BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara harfiah/lughowi, baitul mal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Baitul mal sudah ada sejak zaman Rasulullah dan berkembang pesat pada Abad Pertengahan.1
Baitul mal berfungsi sebagai pengumpulan dana dan mentasyarufkan untuk kepentingan sosial seperti, zakat, infak dan sedekah (ZIS) sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif keuntungan (laba).
Jadi, baitul mal wattamwil adalah lembaga yang bergerak di bidang sosial sekaligus juga bisnis yang mencari keuntungan.2
BMT termasuk salah satu dari LKS (Lembaga Keuangan Syariah) yang sedang berkembang di kalangan masyarakat menengah ke bawah bahkan golongan masyarakat menengah ke atas.3 Layanan atau jasa BMT seringkali digunakan dan banyak diakses oleh masyarakat kecil yang membutuhkan dana untuk menjalankan suatu usaha (modal kerja). BMT berperan sebagai mitra usaha dengan bagi hasil atau margin yang proporsional. BMT juga dianggap memiliki keunggulan, yaitu kemudahan dan fleksibilitas dalam mengajukan pembiayaan serta pemberian bagi hasil investasi mudharabah yang sangat kompetitif.
Sebagaimana layaknya lembaga keuangan pada umumnya yang melaksanakan fungsi social oriented (berorientasi sosial), BMT juga berfungsi menghasilkan keuntungan (profit oriented).
1Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah (Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama), 2012, hal.353.
2 Ibid.
3Mufti Fiandi ed.all. Perkembangan BMT di Kota Palembang Ditinjau dari Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU), 2015, hal.1.
Dalam operasional kegiatannya diakui bahwa BMT (Baitul mal wattamwil) adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan suatu negara, khususnya negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Peran strategis BMT tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama BMT sebagai lembaga yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien.4
Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan atau pun materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat.5
Oleh karena itu BMT sebagai salah satu lembaga keuangan yang secara operasional berbeda dengan bank konvensional. Salah satu ciri khas BMT sebagaimana lembaga perbankan berbasis syariah lainnya yaitu tidak menerima atau membebani bunga kepada nasabah, tetapi menerima atau membebankan bagi hasil serta imbalan lain sesuai dengan akad-akad yang diperjanjikan.6
4Mufti Fiandi ed.all. Perkembangan BMT di Kota Palembang Ditinjau dari Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU), 2015, hal.1.
5Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Deskripsi dan Ilustrasi), 2003, hal. 103.
6Mufti Fiandi ed.all. Perkembangan BMT di Kota Palembang Ditinjau dari Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU), 201, hal.2.
Satu-satunya akad berbentuk pinjaman yang diterapkan di BMT adalah qard. Karena bunga dilarang dalam Islam maka qard merupakan pinjaman tanpa bunga. Lebih khusus lagi, qard merupakan pinjaman kebajikan yang tidak bersifat komersial tapi bersifat sosial.7
Qard adalah salah satu produk pinjaman BMT bagi nasabah yang membutuhkan dana untuk keperluan mendesak dengan kriteria tertentu bukan untuk tujuan konsumtif atau diangsur tanpa tambahan atas dana yang dipinjam. Qard merupakan pinjaman kebajikan lunak atau tanpa imbalan, biasanya untuk pemberian barang-barang (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran dan jumlahnya).8 Para ulama telah menyepakati bahwa qard boleh dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.9
Ulama- ulama tertentu membolehkan pemberi pinjaman untuk membebani biaya jasa pengadaan pinjaman. Biaya jasa ini bukan merupakan keuntungan, melainkan merupakan biaya aktual yang dikeluarkan oleh pemberi pinjaman seperti, biaya sewa gedung, gaji pegawai dan peralatan kantor.10
Melalui Qard diharapkan para penerima dana bisa terlatih untuk bertanggungjawab terhadap dana yang diterimanya dan harus dapat menjadikan
7Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, 2013, hal. 46.
8Ibid.
9Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, hal.132.
10Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, 2013, hal. 47.
taraf hidupnya meningkat dari saat sebelum yang bersangkutan menerima dana qard.
BMT Insan Mulia Palembang dalam menjalankan usahanya berusaha menyejahterakan anggota dan masyarakat pada umumnya. Salah satu caranya yaitu dengan memberikan pinjaman (qard) untuk tujuan sosial yaitu, untuk biaya pendidikan dan kesehatan.11
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian Tugas Akhir dengan judul “Implementasi Manajemen Qard pada BMT Insan Mulia Palembang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dijawab dalam penelitian ini dapat disederhanakan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi manajemen qard pada BMT Insan Mulia Palembang?
2. Strategi apa yang digunakan dalam pemberian qard kepada nasabah BMT Insan Mulia Palembang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
11Dina Ayu Nurmalita (Teller), Wawancara , Palembang, 14 Agustus 2015.
1. Untuk mengetahui implementasi manajemen qard pada BMT Insan Mulia Palembang.
2. Untuk mengetahui strategi yang digunakan BMT Insan Mulia Palembang dalam pemberian qard kepada nasabah.
D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Peneliti
Penelitian ini digunakan untuk memperoleh gelar A.Md. Selain itu, penelitian ini sebagai sarana untuk memperoleh pengalaman dan khasanah ilmu baru mengenai implementasi manajemen qard pada BMT Insan Mulia Palembang.
2. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan asupan ilmu pengetahuan khususnya di bidang lembaga keuangan syariah serta sebagai perbandingan untuk penelitian sejenis selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi masyarakat untuk menambah wawasan mengenai implementasi manajemen qard pada BMT Insan Mulia Palembang.
E. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data kualitatif.
Data kualitatif dalam hal ini berupa serangkaian informasi yang digali dari hasil penelitian masih merupakan fakta-fakta verbal atau berupa keterangan-keterangan saja.12
2. Sumber Data a. Data Primer
Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) yang secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab penelitian.13 Dalam penelitian ini data didapatkan dari wawancara di tempat penulis melakukan penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (dicatat pihak lain) umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun dalam bentuk arsip atau dokumen.14 Di mana dalam penelitian ini data didapatkan dari literatur yang berhubungan dengan penelitian, buku- buku, jurnal, tugas akhir atau skripsi, internet, brosur dan sumber lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini.
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara (Interview)
12 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi, Hal. 118.
13 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, 2006, hal.260.
14Ibid.
Wawancara (interview) merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam metode survei melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responden (subjek).15
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisa secara deskriptif kualitatif. Kemudian dituangkan ke dalam bentuk yang jelas, guna mencapai tujuan dalam penelitian ini.16
BAB II
15Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, 2006, hal.23.
16Randi, Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah Al-Falah Kabupaten Banyuasin Tahun 2006-2007, 2008. hal.25
LANDASAN TEORI
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Stoner mengartikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi (manusia) dan dari sumber-sumber organisasi lainnya (materi) untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sementara Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni untuk melakukan sesuatu melalui orang lain.17
Dalam pandangan Islam segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik.
Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam. Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani, “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara Itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas).”(HR. Thabrani) 18
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
17Ahmad Ibrahim, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer, 2008, hal. 28.
18Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, 2003, hal.1.
