MAKALAH
Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Kontemporer Dosen Pengampu : Dr.H. MUHAJIR AL GADRI M.Si
Di susun Oleh : Abdul Hakim 212100104 Lukman Hakim 212100069
Mercy 212100103
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-AQIDAH AL-HASMIYYAH JAKARTA
2024
I
KATA PENGATAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Penyusun sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah. Di samping itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Akhir kata, penyusun memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkah guna memperbaiki makalah kami di waktu-waktu mendatang.
Jakarta, 06 Mei 2024
Penulis
II DAFTAR ISI
KATA PENGATAR... i
DAFTAR ISI... ii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...2
C. Tujuan Makalah ...2
BAB II PEMBAHASAN ...3
A. Pengertian Pegadaian ...………..……….……...…...…...3
B. Kegiatan Usaha Pegadai Konvensional ……….……….………..4
C. Kegiatan Usaha Pegadaian Syariah ………..………...10
BAB III PENUTUP...18
Kesimpulan...,...18
DAFTAR PUSTAKA...,,...19
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan produk-produk yang berbasis syariah dibidang lembaga keuangan makin marak pada saat ini, tidak terkecuali dengan Pengadaian. Perum Pengadaian pun mengeluarkan produk yang berbasis syariah, yang masih sering disebut sebagai Pegadaian Syariah. Pegadaian Syariah memiliki karakter yang berbeda dengan Pengadaian Konvensional pada umumnya, karakteristik tersebut sebagaimana tertera dalam prinsip syariah mengenai lembaga keuangan, yaitu tidak adanya praktik-praktik yang diharamkan sesuai syariah agama seperti riba, gharar dan maisir.
Guna menghindari praktik-praktik yang diharamkan dalam prinsip Islam, maka dalam operasional kegiatan pengadaian syariah meenggunakan dua akad, yaitu a. Akad Rahn adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengembalikan seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas hutang nasabah.
b. Akad Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini, dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad.
Dengan menggunakan kedua akad tersebut kegiatan usaha yang dijalankan oleh Pegadaian Syariah dinilai dapat menghindari dari praktik-praktik yang diharamkan. Pada dasarnya konsep operasi Pegadaian Syariah mengacu pada sistem administrasi modern yaitu azas rasionalitas, efesiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai agama. Fungsi operasi Pegadaian Syariah sendiri dijalankan
2
oleh kantor-kantor cabang Pegadaian Syariah/Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai sattu unit organisasi dibawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian.ULGS ini merupakan unit bisnis Mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai konvensional.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan gadai konvensional dengan gadai syariah?
b. Bagaimana mekanisme kerja pada gadai konvensional dengan gadai syariah?
c. Bagaimana kegiatan usaha Pegadaian Konvensional dan Pegadaian Syariah?
d. Apa saja Produk-produk jasa yang ditawarkan Pegadaian Konvensional dan Pegadaian Syariah?
C. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui secara detail pengertian, perbedaan, persamaan, ketentuan serta cara kerja pada Pegadaian Konvensional dan Pegadaian Syariah agar dapat digunakan dalam kehidupan guna mengatasi masalah dengan cara menghindari dari perbuatan yang dilarang oleh agama islam.
3 BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pegadaian
Menurut kitab undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150, gadai adalah hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh seorang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak yang berhutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Perusahaan Umum Pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai seperti dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150 di atas. Tugas Pokoknya adalah memberi pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan informal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat. Hal ini didasari pada fakta yang terjadi di lapangan bahwa terdapat lembaga keuangan yang seperti lintah darat dan pengijon yang dengan melambungkan tingkat suku bunga setinggi-tingginya.1
1. Pegadaian Konvensional
Pegadaian Konvensional (Umum) adalah suatu hak yang diperbolehkan seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau orang lain atas nama irang yang mempunyai utang, seseorang yang
1 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Raja Grapindo Persada, 2008), Edisi Revisi, hlm 263
4
berhutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi hutang apabila pihak yang berhutang tidak mampu melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
2. Pengadaian Syariah
Gadai dalam perspektif agama disebut Rahn, yaitu perjanjian untuk menahan sesuatu barang sebagai jaminan atau tanggungan utang. Kata Rahn secara etimologi berarti Tetap, berlangsung dan menahan. Maka dari segi Rahn bisa diartikan sebagai menahan sesuatu dengan tetap. Ar Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Rahn merupakan suatu akad utang piutang dengan menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’ sebagai jaminan, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil utang. Perusahaan umum Pegadaian adalah suatu badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai.2
B. Kegiatan Usaha Pegadai Konvensional 1. Penghimpunan Dana
Dana yang diperlukan oleh Perum Pegadaian untuk melakukan kegiatan usahanya berasal dari :
a) Pinjaman jangka pendek dari perbankan.
