• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI PT BERAU COAL ENERGY Tbk

N/A
N/A
02@Alfha Rizzi Zaputra

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI PT BERAU COAL ENERGY Tbk "

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI PT BERAU COAL ENERGY Tbk

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajamen SDM Bisnis Dosen Pengampu : Muhammad Alfa Sikar, S.IP.,M.Si.

Disusun Oleh :

Alfha Rizzi Zaputra (220905500010)

KELAS: B

PRODI KEWIRAUSAHAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Desember, 2023

(2)

KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT pencipta alam semesta atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah dengan judul

Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Pt Berau Coal Energy Tbk

ini dapat tersusun hingga selesai. Salam dan taslim senantiasa kami panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa berada dalam panutan beliau untuk mencari kemaslahatan hingga akhir zaman.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Muhammad Alfa Sikar, S.IP.,M.Si. sebagai dosen pengampu mata kuliah Manajamen SDM Bisnis yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan Makalah ini.

Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Penyusunan Makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Manajamen SDM Bisnis. Selain itu, pembuatan Makalah ini juga bertujuan Agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam Makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan Makalah ini. Akhir kata, semoga Makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Makassar, 11 Desember 2023

Penulis,

ii

(3)

halaman

HALAMAN JUDUL……….………..……… i

Kata Pengantar ……….……….. ii

DAFTAR ISI…. ……..…..……… iii

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ………….……….. 1

B.Rumusan Masalah ……… 2

C.Tujuan Masalah ………..………..……….……… 2

BAB II. PEMBAHASAN A. pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ……… 3

B. Tujuan dan Funsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)………. ... 4

C. Sejarah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)……….. 6

D. Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di PT Bukit Asam Tbk ………. 11

BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan ……….…………..……….. 17

B. Saran – Saran ……….……… 18

DAFTAR PUSTAKA ………..………. 19

Lampiran………….………. 20

iii

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang saat ini sedang giat melakukan pembangunan, baik pembangunan infrastruktur, peningkatan sumber daya manusia (SDM), maupun usaha lain yang bisa menunjang perkembangan negara ini.

Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses mekanisasi, elektifikasi dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Dalam keadaan demikian penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi. Hal tersebut di samping memberikan kemudahan bagi suatu proses produksi, tentunya efek samping yang tidak dapat dilakukan adalah bertambahnya jumlah dan ragam sumber bahaya bagi penggunaan teknologi itu sendiri. Disamping itu, faktor lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan kerja (K3), proses kerja tidak aman dan sistem kerja yang semakin kompleks dan modern dapat menjadi ancaman tersendiri bagi kesehatan dan keselamatan pekerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja merupakan salah satu aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian serius, karena apabila hal tersebut diabaikan maka kecekaan yang dialami oleh para pekerja akan berakibat pada turunnya kualitas kerja yang di lakukan oleh para pekerja itu sendiri, sehingga segala bentuk kegiatan yang dilakukan akan mengalami gangguan seperti tenaga kerja yang diperlukan menjadi berkurang.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Soputan, Sompie & Mandagi (2014) mengemukakan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu permasalahan yang banyak menyita perhatian berbagai organisasi saat ini karena mencakup permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban serta citra organisasi itu sendiri. Semua hal tersebut mempunyai tingkat kepentingan

1

(5)

yang sama besarnya walaupun di sana sini memang terjadi perubahan perilaku, baik di dalam lingkungan sendiri maupun faktor lain yang masuk dari unsur eksternal industry.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya.

Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja,

Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi dan memiliki risiko yang besar, termasuk PT Berau Coal Energy Tbk yang bergerak di sektor pertambangan. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kelancaran operasi, menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka diperlukan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan pertambangan PT Berau Coal Energy Tbk.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)?

2. Bagaimana tujuan dan fungsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)?

3. Bagaimana sejarah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)?

4. Bagaimana penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Berau Coal Energy Tbk?

C. Tujuan Masalah

1. Ingin mengetahui pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 2. Ingin mengetahui tujuan dan fungsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 3. Ingin mengetahui sejarah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

4. Ingin mengetahui penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Berau Coal Energy Tbk

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Flippo (2012), mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur (Samahati, 2020).

Menurut Prabowo & Widodo (2018) berpendapat bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah “upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau selalu dalam keadaan selamat dan sehat sehingga setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien”.

Kesehatan dan keselamatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industry (Redjeki, 2016).

1. Kesehatan kerja

Menurut Soepomo (1985) “Kesehatan kerja digambarkan sebagai bentuk usaha- usaha dan aturan-aturan untuk menjaga tenaga kerja/karyawan dari kejadiaan atau keadaan yang bersifat merugikan kesehatan saat buruh/karyawan tersebut melakukan pekerjaan dalam suatu hubungan kerja”(Kartikasari & Swasto, 2017).

2. Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan Kerja memiliki sifat sebagai berikut (Redjeki, 2016).

a. Sasarannya adalah lingkungan kerja.

b. Bersifat teknik.

Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bermacam-macam, ada yang menyebutnya Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.

3

(7)

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu kondisi seseorang akan bekerja dengan optimal jika diberikan stimulus yang baik yaitu terjaganya keamanan dan kesehatan karyawan serta tidak memikirkan bahwa dirinya bisa terkena penyakit jika bekerja ditempat tersebut.

B. Tujuan dan Funsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 1. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Tujuan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (k3) antara lain, menciptakan lingkungan kerja yang selamat dengan melakukan penilaian secara kualitatif dan kuantitatif dan menciptakan kondisi yang sehat bagi karyawan, keluarga dan masyarakat sekitarnya melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja menurut Hasibuan (2017).

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan kesehatan dan keselamatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik – baiknya dan seektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipeliharan keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

Menurut Samanlangi dkk, 2022 tujuan kesehatan dan keselamatan kerja (k3) adalah sebagai berikut:

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja tersebut.

c. Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien.

Menurut Poetra, (2021). Tujuan Dari keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas nasional

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja c. Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien

Pada tahun 2021, Poetra mengemukan tentang tujuan keselamatan dan kesehatan kerja. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja juga diuraikan menurut Undang-undang dan pendapat dari beberapa akhli sebagai berikut:

a. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

1) Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja.

(8)

5

2) Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien.

3) Menjamin proses produksi berjalan lancar.

b. Berdasarkan undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, bahwa Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja(K3) yang berkaitan dengan mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan tempat kerja adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan perlindungan pada sumber-sumber produksi sehingga meningkat efisien dan produktivitas.

c. Menurut Suma’mur (1992), Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja(K3) adalah sebagai berikut:

1) Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk Sejahtera hidup dan meningkatkan kinerja

2) Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja

3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien

d. Menurut Mangkunegara (2004), Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah:

1) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.

3) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya

4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

5) Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

6) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atas kondisi kerja.

7) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja 2. Fungsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Menurut Samanlagi dkk, 2022 fungsi kesehatan dan keselamatan kerja (k3) adalah sebagai berikut:

a. Fungsi dari kesehatan kerja sebagai berikut:

1) Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya kesehatan di tempat kerja.

2) Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktik kerja termasuk desain tempat kerja.

(9)

3) Memberikan saran, informasi, pelatihan, dan edukasi tentang kesehatan kerja dan APD.

4) Melaksanakan survei terhadap kesehatan kerja.

5) Terlibat dalam proses rehabilitasi.

6) Mengelola P3K dan tindakan darurat.

b. Fungsi dari keselamatan kerja seperti berikut ini:

1) Antisipasi, identifikasi, dan evaluasi kondisi serta praktik berbahaya.

2) Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur, dan program.

3) Terapkan, dokumentasikan, dan informasikan rekan lainnya dalam hal pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.

4) Ukur, periksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.

c. Peran Kesehatan dan keselamatan kerja dalam ilmu K3:

Peran kesehatan dan keselamatan kerja dalam ilmu kesehatan kerja berkontribusi dalam upaya perlindungan kesehatan para pekerja dengan upaya promosi kesehatan, pemantauan, dan survailan kesehatan serta upaya peningkatan daya tahan tubuh dan kebugaran pekerja. Sementara peran keselamatan adalah menciptakan sistem kerja yang aman atau yang mempunyai potensi risiko yang rendah terhadap terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari kemungkinan loss.

C. Sejarah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Samanlangi, dkk (2022). Menguraikan sejarah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sebagai berikut:

1. Sejak zaman purba pada awal kehidupan manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia bekerja. Pada saat bekerja mereka mengalami kecelakaan dalam bentuk cidera atau luka. Dengan akal pikirannya mereka berusaha mencegah terulangnya kecelakaan serupa dan ia dapat mencegah kecelakaan secara preventif. Selama pekerjaan masih dikerjakan secara perseorangan atau dalam kelompok maka usaha pencegahan tidaklah terlalu sulit, sifat demikian segera berubah, tatkala revolusi industri dimulai yakni sewaktu umat manusia dapat memanfaatkan hukum alam dan dipelajari sehingga menjadi ilmu pengetahuan dan dapat diterapkan secara praktis.

