• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sistem Informasi & Otomasi Laboratorium

N/A
N/A
asep maulid

Academic year: 2024

Membagikan "Makalah Sistem Informasi & Otomasi Laboratorium"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SISTEM INFORMASI & OTOMASI LABORATORIUM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Informasi & Otomasi Laboratorium

Dosen Pengampu

Kelompok 4

PROGRAM STUDI

ALIH JENJANG D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

(2)

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG TAHUN 2024

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis limpahkan kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat, berkah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Imunoserologi.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, masukan dan arahan dari Dosen

Sistem Informasi & Otomasi Laboratorium akan sangat bermanfaat atas kekurangan yang ada dalam makalah ini, serta semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya kepada penulis dan umumnya pada seluruh pembaca.

Bandung, Maret 2024

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...……….ii

DAFTAR ISI………..iii

BAB I……… 4

PENDAHULUAN……… 4

1.1 LATAR BELAKANG…..……….………. 4

1.2 RUMUSAN MASALAH……… 7

1.3 TUJUAN………. 7

BAB II………... 8

TINJAUAN PUSTAKA……… 8

2.1 DEFINISI VARICELLA………..8

2.2 MORFOLOGI VIRUS VARICELLA………..9

2.3 SIKLUS HIDUP VARICELLA………10

2.4 GEJALA PENDERITA VARICELLA……….10

2.5 DIAGNOSIS VARICELLA………..11

2.6 PENGEMBANGAN PEMERIKSAAN………12

BAB III………13

KESIMPULAN………13

3.1 KESIMPULAN………..13

3.2 SARAN………...13

3

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut (Fahmi Hakam:2016) sistem informasi merupakan sebuah alat atau sarana yang bertujuan untuk mengolah data menjadi informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pengambil keputusan. Tujuan dari suatu sistem informasi adalah menciptakan suatu wadah komunikasi yang efisien dalam bidang bisnis. Sistem informasi berbasis internet merupakan sistem informasi yang memanfaatkan secara maksimal kegunaan dari komputer dan juga jaringan komputer. Selain itu, sistem informasi berbasis internet merupakan suatu sistem di mana interaksi manusia dan komputer menjadi faktor yang sangat penting. Dewasa ini laboratorium merupakan salah satu lingkungan yang paling dinamis dalam pelayanan kesehatan. Masyarakat medis memberikan tekanan pada laboratorium untuk memperluas jangkauan pelayanan karena persaingan terutama sektor swasta yang semakin tajam pada era globalisasi saat ini. Dalam menghadapi persaingan tersebut, laboratorium secara terus menerus harus mengevaluasi dan memadukan teknologi yang berubah sangat cepat ke dalam kegiatan pelayanannya. Dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, laboratorium harus menerapkan standar pelayanan yang sama, tidak membedakan antara pelanggan yang satu dan yang lain. Bagi laboratorium, pelanggan berarti organsiasi atau orang yang menerima atau berkepentingan terhadap produk laboratorium yaitu laporan pemeriksaan, termasuk pendapat dan interpretasi terhadap hasil tersebut. Untuk organisasi yang besar pelanggan dapat internal atau eksternal bagi laboratorium. Ukuran kepuasan pelanggan erat kaitannya dengan mutu pelayanan yang diberikan. Dalam kaitannya dengan laboratorium, data hasil pemeriksaan bisa dikatakan mempunyai mutu tinggi apabila data hasil tersebut memuaskan pelanggan dengan tetap mempertimbangkan aspek teknis sehingga precision dan accuracy (ketelitian dan ketepatan) yang tinggi dapat dicapai. Selain itu, data tersebut harus mempunyai kemampuan telusuran pengukuran dan terdokumentasi dengan baik, sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah maupun hukum. Hal itu berarti seluruh metode dan prosedur operasional laboratorium harus terpadu, mulai dari perencanaan pengambilan sampel, penanganan, pemeriksaan dan/atau kalibrasi, sampai pemberian laporan hasil ke pelanggan. Oleh karena itu kebutuhan perbaikan kualitas pelayanan adalah merupakan suatu kebutuhan yang paling mendasar bagi kelangsungan hidup laboratorium dalam era

(5)

kompetisi yang semakin ketat. Dimensi kepuasan pelanggan terhadap pelayanan laboratorium diantaranya adalah:

1) Perlindungan atas kerahasiaan informasi dan hak kepemilikan pelanggan terhadap data

2) Hasil pemeriksaan;

3) Keakuratan, kejelasan dan tidak meragukan, serta objektivitas laporan pemeriksaan;

4) Ketepatan waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan.

