• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ARBITRASE

N/A
N/A
Devina Ardana

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ARBITRASE "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ARBITRASE

Disusun untuk memenuhi Tugas pada Mata Kuliah PLKH Non-Litigasi Kelas B

Dosen Mata Kuliah:

Edi Suhaedi, S.H., M.H.

Disusun Oleh:

Devina Ardana 20200210100053

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah PLKH Non-Litigasi. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Edi Suhaedi, S.H., M.H. selaku dosen mata kuliah PLKH Non-Litigasi. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Ciputat, 30 November 2023

Devina Ardana (20200210100053)

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan Masalah...2

BAB II PEMBAHASAN A. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Arbitrase...4

B. Lembaga-Lembaga Arbitrase...5

C. Penyelesaian Sengketa Arbitrase Mengenai Hak Siar...9

D. Penyelesaian Arbitrase Bursa Saham...10

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...12

B. Saran...12

DAFTAR PUSTAKA...14

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata “arbitrase” berasal dari bahasa asing yaitu “arbitrare”. Arbitrase juga dikenal dengansebutan atau istilah lain yang mempunyai arti sama, seperti : perwasitan atau arbitrage (Belanda), arbitration (Inggris), arbitrage atau schiedsruch (Jerman), arbitrage (Prancis) yang berarti kekuasaan menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan. Arbitrase di Indonesia dikenal dengan“perwasitan” secara lebih jelas dapat dilihat dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1950, yang mengatur tentang acara dalam tingkat banding terhadap putusan-putusan wasit, dengan demikian orang yang ditunjuk mengatasi sengketa tersebut adalah wasit atau biasa disebut “arbiter”.

Perkembangan masyarakat serta laju dinamis dunia bisnis saat ini berlangsung demikian pesat. Dinamika dan kepastian yang terjadi di dalam kegiatan ekonomi dan bisnis itu ternyata telah membawa implikasi yang cukup mendasar terhadap pranata maupun lembaga hukum. Implikasi terhadap pranata hukum disebabkan sangat tidak memadainya perangkat norma untuk mendukung kegiatan ekonomi dan bisnis yang sedemikian pesat. Kondisi tersebut kemudian diupayakan untuk diatasi dengan melakukan reformasi hukum di bidang kegiatan ekonomi. Berbagai upaya dilakukan melalui pembaharuan atas substansi produk-produk hukum yang sudah tertinggal maupun dengan membuat peraturan perundang-undangan baru mengenai bidang-bidang yang menunjang kegiatan ekonomi dan bisnis.

Penyelesaian sengketa merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan transaksi. Penyelesaian sengketa yang dapat diterima oleh pihak yang bersengketa akan mencegah berkembangnya sengketa menjadi disintegrasi dalam kehidupan masyarakat.1 Arbitrase merupakan salah satu cara pe- nyelesaian sengketa di luar Pengadilan yang banyak diminati para pelaku bisnis dikarenakan adanya kelebihan yang dimiliki arbitrase. Arbitrase pada

1 Peter Mahmud Marzuki. 1999. Tanggapan Terhadap Rancangan Undang-Undang Penyelesaian Sengketa, Seminar Sehari tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa. Jakarta: Departemen Kehakiman dan The Asia Foundantion, hlm.1-2.

(5)

dasarnya menghindari pengadilan, dalam kaitan ini dibandingkan dengan ajudikasi publik, arbitrase lebih memberikan kebebasan, pilihan, otonomi, kera-hasian kepada para pihak yang bersengketa.2

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian arbitrase dapat terlihat bahwa dalam penyelesaian perselisihan melalui arbitrase terdapat pihak-pihak yang berselisih sebagai akibat hukum yang terjadi dalam dunia bisnis. Di dalam perselisihan tersebut, mereka sepakat untuk menyelesaikan perselisihan di antara mereka dengan menunjuk satu atau beberapa orang arbiter. Penyelesaian sengketa melalui forum arbitrase menghasilkan suatu putusan arbitrase yang bersifat final and binding, yaitu merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak. Namun ditemukan Pasal yang kontradiktif dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999. Seperti yang disebutkan dalam Pasal 60 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 yang menjelaskan ketentuan putusan yang mengikat dari lembaga arbitrase dan tidak ada upaya hukum apapun.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa melalui arbitrase menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999?