2. Penerapan ilmu pengetahuan tersebut dimulai pada abad 18 dengan munculnya industri tenun, penemuan ketel uap untuk keperluan industri. Tenaga uap sangat bermanfaat bagi dunia industri, namun pemanfaatannya juga mengandung risiko

(10)

7

terhadap peledakan karena adanya tekanan uap yang sangat tinggi. Selama awal abad pertengahan berbagai bahaya diidentifikasi, termasuk efek paparan timbal dan mercury, kebakaran dalam ruang terbatas, serta kebutuhan alat pelindung perorangan. Namun demikian, tidak ada standar atau persyaratan keselamatan yang terorganisasi dan ditetapkan pada saat itu. Para pekerja biasanya pengrajin independen atau bagian dari toko atau pertanian keluarga dan bertanggungjawab sendiri untuk kesehatan, keselamatan kerja, dan kesejahteraannya. Selanjutnya menyusul revolusi listrik, revolusi tenaga atom, dan penemuanpenemuan baru di bidang teknik dan teknologi yang sangat bermanfaat bagi umat manusia. Di samping manfaat tersebut, pemanfaatan teknik dan teknologi dapat merugikan dalam bentuk risiko terhadap kecelakaan apabila tidak diikuti dengan pemikiran tentang upaya K3.

3. Sebagai gambaran tentang sejarah perkembangan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dijelaskan sebagai berikut. Kesadaran umat manusia terhadap keselamatan kerja telah mulai ada sejak zaman prasejarah. Ditemukan tulisan tertua tentang kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) berasal dari zaman manusia pra-sejarah di zaman batu dan goa (paleolithic dan neolithic), ketika itu manusia telah mulai membuat kapak dan tombak untuk berburu. Kemudian bangsa Babylonia pada dinasti Summeri (Irak) membuat disain pegangan dan sarung kapak, membuat tombak yang mudah untuk digunakan agar tidak membahayakan pemakainya serta pembawanya menjadi aman. Selain itu mereka juga telah mulai membuat saluran air dari batu untuk sanitasi. Sekitar tahun 1700 SM, Hamurabi, raja Babylonia, dalam kitab Undang-undang menyatakan bahwa “Bila seorang ahli bangunan membuat rumah untuk seseorang dan pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik sehingga rumah itu roboh dan menimpa pemilik rumah hingga mati maka ahli bangunan tersebut harus dibunuh.

4. Demikian pula pada zaman Mozai, lebih kurang lima abad setelah Hamurabi, telah ada ketentuan bahwa ahli bangunan bertanggungjawab atas keselamatan para pelaksana dan pekerjaannya. Pada waktu itu telah ada kewajiban untuk memasang pagar pengaman pada setiap sisi luar atap rumah. Sekitar 80 tahun sesudah Masehi, Plinius seorang ahli Encyclopedia bangsa Roma, mensyaratkan agar para pekerja tambang memakai tutup hidung. Pada tahun 1450, Dominico Fontana yang diserahi tugas membangun obelisk di tengah lapangan St. Pieter Roma, selalu menyarankan agar para pekerja memakai topi baja. Pemahaman atas kesehatan kerja yang paling tua ditemukan pada bangsa Mesir, ketika

(11)

Ramses II pada tahun 1500 sebelum Masehi, membangun terusan dari mediterania ke laut merah dan juga ketika membangun Rameuseum. Saat itu Ramses II menyediakan tabib untuk menjaga kesehatan para pekerjanya.

5. Pemahaman mengenai pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja secara khusus, dimulai pada abad ke-16 oleh Paracelsus dan Agricola. Paracelsus pada zaman renaissance mulai memperkenalkan penyakit yang menimpa para pekerja tambang. Keduanya menguraikan mengenai pekerjaan dalam tambang, cara mengolah biji tambang dan penyakit yang diderita oleh para pekerja. Keduanya telah mulai melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit akibat kerja. Agricola misalnya, telah menganjurkan penggunaan ventilasi dan tutup muka yang longgar.

Paracelus lebih banyak menguraikan tentang bahan-bahan kimia, sehingga dia dianggap sebagai bapak toksikologi modern.

6. Bernardine Ramazzini (1633-1714) dari Universitas Modena di Italia, dianggap sebagai bapak kesehatan dan keselamatan kerja. Beliau yang pertama menguraikan hubungan berbagai macam penyakit dengan jenis pekerjaannya.

Ramazzini menganjurkan agar seorang dokter dalam memeriksa pasien, selain menanyakan riwayat penyakitnya, juga harus menanyakan pekerjaan pasien dimaksud. Ramazzini menulis mengenai kaitan antara penyakit yang diderita seorang pasien dengan pekerjaannya. Mengamati bahwa para dokter pada waktu itu jarang mempunyai perhatian terhadap hubungan antara pekerjaan dan penyakit. Oleh Ramazzini mulai mengembangkan ilmu kedokteran dari sudut pandang ilmu sosial (Socio medicine). Ia juga menemukan bahwa terdapat dua kelompok besar penyebab penyakit akibat kerja yaitu bahaya yang terkandung di dalam bahan yang digunakan kertika bekerja dan adanya gerakan janggal yang dilakukan oleh pekerja ketika bekerja (ergonomi factor).