Manajemen memiliki empat fungsi standar, yaitu fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan atau planning adalah kegiatan awal dalam sebuah pekerjaan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan itu agar mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu, perencanaan merupakan sebuah keharusan di samping sebagai sebuah kebutuhan. Segala sesuatu memerlukan perencanaan. Dalam suatu hadits Rasulullah saw. bersabda, “Jika engkau ingin mengerjakan sesuatu pekerjaan maka pikirkanlah akibatnya, maka jika perbuatan tersebut baik, ambillah dan jika perbuatan itu jelek, maka tinggalkanlah.” (HR. Ibnu Mubarak) 19
Perencanaan merupakan aktivitas manajemen yang paling krusial, bahkan ia adalah langkah awal untuk menjalankan manajemen sebuah pekerjaan. Ia sangat berpengaruh terhadap unsur-unsur manajemen lainnya seperti merealisasikan perencanaan dan pengawasan agar bisa mewujudkan tujuan yang direncanakan.20
b. Pengorganisasian (Organizing)
19Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, 2003, hal.
77.
20Ahmad Ibrahim, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer, 2008, hal.79.
Menurut Terry istilah pengorganisasian merupakan sebuah entitas yang menunjukkan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka terhadap keseluruhan.21
Istilah ini diartikan sebagai tindakan mengusahakan hubungan- hubungan kelakuan yang efektif antar individu hingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.22 Aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perlu dibagi dalam beberapa kelompok aktivitas.
Sehingga, setiap bagian fungsional yang diadakan mengetahui secara jelas aktivitas dan tanggung jawab manajerial yang diembannya. Agar berjalan dengan baik, aktivitas pembagian kerja harus memenuhi syarat
“the right man on the right place”. Melalui penetapan kerja yang sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing, syarat ini akan dapat mengupayakan efisiensi kerja yang baik.23
Dengan adanya pegorganisasian, memungkinkan untuk mengatur kemampuan sumber daya insani guna mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan segala potensi secara efektif dan efisien. 24
c. Pelaksanaan (Actuating)
21Ahmad Ibrahim, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer, 2008, hal. 91.
22Ibid.
23Ibid., hal. 92.
24Ibid.
Proses manajemen selanjutnya setelah merencanakan dan pengaturan (pengorganisasian) langkah berikutnya adalah praktek pelaksanaan. Pelaksanaan harus memenuhi rencana yang telah dibuat dan juga sesuai dengan prosedur. Pelaksanaan dapat juga diartikan sebagai mekanisme cara kerja atau praktik di lapangan.25
Pelaksanaan (actuating) yaitu proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut agar dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.26
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan fungsi derivasi yang bertujuan untuk memastikan bahwa aktivitas manajemen berjalan sesuai dengan tujuan yang direncanakan dengan performa sebaik mungkin. Begitu juga untuk menyingkap kesalahan dan penyelewengan kemudian memberikan tindakan korektif.27
Falsafah dasar fungsi manajemen dalam Islam muncul dari pemahaman tanggung jawab individu, amanah dan keadilan. Islam memerintahkan setiap individu untuk menyampaikan amanah yang diembannya, jabatan (pekerjaan) merupakan bentuk amanah yang harus dijalankan.28
Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.
25Badarudin, Manajemen Pembiayaan Produk Qardhul Hasan (Studi Kasus di BPRS Metro Madani Lampung), 2011, hal. 13.
26Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen Edisi Pertama, 2005, hal.8.
27Ahmad Ibrahim, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer, 2008, hal.179.
28Ibid.,, hal.180.
Pengawasan (control) dalam ajaran Islam (hukum syariah) terbagi menjadi dua hal.29
Pertama, kontrol yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah swt. Seseorang yang yakin bahwa Allah pasti mengawasi hamba-Nya, maka ia akan bertindak hati-hati.
Ketika sendiri, ia yakin bahwa Allah yang kedua dan ketika berdua ia yakin Allah yang ketiga.30
Kedua, sebuah pengawasan akan lebih efektif jika sistem pengawasan tersebut juga dilakukan dari luar diri sendiri. Sistem pengawasan itu dapat terdiri atas mekanisme pengawasan dari pemimpin yang berkaitan dengan penyelesaian tugas yang telah didelegasikan, kesesuaian antara penyelesaian tugas dan perencanaan tugas dan lain-lain.31
B. Strategi
1. Pengertian Strategi
29Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, 2003, hal.
156.
30Ibid.
31Ibid.,hal. 157.
Griffin mendefinisikan strategi sebagai rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi.32 Tidak hanya sekadar mencapai tetapi strategi juga dimaksudkan untuk mempertahankan keberlangsungan organisasi di lingkungan di mana organisasi tersebut menjalankan aktivitasnya. Bagi organisasi bisnis, strategi dimaksudkan untuk mempertahankan keberlangsungan bisnis perusahaan dibandingkan para pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
2. Jenis Strategi
Menurut Griffin secara umum strategi dapat dibagi menjadi dua jenis dilihat dari tingkatannya yaitu:
a. Strategi pada tingkat perusahaan (corporate-level strategy)
Strategi pada level perusahaan atau korporat dilakukan perusahaan sehubungan dengan persaingan antar perusahaan dalam sektor bisnis yang dijalankannya secara keseluruhan.
b. Strategi pada tingkat bisnis (business-level strategy)
Strategi pada level bisnis adalah alternatif strategi yang dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan persaingan bisnis yang dijalankannya pada beberapa jenis bisnis yang diperdagangkan.33
C. Qard
1. Pengertian Qard
Definisi secara fikih Qard atau disebut Iqrad secara etimologi berarti pinjaman. Secara terminologi muamalah (ta’rif) adalah memiliki sesuatu yang harus dikembalikan dengan mengganti yang sama. Hukum Qard itu mubah (boleh) yang didasarkan pada saling tolong menolong.34
32Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen Edisi Pertama, 2005, hal. 132.
33Ibid., hal. 133-134.
34Nur S. Buchori, Koperasi Syariah, 2009, hal.159.
Menurut Ascarya Qard adalah akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. Muqridh dapat meminta jaminan atas pinjaman kepada muqtaridh. Pengembalian pinjaman dapat dilakukan secara angsuran atau sekaligus.35
Qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.36 Menurut teknis perbankan, qard adalah pemberian pinjaman dari bank kepada nasabah yang digunakan untuk kebutuhan mendesak seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau sekaligus.
Berdasarkan kutipan Cik Basir sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN No. 19/ DSN-MUI/ UI/ 2001 yang merupakan landasan operasional prinsip qard, nasabah yang meminjam pada bank syariah dengan prinsip ini hanya akan diwajibkan mengembalikan pinjaman pokoknya saja pada waktu jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan dengan membayar biaya administrasi yang diperlukan. Adapun sumber dana qard ini selain bisa dari bagian modal bank, keuntungan bank yang disisihkan atau dari lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaqnya kepada bank.37
Objek dari pinjaman qard biasanya adalah uang atau alat tukar lainnya yang merupakan transaksi pinjaman murni tanpa bunga di mana peminjam
35Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, 2007, hal. 258.
36Gemala Dewi, Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, 2007, hal. 95.
37Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama &
Mahkamah Syariah, 2009, hal.82.
mendapatkan uang tunai dari pemilik dana (dalam hal ini bank atau lembaga keuangan lainnya) dan hanya wajib mengembalikan pokok utang pada waktu tertentu di masa yang akan datang. Peminjam atas prakarsa sendiri dapat mengembalikan lebih besar sebagai ucapan terima kasih.