b) Dana jangka pendek sebagian besar adalah dalam bentuk ini (sekitar 80% dari total dana jangka pendek yang dihimpun).
2 http://usaha-umkm.blog.com/info-kredit/sumber-modal-pegadaian/
5
c) Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya (utang kepada rekanan, utang kepada nasabah, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar, pendapatan diterima dimuka, dan lain-lain).
d) Penerbitan obligasi.
e) Sampai dengan tahun 1994, Perum Pegadaian sudah 2 (dua) kali menerbitkan obligasi yang jangka waktunya masing-masing 5 tahun. Penerbitan pertama adalah pada tahun 1993 sebesar Rp 25 miliar dan penerbitan yang kedua kalinya adalah pada tahun 1994 juga sebesar Rp 25 miliar, sehingga sampai tahun 1994 total nilai obligasi yang telah diterbitkan adalah Rp 50 miliar.
f) Modal sendiri
Modal sendiri yang dimiliki oleh Perum Pegadaian terdiri dari:
1) Modal awal : kekayaan Negara diluar APBN sebesar Rp 205 miliar 2) Penyertaan modal pemerintah
3) Laba ditahan : laba ditahan ini merupakan akumulasi laba sejak perusahaan pegadaian ini berdiri pada masa Hindia Belanda.
2. Penggunaan Dana
Dana yang berhasil dihimpun kemudian digunakan untuk mendanai kegiatan usaha Perum Pegadaian. Dana tersebut antara lain digunakan untuk hal-hal berikut :
a) Uang kas dan dana likuid lain.
Perum pegadaian memerlukan dana likuid untuk berbagi kebutuhan seperti: kewajiban yang jatuh tempo, penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan atas dasar hukum gadai, biaya operasional yang harus segera dikeluarkan, pembayaran pajak, dan lain-lain.
b) Pembelian dan pengadaan berbagai bentuk aktiva tetap dan inventaris Aktiva tetap berupa tanah dan bangunan serta inventaris ini tidak secara langsung
6
dapat menghasilkan penerimaan bagi perum pegadaian namun sangat penting agar kegiatan usahanya dapat dijalankan dengan baik. Aktiva tetap dan peralatan ini antara lain adalah berupa tanah, kantor atau bangunan, computer, kendaraan, meubel, brankas, dan lain-lain.
c) Pendanaan kegiatan operasional.
Kegiatan operasional Perum Pegadaian memerlukan dana yang tidak kecil. Dana ini antara lain digunakan untuk : gaji pegawai, honor, perawatan peralatan, dan lain-lain.
d) Penyaluran dana.
Pengunaan dana yang utama adalah untuk disalurkan dalam bentuk pembiayaan datas dasar hukum gadai. Lebih dari 50% dana yang telah dihimpun oleh Perum Pegadaian tertanam dalam bentuk aktiva ini, karena memang ini merupakan kegiatan utamanya. Penyaluran dana ini diharapkan akan dapat menghasilkan keuntungan, meskipun tetap dimungkinkan untuk mendapatkan penerimaan dari bunga yang dibayarkan oleh nasabah.
Penerimaan inilah yang merupakan penerimaan utama bagi Perum Pegadaian dalam menghasilkan keuntungan, meskipun tetap ,dimungkinkan untuk mendapatkan penerimaan dari sumber yang lain seperti investasi surat berharga dan pelelangan jaminan gadai.
e) Investasi lain.