7. Peristiwa sejarah tersebut menggambarkan bahwa masalah kesehatan dan keselamatan kerja manusia pekerja menjadi perhatian para ahli pada zaman itu.

Pada masa revolusi industri, di Inggris banyak terjadi kecelakaan kerja yang membawa korban. Pada waktu itu para pengusaha beranggapan bahwa kecelakaan yang menimbulkan penderitaan dan kerugian bagi pekerja, merupakan bagian dari risiko pekerjaan yang harus ditanggung sendiri oleh para pekerja. Bagi pengusaha kehilangan pekerja karena kecelakaan akan akan mudah diatasi, menggantinya dengan pekerja baru. Keadaan yang tidak adil ini telah menimbulkan kesadaran masyarakat bahwa hal itu tidak sesuai dengan asas perikemanusiaan karena kecelakaan dan pengorbanan pekerja dalam hubungan

(12)

9

kerja yang terus dibiarkan, pada dasarnya adalah perbuatan yang tidak manusiawi. Kesadaran masyarakat yang berkembang ini, membuka peluang dan mendorong pekerja untuk menuntut perlindungan, dengan meminta agar pengusaha melakukan tindakan pencegahan dan menanggulangi kecelakaan yang terjadi. Sejak itu, bagi pekerja yang mengalami kecelakaan dilakukan perawatan.

8. Pada tahun 1911, di Amerika Serikat diberlakukan UndangUndang Kerja (Works Compensation Law) yang antara lain mengatur bahwa setiap kecelakaan kerja yang terjadi, baik akibat kesalahan tenaga kerja atau tidak, yang bersangkutan akan mendapat ganti rugi jika hal itu terjadi dalam pekerjaan. Undang-Undang ini merupakan permulaan usaha pencegahan kecelakaan yang lebih terarah. Di Inggris pada mulanya aturan perundangan yang serupa juga telah diberlakukan, namun harus dibuktikan bahwa kecelakaan tersebut bukanlah terjadi karena kesalahan si korban. Jika kesalahan atau kelalaian disebabkan oleh si korban maka ganti rugi tidak akan diberikan. Karena posisi buruh/pekerja dalam posisi yang lemah, maka pembuktian salah tidaknya pekerja yang bersangkutan selalu merugikan korban. Akhirnya peraturan tersebut diubah tanpa memandang kecelakaan tersebut diakibatkan oleh si korban atau tidak. Berlakunya peraturan perundangan tersebut dianggap sebagai permulaan dari gerakan keselamatan kerja yang membawa angin segar dalam usaha pencegahan kecelakaan industri.

9. Pada tahun 1931, H. W. Heinrich dalam bukunya Industrial Accident Prevention, menulis tentang upaya pencegahan kecelakaan di perusahaan, tulisan itu kemudian dianggap merupakan permulaan sejarah baru bagi semua gerakan keselamatan kerja yang terorganisir secara terarah. Prinsip-prinsip yang dikemukakan Heinrich merupakan dasar-dasar program keselamatan kerja yang berlaku hingga saat ini. Peraturan tentangkesehatan dan keselamatan kerja di Indonesia sendiri sudah lama ada yakni dimulai dengan diterbitkannya UU Uap (Stoom Ordinantiae, STBL. No. 225 Tahun 1930) yang mengatur secara khusus tentang keselamatan kerja di bidang ketel uap, Undang-undang Petasan (STBL.

No. 143 Tahun 1932) dan masih banyak lagi peraturan yang terkait dengan keselamatan di dunia kerja.

Triono, dkk. 2014, membagi sejarah keselamatan dan kesehatan kerja itu menjadi empat era, yaitu:

(13)

1. Era revolusi industri (abad XVIII)

Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang baru ditemukan sebagai sumber energi.

a. Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga manusia

b. Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan baku (khususnya bidang industri kimia dan logam).

c. Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar berkembangnya industri yang ditopang oleh penggunaan mesin-mesin baru.

d. Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pemajanan karbon dari bahan-bahan sisa pembakaran.

2. Era industrialisasi

Sejak era revolusi industri di atas sampai dengan pertengahan abad 20, penggunaan teknologi semakin berkembang sehingga K3 juga mengikuti perkembangan ini. Perkembangan K3 mengikuti penggunaan teknologi (APD, safety device, interlock, dan alat-alat pengaman)

3. Era Manajemen

Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an hingga sekarang. Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941) yang meneliti penyebab-penyebab kecelakaan bahwa umumnya (85%) terjadi karena faktor manusia (unsafe act) dan faktor kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition).Pada era ini berkembang sistem otomasi pada pekerjaan untuk mengatasi masalah sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor manusia. Namun sistem otomasi menimbulkan masalah-masalah manusiawi yang akhirnya berdampak pada kelancaran pekerjaan karena adanya blok-blok pekerjaan dan tidak terintegrasinya masing-masing unit pekerjaan. Sejalan dengan itu Frank Bird dari International Loss Control Institute (ILCI) pada tahun 1972 mengemukakan teori Loss Causation Model yang menyatakan bahwa faktor manajemen merupakan latar belakang penyebab terjadinya kecelakaan.