2. Jelaskan terkait Lembaga-lembaga arbitrase!

3. Bagaimana penyelesaian sengketa Lembaga arbitrase mengenai hak siar?

4. Bagaimana penyelesaian arbitrase bursa saham?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui mekanisme penyelesaian sengketa melalui arbitrase menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999.

2. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Lembaga-lembaga arbitrase.

3. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian sengketa Lembaga arbitrase mengenai hak siar.

2 Gary Goodpaster.1995. Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa, Seri Dasar-Dasar Hukum Ekonomi 2; Arbitrase di Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, hlm.7

(6)

4. Untuk mengetahui penjelasan terkait penyelesaian arbitrase bursa saham.

BAB II

PEMBAHASAN

(7)

A. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase Menurut Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999

Mekanisme penyelesaian sengketa melalui arbitrase menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah sebagai berikut:

1. Persetujuan Arbitrase:

a. Pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa sepakat untuk menyelesaikannya melalui arbitrase.

b. Persetujuan arbitrase dapat terjadi sebelum atau setelah timbulnya sengketa.

2. Pembentukan Panel Arbitrase:

a. Pihak-pihak yang terlibat sepakat untuk membentuk panel arbitrase yang terdiri dari satu atau lebih arbiter.

b. Arbiter dapat dipilih oleh pihak-pihak atau melalui lembaga arbitrase yang ditunjuk.

3. Proses Arbitrase:

a. Pihak-pihak mengajukan argumen dan bukti kepada arbiter.

b. Arbiter melakukan pemeriksaan dan pertimbangan atas argumen dan bukti yang diajukan.

c. Arbiter mengeluarkan keputusan arbitrase yang mengikat bagi pihak- pihak.

4. Pelaksanaan Keputusan Arbitrase:

a. Keputusan arbitrase harus dilaksanakan oleh pihak yang kalah dalam sengketa.

b. Jika pihak yang kalah enggan melaksanakan keputusan, pihak yang menang dapat mengajukan permohonan eksekusi ke pengadilan negeri.

5. Pengawasan Hukum Terhadap Arbitrase:

a. Proses arbitrase dapat dipantau oleh pengadilan negeri untuk memastikan bahwa proses berlangsung sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

(8)

b. Pihak-pihak yang terlibat dalam arbitrase dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan negeri untuk peninjauan keputusan arbitrase dalam beberapa hal tertentu.

Dengan adanya mekanisme penyelesaian sengketa melalui arbitrase sesuai Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa dapat menghindari proses pengadilan yang panjang dan mahal, serta mendapatkan keputusan yang final dan mengikat.

B. Lembaga-Lembaga Arbitrase

1. BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA

Pada awal nya kebedaraan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) diprakarsai olehKamar Dagang dan Indrustri Indonesia (KADIN) yang didirikan pada tanggal 3 desember 1977.Prakarsa Kamar Dagang dan Indrustri Indonesia dalam mendirikan Badan Arbitrase NasionalIndonesia (BANI) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri, yang menyatakan bahwa dalam rangka pembinaan pengusaha Indonesia, Kamar Dagang dapat melakukan antara lain jasa-jasa baik dalam bentuk pemberian surat keterangan,arbitrase dan rekomendasi mengenai bisnis pengusaha Indonesia, termasuk legalisasi surat-suratyang diperlukan bagi kelancaran usahanya.

Di beberapa negara berdirinya badan arbitrase selalu diparkasai oleh Kamar dagang.Karena mereka sangat berkepentingan terhadap lembaga ini untuk mengantispasi permasalah bisnis dan sengketa para pihak. Apabila di kemudian hari timbul perselisihan.

Seperti halnya dinegara Belanda terdapat lembaga arbitrase dengan nama Nederlands Arbitrase Institut, di Jepang terdapat The Japan Commercial Arbitration Association dan di Amerika Serikat terdapat The American Arbitration Association. Semua badan atau lembaga arbitrase tersebut masing-masingtelah mempunyai status dan telah menetapkan Rules Of Procedure yang dipakai dalam arbitraseyang diselenggarakan.

(9)

Dewasa ini, di Indonesia minat untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase mulai meningkat sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum (UU Arbitrase). Perkembangan ini sejalan dengan arah globalisasi, di mana penyelesaian sengketa di luar pengadilan telah

menjadi pilihan pelaku bisnis untuk

menyelesaikan sengketa bisnis mereka. Selain karakteristik cepat, efisien dan tuntas,arbitrase menganut prinsip win-lose solution, dan tidak bertele-

tele karena tidak ada lembaga banding dan

kasasi.Biaya arbitrase juga lebih terukur, karena prosesnya lebih cepat.

Keunggulan lainarbitrase adalah putusannya yang serta merta (final) dan mengikat (binding), selain sifatnya yangrahasia (confidential) di mana proses persidangan dan putusan arbitrase tidak dipublikasikan.

Berdasarkan asas timbal balik putusan-putusan arbitrase asing yang melibatkan perusahaan asing dapat dilaksanakan di Indonesia, demikian pula putusan arbitrase Indonesia yang melibatkan perusahaan asing akan dapat dilaksanakan di luar negeri.

Berdasarkan sejarah, perkembangan dan tujuan dari Badan Arbitrase Nasional indonesia (BANI) itu sendiri maka dapat di definisikan bahwasannya Badan Arbitrase Nasional Indonesia adalah lembaga independen yang memberikan jasa beragam yang berhubungan dengan arbitrase, mediasi dan bentuk-bentuk lain dari penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Yang dimana terbentuk nya Badan Arbitrase Nasional Indonesia ini hanya lah semata bertujuan untuk menyelesaikan sengketa atau beda pendapat yang terjadi diberbagai sektor perdagangan, industri dan keuangan, melalui arbitrase dan bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya antara lain di bidang-bidang korporasi, asuransi, lembaga keuangan, pabrikasi, hak kekayaan intelektual, lisensi, waralaba, konstruksi, pelayaran / maritim, lingkungan hidup, penginderaan jarak jauh, dan lain-lain.

2. BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

(10)

Berdasarkan dukungan Bapepam-LK dan beberapa perusahaan seperti PT Bursa Efek Jakarta (BEI), PT Bursa Efek Surabaya (BES), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) serta 17 asosiasi di lingkungan pasar modal Indonesia membuat kesepakatan bersama untuk mendirikan sebuah lembaga Arbitrase yang kemudian diberi nama Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI). Tujuan didirikannya lembaga ini tidak terlepas dari keinginan pelaku pasar modal Indonesia untuk mempunyai sebuah lembaga penyelesaian sengketa di luar pengadilan khusu di bidang pasar modal yang ditangani oleh orang-orang yang memahami pasar modal, dengan proses cepat dan murah, keputusan yang final dan mengikat, serta memenuhi rasa keadilan. BAPMI menawarkan tiga jenis penyelesian sengketa yang dapat dipilih oleh para pihak, yaitu: Pendapat Mengikat, Mediasi, dan Arbitrase.

3. BADAN ARBITRASE KOMODITI BERJANGKA INDONESIA

Pada tanggal 7 November 2008, PT Bursa Berjangka Jakarta (BBI), PT Kliring Berjangka Indonesia/ persero (KBI), Asosiasi Pialang Berjangka Indonesia (APBI) dan Ikatan Perusahaan Pedagang Berjangka Indonesia (IP2BI), dengan difasilitasi dan didukung penuh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), menandatangani akta pendirian Badan Arbitrase Perdagangan Berjangka Komoditi (BAKTI) yang bertempat di Auditorium Utama Departemen Perdagangan dengan disaksikan oleh Menteri Perdagangan. Tujuan dibentuknya lembaga ini yaitu sebagai salah satu bentuk perlindungan hukum kepada masyarakat dan pelaku pasar perdagangan berjangka komoditi melalui penyediaan sarana penyelesaian sengketa yang adil, lebih sederhana dan lebih cepat daripada pengadilan. BAKTI merupakan badan independen dan mandiri yang memfasilitasi penyelesaian sengketa perdata di bidang Perdagangan Komoditi Berjangka.

4. BADAN ARBITRASE SYARIAH NASIONAL (BASYARNAS)

(11)

Lembaga ini diresmikan pada tanggal 21 Oktober 1993 dengan namanya Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI). Peresmian ini ditandai dengan penandatanganan akta notars Yudo Paripurno, SH oleh Dewan Pimpinan MUI Pusat yang diwakili KH Hasan Basri dan HS Prodjokusumo (Ketua dan Sekretaris Umum Dewan Pimpinan MUI).

Sebagai saksi ikut menandatangani akta notaris antara lain : HM Sedjono (Ketua MUI) dan H. Zainulbahar Noor, SE (Direktur utama Bank Muamalat Indonesia). Pada tanggal 24 Desember 2003, atas keputusan rapat Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Nomor Kep- 09/MUI/XII/2003 nama Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) dirubah menjadi Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS).

Tujuan dibentuknya lembaga ini yaitu untuk menyelesaikan perselisihan atau sengketa perdata dengan prinsip yang mengutamakan usaha perdamaian, menyelesaikan sengketa bisnis yang operasionalnya menggunakan syariat Islam sebagai dasarnya, serta memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa-sengketa muamalah yang timbul dalam bidang perdagangan, industry, jasa, dan lain-lain.

5. BADAN ARBITRASE DAN MEDIASI HAK KEAKAYAAN INTELEKTUAL

Pada tanggl 19 April 2012, dibentuk suatu Badan Arbitrase dan Mediasi Hak Kekayaan Intelektual (BAM HKI) yang berkedudukan di Jakarta. Lembaga ini memberikan jasa penyelesaian sengketa yang bersifat adjudikatif, yakni arbitrase dan yang non-adjudikatif termasuk mediasi, negosiasi, dan konsiliasi untuk sengketa yang timbul dari transaksi- transaksi komersial atau hubungan yang melibatkan bidang HKI.13 BAM HKI merupakan salah satu bentuk penyelesaian sengketa yang sifatnya membantu penyelesaian sengketa diluar pengadilan. Bidang-bidang yang dapat ditangani oleh BAM HKI antara lain Paten, Merek, Indikasi Goegrafis, Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang, Varietas Tanaman, serta bidang lainnya yang terkait dengan HKI.

(12)

C. Penyelesaian Sengketa Lembaga Arbitrase Mengenai Hak Siar

Penyelesaian sengketa lembaga arbitrase mengenai hak siar dapat dilakukan melalui beberapa langkah berikut:

1. Pemilihan Lembaga Arbitrase: Pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa harus sepakat untuk menggunakan suatu lembaga arbitrase yang independen dan kredibel sebagai forum penyelesaian sengketa mengenai hak siar. Contoh lembaga arbitrase yang dapat dipilih adalah Badan Arbitrase Nusantara (BANI) di Indonesia atau International Chamber of Commerce (ICC) di tingkat internasional.

2. Inisiasi Proses Arbitrase: Pihak yang merasa hak siarnya dilanggar harus mengajukan permohonan kepada lembaga arbitrase yang dipilih.

Permohonan tersebut harus berisi informasi tentang perselisihan, fakta- fakta yang relevan, dan dasar hukum yang menjadi dasar klaim hak siar.

3. Pembentukan Tim Arbitrase: Lembaga arbitrase akan membentuk tim arbitrase yang terdiri dari satu atau beberapa arbiter yang independent dan berpengalaman dalam hukum hak siar. Arbiter ini akan bertanggung jawab untuk mendengarkan argumen dan bukti dari kedua belah pihak serta membuat keputusan yang adil dan objektif.

4. Persidangan Arbitrase: Tim arbitrase akan mengadakan persidangan arbitrase untuk mempertimbangkan argumen dan bukti dari kedua belah pihak. Persidangan ini dapat dilakukan secara fisik di kantor lembaga arbitrase atau melalui platform virtual, tergantung pada kebijakan lembaga tersebut. Selama persidangan, pihak-pihak akan diberikan kesempatan untuk menyampaikan argumen mereka, memanggil saksi ahli, dan mempresentasikan bukti yang mendukung klaim atau pembelaan mereka.