Menurut World Health Organization (WHO dalam buku “Design and Implementation of Health Information System “(2000), bahwa suatu sistem informasi laboratorium tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari suatu sistem rumah sakit. Sistem Informasi Laboratorium yang efektif dapat memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di tingkat manajemen laboratorium. Sistem informasi Laboratorium juga harus dijadikan sebagai alat yang efektif bagi manajemen dalam pengambilan keputusan. Fitur-fitur yang terdapat didalam Sistem Informasi Laboratorium sangat banyak dan sangat bermanfaat bagi manajemen laboratorium untuk mengelola dan menafaatkannya dengan baik. Pada pelaksanaannya manajer laboratorium bertugas merencanakan sistem informasi, mengembangkan kebijakan data laboratorium, dan mengidentifikasikan kebutuhan informasi saat ini dan masa datang.

Sistem otomasi laboratorium adalah sitem otomasi untuk kinerja pengerjaan pemeriksaan yang dilakukan berulang-ulang dilaboratorium. System ini telah menggantikan operator manusia dalam persiapan dan transportasi spesimen, dengan perangkat robot. Otomatisasi laboratorium mengkonsolidasikan kontrol beberapa instrument analitik yang berbeda ke sejumlah kecil operator, sehingga mengurangi biaya dalam pengujian laboratorium. Manfaat otomatisasi laboratorium termasuk pengurangan kesalahan manusia dalam penanganan spesimen, peningkatan kontrol proses secara keseluruhan dan turn-around-times (TAT) yang lebih cepat dari pengumpulan spesimen untuk menguji pelaporan hasil. Pengujian laboratorium telah berkembang menjadi mesin klinis instrumen-sentris, high-volume di dalam laboratorium klinik. Instrumen telah berkembang baik dalam ukuran dan skala dan line otomatisasi untuk sampel laboratorium membawa perutean spesimen yang cepat dan akurat ke titik-titik tertentu dalam aliran kerja laboratorium. Solusi otomatisasi mulai memperluas footprints mereka ke area lain dari laboratorium seperti mikrobiologi dan diagnostik molekuler. Otomasi adalah 'harus dimiliki' untuk setiap laboratorium klinis. Iklim saat ini untuk penggantian untuk

5

(6)

pengujian laboratorium hanya meningkatkan pentingnya otomatisasi, dengan pengurangan lebih lanjut yang mendorong laboratorium untuk mengoptimalkan throughput dan kualitas laboratorium, untuk mengikuti peningkatan permintaan. Begitu juga untuk pemeriksaan Imunoserologi dan Sitohistoteknologi.

Pengembangan teknologi di bidang kedokteran dan ilmu biologi telah memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi dan mendiagnosis berbagai kondisi kesehatan. Salah satu inovasi penting dalam diagnostik medis adalah immunoassay analyzer, sebuah perangkat canggih yang memungkinkan pengukuran kuantitatif zat-zat penting dalam sampel biologis. Alat immunoassay analyzer adalah alat laboratorium yang digunakan untuk melakukan analisis imunologi dengan tujuan mendeteksi dan mengukur kadar molekul-molekul tertentu dalam sampel biologis.

Teknologi ini berdasarkan pada reaksi antara antigen (zat yang diukur) dan antibody (molekuk pengenali khusus) dalam sampel. Ketika interaksi ini terjadi, perubahan dalam cahaya atau warna dapat terjadi, yang kemudian diukur oleh perangkat untuk menghitung konsentrasi zat dalam sampel. Prinsip uji imun didasarkan pada kompetisi antara sejumlah analit berlabel yang tetap dan sejumlah variabel analit sampel yang tidak berlabel untuk mengikat sejumlah situs pengikatan antibodi yang secara khusus dinaikkan terhadap analit dalam jumlah terbatas. Metode ini dapat digunakan untuk mendeteksi molekul target secara kuantitatif, semikuantitatif, atau kualitatif. Berikut ini adalah jenis-jenis pengujian immunoassay :

1. Radioimmunoassay (RIA)

Radioimmunoassay menggunakan radioisotop sebagai label untuk mengukur hormon, obat-obatan, dan antigen virus. Konsentrasi antigen berlabel radio yang diketahui diinkubasi dengan konsentrasi tetap antibodi spesifik untuk antigen tersebut. Kompleks antigen-antibodi berlabel radio ini kemudian dicampur dengan sampel biologis yang mengandung konsentrasi antigen yang sama yang tidak diketahui. Pada prinsipnya, jika konsentrasi antigen sampel lebih tinggi dari antigen radiolabeled, antigen sampel akan mengikat situs pengikatan antibodi dalam jumlah terbatas dengan mengganti antigen radiolabeled.