Berdasarkan perkembangan tersebut serta adanya kasus kecelakaan di Bhopal tahun 1984, akhirnya pada akhir abad 20 berkembanglah suatu konsep keterpaduan sistem manajemen K3 yang berorientasi pada koordinasi dan efisiensi penggunaan sumber daya. Keterpaduan semua unit-unit kerja seperti safety, health dan masalah lingkungan dalam suatu sistem manajemen juga menuntut adanya kualitas yang terjamin baik dari aspek input proses dan output. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya standar-standar internasional seperti ISO 9000, ISO 14000 dan ISO 18000.

(14)

11

Terbitnya buku Silent Spring oleh Rachel Carson (1965), masyarakat global menuntut jaminan keselamatan sebagai berikut:

a. Safe Air to Breath b. Safe Water to Drink c. Safe Food to Eat d. Safe Place to Live e. Safe Product to Use

f. Safe & Healthful Work Place 4. Era Mendatang

Perkembangan K3 pada masa yang akan datang tidak hanya difokuskan pada permasalahan K3 yang ada sebatas di lingkungan industri dan pekerja. Perkembangan K3 mulai menyentuh aspek aspek yang sifatnya publik atau untuk masyarakat luas.

Penerapan aspek-aspek K3 mulai menyentuh segala sektor aktifitas kehidupan dan lebih bertujuan untuk menjaga harkat dan martabat manusia serta penerapan hak asasi manusia demi terwujudnya kualitas hidup yang tinggi. Upaya ini tentu saja lebih bayak berorientasi kepada aspek perilaku manusia yang merupakan perwujudan aspek-aspek K3.

D. Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di PT Berau Coal Energy Tbk

Mungkin di setiap perusahaan ada program K3, namun tidak semua perusahaan menjalankan program K3 tersebut dengan baik dan benar karena disebabkan oleh beberapa faktor. Sebenarnya, penerapan K3 yang baik dan benar itu mudah, yaitu (Triwinarto, 2018) :

1. Memelihara peralatan-peralatan kerja

Perusahaan harus selalu memelihara kondisi peralatan agar selalu dalam kondisi yang baik. Karena apabila ada yang salah dalam peralatan-peralatan kerja karyawan, bisa memberikan dampak yang buruk terhadap karyawan tersebut.

2. Melakukan pengontrolan terhadap perlatan-peralatan kerja secara berkala

Hal ini berguna untuk mengetahui mana peralatan-peralatan yang mengalami kerusakan agar dapat diperbaiki dan tidak memberikan bahaya pada karyawannya.

3. Mempekerjakan petugas kebersihan untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan perusahaan.

Kebersihan lingkungan perusahaan tentu akan menjaga kesehatan para karyawannya. Karena lingkungan yang kotor akan membawa penyakit.

(15)

4. Menyediakan fasilitas yang memadai

Fasilitas-fasilitas disini seperti kantin, karena setiap karyawan tentu membutuhkan makan saat jam istirahat mereka sehingga mereka memerlukan kantin untuk tempat mereka beristirahat setelah bekerja.

5. Perencanaan program K3 yang terkoordinasi

Biasanya, hampir banyak dari perusahaan yang program K3 nya kurang terkoordinasi di seluruh bagian-bagian perusahaan sehingga penerapan program K3 tidak terlaksana dengan baik.

6. Melakukan penilaian dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan kerja

Apabila ada yang mengalami kecelakaan, tentu perusahaan harus meninjak lanjuti mengenai hal tersebut. Baik dari segi tanggung jawab terhadap karyawan tersebut, juga mencari tahu apa penyebab kecelakaan tersebut terjadi agar tidak terulang kepada karyawannya yang lain.

Penerapan Progam Keselamatan Kerja Suatu progam keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif mempunyai banyak fungsi paralel. Parker dan Oglesby (1972), secara garisbesar telah mengkategorisasikan hal ini sebagai berikut (Triwinarto, 2018):

1. Faktor kepribadian atau perilaku

7. Pekerja : latihannya, kebiasaan, kepercayaan, kesan, latar belakang pendidikan dan kebudayaan, sikap sosial serta karakteristik fisik.

8. Lingkungan pekerjaan : sikap dan kebijaksanaan dari para pengusaha serta manajer, pengawas, penyedia serta kawan sekerja pada proyek.

