• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL TEORI PENGANTAR ASUHAN KEBIDANAN TIM PENYUSUN Bd.Novita Br Ginting Munthe.,SST., M.Keb Bd. Diah Evawanna Anuhgerah., SST., M.Tr.keb Bd. Dwi Handayani, M.Keb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODUL TEORI PENGANTAR ASUHAN KEBIDANAN TIM PENYUSUN Bd.Novita Br Ginting Munthe.,SST., M.Keb Bd. Diah Evawanna Anuhgerah., SST., M.Tr.keb Bd. Dwi Handayani, M.Keb"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL TEORI

PENGANTAR ASUHAN KEBIDANAN TIM PENYUSUN

Bd.Novita Br Ginting Munthe.,SST., M.Keb Bd. Diah Evawanna Anuhgerah., SST., M.Tr.keb Bd. Dwi Handayani, M.Keb

(2)

VISI DAN MISI FAKULTAS KEBIDANAN Visi

“Menyelenggarakan pendidikan Kebidanan yang unggul dan professional di bidang Komplementer Kesehatan Reproduksi di tingkat Nasional dan Asia pada tahun 2028”.

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dan proses pembelajaran yang unggul, berkarakter, dan kompeten di bidang komplementer kesehatan reproduksi yang adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan globalisasi;

2. Menyelenggarkan penelitian bidang kebidanan yang inovatif, produktif dan responsif terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebutuhan masyarakat;

3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di bidang kebidanan berlandaskan nilai dan tanggung jawab sosial; dan

4. Menjalin kerjasama yang baik yang berkaitan dengan pengembangan kebidanan dengan stakeholders mulai dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sebagai pengguna lulusan.

(3)

VISI DAN MISI PRODI KEBIDANAN PROGRAM DIPLOMA III Visi

“Menghasilkan Lulusan yang Unggul dan Profesional pada Bidang Asuhan Kebidanan Komplementer pada Masa Nifas Tahun 2028”.

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten di bidang kebidanan khususnya asuhan kebidanan komplementer pada masa nifas;

2. Mengembangkan penelitian kebidanan asuhan kebidanan komplementer pada masa nifas yang inovatif untuk menghasilkan publikasi bereputasi;

3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat di bidang asuhan kebidanan komplementer pada masa nifas yang berbasis hasil penelitian;

4. Mengembangkan jejaring kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk meningkatkan kualitas proses pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya Modul Teori Pengantar Asuhan Kebidanan ini dapat diselesaikan. Modul Teori Pengantar Asuhan Kebidanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa Program Studi D III Kebidanan Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam dalam menempuh mata kuliah Pengantar Asuhan Kebidanan. Modul ini disusun dengan kualifikasi merangkum semua materi teoritis.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas selesainya modul ini. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh karena itu segala masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan modul ini.

Lubuk Pakam, 2020

(5)

DAFTAR ISI

VISI DAN MISI FAKULTAS KEBIDANAN ... i

VISI DAN MISI PROGRAM STUDI BIDAN DIPLOMA III ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ...iv

BAB I SIKLUS KEHIDUPAN MANUSIA A. Bayi Baru Lahir...1

1. Definisi Bayi Baru Lahir ... 1

2. Bayi Baru Lahir Normal ... 1

3. Bayi Baru Lahir Rendah ... 2

B. Bayi ... 3

1. Definisi Bayi ... 3

2. Penggolongan Bayi ... 3

C. Anak Balita ... 3

1. Definisi Anak Balita ... 3

2. Karakteristik Balita dan Anak ... 4

D. Remaja ... 4

1. Definisi Remaja ... 4

2. Tahap Perkembangan Remaja ... 4

3. Perubahan Sosial Pada Remaja... 4

E. Pra-konsepsi ... 6

1. Definisi Pra-konsepsi ... 6

2. Tujuan Pra-konsepsi ... 7

F. Kehamilan ... 7

1. Definisi Kehamilan ... 7

2. Tanda-Tanda Kehamilan ... 8

3. Usia Kehamilan ... 8

4. Perubahan Hormonal Selama Kehamilan ... 9

G. Nifas ... 10

1. Definisi Nifas ... 10

2. Periode Nifas ... 10

3. Perubahan fisiologis Masa Nifas ... 10

H. Masa Antara ... 11

I. Masa Klimakterium ... 11

1. Definisi Masa Klimakterium ... 11

2. Fase masa Klimakterium ... 11

BAB II SIKLUS REPRODUKSI WANITA A. Definisi Siklus Menstruasi ... 13

B. Proses Terjadinya Menstruasi ... 13

(6)

3. Fase Luteal ... 14

C. Pengaruh Sekresi Gonadotropin ... 15

D. Efek Siklus Estrogen Dan Progesteron ... 16

1. Siklus Estrogen ... 16

2. Siklus Progresteron ... 16

E. Definisi Menstruasi ... 17

F. Penyebab Hormonal Pada Infertilitas ... 18

G. Pengendalian Kesuburan Artifisial ... 18

1. Terapi Memalui Obat-Obatan ... 18

2. Terapi Kesuburan Melalui Operasi ... 18

3. Pilihan Metode Program Hamil ... 19

H. Pubertas ... 19

1. Definisi Pubertas ... 19

2. Tahap Pubertas ... 20

3. Penyebab Masa Puber ... 21

BAB III KONSEP UMUM KEHAMILAN A. Philosofi Asuhan Kebidanan ... 23

B. Lingkup Asuhan Kebidanan ... 24

C. Prinsip Pokok Asuhan Kebidanan ... 25

D. Sejarah ANC ... 26

E. Tujuan ANC ... 27

F. Refocusing ANC ... 28

1. Tujuan Asuhan Antenatal yang Terfokus ... 28

2. Isi Asuhan Antenatal yang Terfokus ... 29

G. Standart ANC ... 29

1. Kebijakan Program WHO ... 29

2. Standar Minimal Asuhan Antenatal 7T ... 29

H. Tipe Pelayanan ANC ... 30

1. Pelayanan Kebidanan Primer ... 30

2. Pelayanan Kolaborasi ... 30

3. Pelayanan rujukan ... 31

I. Hak-Hak Wanita Hamil ... 32

J. Tenaga Profesional ANC ... 32

1. Bidan tenaga Profesional ... 33

2. Tindakan Bidan saat Kunjungan Antenatal ... 33

K. Peran dan Tanggungjawab bidan dalam ANC ... 34

1. Peran Bidan ... 34

2. Tanggungjawab Bidan ... 35

3. Kewajiban Bidan ... 37

BAB IV ADAPTASI FISIOLOGI PADA IBU HAMIL TRIMESTER I, II, III A. Sistem Reproduksi ... 38

(7)

C. Sistem Endokrin ... 40

D. Sistem Kekebalan ... 42

E. Sistem Perkemihan ... 43

F. Sistem Pencernaan ... 43

G. Sistem Muskuloskeletal ... 44

H. Sistem Kardiovaskuler ... 45

I. Sistem Integumen ... 46

J. Metabolisme ... 47

K. Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT) ... 48

L. Darah dan Pembekuan Darah ... 50

M. Sistem Pernapasan... 51

N. Sistem Persyarafan ... 52

BAB V PERUBAHAN DAN ADAPTASI PSIKOLOGI DALAM MASA KEHAMILAN A. Trimester I ... 53

1. Perubahan Psikologis ... 53

2. Adaptasi Psikologis ... 53

3. Dukungan ... 54

B. Trimester II ... 54

1. Perubahan Psikologis ... 54

2. Adaptasi Psikologis ... 54

3. Dukungan ... 55

C. Trimester III ... 55

1. Perubahan Psikologis ... 55

2. Adaptasi Psikologis ... 55

3. Dukungan ... 56

BAB VI KONSEP UMUM PERSALINAN A. Definisi Persalinan ... 57

B. Faktor Mulainya Persalinan ... 57

1. Faktor Power ... 57

2. Jalan Lahir ... 58

3. Janin dan Plasenta ... 58

4. Psikis ... 58

5. Penolong ... 59

C. Tahapan Persalinan ... 60

1. Kala I ... 60

2. Kala II... 61

3. Kala III ... 61

4. Kala IV ... 61

D. Tujuan Asuhan Persalinan ... 61

(8)