5. Putusan Arbitrase: Setelah mendengarkan semua argumen dan bukti yang disampaikan oleh kedua belah pihak, tim arbitrase akan membuat putusan yang bersifat final dan mengikat. Putusan ini biasanya berisi penjelasan mengenai pelanggaran hak siar, kompensasi yang harus diberikan kepada pihak yang haknya dilanggar, serta pengaturan lebih lanjut yang harus dilakukan untuk menghentikan pelanggaran hak siar tersebut.

(13)

6. Penegakan Putusan Arbitrase: Setelah tim arbitrase membuat putusan, pihak yang kalah dalam arbitrase diharapkan untuk menghormati dan mematuhi putusan tersebut. Jika salah satu pihak tidak mematuhi putusan, pihak yang menang dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk memperoleh penegakan putusan.

Dalam penyelesaian sengketa lembaga arbitrase mengenai hak siar, penting bagi pihak-pihak yang terlibat untuk berkomunikasi secara efektif, menyediakan bukti yang jelas, dan mengikuti proses arbitrase dengan itikad baik untuk mencapai penyelesaian yang adil dan memuaskan bagi semua pihak.

D. Penyelesaian Arbitrase Bursa Saham

Penyelesaian arbitrase bursa saham merupakan proses penyelesaian sengketa antara dua pihak yang terlibat dalam perdagangan saham menggunakan mekanisme arbitrase. Arbitrase bursa saham umumnya melibatkan keputusan yang terjadi akibat ketidaksepakatan atas harga saham atau pelaksanaan transaksi yang terjadi di bursa saham. Berikut adalah penjelasan mengenai penyelesaian arbitrase bursa saham:

1. Pemilihan Lembaga Arbitrase: Pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa harus sepakat untuk menggunakan lembaga arbitrase yang sesuai dengan peraturan dan regulasi bursa saham tertentu. Contohnya, di Indonesia, Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) adalah lembaga arbitrase yang mengkhususkan diri dalam penyelesaian sengketa bursa saham.

2. Pengajuan Permohonan Arbitrase: Pihak yang merasa dirugikan dalam transaksi saham harus mengajukan permohonan arbitrase ke lembaga arbitrase yang dipilih. Permohonan ini harus berisi informasi tentang sifat perselisihan, fakta-fakta terkait perdagangan saham, dan dasar hukum yang menjadi dasar dari klaim mereka.

3. Pembentukan Tim Arbiter: Lembaga arbitrase akan membentuk tim arbiter yang independen dan berpengalaman di bidang pasar modal untuk

(14)

menangani sengketa. Tim arbiter ini akan mendengarkan argumen dan bukti dari kedua belah pihak serta membuat keputusan yang adil berdasarkan hukum dan regulasi yang berlaku.

4. Persidangan Arbitrase: Biasanya, lembaga arbitrase akan mengadakan persidangan arbitrase di mana kedua belah pihak akan diberikan waktu untuk menyampaikan argumen mereka, mempresentasikan bukti, dan menghadirkan saksi ahli jika diperlukan. Persidangan ini dapat dilakukan melalui pertemuan fisik atau menggunakan teknologi seperti konferensi video, tergantung pada kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat.

5. Putusan Arbitrase: Setelah mendengarkan argumen dan bukti dari kedua belah pihak, tim arbiter akan membuat putusan yang bersifat mengikat dan definitif. Putusan ini akan berisi keputusan mengenai sengketa yang diajukan, termasuk perubahan harga saham jika diperlukan, dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak yang kalah.

6. Penegakan Putusan Arbitrase: Pihak yang kalah dalam arbitrase diharapkan untuk mematuhi dan melaksanakan putusan yang telah dibuat oleh tim arbiter. Jika salah satu pihak tidak mematuhi putusan arbitrase, pihak yang menang dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk memperoleh penegakan putusan.

Harus dicatat bahwa dalam beberapa kasus, sengketa bursa saham juga bisa diselesaikan melalui mekanisme penyelesaian sengketa alternatif, seperti mediasi atau negosiasi, sebelum memasuki tahap arbitrase. Penting bagi pihak-pihak yang terlibat untuk memahami prosedur dan persyaratan lembaga arbitrase yang dipilih dan mempersiapkan dokumen dan bukti yang relevan untuk mendukung klaim atau pembelaan mereka.