1. Faktor fisik

a. Kondisi pekerjaan : ditentukan oleh jenis bahaya yang melekat tidak terpisahkan dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan, maupun oleh bahaya terhadap kesehatan kerja yang ditimbulkan oleh metode dan material serta lokasi dari pekerjaan itu.

b. Penyikiran bahaya mekanis : pemakaian pagar/batas, peralatan serta prosedur untuk melindungi pekerjaan secara fisik terhadap daerah atau situasi yang berbahaya.

c. Perlindungan : pemakaian dari variabel sedemikianseperti helm (topi pelindung proyek), kaca mata pengaman, penyumbat telinga, tali sabuk tempat duduk serta perangkat lainnya untuk melindungi kesehatan dan keamanan kerja dari individu.

Semua faktor ini penting untuk menyusun suatu progam keselamatan kerja seutuhnya.

(16)

13

1. Manfaat Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Suardi (2007) adabeberapa manfaat penting dalam penerapan K3 ini, yaitu (Fridayanti & Kusumasmoro, 2016) :

a. Perlindungan Karyawan: Tujuan intipenerapan sistem manajemen K3adalah memberi perlindungankepada pekerja. Bagaimanpun,pekerja adalah aset perusahaan yangharus dipelihara dan dijagakeselamatannya.

b. Memperlihatkan kepatuhan padaPeraturan dan Undang-undang:

Bisadisaksikan bagaimana pengaruhburuk yang didapat bagi perusahaanyang melakukan pembangkanganterhadap peraturan dan undang-undang, yaitu seperti citra yangburuk, tuntutan hukum dari badanpemerintah, seringnya menghadapipermasalahan dengan tenagakerjanya, yang semua itu tentunyaakan mengkibatkan kebangkrutan.Dengan menerapkan SistemManajemen K3, setidaknya sebuahperusahaan telah menunjukan itikad baiknya dalam memenuhi peraturandan perundang-undangan sehingga mereka dapat beroperasi normaltanpa menghadapi kendala dari segiketenagakerjaan.

c. Mengurangi Biaya: Dengan menerapkan Sistem Manajemen K3,dapat mencegah terjadinyakecelakaan, kerusakan, atau sakitakibat kerja. Dengan demikian tidakperlu mengeluarkan biaya yangditimbulkan akibat kejadiantersebut.

Salah satu biaya yangdapat dikurangi dengan penerapanSistem Manajemen K3 adalah premiasuransi. Banyak perusahaan-perusahaan yang mengeluarkanpremi asuransi jauh lebih kecildibandingkan sebelum menerapkanSistem Manajemen K3.

d. Membuat sistem menejemen yangefektif: Banyak variabel yang ikut membantu pencapaian sebuahsistem manajemen yang efektif. Disamping mutu, lingkungan,keuangan, dan teknologi informasi, tertentu adalah sistem manajemen K3. salah satu bentuk nyata yang bisa dilihat dari penerapan sistem manajemen K3 adalah adanya prosedur yang terdokumentasi. dengan adanya prosedur, maka segala aktivitas dan kegiatan yang terjadi Akan terorganisir, terarah dan berada dalam koridor yang teratur.

e. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan: karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya dengan sistem manajemen K3, akan bekerja lebih maksimal dan akan berdampak pada produk dan jasa yang dihasilkan. Pada gilirannya ini akan meningkatkan kualitas produk dan jasa uyang dihasilkan ketimbang sebelum dilakukan system tersebut. Disamping itu dengan

(17)

adanya pengakuan penerapan system Manajemen K3, citra organisasi terhadap kinerja akan semakin meninghkat, dan tentu ini akan berdampak kepada peningkatan kepercayaan pelanggan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menurut Jusuf , (2003). Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara ( Putri, 2018):

a. Beban kerja

Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.

b. Kapasitas kerja

Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.

c. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun psikososial.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Aspek dan Faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain lingkungan kerja, alat kerja dan bahan, cara melakukan pekerjaan, beban kerja, kapasitas kerja, dan lingkungan kerja. Faktor-faktor diatas jika tidak diperhatikan dengan benar dapat beresiko buruk bagi pekerja dan perusahaan.

Menurut Konradus (2006) beberapa hambatan-hambatan yang dapat terjadi dalam penerapan K3 adalah (Fridayanti & Kusumasmoro, 2016):

a. Minimnya kesadaran dan keengganan pihak perusahaan untuk menerapkan K3 dalam lingkungan kerjanya.

b. Tidak adanya sanksi hukum yang berat bagi perusahaan yang melanggar standar K3 yang ditetapkan oleh pemerintah.

c. Pekerja (SDM) yang kurang terampil mengoperasikan peralatan kerja (mesin, bahan kimia, dan alat elektronik lainnya).

d. Sikap dan perilaku pekerja yang enggan menggunakan alat keselamatan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

e. Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang tidak kondusif.

f. Fasilitas K3 yang tidak memadai.

g. Alat-alat atau fasilitas perlindungan kerja yang digunakan sudah tidak aman lagi atau kadaluwarsa dan tidak memenuhi standar K3 nasional.