Kelebihan dana (idle fund) yangbelum diperlukan untuk mendanai kegiatan operasional maupun belum dapat disalurkan kepada masyarakat, dapat ditanamkan dalam berbagai macam bentuk investasi jangka pendek dan menengah. Investasi ini dapat menghasilkan penerimaan bagi Perum Pegadaian, namun penerimaan ini bukan merupakan penerimaan utama yang diharapkan oleh Perum Pegadaian. Sebagai contoh, Perum Pegadaian dapat memanfaatkan dananya untuk investasi dibidang property, seperti kantor dan toko. Pelaksanaan investasi ini biasanya bekerja sama dengan pihak ketiga seperti pengembang (developer), kontraktor, dan lain-lain.
7 3. Proses Pinjaman atas Dasar Hukum Gadai
Adapun barang yang dapat digadaikan pada dasarnya, hampir semua barang bergerak dapat digadaikan di pegadaian dengan pengecualian untuk barang-barang tertentu. Barang-barang yang dapat digadaikan meliputi:
a. Barang perhiasan.
b. Perhiasan yang terbuat dari emas, perak, platina, intan, mutiara, dan batu mulia.
c. Kendaraan.
d. Mobil, sepeda motor, sepeda,dan lain-lain.
e. Barang elektronik.
f. Kamera, refrigerator, freezer, radio, tape recorder, video player, televisi, dan lain- lain.
g. Barang rumah tangga.
h. Perlengkapan dapur, perlengkapan makan, dan lain-lain.
i. Mesin-mesin.
j. Tekstil.
k. Barang lain yang dianggap bernilai oleh Perum Pegadaian.
Namun mengingat keterbatasan tempat penyimpanan, keterbatasan sumber daya manusia di pegadaian, perlunya meminimalkan resiko yang ditanggung oleh Perum Pegadaian, serta memperhatikan peraturan yang berlaku, maka ada barang- barang tertentu yang tidak dapat digadaikan. Barang-barang yang tidak dapat digadaikan meliputi :
a. Binatang ternak, karena memerlukan tempat penyimpanan khusus dan memerlukan cara pemeliharaan khusus.
b. Hasil bumi, karena mudah busuk atau rusak.
8
c. Barang dagangan dalam jumlah besar, karena memerlukan tempat penyimpanan sangat besar yang tidak dimiliki oleh pegadaian.
d. Barang yang cepat rusak, busuk, atau susut.
e. Barang yang amat kotor.
f. Kendaraan yang sangat besar.
g. Barang-barang seni yang sulit ditaksir.
h. Barang yang sangat mudah terbakar.
i. Senjata api, amunisi, dan mesin.
j. Barang yang disewabelikan.
k. Barang milik pemerintah.
l. Barang ilegal.3
4. Penaksiran
Pinjaman atas dasar hukum gadai mensyaratkan penyerahan barang bergerak sebagai jaminan pada loket yang telah ditentukan pada kantor.pegadaian setempat.
Mengingat besarnya jumlah pinjamna sangat tergantung pada nilai barang yang akan digadaikan, maka barang yang diterima dari calon peminjam terlebih dahulu harus ditaksir nilainya oleh petugas penaksir. Petugas penaksir adalah orang-orang yang sudah mendapatkan pelatihan khusus dan berpengalaman dalam melakukan penaksiran barang-barang yang akan digadaikan. Pedoman dasar penaksiran telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian agar penaksiran atas suatu barang bergerak dapat sesuai dengan nilai sebenarnya. Pedoman penaksiran yang dikelompokkan atas dasar jenis barang adalah sebagai berikut :
3 http://ulgs.tripod.com/aboutme.html
9 a. Barang berkantong
1) Emas
a) Petugas menaksir melihat Harga Pasar Pusat (HPP) dan standar taksiran logam yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. Harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan dengan perkembangan harga yang terjadi.
b) Petugas penaksir melakukan pengujian karatase dan berat.
c) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran
2) Permata
a) Petugas penaksir melihat standar taksiran permata yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. Standar ini selalu disesuaikan dengan perkembangan pasar permata yang ada.
b) Petugas penaksir melakukan pengujian kualitas dan berat permata c) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran
3) Barang gudang (mobil, mesin, barang elektronik, tekstil, dan lain-lain)
a) Petugas penaksir melihat Harga Pasar Setempat (HPS) dari barang. Harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan dengan perkembangan harga yang terjadi.
b) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran
Nilai taksiran terhadap suatu objek barang yang akan digadaikan tidak ditentukan sebesar harga pasar, melainkan setelah dikalikan dengan presentase tertentu. Sebagai contoh, emas yang menurut harga pasar adalah senilai Rp 100.000, nilai taksirannya tidak sebesar Rp 100.000. Nilai
10
taksiran emas tersebut adalah sebesar Rp 88.000. angka pengali sebesar 88% ditentukan oleh Perum Pegadaian, dan angka ini bukanlah angka baku yang tetap sepanjang masa, dengan kata lain angka ini bisa mengalami perubahan. Perum pegadaian sudah menetapkan pengali untuk berlian adalah 45%, angka pengali untuk tekstil adalah 83%, dan seterusnya. Nilai taksiran inilah yang dijadikan acuan untuk menentukan besarnya pinjaman yang akan diberikan kepada nasabah.4
C. Kegiatan Usaha Pegadaian Syariah
Perkembangan produk-produk berbasis syariah kian marak di Indonesia, tidak terkecuali pegadaian. Perum Pegadaian mengeluarkan produk berbasis syariah yang disebut dengan Pegadaian Syariah. Pada dasarnya produk-produk berbasis syariah mempunyai karakteristik seperti, tidak memunggut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa dan atau bagi hasil. Pegadaian syariah atau kerap dikenal dengan istilah rahn, dalam pengoperasiannya menggunakan metode Fee Based Income (FBI).
Sebagai penerima gadai ataudisebut mutahim,penggadai akan mendapatkan Surat Bukti Rahn (gadai) berikut dengan akad pinjam-meminjam yang disebut dengan Akad Gadai Syariah dan Akad Sewa Tempat (ijarah). Dalam akad gadai syariah disebutkan bila jangka waktu akad tidak diperpanjang maka penggadai menyetujui agunan (marhun) miliknya dijual oleh muhtarin guna melunasi pinjaman. Sedangkan akad sewa tempat (ijaroh) merupakan kesepakatan antara pegadai dengan penerima gadai untuk menyewa tempat untuk penyimpanan dan penerima gadai akan mengenakan jasa simpan.
Salah satu inovasi produk yang diluncurkan oleh pegadaian adalah Program Kredit Tunda Jual Komoditas Pertanian yang saat ini lebih dikenal dengan Gadai
4 http://Id.wikipedia.org/wiki/pegadaian
11
Gabah. Program ini diluncurkan atas landasan pemikiran bahwa dalam rangka mengurangi kerugian petani akibat perbedaan harga jual gabah pada saat panen raya.
Sasaran utama program ini adalah membantu petani agar bisa menjual gabah yang dimilikinya sesuai dengan harga dasar yang ditetapkan oleh pemerintah. Pengalaman saat ini ketika terjadi panen raya, petani selalu dirugikan. Untuk mencegah kerugian yang diderita oleh petani pada saat musim panen akibat anjloknya harga gabah, Perum Pegadaian meluncurkan Gadai Gabah. Dengan sistem ini, petani menggadaikan gabahnya pada musim panen, untuk ditebus dan dijual ketika harga gabah kembali normal. Petani menggadaikan sebagian gabahnya pada musim panen pada perum pegadaian dengan harga yang berlaku saat itu. Setelah harga gabah kembali normal, petani dapat menebusnya dengan harga yang sama ketika menggadaikan gabahnya ditambah harga sewa modal sebesar 3,5 persen per bulan. Jika selama batas empat bulan (masa jatuh tempo kredit) petani tidak dapat menebusnya, gabah akan dilelang oleh Perum Pegadaian. Kelebihan harga gabah akan diberikan kepada petani. Gabah yang diterima sebagai barang jaminan adalah Gabah Kering Giling (GKG). Bila gabah petani bukan gabah kering giling maka petani akan dikenakan proses penanganan (handling) sebesar Rp 10 per kg.
a. Landasan Hukum
Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan konsep pegadaian Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadist Nabi SAW. Adapun landasan yang dipakai adalah : Quran Surat Al Baqarah : 283
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan
12
barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan Hadist
Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda : Rasulullah membeli makanan dari seorang yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi. HR Bukhari dan Muslim Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda : Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung risikonya. HR Asy’Syafii, al Daraquthni dan Ibnu Majah
Nabi Bersabda : Tunggangan ( kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan bintanag ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan kendaraan dan memerah susu wajib menyediakan biaya perawatan dan pemeliharaan. HR Jamaah, kecuali Muslim dan An Nasai
Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah bersabda : Apabila ada ternak digadaikan, maka punggungnya boleh dinaiki ( oleh yang menerima gadai), karena ia telah mengeluarkan biaya ( menjaga)nya. Apabila ternak itu digadaikan, maka air susunya yang deras boleh diminum (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaga)nya. Kepada orang yang naik dan minum, maka ia harus mengeluarkan biaya (perawatan)nya. HR Jemaah kecuali Muslim dan Nasai-Bukhari
Di samping itu, para ulama sepakat membolehkan akad Rahn ( al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adilatuhu, 1985,V:181)
Landasan ini kemudian diperkuat dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional no 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut.
13 a. Ketentuan Umum :
1. Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun ( barang ) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.
4. Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
5. Penjualan marhun
· Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi utangnya.
· Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun dijual paksa/dieksekusi.
· Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.
· Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin.
b. Ketentuan Penutup
· Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
14
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana mestinya.
c. Rukun dan Syarat Transaksi Gadai
Secara umum syarat sah dan rukun dalam menjalankan transaksi gadai adalah sebagai berikut :
Ø Rukun Gadai
1. Ada ijab dan qabul (Shighat)
2. Terdapat orang yang berakad yang menggadai (Rahin) dan yang memberi gadai (Murtahin)
3. Ada jaminan (Marhun berupa barang/harta) 4. Hutang (Marhun Bih)
Ø Syarat sah Gadai 1. Shighat
2. Orang yang berakal
3. Barang yang dijadikan Pinjaman 4. Hutang (Marhun Bih)
d. Hak dan Kewajiban Pihak yang Berakad Ø Hak penerima gadai antara lain :
1. Apabila rahintidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, murtahin berhak untuk menjual Marhun.
2. Untuk menjaga keselamatan marhun, pemegang gadai berhak mendapatkan penggantian biaya yang dikeluarkan.
15
3. Pemegang gadai berhak menahan barang gadai dari rahin, selama pinjaman belum dilunasi.
Ø Kewajiban Penerima gadai antara lain :
1. Apabila terjadi sesuatu (hilang atau cacat) terhadap marhun akibat dari kesalahan, maka marhun harus bertanggung jawab.
2. Tidak boleh menggunakan marhun untuk kepentingan pribadi.
3. Sebelum diadakan pelelangan marhun, harus ada pemberitahuan kepada rahim
Ø Hak pemberi gadai (Rahin) :
1. Setelah pelunasan pinjaman, rahin berhak atas barang gadai yang diserahkan kepada murtahin.
2. Apabila terjadi kerusakan atau hilangnya barang gadai akibat kelalaian murtahin, rahin menuntut ganti rugi atas marhun. Setelah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya yang lainnya, rahin berhak menerima sisa hasil penjualan marhun.
3. Setelah diketahui terdapat penyalahgunaan marhun oleh murtahin, maka rahin berhak untuk meminta marhunnya kembali.
Ø Kewajiban pemberi gadai antara lain :
1. Lunasi pinjaman yang telah diterima serta biaya-biaya yang ada dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
2. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan rahin tidak dapat melunasi pinjamannya, maka harus merelakan atas marhun pemiliknya.