Hukum Islam memperbolehkan pemberi pinjaman untuk meminta kepada peminjam untuk membayar biaya- biaya operasi di luar pinjaman pokok, tetapi agar biaya ini tidak menjadi bunga terselubung atau biaya ini tidak boleh dibuat proporsional terhadap jumlah pinjaman.38
Akad qard ini digunakan oleh IDB ketika memberikan pinjaman lunak kepada pemerintah. Biaya jasa ini pada umumnya tidak lebih dari 2,5 persen, dan selama ini berkisar antara 1-2 persen. Dalam aplikasinya di perbankan syariah, qard biasa digunakan untuk menyediakan dana talangan kepada nasabah prima dan untuk menyumbang sektor usaha kecil/ mikro atau membantu sektor sosial. Dalam hal yang terakhir, skema pinjamannya disebut qardhul hasan. Qard dapat digunakan sebagai akad simpanan dan dapat pula digunakan sebagai akad pembiayaan.39
2. Rukun dan Syarat Qard
Rukun dari akad Qard yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa antara lain:
a. Pelaku akad yaitu muqtaridh (peminjam), pihak yang membutuhkan dana, dan muqridh (pemberi pinjaman), pihak yang memiliki dana.
b. Objek akad yaitu qard (dana),
c. Tujuan yaitu ‘iwad atau countervalue berupa pinjaman tanpa imbalan,
38Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, 2013, hal.47.
39Ibid.
d. Shighah yaitu Ijab dan Qabul.40
Sedangkan syarat dari akad Qard yang harus dipenuhi dalam transaksi yaitu:
a. Kerelaan kedua belah pihak dan
b. Dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dan halal.41 3. Fatwa DSN tentang Qard
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Qard yaitu:
Pertama: Ketentuan Umum Qard
a. Qard adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan.
b. Nasabah Qard wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.
c. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
d. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.
e. Nasabah Qard dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.
f. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat:
1) memperpanjang jangka waktu pengembalian.; atau
2) menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.42
Kedua: Sanksi
a. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan bukan karena ketidakmampuannya, LKS dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah.
b. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir 1 dapat berupa dan tidak terbatas pada penjualan barang jaminan.
40 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, 2013, hal.48.
41Ibid.
42Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Fiqh Muamalah), 2012, hal. 340-342.
c. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya secara penuh.43
Ketiga: Sumber Dana. Dana Qard dapat bersumber dari:
a. bagian modal LKS;
b. keuntungan LKS yang disisihkan dan
c. lembaga lain atau individu yang mempercayakan infaknya kepada LKS.44
4. Manfaat Dana Qard
Manfaat qard dalam praktik perbankan syariah di antaranya sebagai berikut:
a. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat talangan jangka pendek.
b. Qard juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dan bank konvensional yang di dalamnya terkandung misi sosial, di samping misi komersial.
c. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.45
5. Skema Qard
Gambar 2.1 Skema Kerja Qard Akad Qardh
Tenaga Kerja Modal 100%
43 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Fiqh Muamalah), 2012, hal. 340-342.
44Ibid.
45Ibid., hal. 337. BANK
100% Modal
Kembali
Sumber: Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, 2007.
Dari skema qard di atas dapat dijelaskan bahwa antara nasabah dengan bank syari’ah melakukan perjanjian qard untuk melakukan sebuah proyek (usaha) di mana nasabah menyediakan tenaga kerja (keterampilan) sementara pihak bank menyediakan modal 100%. Jika usaha yang dijalankan oleh nasabah mendapatkan untung, maka keuntungan tersebut menjadi hak nasabah. Nasabah wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama. Nasabah dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada bank selama tidak diperjanjikan dalam akad.
D. BMT
1. Pengertian BMT
BMT adalah kependekan kata dari Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Mal wattamwil, yaitu Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang
PROYEK USAHA NASABAH
KEUNTUNGAN
beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama yaitu:
a. Baitul tamwil (rumah pengembangan harta) melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendoromg kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.
b. Baitul mal (rumah harta) menerima titipan dana zakat, infak dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.46
Menurut catatan sejarah, Baitul Mal merupakan lembaga keuangan pertama yang ada pada zaman Rasulullah. Dari suatu lembaga keuangan yang hanya menyimpan harta kekayaan negara dari zakat, infaq, shadaqah, pajak, dan rampasan perang pada zaman Khulafaur Rasyidin (zaman para sahabat Nabi) telah berkembang di samping Baitul Mal telah ada juga lembaga keuangan lain yang disebut Baitul Tamwil. Yaitu suatu lembaga keuangan syariah yang menampung dana-dana masyarakat untuk diinvestasikan ke proyek-proyek atau pembiayaan perdagangan yang menguntungkan.47
Menurut Nurul Huda dan Mohamad Heykal Baitul mal wattamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitul mal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit, seperti: zakat, infak,
46Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, 2009, hal.451.
47Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah (Teori, Praktik, dan Peranannya), 2011, hal. 84.
dan sedekah. Adapun baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.48
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Baitul Mal Wattamwil (BMT) merupakan sebuah lembaga keuangan mikro syariah yang memiliki perpaduan lembaga profit dengan lembaga sosial.
Menurut Abdul Manan adapun tujuan didirikan BMT adalah meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. BMT berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat, diharapkan dengan menjadi anggota BMT masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup melalui usahanya. Dengan modal yang diharapkan para peminjam dapat memandirikan ekonomi yang dikelolanya. BMT bersifat usaha bisnis, tumbuh dan berkembang secara swadaya dan dikelola secara profesional.
Baitul mal dikembangkan untuk kesejahteraan anggota terutama dengan penggalangan dana dari zakat, infak, sedekah dan wakaf secara halal.49
Visi BMT adalah upaya untuk mewujudkan BMT untuk menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah para anggotanya sehingga mampu berperan sebagai wakil Allah di muka bumi, memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Adapun misinya adalah membangun dan mengembangkan
48Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis, 2010, hal.363.
49Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, 2012, hal. 354.
tatanan perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran, berkesejahteraan serta berkeadilan berdasarkan syariah dan ridha Allah SWT. Jadi, misi BMT ini tidak semata-mata mencari keuntungan tetapi lebih berorientasi pada pendistribusian laba yang merata dan adil sesuai dengan prinsip ekonomi syariah.50
2. Prinsip-Prinsip BMT
Prinsip-prinsip utama BMT yaitu:
a. Keimanan dan ketakwaan pada Allah Swt. Dengan mengimplementasikan prinisp-prinsip syariah dan muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata;
b. Keterpaduan (kaffah) di mana nilai-nilai spiritual berfungsi mengarahkan dan menggerakkan etika dan moral yang dinamis, proaktif, progesif, adil dan berahlak mulia;
c. Kekeluargaan (kooperatif);
d. Kebersamaan;
e. Kemandirian;
f. Profesionalisme; dan
g. Istikomah: konsisten, kontinuitas/berkelanjutan tanpa henti dan tanpa pernah putus asa. Setelah mencapai suatu tahap mau ke tahap berikutnya dan hanya kepada Allah manusia berharap.51
3. Kegiatan BMT
Menurut Neni Sri Ismaniyati yang dikutip oleh Abdul Manan, kegiatan yang dikembangkan oleh BMT ada beberapa macam antara lain:
Pertama, menggalang dan menghimpun dana yang digunakan untuk membiayai usaha-usaha anggotanya. Modal awal BMT diperoleh dari simpanan pokok khusus para pendiri. Selanjutnya BMT mengembangkan modalnya dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela anggota. Untuk memperbesar modal BMT bekerja sama dengan berbagai
50Mufti Fiandi ed.all. Perkembangan BMT di Kota Palembang Ditinjau dari Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU), 2015, hal.13-14.
51Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, 2009, hal.453-454.
pihak yang mempunyai kegiatan yang sama seperti BUMN, proyek-proyek pemerintah, LSM dan organisasi lainnya. Para penyimpan akan memperoleh bagi hasil yang mekanismenya sudah diatur dalam BMT.
Kedua, memberikan pembiayaan kepada anggota sesuai dengan penilaian kelayakan yang dilakukan oleh pengelola BMT bersama anggota yang bersangkutan. Sebagai imbalan atas jasa ini BMT akan mendapat bagi hasil sesuai aturan yang ada.
Ketiga, mengelola usaha simpan pinjam itu secara profesional sehingga kegiatan BMT bisa menghasilkan keuntungan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Keempat, mengembangkan usaha-usaha di sektor riil yang bertujuan untuk mencari keuntungan dan menunjang usaha anggota misalnya distribusi dan pemasaran, penyediaan bahan baku, sistem pengelolaan dan lain-lain.52
4. Ciri-ciri BMT
Ciri-ciri utama BMT, yaitu:
a. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya;
b. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infak dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak;
c. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di sekitarnya;
d. Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar masyarakat.53
Menurut Andri Soemitra BMT memiliki ciri-ciri atau karakteristik khusus yaitu:
52Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, 2012, hal.365.
53Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, 2009, hal. 454.
a. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, dinamis, berpandangan produktif, tidak menunggu tetapi menjemput nasabah baik sebagai penyetor dana maupun sebagai penerima pembiayaan usaha;
b. Kantor di buka dalam waktu tertentu dan ditunggui oleh sejumlah staf yang terbatas karena sebagian besar staf harus bergerak di lapangan untuk mendapatkan nasabah penyetor dana, memonitor dan mensupervisi usaha nasabah;
c. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan tempatnya biasanya di madrasah, masjid atau mushalah ditentukan sesuai dengan kegiatan nasabah dan anggota BMT. Setelah pengajian biasanya dilanjutkan dengan perbincangan bisnis para nasabah BMT.
d. Manajemen BMT diselenggarakan secara profesional dan islami.54
E. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
54Ibid.
Nama Peneliti
Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Hafni Zahara (2003)
Pinjaman
Kebaikan (al- Qardhul Hasan) Bagi Pengusaha Kecil Pada Bank Indonesia
Kantor Cabang Syariah
Palembang
Dana qardhul hasan
digunakan bagi mustahik zakat yang
mempunyai usaha kecil yang kekurangan modal maupun yang
mempunyai hutang
Jenis data yang
digunakan data kualitatif
Objek
penelitian di PT. Bank Indonesia Kantor Cabang Syariah Palembang
Maftukha (2003)
Sistem Operasional Penghimpunan dan Penyaluran
Dana pada
Pembiayaan al- Qardhul Hasan di PT. Bank Negara
Indonesia
(Persero) Tbk.
Kantor Cabang Syariah
Palembang
Sumber dana qardhul hasan bersumber dari pegawai, yaitu zakat diambil 2,5 % dari penghasilan dari seluruh pegawai yang beragama Islam dan infaq, shadaqah yang diberi muzzaki secara sukarela
Jenis data yang
digunakan adalah data kualitatif
Objek
penelitian di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Palembang
Muhadis (2004)
Tinjauan Pelaksanaan Penyaluran Dana dalam Bentuk Produk Pembiayaan al- Qardhul Hasan di PT. BPRS al- Falah
Banyuasin
Kriteria pemberian pembiayaan Qardhul Hasan diperioritaskan kepada nasabah yang masuk dalam golongan 8 ashnaf yaitu:
fakir, miskin, amil zakat, muallaf, hamba
Jenis data yang
digunakan data kualitatif
Objek
penelitian di PT. BPRS al-Falah Banyuasin
sahaya, gharim, sabilillah dan ibnu sabil.
Dwi Oktaria (2005)
Evaluasi Penyaluran Dana
Pembiayaan al- Qardhul Hasan
pada Bank
Negara Indonesia Syariah
(Persero) Tbk.
Cabang Palembang
Evaluasi yang digunakan dalam mengontrol pembiayaan al- Qardhul hasan yaitu
menggunakan prinsip 5C, yaitu:
Caharacter, Capital, Capacity,
Collateral dan Condition.
Jenis data yang
digunakan data kualitatif
Objek
penelitian di PT. Bank Negara Indonesia Syariah (Persero) Tbk. Cabang Palembang
Riska Pandarini (2012)
Pelaksanaan Akad Pembiayaan Qard pada PT.
Bank Tabungan Negara Syariah Palembang
Penyelesaian qard yang tidak dikembalikan yaitu dengan melakukan penyuluhan dan bimbingan kepada nasabah tersebut
Jenis data yang
digunakan data kualitatif
Obek
penelitian di PT. Bank Tabungan Negara Syariah Palembang
Sumber: Skripsi dan Tugas Akhir UPT Perpustakaan UIN Raden Fatah Palembang
BAB III
GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah BMT Insan Mulia
Baitul mal wattamwil Insan Mulia Palembang awal mulanya merupakan salah satu bentuk program di bawah Divisi Madrasah Ummat Dompet Insan Mulia disingkat DSIM. BMT Insan Mulia bergerak di bidang simpanan dan pembiayaan, serta memiliki unit-unit usaha yang dikelola oleh BMT Insan Mulia.55
BMT` Insan Mulia berdiri pada tanggal 25 Agustus 2010 di bawah binaan Pusat Inkubasi Dan Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Sumatera Selatan. BMT Insan Mulia berbadan hukum Koperasi Syariah yang disahkan pada tanggal 02 Mei 2011 /no 03/ Notaris-PPAT Rizal, SH, telah memiliki akses komputerisasi dari Lembaga Komputerisasi Indonesia.56
BMT Insan Mulia dikelola oleh tenaga profesional, berusaha memastikan bahwa dana seluruh anggota/nasabah yang ditabung di BMT Insan Mulia dapat dikelola melalui program-program yang mampu mensinergikan ekonomi mikro dan makro demi tercapainya pemerataan ekonomi di seluruh lapisan masyarakat dan menjadi salah satu alternatif pilihan masyarakat untuk menabung yang ringan dan tabungannya akan termanfaatkan dengan baik. 57
B. Visi dan Misi
55Mufti Fiandi ed.all. Perkembangan BMT di Kota Palembang Ditinjau dari Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU), 2015, hal.45.