(15)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata “arbitrase” berasal dari bahasa asing yaitu “arbitrare”. Arbitrase juga dikenal dengansebutan atau istilah lain yang mempunyai arti sama, seperti : perwasitan atau arbitrage (Belanda), arbitration (Inggris), arbitrage atau schiedsruch (Jerman), arbitrage (Prancis) yang berarti kekuasaan menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan. Arbitrase di Indonesia dikenal dengan“perwasitan” secara lebih jelas dapat dilihat dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1950, yang mengatur tentang acara dalam tingkat banding terhadap putusan-putusan wasit, dengan demikian orang yang ditunjuk mengatasi sengketa tersebut adalah wasit atau biasa disebut “arbiter”.

Dalam penyelesaian sengketa lembaga arbitrase mengenai hak siar, penting bagi pihak-pihak yang terlibat untuk berkomunikasi secara efektif, menyediakan bukti yang jelas, dan mengikuti proses arbitrase dengan itikad baik untuk mencapai penyelesaian yang adil dan memuaskan bagi semua pihak.

Penyelesaian arbitrase bursa saham merupakan proses penyelesaian sengketa antara dua pihak yang terlibat dalam perdagangan saham menggunakan mekanisme arbitrase. Arbitrase bursa saham umumnya melibatkan keputusan yang terjadi akibat ketidaksepakatan atas harga saham atau pelaksanaan transaksi yang terjadi di bursa saham. Harus dicatat bahwa dalam beberapa kasus, sengketa bursa saham juga bisa diselesaikan melalui mekanisme penyelesaian sengketa alternatif, seperti mediasi atau negosiasi, sebelum memasuki tahap arbitrase. Penting bagi pihak-pihak yang terlibat untuk memahami prosedur dan persyaratan lembaga arbitrase yang dipilih dan mempersiapkan dokumen dan bukti yang relevan untuk mendukung klaim atau pembelaan mereka.

B. Saran

(16)

1. Pihak yang kalah dalam putusan harus mempunyai itikad baik dalam melaksanakan isi putusan yaitu dengan sukarela berdasarkan perjanjian yang telah disepakati untuk menyelesaikan perkara di Arbitrase dan terhadap proses pendaftaran harus ada keseragaman antara peraturan BANI dan Undang-Undang Arbitrase.

2. Putusan arbitrase harus dapat dilaksanakan sesuai isi putusan dengan itikad baik dan pendaftaran ke Pengadilan Negeri agar makna dari Title Eksekutorial itu sendiri menjadi utuh sehingga kepastian hukum bagi para pihak tercapai.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Peter Mahmud Marzuki. 1999. Tanggapan Terhadap Rancangan Undang-Undang Penyelesaian Sengketa, Seminar Sehari tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa. Jakarta: Departemen Kehakiman dan The Asia Foundantion.

Gary Goodpaster.1995. Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa, Seri Dasar- Dasar Hukum Ekonomi; Arbitrase di Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Buku Ajar Hukum Dagang, Dr.I.J. Melo,SH., MH. Universitas Negeri Manado, Tondano . 2019

Subekti, R., 1980, Kumpulan Karangan Hukum Perikatan, Arbitrase, dan Peradilan ,Alumni, Bandung

Referensi

Dokumen terkait

berkembangnya Badan Arbitrase banyak bergantung kepada etikat baik oleh pihak yang memilih arbitrase sebagai tempat penyelesaian sengketa dan sikap pengadilan terhadap

“ PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE OLEH PENGADILAN NEGERI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIFPENYELESAIAN SENGKETA (StudiKasus

30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa sebagai dasar utama pengaturan upaya arbitrase, dengan pelaksanaan praktek arbitrase BANI dan arbitrase

“Penyelesaian Sengketa Perdagangan Melalui Arbitrase Secara Elektronik ( Arbitrase On Line ) Berdasarkan Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan

30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa sebagai dasar utama pengaturan upaya arbitrase, dengan pelaksanaan praktek arbitrase BANI dan arbitrase

Di dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, disebutkan bahwa Lembaga Arbitrase adalah badan

30 Tahun 1999 disebutkan bahwa “Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif penyelesaian sengketa diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihak

Di dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, disebutkan bahwa Lembaga Arbitrase adalah badan