16 e. Perjanjian Transaksi Gadai
a. Qard Al Hasan
Akad ini digunakan nasabah untuk tujuan konsumtif, oleh karena itu nasabah (Rahin) akan dikenakan biaya perawatan dan penjagaan barang gadai (Marhun) kepada Pengadaian (Murtahin) adapun ketentuannya adalah :
ü Barang gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual, seperti emas, barang elektronik dan sebagainya.
ü Karena bersifat sosial, maka tidak ada pembagian hasil. Pengadaian hanya diperkenakan untuk mengenakan biaya administrasi kepada Rahin.
f. Mudharabah
Akad yang digunakan bagi nasabah yang ingin memperbesar modal usahanya atau untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif. Adapun ketentuannya adalah :
ü Barang gadai berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak seperti emas, elektronik, kendaraan bermotor, tanah, rumah, dll.
ü Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya pengelolaan marhun g. Bad’I Muwayyadah
Akad ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan yang bersifat produktif seperti pembelian alat kantor, modal kerja. Dalam hal ini, murtahin juga dapat menggunakan akad jual beli untuk berniaga atau modal kerja yang diinginkan oleh rahin. Barang gadai adalah barang yang dimanfaatkan oleh rahin ataupun murtahin.
h. Ijarah
Objek dari akad ini pertukaran manfaat tertentu, bentuknya adalah murtahin menyewakan tempat penyimpanan barang.
17 i. Pemanfaatan Barang Rahn
Mayoritas ulama memperbolehkan pegadaian memanfaatkan barang yang digadaikannya selama mendapat izin dari murtahin selain itu pegadai harus menjamin barang tersebut selamat dan utuh.
Dari Abu Hurairah ra, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda :”Barang yang digadaikan itu tidak boleh ditutup dari pemilik yang menggadaikannya.
Baginya adalah keuntungan dan tanggung jawabnyalah bila ada kerugian atau biaya.: (HR. Syafi’I dan Daruqutni).
Mayoritas ulama, selain Madzab Hambali, berpendapat bahwa murtahin (Penerima Gadai) tidak boleh mempergunakan barang rahan.
Berakhirnya akad Rahan :
a. Barang telah diserahkan kembali kepada pemiliknya.
b. Rahin membayar hutangnya.
c. Pembebasan hutang dengan cara apapun, meskipun dengan pemindahan oleh murtahin.
d. Pembatalan oleh murtahin meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin.
e. Rusaknya barang rahin bukan oleh tindakan atau pengguna murtahin.5
5 http://dwiajisapto.blogspot.com/2012/11/perbandingan-pegadaian-konvensional.html
18 BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Pada keterangan diatas, dapat kita simpulkan bahwa pegadaian konvensional dengan pegadaian syariah yakni secara umum tidak ada berbedanya dari sisi peminjam. Hanya saja, bunga yang dikenakan pada pegadaian konvensional, diganti dengan biaya penitipan pada pegadaian syariah. Sedangkan pada pegadaian syariah mempunya mekanisme sedikit berbeda yaitu apabila ada orang yang membutuhkan uang dan mereka datang ke pegadaian syariah, kemudian dilakukan penaksiran terhadap barang yang digadai, orang tersebut akan mendapat sejumlah dana sesuai dengan nilai taksiran tersebut. Sampai saat ini masih sama dengan pegadaian konvensional, dimana terjadi proses pinjam-meminjam uang.
Bedanya di pegadaian konvensional dikenakan bunga yang biasanya disebut dengan jasa uang, sedangkan di pegadaian syariah mereka tidak mengenakan bunga atau jasa uang, melainkan jasa penitipan tempat penitipan barang, jasa penitipan barang dikaitkan dengan suatu rate tertentu. Misalnya kalau barangnya sekian gram, biaya penitipannya sekian. Sehingga nasabah dikenakan charge berupa biaya penitipan barang.
19
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Raja Grapindo Persada, 2008), Edisi Revisi, hlm 263
http://usaha-umkm.blog.com/info-kredit/sumber-modal-pegadaian/
http://ulgs.tripod.com/aboutme.html http://Id.wikipedia.org/wiki/pegadaian
http://dwiajisapto.blogspot.com/2012/11/perbandingan-pegadaian-konvensional.html