Selanjutnya, radioaktivitas dari antigen berlabel bebas (tidak terikat pada antibodi) ini diukur yang berbanding lurus dengan konsentrasi antigen tidak berlabel yang ada dalam sampel biologis. Namun, waktu paruh radioisotop yang pendek, serta bahaya kesehatan yang terkait dengan penggunaannya, sangat membatasi penerapan metode ini di banyak laboratorium.

(7)

2. Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA)

Dalam ELISA, suatu enzim dihubungkan dengan antibodi yang secara khusus dibangkitkan untuk melawan antigen yang diinginkan. Sampel biologis yang mengandung antigen target diizinkan untuk mengikat antibodi berlabel enzim dan reaksi divisualisasikan menggunakan substrat spesifik enzim yang ditambahkan ke campuran reaksi. Substrat spesifik enzim berikatan dengan enzim yang melekat pada antibodi, menghasilkan produk berwarna yang dapat dideteksi menggunakan teknik pencitraan kromogenik atau chemiluminescent.

Jenis pengujian immunoassay ini memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi, sehingga sering digunakan untuk skrining antibodi atau obat dengan throughput tinggi.

3. Fluoroimmunoassay

Probe fluoresen digunakan untuk menandai antibodi. Sampel biologis yang mengandung antigen yang diinginkan diinkubasi dengan antibodi berlabel fluoresen. Intensitas fluoresensi kompleks antigen-antibodi yang dihasilkan diukur untuk mengukur antigen target.

4. Immunoassay Chemiluminescene

Molekul luminescent ketika kembali dari keadaan tereksitasi ke keadaan dasar, memancarkan cahaya tampak atau dekat-tampak (luminescence), yang dapat dideteksi oleh alat pengukur sinyal luminescent. Dalam immunoassays chemiluminescence, penanda luminofor, seperti ester acridinium, dapat digunakan secara langsung. Selain itu, penanda enzimatik termasuk alkaline phosphatase dan horse radish peroxidase dapat digunakan secara tidak langsung dengan substrat adamantyl 1, 2-dioxetane aryl phosphate (AMPPD) dan luminol.

Keuntungan utama dari jenis pengujian immunoassay ini adalah bahwa pembacaan dapat ditingkatkan dengan menggunakan enhancer, yang memungkinkan reaksi berlanjut untuk waktu yang lebih lama tanpa mengurangi intensitas sinyal.

5. Counting Immunoassay

Counting immunoassay menggunakan teknologi penghitungan partikel. Manik- manik polistiren (partikel Lateks) dilapisi dengan antibodi spesifik untuk antigen yang diinginkan. Ketika diinkubasi dengan sampel biologis yang mengandung antigen target, manik-manik ini membentuk kompleks imun yang

7

(8)

membentuk gumpalan yang terlihat (aglutinasi). Tergantung pada konsentrasi antigen target, beberapa manik-manik tetap tidak terikat dan dapat dihitung menggunakan penghitung sel. Jumlah manik-manik yang tidak terikat berbanding terbalik dengan konsentrasi antigen target.

Beberapa fitur utama yang umumnya ditemukan dalam immunology analyzer adalah:

1. Automatisasi

Perangkat ini sering dilengkapi dengan sistem otomatisasi yang memungkinkan pengolahan sampel yang lebih cepat dan efisien.

2. Multi-Tes

Beberapa perangkat dapat melakukan beberapa tes pada satu sampel, menghemat waktu dan sumber daya.

3. Kecepatan

Alat immunoassay analyzer memiliki kemampuan untuk memberikan hasil dalam waktu relatif singkat, yang mendukung kecepatan dalam diagnosis.

4. Akurasi tinggi

Fitur pemrosesan otomatis dan deteksi yang cermat, membantu menjaga akurasi hasil analisis.

5. Kemampuan kuantitatif

Perangkat ini dapat memberikan informasi kuantitatif tentang kadar zat dalam sampel yang penting untuk diagnosis dan pemantauan penyakit

6. Pemantauan kualitas

Beberapa model perangkat, memiliki fitur pemantauan kualitas untuk memastikan hasil yang konsisten dan andal.

7. Pemrosesan data

Data hasil analisis sering dapat diarsipkan dan dikelola secara digital, memfasilitasi pelaporan dan pemantauan jangka Panjang.

8. Fleksibilitas

Ada berbagai jenis alat immunoassat analyzer yang dapat digunakan untuk berbagai macam tes dan aplikasi, dari pengujian hormon hingga deteksi virus.