(18)

15

h. Faktor kelalaian pengawasan internal perusahaan dan penegakan hukum K3 yang sangat lemah.

i. Pemilik perusahaan masih terjebak pada paradigma berpikir yang salah, bahwa pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan komponen biaya (cost) dan bukan investasi. Mereka belum melihat manfaat dari pelaksanaan program K3.

3. Study Kasus Mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Berau Coal Energy Tbk

PT Berau Coal Energy Tbk UPTE adalah salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Neagara) yang terletak di Kelurahan Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri tambang batubara yaitu PT. Berau Coal Energy (Persero) Tbk Tanjung Enim. yang beroperasi dalam usaha pertambangan batubara dan juga berkewajiban mematuhi SMKP Minerba. PT Berau Coal Energy Tbk UPTE saat ini menggunakan Sistem Manajemen Berau Coal Energy (SMBA) dalam melakukan operasionalnya yang merupakan integrasi dari berbagai sistem manajemen yang ada. SMKP Minerba merupakan salah satu sistem manjemen yang masuk dalam integrasi tersebut ( Pramadhan, Yusuf, & Iskandar, 2019).

Aktifitas penambangan, penggalian dan penimbunan batubara yang dilakukan oleh PT.Berau Coal Energy Tbk berpotensi menghasilkan air bersifat asam atau yang biasa disebut air asam tambang (AAT) yang tidak memenuhi baku mutu lingkungan diantaranya untuk parameter pH, kandungan logam Fe dan Mn.

Kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh Womal, & Nurkhamin, ( 2019 ). Pada PT. Berau Coal Energy Tbk adalah:

1. Sumber air asam tambang pada KPL Saluran ALP IUP Tambang Air Laya PT.

Berau Coal Energy Tbk yaitu bersumber dari mine sump dan tockpile.

2. Air asam tambang sebelum dilakukan penanganan pada KPL Saluran ALP IUP Tambang Air Laya PT. Berau Coal Energy Tbk belum memenuhi baku mutulingkungan berdasarkan, Kepmen LH nomor 113 tahun 2003 dan Pergub Sumatera Selatan nomor 8 tahun 2012 untuk parameter pH(4), konsentrasi Fe (8,2908mg/l) dan konsentrasi Mn (6,1295mg/l). Sedangkan setelah dilakukan penanganan dengan menggunakan kapur tohor telah memenuhi baku mutu

(19)

lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan parameterph (7), konsetrasi Fe (0,3259), dan konsetrasi Mn (0,2685).

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di di PT Berau Coal Energy Tbk belum sepenuhnya terlaksana dengan baik dan benar, hal tersebut diperoleh dari penelitian yang dilakukan Putri tahun 2018 yang menyimpulkan bahwa beberapa pekerja tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD) kacamata pada proses bubut, pekerja tidak menggunakan APD sarung tangan dan baju keselamatan pada proses memotong bucket bager dengan las , pada proses membuat motor atau trafo tidak adanya alas pengaman pada lantai, pada proses membuat motor atau trafo pekerja tidak menggunakan APD sarung tangan, pada proses memperbaiki listrik pada mesin tidak adanya alas pengaman, pekerja tidak menggunakan APD sarung tangan pada proses memperbaiki listrik pada mesin, dan pada proses menggerinda pekerja tidak menggunakan APD sarung tangan. Hal tersebut memiliki kemungkinan yang mungkin terjadi dan resiko cedera berat sehingga perlu dilakukan perbaikan.

(20)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada pembahasan bab – bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :

1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu kondisi seseorang akan bekerja dengan optimal jika diberikan stimulus yang baik yaitu terjaganya keamanan dan kesehatan karyawan serta tidak memikirkan bahwa dirinya bisa terkena penyakit jika bekerja ditempat tersebut.

2. Fungtsi dan tujuan penerapan K3 antara lain : Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

3. Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu dapat dibagi menjadi empat era, yaitu:

a. Era revolusi industri (abad XVIII)

Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang baru ditemukan sebagai sumber energy.

b. Era industrialisasi

Perkembangan K3 mengikuti penggunaan teknologi (APD, safety device, interlock, dan alat-alat pengaman)

c. Era Manajemen

Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an hingga sekarang. Pada era ini berkembang sistem otomasi pada pekerjaan untuk mengatasi masalah sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor manusia.

d. Era Mendatang

Perkembangan K3 pada masa yang akan datang tidak hanya difokuskan pada permasalahan K3 yang ada sebatas di lingkungan industri dan pekerja.