56Dokumentasi BMT Insan Mulia Palembang, 2014
57Dina Ayu Nurmalita, Sejarah BMT Insan Mulia Palembang, 2010
Adapun yang menjadi Visi dan Misi Baitul Mal Wattamwil Insan Mulia adalah58:
1. Visi
Yaitu menjadi lembaga keuangan mikro yang sehat, berkembang dan terpercaya. Yang mampu melayani anggota dan masyarakat lingkunganya berkehidupan salam, penuh keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.
2. Misi
Mengembangkan BMT Insan Mulia sebagai sarana gerakan pembebasan, gerakan pemberdayaan dan gerakan keadilan sehingga terwujud kualitas masyarakat di sekitar BMT yang salam, penuh keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.
C. Produk Layanan BMT Insan Mulia 1. Penghimpunan dana
a. Tabungan Berkah (TABAH)
Tabungan Berkah adalah tabungan yang menggunakan akad wadi’ah yaitu titipan. Tabungan ini dapat ditambah dan ditarik setiap saat.
b. Tabungan Idul Fitri (TADURI)
Produk ini adalah tabungan yang direncanakan untuk keperluan Idul Fitri. Tabungan ini hanya dapat ditarik menjelang hari raya idul fitri.
c. Tabungan Pendidikan/Tabungan Pintar (TADIKA/TAPIN)
Tabungan ini adalah bentuk tabungan yang alokasi dananya diperuntukkan bagi masa depan pendidikan putra putri mitra. Penarikan hanya dapat dilakukan pada saat/menjelang tahun ajaran baru.
d. Tabungan Qurban (TAQUR)
Tabungan ini dipersiapkan untuk mewujudkan niat qurban, tabungan ini hanya dapat ditarik pada saat/menjelang hari raya qurban.
e. Tabungan Berjangka (TAKA)
Tabungan berjangka adalah tabungan yang disimpan sampai dalam jangka waktu tertentu yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip
58Dokumentasi BMT Insan Mulia Palembang, 2014
syari’ah mudharabah dan wadi’ah. Tabungan ini hanya dapat ditambah dan ditarik dalam jangka waktu tertentu.
f. Tabungan Arisan (TARSAN)
Tabungan arisan adalah program tabungan yang menggunakan sistem seperti arisan yang berprinsip syariah. Setiap periode pengundian nasabah akan mendapatkan hadiah doorprize.
g. Tabungan WALIMAH
Tabungan walimah adalah adalah tabungan yang dipersiapkan untuk persiapan pernikahan putra/putri mitra dalam rangka menempuh hidup baru. Tabungan ini hanya dapat ditarik menjelang pernikahan.59
2. Penyaluran Dana
BMT Insan Mulia dalam operasional telah memiliki jenis-jenis pembiayaan yang ditawarkan kepada para nasabah yaitu terdiri dari:
a. Pembiayaan mudharabah yaitu perjanjian pemilik modal dengan pengusaha. Di mana pemilik modal sepakat menyediakan seluruh dana yang dipergunakan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha. Hasil usaha akan dibagi bersama sesuai dengan bagian hasil yang telah disepakati kedua belah pihak. Sebaliknya kerugian yang timbul dari usaha tersebut selama bukan akibat penyelewengan pengusaha akan ditanggung sepenuhnya oleh pemodal.
b. Pembiayaan murabahah yaitu perjanjian jual-beli antara pemilik barang dan pembeli. Penjual menetapkan harga jual dengan keuntungan tertentu dan dalam penentuan harga jual ada kesepakatan kedua belah pihak.
c. Pembiayaan musyarakah yaitu perjanjian antara dua pemilik modal atau lebih untuk menjalankan sesuatu usaha di mana mereka bersama-sama sepakat mengembangkan modal dan membagi keuntungan bersama.
d. Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil (BBA) yaitu perjanjian jual-beli antara pemilik barang dan pembeli dengan pembayarannya ditangguhkan atau diangsur dalam waktu yang disepakati bersama.60
Secara umum produk pembiayaan yang berlaku di BMT dibagi menjadi empat prinsip adalah sebagai berikut.
a. Prinsip Bagi Hasil
Pada dasarnya bagi hasil merupakan produk inti BMT karena bagi hasil mengandung keadilan ekonomi dan sosial. Dengan bagi hasil BMT akan ikut menanggung hasil keuntungan maupun rugi terhadap usaha yang dibiayainya. Setelah terjadi akad pembiayaan tersebut, BMT masih punya tanggung jawab lainnya. Jika dilihat dari sisi administratif sistem ini memang terasa rumit dan sulit, tetapi dari sisi keadilan bagi hasil menjadi sangat penting.
59Brosur BMT Insan Mulia Palembang.
60Mufti Fiandi ed.all. Perkembangan BMT di Kota Palembang Ditinjau dari Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU), 2015, hal.47.
Sistem bagi hasil dalam BMT dapat diterapkan dengan empat model yaitu: mudharabah, musyarakah, muzara’ah mukhabarah (sektor pertanian), musaqah (sektor perkebunan).
b. Prinsip Jual Beli
Produk ini dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar yang mungkin tidak bisa dimasukkan dalam akad bagi hasil. Pada umumnya dalam BMT akad jual beli yang sering dipakai ada tiga akad yaitu: Bai’ al-Murabahah, Bai’al-Salam, Bai’al-Istishna’.
c. Prinsip Sewa
Sewa adalah pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan perpindahan kepemilikan barang. Pada umumnya di BMT akad ijarah atau sewa dikembangkan ke dalam bentuk akad ijarah muntahiya bit tamlik yaitu akad sewa yang diakhiri dengan jaul beli.
d. Prinsip Jasa
Produk layanan jasa ini bagi BMT juga bersifat pelengkap terhadap berbagai layanan yang ada. Adapun perkembangan produk jasa layanan tersebut meliputi.
a) al-Wakalah yaitu wakil atau pendelegasian untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.
b)al-Kafalah yaitu pengalihan tanggung jawab dari satu orang kepada orang lain.
c) al-Hawalah yaitu akad pengalihan hutang dari seseorang kepada orang lain yang sanggup menanggungnya.
d)ar-Rahn yaitu akad untuk menahan slah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
e) al-Qard yaitu bagian dari transaksi ta’awun atau tolong-menolong dan bukan komersial.
Sumber dana al-Qard dapat dibedakan menjadi dua.
1) Dana yang berasal dari penyisihan modal BMT. Dana ini hanya digunakan untuk pembiayaan sosial.
2) Dana yang berasal dari zakat, infaq dan sadaqah.61
Dengan demikian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah kegiatan yang berupa penyediaan dana berupa uang dan barang dari pihak BMT kepada nasabah sesuai kesepakatan yang mewajibkan pihak penerima dana untuk mengembalikan uang setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil dengan didasari prinsip syariah.
D. Jenis Usaha dan Kegiatan
61Mufti Fiandi ed.all. Perkembangan BMT di Kota Palembang Ditinjau dari Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU), 2015, hal.26-27.
