/10.31932/jpdp.v10i1.3071>
Caron, Justin, and James R Markusen, MICRO TEACHING, 2018
Fauziyah Nasution, Nurwahidah Nasution, Ade Nisfu Ramadhania, Putri Rizky Amanda4, and Anisah Auliah, ‘Hakikat Pembelajaran Micro’, Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan Dan Sosial Humaniora, 3.3 (2023), 153–
63 <https://doi.org/10.55606/khatulistiwa.v3i3.1913>
Hayati, Rimadhani Khusnul, and Arief Cahyo Utomo, ‘Jurnal Basicedu. Jurnal Basicedu’, Jurnal Basicedu, 5.5 (2020), 3(2), 524–32
<https://journal.uii.ac.id/ajie/article/view/971>
Paling, Sepling, Rita Sari, and Oneta Wenda, ‘MICROTEACHING’
Pendidik, Mengajar Calon, ‘Jurnal DIKDAS BANTARA’, 7.1 (2024), 11–24 Praktis, Teori, Micro Teaching, Microprocessors and Microsystems, 1981, V
<https://doi.org/10.1016/0141-9331(81)90376-8>
Sihotang, Hotmaulina, and Sahat T. Simorangkir, Buku Pedoman Praktik Microteaching, 2020 <http://repository.uki.ac.id/1863/1/BUKU PEDOMAN Praktik.pdf>