Menurut PERMENKES RI Nomor 411/MENKES/PER/III/2010 menyebutkan bahwa Laboratorium patologi anatomik merupakan laboratorium yang melaksanakan pembuatan preparat histopatologi, pulasan khusus sederhana, pembuatan preparat sitologi, dan pembuatan preparat dengan teknik potong beku. Pelayanan laboratorium Patologi

(9)

Anatomi menerima spesimen berupa jaringandan/atau cairan tubuh yang didapat dari tubuh pasien dan bermakna klinis bagi diagnosis suatu penyakit. Pelayanan laboratorium patologi anatomi berperan sebagai baku emas dalam penegakkan diagnosis yang berbasis perubahan morfologi sel dan jaringan sampai pemeriksaan imunologi dan molekuler khusus yang bersumber dari sel maupun jaringan. Patologi anatomi berperan dalam mendeteksi kelainan akibat perubahan pada jaringan tubuh dan melakukan penapisan dari suatu penyakit. Peran laboratorium Patologi Anatomi semakin meluas mencakup penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosis yang sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Di dalam laboratorium patologi anatomi kita mengenal dua komponen besar dalam pelayanan laboratorium. Dua komponen besar tersebut adalah laboratorium histopatologi dan laboratorium sitopatologi. Laboratorium histopatologi merupakan laboratorium yang menangani spesimen berupa jaringan sedangkan laboratorium sitopatologi menangani spesimen berupa cairan atau bentukan lain yang mengandung sel-sel untuk dilakukan diagnosis. Namun kadang kala kedua laboratorium tersebut dapat berkolaborasi menjadi satu ketika spesimen berupa materi mengandung sel namun diperlakukan seperti sebuah jaringan atau organ (cytoblock/sitoblok). Spesimen yang didapatkan di laboratorium patologi anatomi (baik sitopatologi dan histopatologi) akan diolah dan menghasilkan suatu sediaan mikroskopis yang menjadikan dasar pelaporan untuk keperluan diagnosis ataupun yang lainnya. Setelah hasil diterima oleh pemohon baik dalam bentuk kertas atau digital, maka fungsi lanjutan seorang tenaga laboratorium patologi anatomi adalah sebagai berikut:

1.

Menjaga sediaan hingga 10 tahun kedepan dan dapat dijadikan untuk referensi, pengajaran atau penelitian.

2.

Menjaga formulir permintaan atau memindahkannya dalam bentuk digital dan menyimpannya selama kurun waktu minimal 10 tahun.

3.

Spesimen yang tersisa dapat dilakukan sebagai berikut :

a.

memisahkan untuk keperluan penyimpanan, pengajaran, penelitian bahkan museum,

b.

menjadikan referensi hingga 1 tahun ke depan,

c.

membuang sisa spesimen jika dianggap tidak perlu.

9

(10)

Penegakan diagnosa pasti terjadinya keganasan sel pada pasien dapat ditegakkan dengan berbagai pengujian laboratorium mulai dari yang sederhana hingga yang paling mutakhir. Semakin cepat dan canggih peralatan serta metode yang dipilih tentu berimplikasi pada aspek pembiayaan yang juga relatif semakin mahal. Pada tahapan awal untuk melakukan skrining keganasan umumnya dilakukan dengan pemeriksaan rutin yang menggunakan bermacam metode baku yang lebih mengandalkan pada kemampuan seorang pakar dalam menemukan sel ganas secara mikroskopis. Sebelum dilakukan identifikasi adanya sel ganas pada sediaan baca yang dihasilkan, perlu dilakukan serangkaian proses yang mengolah jaringan pengangkatan dari pasien hingga menjadi sebuah sediaan siap baca. Rangkaian proses tersebut sering dinamakan dengan prosesing jaringan. Prosesing jaringan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Salah satu metode yang masih banyak dipilih karena relatif murah biaya yang dibutuhkan dengan hasil cukup baik adalah prosesing jaringan metode parafin.

Spesimen pemeriksaan dalam prosesing jaringan dapat berupa jaringan yang didapat dengan cara berbeda. Apabila spesimen merupakan jaringan yang diangkat dari pasien biasanya kiriman spesimen sudah dalam proses fixasi, artinya spesimen dikirim dalam larutan pengawet. Sebaliknya apabila spesimen pemeriksaan berasal dari hewan coba pada sebuah eksperimen, pekerjaan dimulai dengan langkah pengambilan jaringan pada hewan coba tersebut. Tahapan utama dalam prosesing jaringan metode parafin adalah fixating, dehidrating, clearing, impregnating - embeding, sectioning, afixing, mounting dan labeling.