Untuk mencapai maksud dan tujuanya BMT Insan Mulia melakukan usaha-usaha dan kegiatan sebagai berikut:
1. Usaha ekonomi produktif (UEF)
a. Menggalang dana dan menghimpun dana yang dipergunakan untuk melayani pembiayaan usaha-usaha anggota dan usaha BMT.
b. Memberikan pembiayaan kepada usaha-usaha produktif anggota melalui cara pelayanan yang cepat, layak, aman dan tepat sasaran.
c. Aturan dan jenis pembiayaan akan dituangkan dalam Anggaran Rumah Tangga.
d. Mengembangkan usaha-usaha sektor riil yang menunjang usaha anggotanya.
e. Mengelola usaha tersebut secara propfesional berdasarkan pronsip syari’ah.62
2. Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS)
a. Mengalang dana ZIS berkerja sama dengan Badan Amil Zakat (BAZ)/
Lembaga Amil Zakat setempat.
b. Menggalang dan menghimpun dana sosial dari sumber yang halal dan baik yang tidak mengikat.
c. Memberikan pinjaman dalam bentuk Qard.
d. Melaksanakan pendidikan dan bimbingan berusaha kepada anggota yang menerima pembiayaan agar mereka mampu mengembangkan usahanya sehingga bisa mempertanggungjawabkan pembiayaan yang diterimanya.
e. Melaksanakan pendidikan dan bimbingan pemanfaatan hasil usaha yang diperoleh sehingga benar-benar bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga/anggota.
f. Melakukan pendidikan dan pembinaan ruhiyah pengurus, pengelola dan anggota BMT Insan Mulia untuk membentuk kepribadian/akhlak Islami yang utuh, tangguh dan mampu dalam beribadah menghadapi tantangan global.
g. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan kesejahteraan yang dilaksanakan secara sistematis dan terencana.63
3. Sumber Dana BMT Insan Mulia
Sumber dana BMT Insan Mulia berasal dari Sumber dana BMT Insan Mulia terdiri atas modal dan pinjaman.
a. Modal BMT Insan Mulia bersumber dari : 1) Simpanan Pokok Khusus
2) Simpanan Pokok
62Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, (Surakarta: Erlangga, 2012), hal. 196.
63 Ibid.
3) Simpanan Wajib
4) Sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat (hibah) 5) Sisa hasil usaha yang dicadangkan
b. Dana pinjaman bersumber dari
1) Simpanan-simpanan Sukarela Anggota.
2) Dana pentertaan dari pemerintah melalui Pusat Inkubasi Dan Bisnis Usaha Kecil.
3) Perorangan, Bank dan lembaga keuangan lainnya.
4) Sumber-sumber lain yang sah dan halal.64
E. Struktur Organisasi
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Insan Mulia Palembang
64Dokumentasi BMT Insan Mulia Palembang, 2014
Dewan Pengurus
Ketua : Segeng Wardianto, SE. AK.
CA
Sekretaris : Ahmad Rivai Afin Bendahara : Lili Kurniawan, A. Md Dewan Pengawas
Ketua : Adi Apriansyah, SE Anggota : Mahdalena, A.md
Ahab Budiyanto, SH
Sumber: Dokumentasi BMT Insan Mulia 2015
F. Job Description 1. Dewan Pengurus
a. Ketua : memimpin rapat anggota dan rapat pengurus
1) Memimpin rapat bulanan pengurus dengan manajemen, menilai kinerja bulanan dan kesehatan BMT Insan Mulia.
2) Ikut menandatangani surat-surat berharga serta surat-surat lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan keuangan BMT Insan Mulia .
Ganeral Manajer
Hermawati, S E I
Operasional Marketing
Teller
- Dina Ayu NurmalitaS .EI
- Dhian Nita Pratiwi, S.Pd
Bendahara
- Renny Sarlina, A. Md
Accounting
- Eka Fitriyanti, S.EI
Account Officer
- Sulistio - Asep Sarnopa,
A.Md
Funding Officer
- H. Dian Eko Prasetyo, S.kom - Lili
Kurniawan, A.Md
3) Menjalankan tugas-tugas yang diamanahkan oleh pemimpin BMT Insan Mulia sebagaimana tertuang dalam AD/ART BMT Insan Mulia khususnya mengenai pencapaian tujuan.
b. Sekretaris
1) Membuat serta memelihara berita acara yang asli dan lengkap dari rapat anggota dan rapat pengurus.
2) Bertanggung jawab atas pemberitahuan kepada anggota rapat diadakan sesuai dengan ketentuan AD/ART.
3) Memberikan catatan-catatan keuangan BMT Insan Mulia
4) Memverifikasi dan memberikan sarana pada ketua tentang berbagai situasi dan perkembangan BMT Insan Mulia.
c. Bendahara
1) Bersama manajer memegang rekening bersama di bank.
2) Bertanggung jawab mengarahkan, memonitor dan mengevaluasi pengelolaan oleh pengelola.
Sebagai penasehat dan pemberi saran dan atau fatwa kepada pengurus dan pengelola mengenai hal-hal yang terkait dengan syariah seperti penetapan produk.
d. Pengawas
1) Sebagai mediator antara BMT dengan Dewan Syariah Nasional atau dewan Pengawas Syariah Provinsi.
2) Mewakili anggota dalam pengawasan syariah.
e. General Manager
1) Merumuskan strategi dan taktik operasional dalam rangka melaksanakan keputusan pengurus atau keputusan musyawarah tahunan.
2) Mengusulkan fungsi kontrol atau pengawasan terhadap kinerja karyawan.
3) Melaporkan kinerja kepada pengurus dalam periode waktu tertentu.
f. Operasional 1) Teller
a) Berkaitan langsung dengan bagian keuangan.
b) Melakukan pembukuan dan penutupan kas.
2) Bendahara: Mengurusi bagian keuangan.
3) Accounting: Mengurusi transaksi harian.
g. Marketing
1) Funding Officer:
a) Mencari nasabah b) Mengumpulkan dana 2) Account Officer:
a) Merencanakan sistem dan strategi pemasaran.
b) Melakukan analisis usaha nasabah calon peminjam.
c) Menjemput simpanan dan tabungan anggota.
G. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di BMT Insan Mulia Palembang yang beralamat di Jln. Letnan Murod No. 948 Talang Ratu KM 5 Palembang.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Implementasi Manajemen Qard pada BMT Insan Mulia Palembang
Berdasarkan fungsi manajemen yang ada, BMT Insan Mulia Palembang menerapkan manajemen dalam melaksanakan qard di antaranya:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan yang dilakukan oleh BMT Insan Mulia Palembang dalam menangani qard adalah menyusun kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan sumber dana yang diperoleh agar dana tersebut dapat jatuh tepat sasaran dan penggunaannya hanya untuk sektor sosial.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sumber dana qard terdiri dari dua macam. Pertama sumber yang berasal dari baitul mal, yaitu infaq wajib yang dikenakan kepada karyawan BMT Insan Mulia Palembang setiap orang sebesar 2,5% dari gajinya. Kedua dari pihak nasabah yang mempercayakan dana zakat, infaq dan sedekahnya (ZIS) kepada BMT Insan Mulia Palembang. Setelah dana didapat kemudian BMT Insan Mulia Palembang melakukan perencanaan agar sumber dana dapat teralokasikan dengan baik kepada kegiatan sosial di antaranya untuk biaya rumah sakit dan biaya pendidikan. 65
b. Pengorganisasian (Organizing)
Di dalam fungsi manajemen ini, menciptakan struktur formal di mana pekerjaan ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan dengan baik. Di BMT Insan Mulia Palembang tidak ada struktur organisasi yang jelas untuk menangani qard ini. Hal ini dikarenakan karyawan BMT Insan
65Hermawati (General Manager), Wawancara, Palembang, 18 Agustus 2015.