Perkembangan K3 mulai menyentuh aspek aspek yang sifatnya publik atau untuk masyarakat luas.

4. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di di PT Berau Coal Energy Tbk belum sepenuhnya terlaksana dengan baik dan benar. Hal tersebut ditandai

17

(21)

dengan beberapa pekerja tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD), tidak sesuainya alat pengaman saat bekerja dengan sumber listrik dan mesin.

B. Saran - Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengurangi dan meminimalisir kejadian kecelakaan kerja yang terjadi sebaiknya dilakukan pengawasan penerapan K3 di perusahaan secara optimal.

2. Pelaksanaan sosialisasi kebijakan K3 dan berbagai informasi tentang K3 dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus oleh pihak manajemen dengan melibatkan semua unsur dalam perusahaan agar penerapan K3 di perusahaan dapat mencapai nilai optimal.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Fridayanti, N., Kusumasmoro, R. 2016. Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan KerjaDi PT Ferron Par Pharmaceuticals Bekasi. Jurnal Administrasi Kantor 4 (1) 211-234

Hasibuan, R. 2017. Pengaruh Kesehatan Dan Keselamatan Kerja, Pelatihan Dan Kerja Tim Terhadap Kinerja Tenaga Medis Di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam.

Jurnal Dimensi, 6(2), 323-340.

Kartikasari, R.D., & Swasto, B. 2017. Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan Bagian Produksi Pt. Surya Asbes Cement Group Malang). Jurnal Administrasi Bisnis, 44(1), 89- 95.

Poetra, R.P. 2021. Pengantar Kesehatan & Keselamatan Kerja. CV. Makassar: CV.

Tohar Media

Prabowo, C.H., & Widodo. 2018. Pengaruh Kesehatan Dan Keselamatan Kerja ( K3 ) Dan Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pt Rickstar Indonesia. Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana, 6(3), 1-11.

Pramadhan, M.A., Yusuf, M., & Iskandar, 2019. Gap Analysis Pemenuhan Elemen Pada Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Berdasarkan Peraturan Menteri Esdm Nomor 38 Tahun 2014 Di Pt Berau Coal Energy Tbk Unit Penambangan Tanjung Enim. Jurnal Pertambangan 3(3) 20 – 26

Putri, R. R. 2018. Analisis Potensi Bahaya Serta Rekomendasi Perbaikan Dengan Metode Hazard And Operability Study (Hazops) (Studi Kasus Pt. Berau Coal Energy Tbk). Industrial Engineering Online Journal.7(2) 1 - 8

Redjeki, S. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Samahati, K.R. 2020. Pengaruh Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Alih Daya Pada Pt. Pln (Persero) Up3 Manado. Jurnal Emba, 8(1), 351-360.

Samanlangi, I., dkk, 2022. Buku Ajar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Dunia Usaha & Dunia Insdustri. Banyumas: CV. Amerta Media.

Soputan, G.E.M., Sompie, B.F., & Mandagi, R.J.M. 2014. Manajemen Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) (Study Kasus Pada Pembangunan Gedung Sma Eben Haezar). Jurnal Ilmiah Media Engineering, 4(4), 229-238.

Triwinarto, A. 2018. Bahan Ajar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Bogor:

STIKes Wijaya Husada

Triyono, M. B., dkk. 2014. Buku Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Yokyakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakart.

Womal, A. M., Nurkhamin. 2019. Studi Penanganan Air Asam Tambang Dengan Metode Aktif (Active Treatment ) Pada PT. Berau Coal Energy Tbk (Studi Kasus KPL Saluran ALP IUP Tambang Air Laya). Prosiding Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi XIV Tahun 2019 ( Re TII ). pp.70 - 77

19

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tersebut belum ditaati sepenuhnya oleh seluruh pegawai pada bagian

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan penggunaan alat pelindung diri. (APD) pada jalur 3 dan 4 PT Wijaya Karya Beton

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Motivasi dan Kinerja Karyawan di PT

Tingkat penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berdasarkan persepsi karyawan dengan menggunakan kuesioner indikator SMK3 maka nilai penerapan program

ANALISIS PENGETAHUAN, PENERAPAN DAN PENGAWASAN K3 TERHADAP SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (SMK3) DI PT MUJUR LESTARI LABUHAN BATU SELATAN TESIS OLEH HOTBONA NOVANDI

Tingkat penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berdasarkan persepsi karyawan dengan menggunakan kuesioner indikator SMK3 maka nilai penerapan program

Sinar Sosro KPB Gianyar Bali, peningkatan tersebut terjadi karena perusahaan telah menyediakan layanan serta fasilitas dalam penerapan program K3 dan menyediakan jaminan keselamatan dan

ii Universitas Darma Persada PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA K3 DI PT BNM STAINLESS STEEL Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana