i
MAKALAH
FISIOLOGI MASA NIFAS
Mata Kuliah : Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan BBL Dosen Pengampu : Rosa Susanti, S.ST., M.Kes
Disusun Oleh : KELOMPOK 4
Nur Halin Ni’Mah Nurlaela Achmad
Nurmiati Perry Wandikbo Pramaishelly Angelica Putri
Rafi Damaila Rasmini Regina Tabuni Ria Rahmawati
Rizky Amelia Riyana Arlenasari
Sarinda Kagoya Septiana Wulansari Shella Fitra Ningrum
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI PERTIWI INDONESIA JAKARTA
TAHUN 2025
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Fisiologi Masa Nifas dengan baik dan tepat waktu. Kami juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, telah menjadi pendorong utama kelancaran dalam penulisan makalah ini.
Sebagai penyusun, kami sadar akan adanya kekurangan dalam karya ilmiah ini, baik dari segi penyajian data maupun aspek teknis lainnya. Oleh karena itu, kami dengan tulus menerima setiap saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, sebagai bahan perbaikan di masa mendatang.
Harapan kami, makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang Fisiologi Masa Nifas Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan menjadi referensi yang berguna untuk pembaca.
Jakarta, 23 Maret 2025
Penulis
iii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ...iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 1
C. Tujuan ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
A. Adaptasi anatomi dan fisiologi pada masa nifas ... 3
B. Perubaham sistem reproduksi pada masa Nifas ... 8
C. Payudara pada ibu nifas ... 11
D. Fisiologi laktasi ... 14
BAB III PENUTUP ... 16
A. Kesimpulan ... 16
B. Saran ... 16
DAFTAR PUSTAKA ... 18
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (Postpartum) merupakan masa dimana 2 jam setelah melahirkan plasenta sampai dengan 6 Minggu berikutnya, dalam periode ini merupakan episode dramatasi dari kondisi ibu terkait perubahan anatomi dan psikologis serta adaptasinya setelah melahirkan. Dalam proses adaptasi atau penyeseuian ini sebagian ibu bisa menyesuikan diri dan yang lainya tidak bisa, bagi yang tidak bisa menyesuikan diri beberapa akan mengalami gangguan- gangguan psikologis dengan berbagai macam sindrom atau gejala.
Nifas Adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali sepertu semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau kurang lebih 40 hari akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan.Masa nifas merupakan masa yang sangat perlu diperhatikan hampir 50%
kematian ibu terjadi setelah 24 jam persalinan. Untuk mencegah hal tersebut, kunjungan nifas dilakukan minimal empat kali kunjungan untuk memberikan asuhan dan edukasi tentang pencegahan infeksi masa nifas serta perawatan bayi baru lahir
Dalam melakukan asuhan kebidanan yang profesional, bidan harus mengetahui bagaimana batasan-batasan nifas yang fisiologi, sehingga jika ditemukan penyimpangan maka bidan dapat segera memberikan asuhan yang tepat dan melakukan rujukan jika diluar kewenangan bidan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana adaptasi anatomi dan fisiologi pada masa nifas?
2. Bagaimana perubaham sistem reproduksi pada masa Nifas?
3. Bagaimana anatomi payudara pada ibu nifas?
4. Bagaimana fisiologi laktasi pada masa nifas?
2 C. Tujuan
1. Untuk mengetahui adaptasi anatomi dan fisiologi pada masa nifas 2. Untuk mengetahui perubaham sistem reproduksi pada masa Nifas 3. Untuk mengetahui payudara pada ibu nifas
4. Untuk mengetahui fisiologi laktasi
3 BAB II PEMBAHASAN
A. Adaptasi anatomi dan fisiologi pada masa nifas 1. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh. Faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Beberapa penyebab susah BAB adalah:
a. Perubahan dasar panggul.
Proses melahirkan bayi meregangkan otot-otot di dasar panggul, yang juga dapat menyebabkan perubahan pada rektum. Hal ini membuat lebih banyak tinja mungkin terkumpul di usus sebelum akhirnya dikeluarkan.
Selain itu, otot ikut melemah akibat proses melahirkan dan meregang untuk sementara, sehingga sulit untuk membantu pembuangan kotoran.
b. Pengaruh obat pereda rasa nyeri yang diberikan pasca melahirkan turut memengaruhi sistem pencernaan.
c. Mengonsumsi suplemen zat besi d. Produksi ASI.
Komposisi ASI terdiri dari sekitar 90% air. Itulah mengapa, tubuh akan mengutamakan kandungan air untuk pembuatan ASI dan mengakibatkan usus kekurangan air untuk menjaga feses tetap lunak. Jika asupan cairan kurang, inilah yang kemudian yang menyebabkan terjadinya sembelit.
e. Jahitan perineum.
Jahitan ini akan terasa nyeri dan kencang di harihari awal setelah persalinan, sehingga membuat ibu khawatir dan memilih untuk menahan buang air besar.
f. Mengalami wasir.
Dorongan bayi melalui jalan lahir selama persalinan dapat menyebabkan timbul wasir atau peradangan dan pembengkakan pembuluh darah di rektum dan anus. Kondisi ini memang akan sangat membuat tidak
4
nyaman, sehingga membuat ibu enggan untuk buang air besar pasca persalinan. Pada akhirnya, inilah yang menyebabkan sembelit.
g. Beban pikiran.
Faktor psikologis juga ikut berperan menjadi penyebab sulitnya BAB pasca melahirkan. Ibu ketakutan akan kesakitan, prosesnya bisa merusak jahitan persalinan, ataupun banyak kegelisahan lainnya. Kondisi stres seperti ini lalu memicu produksi hormon kortisol yang dapat menyebabkan sembelit.
2. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, ibu nifas akan kesulitan untuk berkemih dalam 24 jam pertama. Kemungkinan dari penyebab ini adalah terdapar spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih yang telah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok (diuresis). Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia, kadang-kadang odem trigonum yang dapat menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga dapat menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitive dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urin residual (normal kurang lebih 15 cc). dalam hal ini, sisa urin dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat beresiko terjadinya infeksi.
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan penyebabnya adalah:
a. Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi.
b. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami penurunan yang drastis. Keadaan ini
5
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
c. Adanya udem trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin.
d. Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
e. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan
f. Penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa postpartum.
g. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadangkadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolism of pregnancy).
3. Perubahan Sistem Muskuloskeletal/Diastasis Recti Abdominalis
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan. Pembuluh darah yang berada di myometrium uterus akan menjepit, pada proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga kadang membuat uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Hal ini akan kembali normal pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Pada proses persalinan juda dapat menyebabkan putusnya serat-serat elestik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen mengendur,. Untuk memulihkan kembali jaringan penunjang genetalia, serta otot dinding perut dan dasar panggul , dianjurkan untuk melakukan latihan tertentu, pada 2 hari post partum sudah dapat dilakukan latihan atau fisioterapi.
4. Perubahan Sistem Endokrin
Perubahan sistem endokrin yang terjadi pada masa nifas adalah perubahan kadar hormon dalam tubuh. Adapaun kadar hormon yang mengalami perubahan pada ibu nifas adalah hormone estrogen dan progesterone, hormone oksitosin dan prolactin. Hormon estrogen dan
6
progesterone menurun secara drastis, sehingga terjadi peningkatan kadar hormone prolactin dan oksitosin.
Hormon oksitosin berperan dalam proses involusi uteri dan juga memancarkan ASI, sedangkan hormone prolactin berfungsi untuk memproduksi ASI. Keadaan ini membuat proses laktasi dapat berjalan dengan baik. Jadi semua ibu nifas seharusnya dapat menjalani proses laktasi dengan baik dan sanggup memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Hormone lain yang mengalami perubahan adalah hormone plasenta.
Hormone plasenta menurun segera setelah plasenta lahir. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% pada 3 jam pertama hingga hari ke tujuh postpartum.
5. Perubahan tanda-tanda Vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital biasa terlihat jika wanita dalam keadaan normal, peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah systole maupun diastole dapat timbul dan berlangsung selama sekitar 4 hari setelah wanita melahirkan. Fungsi pernapasan kembail pada fungsi saat wanita tidak hamil yaitu pada bulan keenam setelah wanita melahirkan.
Setelah rahim kosong, diafragma menurun, aksis jantung kembali normal, serta impuls dan EKG kembali normal.
a. Suhu Badan
Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5-38 ̊C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi kaena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi bengka, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastisis, traktu genitalis, atau sistem lain.
b. Nadi Denyut
nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
c. Tekanan Darah
7
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia post partum.
d. Pernapasan Keadaan pernapasan selalu berhubugan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas.
6. Perubahan sistem Kardiovaskular a. Volume Darah
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa factor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi, serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sapai mencapai volume darah sebelum hamil. Pada persalinan per vaginam, ibu kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila kelahiran melalui SC, maka kehilangan darah dapat 2 kali lipat. Perubahan terdiri atas volume darah dan hematokrit (haemoconcentration). Pada persalinan per vaginam, hematocrit akan naik, sedangkan pada SC, hematocrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera setalah wanita melahirkan, keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran.
7. Perubahan Sistem hematologi
Selama kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
8
Leukositosis yang meningkat di mana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih biasa naik sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologi jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.
Jumlah hemoglobin, hematocrit, dan eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah. Volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah akan dipengaruhi oleh status gizi wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke-3 sampai Asuhan kebidanan III (Nifas) 30 ke-7 pospartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.
Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca persalinan biasanya semuanya akan kembali pada keadaan semula. Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa oleh jantung akan tetapi tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali pada keadaan normal.
B. Perubaham sistem reproduksi pada masa Nifas 1. Involusi Uterus Sangat Dinamis
Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini disebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasenta site) sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami nerkosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilicus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil). Jika sampai 2 minggu postpartum, uterus belum masuk panggul, curiga ada subinvolusi. Proses involusi uterus:
a. Iskemia Myometrium
Setelah plasenta dikeluarkan, rahim berkontraksi dan retraksi terus- menerus, menyebabkan rahim menjadi anemia dan serat otot menjadi atrofi
9 b. Autolisis
Penurunan estrogen dan progesteron menginduksi enzim proteolitik untuk memperpendek otot rahim yang rileks, sehingga menghasilkan ukuran yang 10 kali lebih panjang dan 5 kali lebih lebar dari sebelum hamil c. Terdapat polymorph phagolitik dan macrophages di dalam system
vaskuler dan system limphatik d. Efek oksitosin
Oksitosin dapat digunakan untuk menurunkan tempat implantasi plasenta dan mengurangi perdarahan karena menyebabkan otot-otot rahim berkontraksi dan menarik kembali, memberi tekanan pada pembuluh darah dan mengurangi aliran darah ke rahim.
Tinggi fundus uteri masa post partum:
a. TFU hari 1 post partum 1 jari di bawah pusat b. TFU hari 2 post partum 2-3 jari di bawah pusat c. TFU 4-5 post partum pertengahan simpisis dan pusat
d. TFU hari 7 post partum 2-3 jari di atas simpisis e. TFU hari 10-12 post partum tidak teraba lagi
Tabel 1. Involusi Uteri
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi Lahir Sepusat 1000 gr
Uri Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr
1 Minggu Pertengahan Pusat-Simpisis 500 gr 2 Minggu Tidak teraba diatas Simpisis 350 gr
6 Minggu Bertambah Kecil 50 gr
8 Minggu Sebesar Normal 30 gr
2. Serviks dan Vagina: Kerasnya Persalinan Berdampak pada Serviks dan Vagina
Perbaikan serviks selama masa nifas sangat penting untuk menghentikan infeksi dan perdarahan. Renovasi dan kembalinya ke keadaan tidak hamil yang kaku dari keadaan pascamelahirkan yang lembek, sangat
10
penting untuk kehamilan jangka panjang, dan melibatkan perubahan fisiologis, biokimia dan biofisik. OS internal serviks seharusnya sudah ditutup pada minggu kedua pascapersalinan. OS eksternal mungkin tetap agak terbuka selama berminggu-minggu. Mengingat komposisi kolagen serviks yang luas, metalloproteinase dan kolagenase, dan kemudian sintesis protein matriks ekstraseluler, bersama dengan sel-sel sistem kekebalan dan peradangan, yang memainkan peran utama dalam rekonstruksi serviks ini.
Menariknya, analisis proteomik baru-baru ini dari serviks postpartum tikus, mengidentifikasi empat jalur yang secara signifikan diregulasi secara berbeda selama remodeling dan menjamin penyelidikan lebih lanjut: filamen menengah, protein pengikat aktin, protein yang diinduksi hipoksia, dan protein yang terlibat dalam modulasi kekebalan dan/atau penyembuhan luka.
Vagina dan vulva awalnya akan edematosa, dan membesar tetapi kembali ke keadaan biasa selama beberapa minggu pertama masa nifas.
Dinding vagina akan sedikit melemah dengan setiap kehamilan, berkontribusi terhadap risiko prolaps genital yang berkaitan dengan usia.
3. Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan proses persalinan, setelah janin lahir, berangsur- angsur mengerut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligamen, fascia, dan jaringan penunjang alat genitalia menjadi agak kendur.
4. Lochea
Dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan, darah merupakan komponen yang menonjol dari kehilangan darah pervaginam. Akibatnya, produk darah merupakan sebagian besar keputihan yang terjadi segera setelah bayi lahir dan lepasnya plasenta. Keputihan berubah seiring dengan berkembangnya proses involusi, dari perdarahan yang sebagian besar berupa darah segar menjadi perdarahan yang mengandung produk darah tidak murni, lanugo, vernix, dan produk sisa konsepsi lainnya, leukosit, dan organisme.
11
Lochea adalah kata Latin yang mengacu pada pendarahan vagina setelah melahirkan.
Selama masa nifas, lochea adalah aliran keluar cairan uterus. Lochea memiliki bau amis atau bau busuk yang bervariasi tergantung wanitanya.
Lochea dengan bau yang mengerikan menyiratkan infeksi. Warna dan volume Lochea telah berubah sebagai akibat dari proses involusi. Lochea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
a. Lochea rubra
Lochea ini muncul pada hari pertama dan keempat setelah melahirkan.
Cairan yang keluar berwarna merah karena mengandung darah segar, sisa jaringan plasenta, jaringan dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b. Lochea sanguenolenta
Lochea ini berlendir berwarna coklat kemerahan yang berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 setelah melahirkan.
c. Lochea serosa
Mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta, lokia ini berwarna kuning-cokelat. Dari hari ke 7 hingga hari ke 14
d. Lochea alba
Leukosit, sel desidua, sel epitel, lendir serviks, dan jaringan yang memperbaiki mati ada di Lochea. Lochea alba ini bisa bertahan selama 2 sampai 6 minggu setelah melahirkan.
e. Lochea purulenta
Infeksi yang terjadi pada uterus dengan ditandai keluarnya cairan seperti nanah yang berbau busuk.
f. Lochiotosis
Lochea yang keluar tidak lancar.
C. Payudara pada ibu nifas
Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara horisontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. kelenjar susu herada di jaringan sub kutan, tepatnya diantara jaringan sub kutan superfisial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor.Ukuran
12
normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.
Ada 3 bagian utama payudara, Korpus (badan), Areola, Papilla atau puting.
Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan wama ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap.
1. Korpus
a. Alveolus yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
b. Lobulus yaitu kumpulan dari alveolus.
c. Lobus yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
d. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2. Areola Sinus laktiferus yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3. Papilla Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).
Saluran-saluran kecil (ductus lactiferous) ke dalam susu (sinus lactiferous) yang terdapat dibawah areola mammae, yaitu daerah yang berwarna gelap/coklat tua yang mengelilingi puting susu. Fungsi areola mammae sangat penting karena merupakan tempat penampungan ASI, yaitu sekitar 10 saluran
13
kecil keluar dari sinus menuju puting. Puting susu mengandung banyak saraf sensoris sehingga sanat peka pada rangsangan maupun isapan bayi. Anatomi payudara dan kelenjar pengeluaran ASI dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 1. Anatomi Payudara
Ada 1,5-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40 duktulus. Duktulus bercabang menjadi menjadi 10-100 alveolus dan masing- masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting susu. Akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus.
Didaerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus, tapi duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun pada sekeiompok alveoli. Di dalam alveoli terdiri dan duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan mioepitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.
14 D. Fisiologi laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19 minggu, dan baru selesai ketika mulai menstruasi. Dengan terbentuknya hormone estrogen dan progesterone yang berfungsi untuk maturasi alveoli.
Sedangkan hormone prolactin adalah hormone yang berfungsi untuk produksi ASI di samping hormone lain seperti insulin, tiroksin dan sebagainya. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks prolactin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan putting susu oleh hisapan bayi.
1. Proses laktasi
a. Fase Pertama :Mammogenesisi (Persiapan Laktasi)
Selama kehamilan, jumlah unit penghasil ASI dalam payudara dan mengalami pertumbuhan yang cepat. Hal ini terjadi karena pengaruh campuran dari hormon ibu seperti estrogen, progesteron yang dikeluarkan oleh indung telur, prolaktin dan dikeluarkan oleh kelenjar pituitari di dalam otak dan hormon pertumbuhan. Fase ini diharapkan ibu sudah mulai melakukan perawatan payudara dengan menjaga kebersihan, memakai penyangga /kutang yang nyaman dan memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan
b. Fase Kedua : Lactogenesis (sintesis dan produksi dari alveolus)
Sejumlah kecil produk dalam payudara mulai terkumpul selama kehamilan, namun pengeluaran ASI yang sesungguhnya akan dimulai dalam waktu tiga hari setelah persalinan. Hal ini terjadi karena selama kehamilan hormon progesteron dan estrogen membuat payudara tidak responsif terhadap prolaktin. Setelah persalinan hormon ini berkurang, sehingga payudara yang telah berkembang sepenuhnya mulai mengeluarkan ASI sebagai akibat dari rangsangan prolaktin.
c. Fase ketiga : Galaktokinesis (Pengeluaran ASI dari Putting)
Yang terkumpul dalam payudara dikeluarkan melalui dua mekanisme, yaitu pengisapan oleh bayi dan aliran ASI dari alveolus ke saluran ASI.
Ketika bayi mengisap payudara, ujung saraf yang ada diputing dirangsang dan pesan refleks dikirimkan kebagian depan kelenjar pituitari di otak. Sebagai respon kepada pesan refleks ini, kelenjar
15
pituitari akan mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah.
Prolaktin dapat 20 meransang kelenjar penghasil ASI dalam payudara untuk menghasilkan lebih banyak ASI. Stimulasi saraf di puting juga mengirimkan pesan refleks kebagian belakang kelenjar pituitari, yang memberikan respon dengan mengeluarkan suatu hormon oksitosin.
Oksitosin menggerakkan otot dan jaringan disekitar kelenjar penghasil ASI, sehingga alveolus berkontraksi dan ASI dikeluarkan
d. Fase keempat : Galaktopoiesis (Pemeliharaan Laktasi)
Prolaktin dan oksitosin adalah hormon terpenting untuk kelangsungan dan kecukupan pengeluaran ASI. Keluarnya prolaktin tergantung pada isapan bayi, maka sangat penting bagi ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi sampai usia enam bulan, agar prolaktin tetap diproduksi. Psikologis ibu mempengaruhi pengeluaran oksitosin, maka motivasi, pemenuhan nutrisi, perawatan payudara, personal higiene sangat penting dan menentukan keberhasilan dalam proses menyusui
2. Refleks Prolaktin
Dalam putting susu terdapat banyak ujung saraf sensorik. Bila dirangsang, timbul impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormone prolactin.
Hormone inilah yang berperan dalam peroduksi ASI di tingkat alveoli.
3. Refleks Aliran (Let Down Reflex)
Rangsang puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang, yang mengeluarkan hormone oksitosin. Hormone ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan didinding saluran, sehingga ASI di pompa keluar.
16 BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Nifas Adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali sepertu semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau kurang lebih 40 hari akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan. Masa nifas dan laktasi merupakan periode penting dalam kehidupan seorang wanita setelah melahirkan. Proses fisiologis yang terjadi selama masa ini sangat kompleks dan saling berkaitan. Pemahaman yang mendalam tentang perubahan-perubahan fisiologis ini sangat penting bagi tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan yang optimal kepada ibu dan bayi.
Saat memasuki masa nifas, seluruh organ dan sistem tubuh beradaptasi setelah mengalami proses persalinan menuju kondisi awal sebelum hamil.
Selain itu, tubuh perlu memproduksi ASI guna memenuhi kebutuhan bayi terhadap nutrisi demi menunjang pertumbuhan dan perkembangannya.
Bebeapa adaptasi fisiologis seperti perubahan sistem kardivaskular, sistem perkemihan, sistem pencernaan, dan lain-lain perlu diperhattikan, karena jika tidak diperhatikan secara seksama tanda-tanda patofisiologi pada masa nifas tidak terlihat dan dapat mengancam nyawa ibu.
B. Saran
1. Peningkatan edukasi dan konseling kepada ibu tentang perubahan fisiologis yang terjadi selama masa nifas dan laktasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman ibu dan mengurangi kecemasan.
2. Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan yang berpusat pada ibu (mother-centered care) selama masa nifas dan laktasi.
3. Peningkatan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi fisiologi nifas dan laktasi, terutama dalam konteks budaya dan lingkungan Indonesia.
4. Peningkatan akses ibu pada pelayanan kesehatan yang berkualitas selama masa nifas dan laktasi.
17
5. Dukungan penuh dari keluarga dan lingkungan sekitar sangat penting untuk keberhasilan masa nifas dan laktasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, Peny et al. (2023). Fisiologi Masa Nifas. Jakarta: Penerbit Nuansa Fajar Cemerlang Jakarta
Rahmadhani, Sendy Pratwi et al. (2024). Buku Ajar Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir (BBL). Jakarta: Penerbit Nuansa Fajar Cemerlang Jakarta
Sari, Dian Vita et al. (2021). Buku Ajar Asuhan Nifas. Tasikmalaya: Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia
Savita, Riza et al. (2022). Buku Ajar Nifas DIII Kebidanan Jilid II. Jakarta: PT Mahakarya Citra Utama Group