Mulia Palembang masih sangat terbatas, sehingga karyawan terkadang tidak hanya melaksanakan satu tugas saja namun bisa merangkap melakukan tugas yang lainnya. Biasanya surat pengajuan qard yang sudah masuk akan dianalisis oleh bagian pengelola dana atau bendahara. Setelah surat dianalisis kemudian surat akan diajukan kepada pimpinan untuk mendapat persetujuan.66
c. Pelaksanaan (Actuating)
Bagi calon penerima qard wajib mengikuti prosedur yang telah ditentukan oleh BMT Insan Mulia Palembang, yakni wajib mengisi lembar pengisian pengajuan pinjaman qard secara lengkap serta melengkapi syarat-syarat yang telah ditentukan.
Sebelum mengajukan qard, calon nasabah qard memiliki syarat- syarat atau kriteria sebagai berikut:
1) Nasabah sendiri
Nasabah yang diterima adalah nasabah yang sudah terpercaya dengan baik sikap dan ahlaknya. Setiap orang yang mengajukan pinjaman adalah nasabah BMT sendiri dan tidak bermasalah selama menjadi nasabah. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir resiko kehilangan sumber dana qard.
2) Keperluan yang jelas
Hal ini diperlukan dalam bentuk kebaikan dana qard yang dikeluarkan. Dana ini harus terus bergulir dan terus membawa kebaikan, jangan sampai nasabah yang melakukan pinjaman ini tidak bisa mengembalikan dana pinjaman sehingga dana qard akan
66Hermawati (General Manager), Wawancara, Palembang, 18 Agustus 2015.
berkurang dan tidak bisa membantu nasabah yang lainnya yang membutuhkan dana qard ini.67
d. Pengawasan (Controlling)
Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan. Namun secara umum, tidak ada badan khusus yang mengawasi pelaksanaan qard di BMT Insan Mulia Palembang.68
Setelah nasabah mencairkan qard, BMT tidak melakukan pengawasan terhadap nasabah karena qard diberikan dengan prinsip saling percaya antara nasabah dan BMT sehingga tanggung jawab sepenuhnya atas dana qard berada pada nasabah. Hal tersebut berarti terhadap penggunaan qard oleh nasabah tidak diperiksa oleh BMT selama jangka waktu qard.69
BMT Insan Mulia Palembang selama jangka waktu berlangsung qard selain tidak melakukan pengawasan juga tidak memberi penyuluhan-penyuluhan atau saran-saran dalam penggunaan qard yang seluruhnya diserahkan pada nasabah.70
BMT Insan Mulia Palembang baru akan melakukan bimbingan pada nasabah apabila nasabah tidak dapat membayar angsuran, sejak angsuran pertama hingga angsuran yang ketiga karena hal tersebut akan mengancam seluruh jadwal pengembalian qard dan pemberian qard pada nasabah lainnya.71
Apabila nasabah tidak membayar atau terlambat membayar qard maka BMT Insan Mulia Palembang baru akan melakukan pengawasan yaitu dengan mendatangi nasabah tersebut lalu mengingatkannya untuk segera membayar qard. Bila nasabah tidak mampu untuk membayar maka akan diberikan keringanan dengan diperpanjang waktu
67Dina Ayu Nurmalita (Teller), Wawancara, Palembang, 14 Agustus 2015.
68Hermawati (General Manager), Wawancara, Palembang, 18 Agustus 2015.
69Ibid.
70Hermawati (General Manager), Wawancara, Palembang, 18 Agustus 2015 71Hermawati (General Manager), Wawancara, Palembang, 18 Agustus 2015
pembayarannya. Dan bila masih belum mampu membayar maka akan ditunggu sampai kapan saja hingga nasabah tersebut mampu membayar qard nya.72
Manajemen pengawasan yang belum dilaksanakan secara optimal oleh pihak BMT Insan Mulia Palembang ini dapat disebabkan karena mengingat sumber dana qard berasal dari zakat, infaq dan shadaqah yang dipercayakan nasabah kepada BMT Insan Mulia Palembang jadi pihak BMT tidak begitu mengharuskan pengembalian dari dana qard ini.73
2. Strategi yang digunakan dalam Pemberian Qard kepada Nasabah BMT Insan Mulia Palembang
Dalam akad qard yang digunakan nasabah di BMT Insan Mulia Palembang dikenakan biaya administrasi, yaitu sebesar 1% dari pinjaman tetapi tidak ada margin yang ditetapkan.74
Tentu menjadi tugas yang sangat berat bagi pihak BMT Insan Mulia Palembang karena dana yang dikeluarkan cukup besar jumlahnya yaitu maksimal Rp. 2.000.000,00 namun qard ini adalah pinjaman dengan sistem kepercayaan saja. Pihak BMT Insan Mulia Palembang mempunyai strategi agar tidak ada nasabah yang menyalahgunakan dana qard di antaranya:
a. Proses pengkualifikasian nasabah secara tepat (sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan BMT Insan Mulia Palembang).
Maksudnya nasabah yang kemungkinan besar akan direalisasi adalah yang masuk ketentuan penerima dana qard di BMT Insan Mulia Palembang, yaitu diutamakan para mustahiq yang memerlukan dana cepat untuk biaya rumah sakit dan pendidikan. Lalu nasabah lama yang
72Ibid.
73Ibid.
74Dina Ayu Nurmalita (Teller), Wawancara, Palembang, 14 Agustus 2015.
telah dikenal dan mempunyai riwayat pembiayaan yang baik, tidak pernah macet dalam pembiayaan sehingga kemungkinan untuk ingkar janji dalam pelunasan akan sangat kecil.75
b. Analisa surat pengajuan secara teliti dan tepat.
Sebelum pinjaman direalisasi, tentunya pihak BMT Insan Mulia Palembang akan menganalisis surat pengajuan calon penerima terlebih dahulu. Surat pengajuan yang telah masuk akan diteliti dengan cermat agar nantinya pengguna dana qard tidak melakukan ingkar janji. Tim akan menganalisis kebutuhan yang dibutuhkan calon penerima qard hingga dana qard bisa direalisasikan. Tim juga memperkirakan kemampuan calon penerima qard dalam pengangsuran pinjaman tersebut sehingga dapat meminimalisir qard yang bermasalah.76
B. Hasil Pembahasan Penelitian
1. Analisis Implementasi Manajemen Qard pada BMT Insan Mulia Palembang
Tak disangkal lagi bahwa manajemen adalah suatu hal penting yang menyentuh, mempengaruhi dan bahkan merasuki hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Perlu dimaklumi bahwa dengan manajemen, manusia
75Hermawati (General Manager), Wawancara, Palembang, 18 Agustus 2015.
76Ibid.
mampu mengenali kemampuannya berikut kelebihan dan kekurangannya sendiri. Manajemen menunjukkan cara-cara yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Manajemen telah memungkinkan untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam rangka pencapaian tujuan.
Manajemen juga memberikan prediksi dan imajinasi agar dapat mengantisipasi perubahan lingkungan yang dinamis.77
Dalam aplikasi manajemennya, qard pada BMT Insan Mulia Palembang yang menggunakan akad qard sudah sesuai dengan Fatwa DSN No.19/DSN-MUI/IX/2000 di mana qard sendiri adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah dan wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima ditambah dengan biaya administrasi yang telah disepakati bersama.
Manajemen POAC untuk qard di BMT Insan Mulia Palembang masih ada yang kurang sesuai dalam implementasinya. Hal ini terlihat dari manajemen pengorganisasiannya.
Kemampuan untuk melakukan pengorganisasian merupakan standar dan faktor pembeda antara seorang pemimpin dengan yang lainnya.
Kemampuan ini bisa diartikan dengan kemampuan untuk menentukan program dan kebijakan serta mendelegasikan kepada orang yang berkompeten dengan sumber daya yang dimiliki.78
77Ahmad Ibrahim, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer, 2008, hal. 29.
78 Ahmad Ibrahim, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer, 2008, hal. 153.
Fakta membuktikan bahwa banyak perusahaan atau organisasi gagal mencapai tujuannya karena tidak adanya pengorganisasian yang baik.
Karena pengorganisasian ini akan mengarahkan aktivitas sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang direncanakan.79
Pengorganisasian dalam qard di BMT Insan Mulia perlu adanya perbaikan. Dalam melaksanakan pekerjaan perlu adanya struktur organisasi yang jelas agar tugas dan tanggung jawab dapat terlaksana dengan baik serta pekerjaan pun dapat selesai lebih efektif dan efisien.
Disarankan pihak BMT Insan Mulia Palembang dapat membagi-bagi tugas sesuai dengan kemampuan karyawan untuk menangani qard ini. Sehingga penerapan manajemen qard ini dapat terlaksana dengan baik.
2. Analisis Strategi yang digunakan dalam Pemberian Qard kepada Nasabah BMT Insan Mulia Palembang
Telah dijelaskan di atas bahwa secara umum ada dua strategi yang digunakan BMT Insan Mulia Palembang dalam memberikan qard kepada nasabah.
79Ibid.
Strategi pertama yang dilakukan BMT Insan Mulia Palembang dalam pemberian pinjaman qard adalah mulai dari menyeleksi calon penerima dana qard, BMT Insan Mulia Palembang memiliki kriteria khusus untuk penerima yang berhak mendapatkan realisasi dana qard.
Strategi kedua yaitu analisa surat pengajuan secara teliti dan tepat.
Setelah calon penerima masuk dalam spesifikasi penerima yang berhak mendapatkan qard kemudian calon penerima wajib menyerahkan surat rencana penggunaan, surat rencana penggunaan ini berisi biodata lengkap calon penerima qard. Tim yang biasa menangani qard ini harus menggunakan strategi yang tepat dan akurat, yaitu menganalisis surat rencana pengajuan penggunaan dengan teliti agar nantinya pengguna dana qard tidak melakukan ingkar janji (wanprestasi) dan penyalahgunaan dana qard ini. Tim yang bertugas menganalisis harus bisa memperkirakan kemampuan calon penerima qard dalam pengangsuran pinjaman tersebut sehingga dapat meminimalisir pinjaman bermasalah.
Setelah melihat kedua strategi tersebut, penulis merasakan ada strategi yang cukup penting namun belum dilaksanakan yaitu tidak ada survei tempat tinggal bagi calon nasabah penerima qard. Seharusnya pihak BMT Insan Mulia Palembang sebelum merealisasikan qard perlu melakukan survei tempat tinggal sebagai bahan yang dapat dipertimbangkan dalam merealisasikan qard. Dengan melakukan survei tempat tinggal bagi calon penerima qard dapat meyakinkan pihak BMT Insan Mulia Palembang
untuk memberikan qard serta mengantisipasi nasabah menyalahgunakan dana qard ini.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Implementasi manajemen POAC dalam qard di BMT Insan Mulia Palembang masih belum sesuai dalam hal manajemen pengorganisasian (organizing).
2. BMT Insan Mulia Palembang mempunyai dua strategi dalam memberikan qard kepada nasabah. Pertama, pengklasifikasian calon nasabah qard.
Kedua, analisa surat pengajuan dan perencanaan dana.
B. Saran
1. Hendaknya BMT Insan Mulia Palembang harus tetap menerapkan manajemen pengorganisasian (organizing) dalam menangani qard, agar pekerjaan yang dilakukan dapat lebih rapi dan teratur.
2. BMT Insan Mulia harus ikut serta dalam sistem manajemen pengawasan (controlling) yaitu pihak BMT seharusnya dapat ikut serta dalam sistem pengelolaan keuangan yang telah dipinjamkan kepada nasabah.
3. Sasaran qard BMT Insan Mulia Palembang memiliki dua sasaran, yaitu untuk biaya rumah sakit dan biaya pendidikan. Saran untuk BMT Insan Mulia Palembang hendaknya menambahkan daftar penerima qard misalnya untuk dana produktif bagi nasabah yang tidak memiliki modal untuk usaha namun memiliki keahlian dan keinginan yang kuat.
4. Hendaknya pihak BMT Insan Mulia Palembang tidak mewajibkan kepada nasabah untuk mengembalikan dana qard yang sudah diserahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ascarya. 2007. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Grafindo Persada.
2013. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Grafindo Persada.
Badarudin. 2011. Manajemen Pembiayaan Produk Qardhul Hasan (Studi Kasus di BPRS Metro Madani Lampung). (Dipublikasikan)
Basir, Cik. 2009. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama & Mahkamah Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Buchori, Nur S. 2009. Koperasi Syariah . Sidoarjo: Mashun.
Dewi, Gemala. 2007. Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Fiandi, Mufti dkk. 2015. Perkembangan BMT di Kota Palembang Ditinjau dari Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta.
Hafidhudin, Didin. 2003. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.
Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Surakarta: Erlangga.
Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis. Jakarta: Kencana.
Ibrahim, Ahmad. 2008. Manajemen Syariah (Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Maftukha. 2003. Sistem Operasi Penghimpunan dan Penyaluran pada Pembiayaan Al qardhul Hasan di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Palembang. (Dipublikasikan)
Manan, Abdul. 2012. Hukum Ekonomi Syariah (Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama). Jakarta: Kencana.
Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah (Fiqh Muamalah). Jakarta: Kencana.
Muhadis. 2004. Tinjauan Pelaksanaan Penyaluran Dana dalam Bentuk Produk Pembiayaan Al-qardhul Hasan di PT. BPRS Al Falah Banyuasin.
(Dipublikasikan)
Oktaria, Dwi. 2005. Evaluasi Penyaluran Dana Pembiayaan Al-qardhul Hasan pada PT. Bank Negara Indonesia Syariah (Persero) Tbk. Cabang Palembang. (Dipublikasikan)
Pandarini, Riska. 2012. Pelaksanaan Akad Pembiayaan Qardh pada PT. Bank Tabungan Negara Syariah Palembang. (Dipublikasikan)
Perwataatmadja, Karnaen A. dan Hendri Tanjung. 2011. Bank Syariah (Teori, Praktik, dan Peranannya). Jakarta: Celestial Publishing.
Randi. 2008. Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah Al-Falah Kabupaten Banyuasin Tahun 2006- 2007. (Dipublikasikan)
Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penel