3. False Labor ... 62

4. Perubahan Serviks ... 62

5. Energy Sport ... 62

6. Gastrointestinal Upset ... 63

BAB VII ADAPTASI FISIOLOGI DALAM PERSALINAN A. Definisi Perubahan Fisiologis Ibu Bersalin ... 64

B. Perubahan Fisiologis Pada Kala I ... 64

C. Perubahan Fisiologis Pada Kala II ... 70

D. Perubahan Fisiologis Pada Kala III dan IV... 72

BAB VIII PERUBAHAN DAN ADAPTASI PSIKOLOGI DALAM PERSALINAN A. Perubahan Psikologis Pada Kala I ... 76

B. Perubahan Psikologis Pada Kala II ... 77

C. Perubahan Psikologis Pada Kala III dan IV ... 77

BAB IX KONSEP UMUM BBL A. Konsep Tumbuh Kembang Bayi, Balita ... 79

dan Anak Pra Sekolah ... 79

B. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang ... 79

C. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak ... 80

1. Faktor Herediter ... 80

2. Faktor Internal ... 81

3. Faktor Eksternal ... 81

D. Pertumbuhan Fisik ... 83

1. Berat Badan ... 83

2. Tinggi Badan ... 83

BAB X ADAPTASI FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI BBL A. Adaptasi Kardiovaskuler ... 84

B. Termoregulasi BBL ... 84

C. Adaptasi Pernapasan BBL ... 85

BAB XI KONSEP UMUM PASCA PERSALINAN A. Definisi Masa Nifas ... 86

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas ... 86

C. Peran dan tanggungjawab Bidan Dalam Asuhan Masa Nifas ... 87

D. Tahapan Masa Nifas ... 87

E. Kebijakan Program Nasional Asuhan Masa Nifas... 88 BAB XII ADAPTASI FISIOLOGI PASCA PERSALINAN

(9)

B. Sistem Pencernaan ... 93

C. Sistem Perkemihan... 93

D. Sistem Muskuloskeletal ... 94

E. Sistem Endokrin ... 95

F. Sistem Kardiovaskuler ... 95

G. Sistem Hemotologi... 96

H. Sistem Pernapasan ... 96

BAB XIII ADAPTASI PSIKOLOGIS PASCA PERSALINAN A. Taking In ... 98

B. Taking On ... 98

C. Letting Go ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(10)

SIKLUS

KEHIDUPAN MANUSIA

A. Bayi Baru Lahir

1. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan ekstrauteri.

(Prawirohardjo, 2007).

2. Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Saifudin, 2009). Ciri- ciri bayi lahir normal adalah sebagai berikut:

a. Berat badan 2500-4000 gram.

b. Panjang badan lahir 48-52 cm.

c. Lingkar dada 30-38 cm.

d. Lingkar kepala 33-35 cm.

e. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180x/menit, kemudian menurun sampai 120-140x/menit.

f. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40x/menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi vernix caseosa. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.

h. Kuku telah agak panjang dan lemas.

i. Genitalia: Labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki).

j. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

BAB

1

(11)

k. Refleks moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk.

l. Graff reflek sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda diatas telapak tangan, bayi akan menggenggam/adanya gerakan reflex.

m. Eliminasi baik, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam pertama, mekoneum berwarna hitam kecoklatan.

3. Bayi Baru Lahir Rendah

Bayi baru lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut premature.

Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau disebut neonatus kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan. Ciri-ciri bayi lahir rendah adalah sebagai berikut:

a. Berat badan kurang dari 2500 gram.

b. Panjang kurang dari 45 cm.

c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.

d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

f. Kepala lebih besar.

g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.

h. Otot hipotonik lemah.

i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.

j. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksiixirus.

k. Kepala tidak mampu tegak.

l. Pernapasan 40-50 kali/menit.

m. Nadi 100-140 kali/menit.

(12)

B. Bayi

1. Definisi Bayi

Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang tumbuh dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat berubah dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Wong, 2003).

Bayi adalah individu yang lemah dan memerlukan proses adaptasi. Bayi harus dapat melakukan 4 penyesuaian agar dapat tetap hidup yaitu penyesuaian perubahan suhu, menghisap dan menelan, bernafas dan pembuangan kotoran. (Mansur, 2009).

2. Penggolongan Bayi

Menurut Soetjiningsih 2004, bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun. Dengan pembagian sebagai berikut :

a. Masa neonatal, yaitu usia 0-28 hari.

1). Masa neonatal dini, yaitu usia 0-7 hari.

2). Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8-28 hari.

b. Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari – 1 tahun.

C. Anak Balita

1. Definisi Anak Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Menurut Sediaotomo (2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak pra sekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik, namun kemampuan lain masih terbatas.

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.

Perkembangan dan pertumbuhan pasa masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak pada periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang kembali, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan

(13)

2. Karakteristik Balita dan Anak

Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia pra sekolah (Proverawati & Wati, 2010).

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan oleh ibunya, laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Pola makan yang diberikan sebaiknya dalam porsi kecil dengan frekuensi sering karena perut balita masih kecil sehingga tidak mampu menerima jumlah makanan dalam sekali makan. Sedangkan pada usia pra sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, ini terjadi akibat dari aktifitas yang mulai banyak maupun penolakan terhadap makanan.

D. Remaja

1. Definisi Remaja

Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial (Sofia &

Adiyanti, 2013)

Menurut Monks (2008) remaja merupakan masa transisi dari anak-anak hingga dewasa, Fase remaja tersebut mencerminkan cara berfikir remaja masih dalam koridor berpikir konkret, kondisi ini disebabkan pada masa ini terjadi suatu proses pendewasaan pada diri remaja. Masa tersebut berlangsung dari usia 12 sampai 21 tahun.

2. Tahap Perkembangan Remaja

Tahap - tahap Perkembangan dan Batasan Remaja Berdasarkan proses penyesuaian

(14)

a. Remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun

Seorang remaja untuk tahap ini akan terjadi perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan yang akan menyertai perubahanperubahan itu, mereka pengembangkan pikiran-pikiran baru sehingga, cepat tertarik pada lawan jenis, mudah terangsang secara erotis, dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah akan berfantasi erotik.

b. Remaja madya (middle adolescent) berumur 15-18 tahun

Tahap ini remaja membutuhkan kawan-kawan, remaja senang jika banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan mencintai pada diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai- ramai atau sendiri, optimis atau pesimistis, idealitas atau materialis, dan sebagainya.

c. Remaja akhir (late adolescent) berumur 18-21 tahun

Tahap ini merupakan dimana masa konsulidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal yaitu: 1) Minat makin yang akan mantap terhadap fungsi intelek. 2) Egonya akan mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman-penglaman baru 3) Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi. 4) Egosentrisme (terlalu mencari perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan dan kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 5) Tumbuh

“dinding” yang memisahkan diri pribadinya (privateself) 6) masyarakat umum (Sarwono, 2010).

3. Perubahan Sosial Pada Remaja

Tugas perkembangan remaja yang tersulit ialah berhubungan dengan penyesuian sosial. Remaja yang harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis hubungan yang sebelumnya belum pernah ada sheingga menyesuaikan diri dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah. Remaja lebih banyak se menghabiskan waktunya bersama dengan teman-teman, maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga.

Kelompok sosial yang sering terjadi pada remaja adalah sebagai berikut:

a. Teman dekat

(15)

Remaja yang mempunyai beberapa teman dekat atau sahabat karib. Mereka yang terdiri dari jenis kelamin yang sama sehingga mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Sehingga Teman dekat yang saling mempengaruhi satu sama lain.

b. Kelompok kecil

Kelompok ini yang terdiri dari kelompok teman-teman dekat. jenis kelamin yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis kelamin.

c. Kelompok besar

Kelompok ini terdiri atas beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat pesta dan berkencan. Kelompok ini besar sehingga penyesuaian minat berkurang anggotaanggotanya. Terdapat jarak antara sosial yang lebih besar di antara mereka.

d. Kelompok yang terorganisasi

Kelompok ini adalah kelompok yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai klik atau kelompok besar.

e. Kelompok geng

Remaja yang tidak termasuk kelompok atau kelompok besar dan merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi akan mengikuti kelompok geng.

Anggotanya biasanya terdiri dari anak anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial.

E. Pra-konsepsi

1. Definisi Pra-konsepsi

Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum kehamilan.Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi.

Rhode Island Departement of Health (2012) menyimpulkan bahwa wanita prakonsepsi merupakan wanita yang siap menjadi ibu, merencanakan kehamilan dengan memperhatikan kesehatan diri atau kesehatan reproduksi, kesehatan lingkungan, serta pekerjaannya.Oleh sebab itu, masa prakonsepsi ini harus diawali dengan hidup sehat,

(16)

2. Tujuan Pra-konsepsi

Perawatan prakonsepsi juga merupakan suatu langkah-langkah penilaian dan intervensi yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memodifikasi resiko medis, perilaku, dan sosial kesehatan wanita, serta hasil kehamilannya dari sebelum konsepsi (Hadar, et al, 2015).Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengidintifikasi empat tujuan untuk meningkatkan kesehatan prakonsepsi di antaranya yaitu:

a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan prakonsepsi.

b. Meyakinkan bahwa semua wanita usia subur bisa menerima pelayanan perawatan prakonsepsi yang akan memungkinkan mereka akan kesehatan yang optimal.

c. Mengurangi resiko lahir cacat.

d. Mengurangi hasil kehamilan yang merugikan (Rhode Island Departement of Health, 2012).

Secara umum terdapat pesan khusus gizi seimbang yang perlu diperhatikan bagi calon pengantin adalah mengonsumsi aneka ragam makanan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Hal tersebut meliputi konsumsi zat gizi makro dan mikro (karbohidrat, protein, vitamin dan mineral) yang akan digunakan sebagai proses pertumbuhan tubuh yang cepat, peningkatan volume darah dan peningkatan hemoglobin dalam darah yang berguna untuk mencegah anemia yang disebabkan karena kehilangan zat besi selama proses menstruasi (Kemenkes,2014).

Gizi yang memengaruhi prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak, protein, asam folat, vitamin A, E, dan B12, mineral zinc, besi, kalsium, dan omega-3. Pasangan yang akan melangsungkan pernikahan sebaiknya mulai mengubah pola makan menjadi teratur dan baik selambat-lambatnya enam bulan sebulan sebelum kehamilan. Hal ini dapat membantu memperbaiki tingkat kecukupan gizi pasangan (Susilowati & Kuspriyanto, 2016).

F. Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah suatu keadaan di dalam rahim seorang wanita terdapat hasil konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa).Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis (Yanti, 2017).

(17)

2. Tanda-Tanda Kehamilan

Tanda – tanda kehamilan dibagi menjadi 3 : a. Tanda – tanda Presumtif (dugaan) hamil

1). Ameneora (tidak dapat haid)

2). Mual dan muntah (nausea dan emesis) 3). Mengidam

4). Tidak tahan suatu bau 5). Pingsan

6). Tidak ada selera makan 7). Lelah / Letih

8). Payudara tegang 9). Sering buang air kecil 10). Konstipasi sering 11). Pigmenrasi kulit

b. Tanda –tanda tidak pasti / kemungkinan kehamilan 1). Perut membesar

2). Uterus membesar

3). Tanda Chadwick, vulva dan vagina kebiruaan 4). Kontraksi – kontraksi kecil uterus

5). Test kehamilan

c. Tanda Positif ( Tanda pasti hamil ) 1). Gerakan janin

2). Denyut jantung janin

3). Terlihat badanya gambaran janin melalui USG (Padila, 2014)

3. Usia Kehamilan

Usia kehamilan normal dan sehat selama 280 hari atau 40 minggu, dan dapat di bagi menjadi tiga trimester, yaitu:

a. Trisemester I

Kehamilan trimester pertama adalah keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh 0 – 14 minggu. Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya timbul pada pagi hari tetapi

(18)

dapat pula timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala ini biasanya terjadi pada usia kehamilan 6 mingu hinngga 10 mingggu (Wardani, 2012).

b. Trimester II

Kehamilan trimester kedua adalah mengandung embrio atau fetus dalam tubuh 14- 28 minggu. Pada masa ini ibu hamil akan merasa lebih tenang, tentram tanpa gangguan berarti. Pada trimester kedua janin berkembang menuju maturasi, maka pemberian obat- obatan harus dijaga agar jangan menganggu pembentukan gigi geligi janin seperti antibiotika, tetrasiklin, klindamisin (Wardani, 2012).

Pada usia kehamilan trimester kedua ini biasanya merupakan saat terjadinya perubahan hormonal dan faktor lokal ( plak ) dapat menimbulkan berbagai kelainan dalam rongga mulut, diantaranya :

a). Peradangan pada gusi, warnanya kemerahan –merahan dan mudah berdarah terutama pada waktu menyikat gigi. Bila timbul pembengkakan maka dapat disertai dengan rasa sakit.

b). Timbulnya benjolan pada gusi antar dua gigi yang disebut Epulis Gravidarum, terutama pada sisi yang berhadapan dengan pipi. Pada keadaan ini, warna gusi menjadi merah keunguan sampai kebiruan,mudah berdarah dan gigi terasa goyang.Benjolan ini dapat membesar hingga menutupi gigi (Kemenkes RI, 2012).

c. Trimester III

Trimester ketiga adalah keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh pada 28-40 minggu. Pada trimester ketiga rasa lelah, ketidaknyamanan, dan depresi ringan akan meningkat. Tekanan darah ibu hamilbiasanya meninggi, dan kembali normal setelah melahirkan(Wardani,2012).Peningkatan hormon estrogen dan progesteron memuncak pada trimester ini.

4. Perubahan Hormonal Selama Kehamilan

Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan meliputi peningkatan konsentrasi hormon seks yaitu estrogen dan progesteron. Progesteron merupakan hormon seks kehamilan yang utama. Kadarnya meningkat sampai bulan kedelapan kehamilan dan menjadi normal kembali setelah melahirkan.

Kadar estrogen meningkat secara lambat sampai akhir kehamilan. Pada awal kehamilan, estrogen dan progesteron diproduksi oleh korpus luteum. Kemudian terjadi

(19)

pergantian fungsi korpus luteum kepada plasenta, yang terjadi pada minggu keenam sampai minggu kedelapan kehamilan, dimana plasenta berperan sebagai organ endokrin yang baru.Pada akhir trimester ketiga, progesteron dan estrogen mencapai level puncaknya yaitu 100 ng/ml dan 6 ng/ml, yang merupakan 10 dan 30 kali lebih tinggi dari konsentrasinya pada saat menstruasi (Trisnayati ,2014).

G. Nifas

1. Definisi Nifas

Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Suherni dkk, 2009 : 1)

Menurut Prawirohardjo (2009 : 122), masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Jadi dapat disimpulkan masa nifas adalah masa dimana setelah bayi dan plasenta lahir sampai organ-organ kandungan pulih seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih sekitar enam minggu.

2. Periode Nifas

Adapun tahapan atau periode masa nifas menurut Suherni (2009 : 2), dibagi menjadi 3 periode, yakni:

1). Puerperium dini: Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2). Puerperium intermedial: masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira- kira antara 6 sampai 8 minggu.

3). Remot puerperium: waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

3. Perubahan fisiologis Masa Nifas

Dalam masa nifas adapun beberapa perubahan fisiologis yang terjadi, yaitu : 1). Tanda-Tanda Vital

(20)

3). Perubahan Tinggi dan Berat Uterus Saat Masa Nifas 4). Lochea

5). Perubahan Vagina dan Perineum 6). Perubahan Sistem Pencernaan 7). Perubahan Sistem Perkemihan

H. Masa Antara

Masa antara adalah suatu fase hidup yang dialami oleh seorang wanita dalam kurun waktu usia subur antara kehamilan satu dengan yang lainnya, atau antara melahirkan terakhir sampai sebelum masa klimakterium.

I. Masa Klimakterium

1. Definisi Masa Klimakterium

Klimakterium adalah periode kehidupan wanita yang dimulai ketika fungsi rahim mengalami penurunan dan berakhir ketika rahim benar-benar tidak berfungsi lagi secara alamiah. Berdasarkan definisinya, periode klimakterium terbagi atas 3 tahap, yakni fase pramenopause, perimenopause, dan menopause. Masing-masing tahapan klimakterium memiliki ciri yang khas.

2. Fase masa Klimakterium

Periode klimakterium terbagi atas 3 tahap, yakni fase pramenopause, perimenopause, dan menopause.

a. Pra Menopause

Masa premenopause adalah waktu sebelum periode menstruasi berakhir, biasanya sebelum gejala mulai muncul. Pramenopause terjadi pada umur 40 tahun.

b. Perimenopause

Perimenopause adalah masa sebelum selama dan setelah menopause.

Perimenopause terjadi karena turunnya jumlah folikel pada indung telur sehingga estrogen mengalami penurunan jumlah produksi. Akibat dari penurunan estrogen terjadi gejala- gejala seperti timbul misalnya rasa panas membakar di wajah yang sering timbul pada malam hari, kekeringan pada vagina, siklus menstruasi tidak teratur dan tanda perubahan lainnya. Usia perimenopause wanita biasanya 45 tahun sampai terjadinya menopause. Atau 5 tahun sebelum terjadinya menopause.

(21)

c. Menopause

Menopause yaitu sebuah keadaan wanita yang tidak mendapat haid selama 12 bulan disertai adanya tanda tanda menopause sampai menuju senium. Menopause terjadi pada usia antara 45 sampai 51 tahun

(22)

SIKLUS

REPRODUKSI WANITA

A. Definisi Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah proses perubahan hormon yang terus-menerus dan mengarah pada pembentukan endometrium, ovulasi, serta peluruhan dinding jika kehamilan tidak terjadi. Setiap bulan, sel telur harus dipilih kemudian dirangsang agar menjadi matang.

Endometrium pun harus dipersiapkan untuk berjaga-jaga jika telur yang sudah dibuahi (embrio) muncul kemudian melekat dan berkembang disana. Pendarahan menstruasi dimulai menjelang akhir pubertas. Saat itu anak gadis mulai melepaskan sel telur sebagai bagian dari periode bulanan yang disebut dengan siklus reproduksi wanita atau siklus menstruasi (Verawaty & Rahayu, 2011).

Pendarahan menstruasi menandakan bahwa wanita yang mengalaminya tidak hamil.

Namun, pendarahan ini tidak bisa dijadikan patokan pasti bahwa kehamilan tidak terjadi, karena ada beberapa wanita yang mengalami pendarahan di awal kehamilannya. Selama usia reproduksi, ketiadaan menstruasi bisa menjadi indikasi pertama bahwa si wanita itu kemungkinan hamil (Verawaty & Rahayu, 2011).

B. Proses Terjadinya Menstruasi

Siklus menstruasi diregulasi oleh hormon. Luteinizing Hormon (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH), yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis, mencetuskan ovulasi dan menstimulasi ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya pembuahan (Sinaga et al., 2017).

1. Fase Folikuler

Fase folikuler yang dimulai pada hari pertama periode menstruasi. Berikut ini hal-hal yang terjadi selama fase folikuler:

1). Follicle stimulating hormone (FSH, hormon perangsang folikel) dan luteinizing hormone (LH, hormon pelutein) dilepaskan oleh otak menuju ke ovarium untuk merangsang perkembangan sekitar 15-20 sel telur di dalam ovarium. Telur-telur itu berada di dalam kantungnya masing-masing yang disebut folikel.

BAB

2

(23)

2). Hormon FSH dan LH juga memicu peningkatan produksi estrogen.

3). Peningkatan level estrogen menghentikan produksi FSH. Keseimbangan hormon ini membuat tubuh bisa membatasi jumlah folikel yang matang.

4). Saat fase folikuler berkembang, satu buah folikel di dalam salah satu ovarim menjadi dominan dan terus matang. Folikel dominan ini menekan seluruh folikel lain kelompoknya sehingga yang lain berhenti tumbuh dan mati. Folikel dominan akan terus memproduksi estrogen.

2. Fase Ovulasi

Fase ovulasi biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah fase folikuler. Fase ini adalah titik tengah dari siklus menstruasi, dengan periode menstruasi berikutnya akan dimulai sekitar 2 minggu kemudian. Peristiwa di bawah ini terjadi di fase ovulasi:

1). Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah LH yang diproduksi oleh otak sehingga memyebabkan folikel dominan melepaskan sel telur dari dalam ovarium.

2). Sel telur dilepaskan (proses ini disebut sebagai ovulasi) dan ditangkap oleh ujung- ujung tuba fallopi yang mirip dengan tangan (fimbria). Fimbria kemudian menyapu telur masuk ke dalam tuba fallopi. Sel telur akan melewati tuba Fallopi selama 2-3 hari setelah ovulasi.

3). Selama tahap ini terjadi pula peningkatan jumlah dan kekentalan lendir serviks.

Jika seorang wanita melakukan hubungan intim pada masa ini, lendir yang kental akan menangkap sperma pria, memeliharanya, dan membantunya bergerak ke atas menuju sel telur untuk melakukan fertilisasi.

3. Fase Luteal

Fase luteal dimulai tepat setelah ovulasi dan melibatkan proses-proses di bawah ini:

1). Setelah sel telur dilepaskan, folikel yang kosong berkembang menjadi struktur baru yang disebut dengan corpus luteum.

2). Corpus luteum mengeluarkan hormon progesteron. Hormon inilah yang mempersiapkan uterus agar siap ditempati oleh embrio.

3). Jika sperma telah memfertilisasi sel telur (proses pembuahan), telur yang telah dibuahi (embrio) akan melewati tuba fallopi kemudian turun ke uterus untuk melakukan proses implantasi. Pada tahap ini, si wanita sudah dianggap hamil.

(24)

4). Jika pembuahan tidak terjadi, sel telur akan melewati uterus, mengering, dan meninggalkan tubuh sekitar 2 minggu kemudian melalui vagina. Oleh karena dinding uterus tidak dibutuhkan untuk menopang kehamilan, maka lapisannya rusak dan luruh. Darah dan jaringan dari dinding uterus pun (endometrium) bergabung untuk memebentuk aliran menstruasi yang umumnya berlangsung selama 4-7 hari (Sinaga et al., 2017).

5). Selama menstruasi, arteri yang memasok dinding uterus mengerut dan kapilernya melemah. Darah mengalir dari pembuluh yang rusak, melepaskan lapisan-lapisan dinding uterus. Pelepasan bagian-bagian ini tidak semuanya sekaligus, tapi secara acak. Lendir endometrium dan darah turun dari uterus berupa cairan (Sinaga et al., 2017).

C. Pengaruh Sekresi Gonadotropin

Hipotalamus menghasilkan GnRH yang merangsang kelenjar hipofisis (pituitary) untuk mengeluarkan FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang berfungsi mematangkan folikel dan LH (Luteinizing hormone) yang berperan dalam proses ovulasi. Dalam setiap siklus, folikel yang mengalami proses pematangan berjumlah lebih dari satu, namun perjalanannya hanya ada satu follicle yang disiapkan untuk ovulasi, sementara yang lain mengalami atresia.

Follicle yang matang mengeluarkan hormon esterogen, oleh karena itu kadar hormon esterogen dalam awal siklus relatif meningkat. Mningkatnya esterogen menyebabkan negative feedback pada FSH. Sedangkan pada LH menyebabkan positive feedback. Oleh karena itu pada saaat esterogen mencapai puncakny akan terjadi lonjakan LH yang menstimulasi terjadinya ovulasi pada pertengahan siklus. Pecahnya folikel terjadi jam setelah lonjakan LH.Lonjakan LH akan bertahan selama 24 ja dan akan menurun pada fase luteal seiring dengan menurunnya kadar esterogen.

(25)

D. Efek Siklus Estrogen Dan Progesteron 1. Siklus Estrogen

Peran hormon estrogen sangat besar dalam sistem reproduksi wanita. Pada saat wanita memasuki masa pubertas, hormon estrogen berperan terhadap perubahan fisik seperti tumbuhnya payudara, rambut kemaluan, dan bulu ketiak.

Hormon estrogen pula yang menyebabkan terjadinya menstruasi pertama dan kemudian mengatur siklus menstruasi selanjutnya.

2. Siklus Progresteron

Fungsi hormon estrogen dan progesteron sebenarnya saling berkaitan dalam mengatur siklus menstruasi. Namun, tugas utama dari hormon progesteron pada wanita adalah mempersiapkan tubuh untuk melalui masa kehamilan.

Saat seorang wanita hamil, kadar hormon progesteron dalam tubuh akan meningkat.

Fungsi hormon progesteron pada wanita hamil adalah untuk menjaga otot rahim tetap rileks dan menjaga ketebalan dinding rahim selama janin berkembang.

Jika Anda merasakan pusing, mulas, mual, dan sembelit selama hamil, hal tersebut bisa jadi dikarenakan tubuh bereaksi terhadap perubahan kadar hormon progesteron.

Munculnya rambut-rambut halus pada bagian payudara atau perut juga tidak perlu dikhawatirkan karena ini merupakan salah satu efek dari meningkatnya hormon progesteron.

(26)

Estrogen dan Progesteron meningkat : Maka akan terjadi perumbuhan Estrogen meningkat: Maka endometrium akan menebal ( Fase Prolifera )

terhenti dan terjadi pelepasan & pendarahan endometrium.

Endometrium

Progesteronmeningkat : Maka akan meningkatnya pembuluh darah &

kelenjar (Fase Sekresi )

Estrogen dan Progesteron menurun : Maka pertumbuhan endometrium

E. Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah pendarahan rahim yang sifatnya fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap bulan (Hawari, 2004). Darah alami yang keluar dari rahim pada waktu-waktu khusus (Syaikh Ibnu Jibrin dalam Al-Husainan, 2008).

Jadi, dapat disimpulan menstruasi adalah peristiwapendarahan dari rahim sebagai tanda telah matangnyaorgan seksual pada perempuan, yang mempunyaisiklus kejadian.

Normalnya terjadi pada usia 11 – 16 tahun. Cepat lambatnya kematangan seksual ini dipengaruhi: Faktor fisik individu yang sifatnya fisiologik (internal) dan Faktor rangsangan dari luar individu (eksternal) seperti suku bangsa, cara hidup dll. Rangsangan-rangsangan kuat dari luar yang mengakibatkan memuncaknya atau semakin panasnya reaksi-reaksi seksual → mengakibatkan kematangan seksual yang lebih cepat.

Keadaan Normal Menstruasi:

a. Panjang siklus 28 ± 2 hari.

b. Lama haid 3 – 7 hari.

c. Banyaknya 2-3 kali ganti duk sehari.

(27)

F. Penyebab Hormonal Pada Infertilitas

Penyebab infertilitas pada wanita bisa beragam, tetapi umumnya terjadi karena gangguan dalam proses ovulasi atau pelepasan sel telur dari indung telur (ovarium). Saat ovulasi terganggu, sel telur tidak dapat dilepaskan sehingga sulit atau tidak bisa dibuahi oleh sperma.

Akibatnya, kehamilan pun tidak dapat terjadi. Salah satu penyebabnya yaitu Gangguan Hormonal.

Gangguan Glandula Pituitaria,thyroidea,adrenalis atau ovarium yang menyebabkan kegagalan ovulasi, kegagalan endometrium uterus untuk berpoliferasi sekresi, sekresi vagina dan serviks yang tidak menguntungkan bagi sperma kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopi yang menghalangi spermatozoa menuju uterus.

G. Pengendalian Kesuburan Artifisial

Secara umum, terapi kesuburan dibagi menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah terapi kesuburan dengan menggunakan obat-obatan. Terapi kedua adalah dengan prosedur bedah.

Cara terakhir yang bisa dilakukan adalah dengan cara inseminasi buatan dan bayi tabung 1. Terapi Memalui Obat-Obatan

Obat-obatan yang digunakan untuk membantu menyukseskan program hamil melalui terapi kesuburan adalah clomifene. Obat ini berfungsi mendorong pelepasan sel telur terjadi secara teratur. Obat-obatan ini diberikan kepada perempuan yang mengalami proses ovulasi tidak teratur atau tidak bisa berovulasi sama sekali. Untuk masalah yang sama, tamoxifen mungkin akan dijadikan sebagai obat alternatif oleh dokter.

Selain itu, untuk merangsang ovulasi pada wanita, dapat juga diberikan hormon GnRH (Gonadotrophin-releasing hormon) atau dopamin. Hormon gonadotropin juga dapat diberikan untuk merangsang ovulasi dan bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan pria. Jika wanita tersebut mengalami sindrom ovarium polikistik (PCOS), maka obat yang biasa diberikan adalah metformin. PCOS sendiri biasanya ditandai dengan adanya kista di dalam ovarium, tidak teraturnya ovarium dalam melepaskan sel telur, dan terlalu tingginya kadar hormon androgen dalam tubuh.

2. Terapi Kesuburan Melalui Operasi

Salah satu operasi untuk terapi kesuburan adalah operasi untuk mengatasi masalah di saluran tuba falopi. Operasi ini dilakukan jika saluran sel telur tertutup atau terdapat

(28)

bekas luka oleh karena penyakit terdahulu seperti infeksi atau radang yang menyebabkan terbentuk jaringan parut di saluran telur.

Operasi juga mungkin dibutuhkan jika terdapat sel-sel dari lapisan rahim tumbuh di area lain dalam tubuh, yang disebut dengan endometriosis. Seorang wanita yang meski telah diberikan obat-obatan untuk mengatasi PCOS namun masih belum kunjung sembuh, juga dapat menjalani prosedur operasi. Operasi untuk mengatasi PCOS biasa disebut sebagai diatermi ovarium.

Masalah lain yang mengganggu kesuburan seorang wanita dan bisa ditangani dengan operasi adalah fibroid atau miom. Operasi menghilangkan fibroid akan dipertimbangkan jika penyebab infertilitas lainnya tidak bisa ditemukan.

3. Pilihan Metode Program Hamil

Apabila sudah menjalani terapi kesuburan dengan beberapa cara yang sudah disebutkan di atas namun belum juga memperoleh keturunan, Anda mungkin perlu mempertimbangkan untuk mencoba program hamil lainnya.

Salah satu metode program hamil yang dapat dilakukan jika terapi kesuburan tidak membuahkan hasil, yaitu inseminasi buatan atau intrauterine insemination (IUI), yaitu dengan cara memasukkan sperma ke dalam rahim secara langsung pada saat ovulasi.

Prosedur lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan program bayi tabung atau metode IVF yang merupakan singkatan dari in vitro fertilisation. Secara garis besar, proses pembuahan melalui IVF dilakukan dengan cara mengambil sel telur dari ovarium, yang kemudian digabungkan dengan sperma untuk pembuahan. Proses ini dilakukan di dalam laboratorium. Embrio yang dihasilkan melalui pembuahan di luar rahim tersebut selanjutnya ditanamkan ke dalam rahim. Selain itu, dapat juga dilakukan penyuntikan sperma secara langsung ke dalam sel telur di laboratorium dan embrio yang dihasilkan dipindahkan ke dalam rahim. Prosedur ini dinamakan intracytoplasmic sperm injection (ICSI).

H. Pubertas

1. Definisi Pubertas

Masa Pubertas Pada Remaja Pubertas adalah proses kematangan dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai muncul (Wong, et al. 2019 p.585).

(29)

Masa puber merupakan masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi karena pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remajadan dikatakan tumpang tindih karena beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber meliputi tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja. Menjelang anak matang secara seksual, ia masih disebut “anak puber”, begitu matang secara seksual ia disebut

“remaja” atau “remaja muda” (Al Mighwar, 2018, p.70).

Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Pribadi itulah yang menjadi pusat pikirannya (Zulkifli, 2005, p.70).

2. Tahap Pubertas

a. Al-Mighwar (2006, p.20) menjelaskan masa puber terjadi secara bertahap, yaitu:

1). Tahap Prapubertas

Tahap ini disebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau dua terakhir masa kanak-kanak. Pada masa ini anak dianggap sebagai ”prapuber”, sehingga ia tidak disebut seorang anak dan tidak pula seorang remaja. Pada tahap ini, ciri- ciri seks sekunder mulai tampak, namun organ-organ reproduksinya belum berkembang secara sempurna.

2). Tahap Puber

Tahap ini disebut juga tahap matang, yaitu terjadi pada garis antara masa kanak - kanak dan masa remaja. Pada tahap ini, kriteria kematangan seksual mulai muncul. Pada anak perempuan terjadi haid pertama dan pada anak laki - laki terjadi mimpi basah pertama kali. Dan mulai berkembang ciri - ciri seks sekunder dan sel - sel diproduksi dalam organ - organ seks.

3). Tahap Pascapuber

Pada tahap ini menyatu dengan tahun pertama dan kedua masa remaja. Pada tahap ini ciri -ciri seks sekunder sudah berkembang dengan baik dan organ- organ seks juga berfungsi secara matang.

b. Wong, et al (2009 p.585) mengatakan bahwa pubertas dibagi atas tiga tahap yaitu:

(30)

1). Prapubertas Yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak pertama kali mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual.

2). Pubertas Merupakan titik pencapaian kematangan seksual, ditandai dengan keluarnya darah menstruasi pertama kali pada remaja putri sedangkan pada remaja putra indikasi seksualitasnya kurang jelas.

3). Pascapubertas Merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas, ketika pertumbuhan tulang telah lengkap dan fungsi reproduksinya terbentuk dengan cukup baik.

3. Penyebab Masa Puber

Usia mulainya pubertas dan perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Faktor terpenting tampaknya adalah kesehatan umum individu (Henderson, 2005 p.3).

Santrock (2003, p.84) mengemukakan berbagai riset menemukan bahwa sebelum anak matang secara seksual, pengeluaran hormon seks jarang terjadi. Akan tetapi, dengan semakin meningkatnya jumlah hormon yang dikeluarkan, struktur dan fungsi organ- organ seks akan semakin matang. Hubungan yang erat antara kelenjar pituitary yang ada pada dasar otak telah terbentuk dengan gonad atau kelenjar seks. Jadi ada tiga hal yang menjadi penyebab masa puber, yaitu :

a. Peran kelenjar pituitary

Kelenjar pituitary memproduksi dua hormon, yaitu hormon pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu, hormon gonadotropik yang merangsang gonad untuk meningkatkan aktivitasnya. Sebelum datangnya masa puber, jumlah hormon gonadotropik bertambah secara bertahap, demikian pula kepekaan gonad terhadap hormon gonadotropik. Dalam keadaan itulah terjadinya perubahan-perubahan masa puber.

b. Peranan Gonad

Seiring pertumbuhan dan perkembangan gonad, bertambah besarlah organ-organ seks, yaitu ciri-ciri seks primer dan fungsinya pun menjadi matang. Begitu pula ciri- ciri seks sekunder seperti berkembangnya rambut kemaluan.

c. Interaksi kelenjar pituitary dan gonad

Hormon yang telah diproduksi gonad, yang telah dirangsang oleh hormon gonadotropik yang diproduksi oleh kelenjar pituitary, kemudian bereaksi terhadap

(31)

kelenjar ini dan secara berangsur-angsur mengakibatkan penurunan jumlah kromosom hormon pertumbuhan yang diproduksi sehingga menjadikan proses pertumbuhan terhenti. Interaksi antara hormon gonadotropik dan gonad terus berlangsung sepanjang kehidupan reproduksi individu, kemudian berkurang secara perlahan saat wanita mendekati menopause.

Wong, et al (2019 p.585) mengatakan bahwa secara umum peristiwa pubertas disebabkan oleh pengaruh hormon dan dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior (adenohiposis) sebagai respons terhadap stimulasi dari hipotalamus. Stimulasi gonad memiliki fungsi ganda, yaitu:

a. Produksi dan pelepasan gamet produksi sperma pada pria dan kematangan serta pelepasan ovum pada wanita.

b. Sekresi hormon seks yang sesuai, yaitu estrogen dan progesteron dari ovarium (wanita) dan testosteron dari testis (pria).

(32)

KONSEP UMUM KEHAMILAN

A. Philosofi Asuhan Kebidanan

Dalam asuhan kehamilan ini dijelaskan beberapa keyakinan yang akan mewarnai asuhan kehamilan, yakni:

a. Kehamilan merupakan proses yang alamiah

Perubahan perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis. Oleh karena itu, asuhan yang diberikan adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya.

b. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continutity of care).

Sangant penting bagi ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profisional. Dengan demikian, maka perkembangan kondisi ibu hamil akan terpantau dengan baik dan juga lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal pemberi asuhan.

c. Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga (family cetered).

Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melaikan juga keluarganya dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral/tidak terpisah dari ibu hamil.

Sikap prilaku dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi bagi anggotanya. Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya dan bidan dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunya hak untuk melihat dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan kebidannya.

d. Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya.

BAB

3

(33)

Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, karenannya ibu hamil perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar. Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang kesahatan diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.

Seorang bidan harus memahami bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan fisologis walaupun beberapa kasus mungkin terjadi komlikasi sejak awal karena kondisi tertentu. Proses kelahiran meliputi kejaadian fisik psikososial dan kurtural.

Kehamilan merupakan pengalaman yang sangat bermakna bagi perempuan, keluarga dan masyarakat. Prilaku ibu selama masa kehamilannya akan mempengaruhi kehamilannya, prilaku ibu dalam prilaku penolong persalinan akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dilahirkan. Bidan harus mempertahankan kesehatan ibu dan janin serta mencegah komlikasi pada saat kehamilan dan persalinan sebagai satu kesatuan yang utuh.

B. Lingkup Asuhan Kebidanan

Dalam memberikan asuhan pada ibu hamil, bidan harus memberikan pelayanan secara komprehensif atau menyeluruh. Adapun lingkup asuhan kebidanan pada ibu hamil meliputi:

1. Mengumpulakan data riwayat kesahtan dan kehamilan serta menganalisis tiap kunjungan/pemeriksaan kehamilan.

2. Melaksakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap.

3. Melakukan pemeriksaan abdomen termasuk tinggi fundus uteri (TFU), posisi, presentasi dan penurunan jannin.

4. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk denyut jantung janin dan gerakan janin.

5. Menghitung usia kehamilan dan taksiran persalinan (TP).

6. Mengkaji status gizi dan hubungan dengan pertumbuhan janin.

7. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan komplikasi.

8. Memberikan informasi tentang tanda-tanda bahaya dan bagaimana cara menghubungi petugas kesehatan.

9. Melakuka penatalaksaan kehamilan dengan anemia ringan, hipertensi tingkat I, abortus inimen dan pre eklamsi ringan.

(34)

10. Menjelaskan cara mengatasi ketidaknyamanan dalam kehamilan 11. Memberikan imunisasi

12. Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan penanganannya termasuk rujukan tempat pada: kurang gizi, pertumbuhan janin tidak adekuat, PEB, hipertensi, peredaran pervaginam, kehamlan ganda aterm, kematian janin, oedema yang signifikan,sakit kepala berat, pandangan kabur, nyeri epigastrium, ketuban pecah dini, diabetes mellitus, kelainan kongenetal, kelainan letak janin, IMS.

13. Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua.

14. Bimbingan dan penyuluhan tentang prilaku kesehatan selama hamil seperti gizi, latian fisik, keamanan, dan merokok.

15. Penggunaan secara aman jamu atau obat-obatan tradisional yang tersedia.

C. Prinsip Pokok Asuhan Kebidanan

Ada lima prinsip utama asuhan kehamilan, antara lain:

1. Kelahiran adalah proses yang normal.

Kehamilan dan kelahiran biasanya merupakan proses normal, alami, dan sehat sebagai bidan, kita membantu melindungi proses tersebut.

2. Pemberdayaan

Ibu dan keluarga mempunyai kebijaksanaan dan sering kali mengetahui kapan mereka melahirkan. Keyakinan dan kemampuan ibu untuk melahirkan dan merawat bayi bisa ditingkatkan atau dihilangkan oleh yang memberikan asuhan pada dan dimana ia melahirkan. Jika ibu bersikap negatif atau kritis hal ini akan mengetahui ibu dan mempengaruhi lamanya persalinan.

3. Otonomi

Ibu dan keluarga memperlakukan informasi sehingga mereka membuat suatu keputusan. Kita harus mengetahui dan menjelaskan yang akurat tentang resiko dan keuntungan prosedur, obat-obatan dan tes dan juga membantu ibu dalam membuat suatu pilihan yang terbaik untuk dirinya.

4. Jangan membahayakan.

Intervensi haruslah tidak dilaksakan secara rutin kecuali terdapat indikasi. Pengobatan pada kehamilan, kelahiran pada periode pasca persalinan dengan tes “rutin” obat atau prosedur dapat membahayakan bagi ibu dan bayinya.

(35)

5. Tanggungjawab

Setiap penolong persalinan harus bertanggungjawab terhadap kuliatas asuhan yang diberikan berdasarkan kebutuhan ibu dan banyinya, bukan atas dasar kebutuhan penolong persalinan. Asuhan berkualitas tinggi berfokus pada klien dan saying ibu berdasarkan bukti ilmiah.

D. Sejarah ANC

Pada masa lalu, bidan dan dokter banyak menggunakan waktu selama kunjungan antenatal untuk penilaian resiko berdasarkan riwayat medis dan obstetri secara temuan-temuan fisik.

Tujuan dari penilaian resiko adalah untuk mengidentifikasi ibu yang berisiko tinggi dan merujuk ibu untuk mendapatkan asuhan yang khusus. Sekarang kita telah mengetahui bahwa penilaian resiko tidak mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perintal.

Penilaian resiko juga tidak menjamin perkiraan, ibu yang mana yabg akan mempunyai masalah selama persalinan. Hamper tidak mungkin memperkirakan ibu hamil yang mana yang akan menghadapi kompliksi yang akan mengacam keselamatan jiwa secara kurat.

Banyak ibu hamil yang digolongkan “berisiko tinggi” yang tidak mengalami komplikasi apa pun. Misalnya seorang ib yang tingginya kurang dari 145 cm mukin akan mengalami bayi seberat 2500 gram tanpa masalah. Demikian juga, seorang ibu yang mempunyai riwayat tidak begitu berarti, kehamilan normal dan persalinan yang tidak memiliki komplikasi mungkin saja mengalami pendarahan pasca salin.

Tahun 1807 : pada masa pemerintahan gubernur jendral hendrik wiliam deadlies, para dukun dilatih untuk melakukan persalinan.

Tahun 1849 : dibuka pendidikan dokter di jawa, Batavia.

Tahun 1851 : dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi oleh dr. w bosh

Tahun 1952 : diadakan pelatihan bidan ormal agar dapat meningkatkan kualitas Program persalinan.

Tahun 1953 : dilaksakan khusus tambahan bidan (KTB). Seiring dengan pelatihan tersebut maka didirikan pula badan kesehatan ibu dan anak (BKIA).

Tahun 1957 : terbentuknya suatu pelayanan yang terintegrasi, yaitu puskesmas.

(36)

Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini merupakan instruksi presiden yang disampaikan secara lisan pada siding cabinet tahun 1992. Kebijakan ini mengandung perlunya mendidik bidan yang ditempatkan di desa. Tugas pokok bidan didesa adalah sebagai bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir termasuk pembinaan dukun bayi.

Sehubungan dengan itu, bidan desa juga menjadi pelaksana pelayanan kesehatan bayi dan keluarga berencana. Sedangkan bidan yang bekerja dirumah sakit berorientasi pada individu.

Tigas bidan di rumah sakit mencakup pelayanan poliklinik antenatal, poliklinik keluarga berencana, ruang perinatal, kamar bersalin, kamar oprasi kebidanan, dan ruang nifas.

Titik tolak konferensi kependudukan dunia di kairo tahun 1994 yang menkankan pada kesehatan reproduksi memperluas garapan pelayanan bidan area tersebut meliputi:

a. Safe motherhood b. KB

c. Penyakit menular seksual d. Kesehatan reproduksi remaja e. Kesehatan reproduksi orang tua

E. Tujuan ANC

Tujuan ante natal care (ANC) adalah sebagai berikut:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.

2. Mengingatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial pada ibu dan bayi.

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau implikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dsn pemberian ASI ekslusif 6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal.

(37)

F. Refocusing ANC

1. Tujuan Asuhan Antenatal yang Terfokus

a. Peningkatan kesehatan dan kelangsungan hidup melalui:

1). Pendidikan dan konseling kesehatan tentang:

 Tanda-tanda bahaya dan tindakan yang tepat

 Gizi termasuk suplemen mikronutrisi serta hidrasi

 Persiapan untuk pemberian ASI eksklusif segera

 Pencegahan dan pengenalan gejala IMS

 Pencegahan malaria

2). Pembuatan rencana persalinan termasuk kesiapan mengahadapi persalinan komplikasi

3). Penyediaan TT

4). Suplemen zat besi dan folat, Vitamin A, Yodium dan Kalsium

5). Penyediaan pengobatan/pemberantasan penyakit cacing dan daerah endemi malaria

6). Melibatkan ibu secara aktif dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan kesiapan menghadapi persalinan

b. Deteksi dini penyakit yang dapat memengaruhi kesehatan ibu dan janin 1). Anemia berat

2). Protein urin 3). Hipertensi 4). Syphilis dan IMS 5). HIV

6). Malpresentasi janin setelah minggu ke-36 7). Gerakan janin dan DJJ

c. Intervensi yang tepat waktu untuk penatalaksanaan suatu penyakit atau komplikasi 1). Anemia berat

2). Perdarahan selama kehamilan 3). Hipertensi, pre eklamsi dan eklamsi

4). Syphilis, chlamidia, GO, herpes serta IMS lainnya.

5). HIV

6). Malpresentasi setelah minggu ke-36

(38)

8). Penyakit lainnya seperti TBC, DM, dan hepatitis d. Peningkatan kesehatan dan komunikasi antar pribadi

1). Pendidikan kesehatan yang bersifat mengikutsertakan dan tidak memecahkan masalah kekhawatiran daripada klien sering kali “dipersyaratkan” sebagai bagian dari asuhan antenatal yang rutin

2). Klien harus dilibatkan sebagai peserta aktif dalam pendekatan terhadap pendidikan beserta pemecahan masalahnya

3). Kesiapan mental untuk melahirkan dan mengasuh kelahiran yang akan dating.

e. Kesiapan lahiran yang fokus pada klien dan masyarakat

1). Rencana persalinan : tempat persalinan, penolongan yang rampit, serta perlengakapan ibu dan bayi, transportasi yang inovatif serta sistem rujukan, dana darurat.

2). Asuhan antenatal secara terus-menerus terfokus pada klien serta lingkungannya untuk memaksimalkan kesempatan memperoleh hasil kehamilan yang sehat untuk ibu dan bayi.

2. Isi Asuhan Antenatal yang Terfokus

Setiap ibu hamil, bersalin atau nifas mengalami risiko komlikasi yang serius mengancam jiwanya. Meskipun pertimbangan “risiko” ini bisa digunakan oleh individu- individu bidan, perawat, dan dokter untuk menyusun advis pengobatan. Kadang kala ibu hamil yang berisiko rendah sering terabaikan, sehingga mengembangkan komplikasi dan banyak yang lainnya yang memiliki risiko tinggi justru melahirkan tanpa masalah.

G. Standart ANC

1. Kebijakan Program WHO a. Trimester I : 1 kali kunjungan b. Trimester II : 1 kali kunjungan c. Trimester III: 2 kali kunjungan 2. Standar Minimal Asuhan Antenatal 7T

a. Timbang berat badan.

b. Tinggi fundus uteri.

c. Tekanan darah.

d. Tetanus toxoid.

(39)

e. Tablet Fe.

f. Tes PMS.

g. Temu wicara

Sebagai professional bidan dalam melaksanakan praktiknya harus sesuai dengan standar pelayanan kebidanan yang berlaku. Standar mencerminkan norma, penegtahuan dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi. Kelalaian dalam praktik terjadi apabila pelayanan yang diberikan tidak memenuhi standard an terbukti membahayakan.

H. Tipe Pelayanan ANC

1. Pelayanan Kebidanan Primer

1). Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan.

2). Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah dengan melibatlkan klien.

3). Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien/keluarga.

4). Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien/keluarga.

5). Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

6). Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien atau keluarga.

7). Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana.

8). Memberikan asuhan kebidanan pada wanita ganguan system reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause.

9). Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga.

2. Pelayanan Kolaborasi

Merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dengan tanggung jwab bersama semua pemberi layanan yang terlibat seperti bidan, dokter atau tenaga kesehatan professional lainnya.

Tugas kolaborasi/kerja sama:

1). Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi

(40)

2). Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil berisiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi

3). Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

4). Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

5). Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi

6). Memberikan asuhan kebidanan pada balita berisiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

3. Pelayanan rujukan

Merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan menyerahkan tanggung jawab kepada dokter, ahli atau tenaga kesehatan klien di luar kewenangan bidan dalam rangka menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya.

Tugas merujuk:

1). Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi keterlibatan klien dan keluarga.

2). Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kehamilan resiko tinggi dan kegawatdaruratan

3). Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga

4). Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dan gawat darurat yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga.

5). Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelaianan tertentu dan gawat darurat yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga 6). Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan

rujukan pada kehamilan risiko tinggi dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan.

(41)

I. Hak-Hak Wanita Hamil

1. Mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif yang diberikansecara bermartabat dan dengan rasa hormat.

2. Asuhan harus dapat dicapai, diterima, terjangkau untuk semuaperempuan dan keluarga.

3. Berhak memilih dan diputuskan tentang kesehatannya.

4. Mendapatkan keterangan mengenai kesehatannya.

5. Mendiskusikan keprihatinannya di dalam lingkungan dimana ia merasa percaya.

6. Mendapatkan penjelasan jenis prosedur yang akan dilakukan.

7. Memperoleh rasa nyaman ketika menerima pelayanan

8. Mengutarakan pandangan dan pilihannya mengenai layananyang diterimanya

9. Mendapatkan penjelasan oleh tenaga kesehatan yang memberikan asuhan tentang efek-efek potensial langsung/tidak langsung dari penggunaan obat atau tindakan selama masa kehamilan, persalinan, kelahiran atau menyusui.

10. Mendapat informasi terapi alternatif sehingga dapat mengurangi tau meniadakan kebutuhan akan obat dan intervensi obstetric

11. Merawat bayinya sendiri bila bayinya normal

12. Memperoleh informasi tentang siapa yang akan menjadi pendampingnya selama persalinan

13. Memperoleh/memiliki catatan medis dirinya serta bayinya dengan lengkap, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

14. Mendapat informasi efek tindakan yang akan dilakukan baik pada ibu maupun janin 15. Ditemani selama masa-masa yang menegangkan pada saat kehamilan dan persalinan 16. Memperoleh catatan perincian biaya Rumah Sakit/tindakan atas dirinya

17. Mendapat informasi sebelum / bila diantisipasi akan dilakukan SC.

18. Mendapat informasi tentang merk obat dan reaksi yang akan ditimbulkan atau reaksi obat yang pernah dialaminya.

19. Mengetahui nama-nama yang memberikan obat atau melakukan prosedur tindakan 20. Memilih konsultasi medic untuk memilih posisi persalinan yang dapat menurunkan

stres.

J. Tenaga Profesional ANC

Dalam memberikan asuhan kebidanan, bidan merupakan tenaga professional. Bidan

(42)

menjalankan tugas dan praktiknya, bidan bekerja berdasarkan pandangan filosofi yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar parkatik pelayanan serta kode etik profesi yang dimilikinya.

Pekerjaan professional memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi pelakunya (membutuhkan pendidikan prajabatan yang relevan), kecakapannya memenuhi persyaratan yang dibakukan oleh pihak yang berwenang (misalnya organisasi profesional) serta jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat atau Negara. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional professional.

1. Bidan tenaga Profesional

Bidan disebut tenaga professional karena:

a. Disiapkan melalui pendidikan agar lulusannya dapat mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan kemampuannya diperoleh melalui jenjang pendidikan.

b. Dalam menjalankan tugasnya bidan mempunyai alat yang dinamakan kode etik dan etika bidan.

c. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya.

d. Memiliki organisasi profesi.

e. Memiliki karakteristik khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat.

f. Menjadikan bidan sebagai sumber utama kehidupan.

2. Tindakan Bidan saat Kunjungan Antenatal

a. Mendengarkan dan berbicara kepada ibu serta keluarganya untuk membina hubungan saling percaya.

b. Membantu setiap wanita hamil dan keluarga untuk membuat rencana persalinan.

c. Membantu setiap wanita hamil dan keluarga untuk persiapan menghadapi komplikasi.

d. Melakukan penapisan untuk kondisi yang mengharuskan melahirkan di RS.

e. Mendeteksi dan mengobati komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa (pre eklampsi, anemia, IMS).

f. Mendeteksi adanya kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu dan adanya kelainan letak setelah usia kehamilan 36 minggu.

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan peran serta masyarakat penataan ruangan Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penataan

[r]

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul : ”Isolasi Lignin dari Lindi Hitam ( Black Liquor ) Proses Pemasakan Pulp Soda dan Pulp Sulfat ( Kraft )” adalah

Pembahasan soal ini dapat dijadikan bahan belajar dalam menghadapi ulangan harian, UTS, UAS, UKK, ujian dapat dijadikan bahan belajar dalam menghadapi ulangan

Faktor sikap dapat diketahui bahwa 47 dari 88 responden atau ibu hamil setuju jika faktor sikap memiliki peran penting dalam pemberian ASI Eksklusif dengan persentase 53,4%

Tinjauan Pustaka berisi teori-teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian antara lain statistik dan statistika, statistika deskriptif dan statistika

Berdasarkan hasil wawancara yang telah digambarkan pada Gambar 2 dapat disimpulkan, bahwa guru penjas sekolah dasar di Kabupaten Bantul sebagaian besar

Dalam penelitian penyediaan air bersih di Pulau Tarakan, penentuan indeks keberlanjutan kawasan pada lima dimensi keberlanjutan, yaitu dimensi lingkungan, ekonomi,