1. Pengawetan Jaringan (Fixating)

Pada spesimen yang berasal dari pengangkatan organ atau biopsi jaringan pasien biasanya spesimen terkirim ke laboratorium sudah dalam kondisi terfixasi. Pengambilan jaringan atau organ dari pasien tentunya dilakukan oleh dokter ahli bedah dan laboratorium hanya melanjutkan proses hingga diperoleh hasil pembacaan secara mikroskopis. Proses fixasi jaringan dapat dilakukan dengan beberapa larutan diantaranya larutan Bouin atau larutan formalin 10 %.

Larutan Bouin di dalamnya mengandung asam pikrat sehingga berwarna kuning.

Kelebihan menggunakan larutan fixatif ini kita dapat melihat proses fixasi apakah sudah sempurna sampai ke tengah jaringan ataukah belum karena warna kuningnya. Apabila ketika kita potong organ warna kuning sudah sampai bagian tengah jaringan artinya proses fixasi sempurna. Kekurangannya adalah kita harus benar-benar memproses bersih larutan fixatif yang mewarnai kuning jaringan

(11)

tersebut sehingga tidak akan mengganggu pada tahap berikutnya dan pada akhirnya tidak mempengaruhi hasil pewarnaan sediaan. Sebaliknya bagi pengguna larutan formalin 10 % lebih mengandalkan ukuran lama waktu dalam melakukan proses fixasi jaringan. Biasanya dalam 24 jam cukup waktu untuk proses fixasi jaringan ini, apalagi apabila jaringan sudah dalam kondisi potong basah yang ukurannya relatif kecil berkisar antara 1,5 – 2 cm.

2. Penghilangan Kandungan Air (Dehidrating)

Tahapan proses dehidrasi ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat di dalam jaringan. Jaringan yang terawetkan dengan larutan formalin menyebabkan bersifat aquosa karena formalin memiliki kelarutan dalam air. Keberadaan air dalam jaringan akan mengganggu proses penjernihan pada tahap prosesing selanjutnya sehingga harus dihilangkan.

Prinsip penghilangan air ini harus dilakukan secara perlahan agar jaringan tidak mengkerut akibat kehilangan air yang tiba-tiba. Kandungan air harus digantikan larutan lain yang nantinya juga dapat menyatu dengan larutan clearing. Pilihan larutan untuk proses dehidrasi ini adalah larutan alkohol.

Alkohol absolut yang benar-benar murni tanpa kandungan air tidak boleh langsung digunakan untuk proses ini namun harus diencerkan lebih dahulu dalam berbagai konsentrasi. Merendam jaringan ke dalam larutan alkohol dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi hingga absolut merupakan cara terbaik untuk menghilangkan kandungan air dalam jaringan secara perlahan. Semakin kecil perbedaan konsentrasi setiap tahap dehidrasi akan semakin optimal dalam mengeluarkan air dari jaringan.

Konsentrasi 30 % alkohol yang digunakan sebagai konsentrasi awal dalam proses dehidrasi akan menggantikan suasana aquosa jaringan menjadi mengandung 30 % alkohol. Demikian seterusnya dengan mengganti konsentrasi yang lebih tinggi suasana jaringan akan semakin sedikit kandungan airnya. Pada saat proses dehidrasi sudah sampai pada alkohol absolut, ini artinya suasana jaringan sudah berubah dari aquosa menjadi mengandung alkohol murni tanpa air. Melakukan penggantian larutan alkohol pada tiap-tiap tahapan konsentrasi dalam proses dehidrasi merupakan upaya untuk mengoptimalkan proses tersebut hingga suasana jaringan sama seperti suasana alkohol yang digunakan.

Penggantian larutan 3 kali pada konsentrasi yang sama dengan durasi waktu 30 menit setiap penggantian sangat direkomendasikan untuk hasil yang optimal.

11

(12)

3. Penjernihan Jaringan (Clearing)

Tahapan clearing ini bertujuan untuk menjernihkan jaringan dari berbagai komponen biokimia yang dapat mengganggu pewarnaan sediaan. Larutan yang digunakan pada proses clearing ini harus dapat menyatu dengan larutan alkohol sehingga dapat mendesak keluar dan menggantikan suasana jaringan dalam larutan clearing. Pilihan larutan yang sesuai diantaranya adalah larutan toluol atau dapat digantikan dengan larutan xylol.

4. Penanaman Jaringan (Impregnating – Embedding)

Proses pada tahapan ini dilakukan dengan mengangkat jaringan dari larutan clearing dan memasukkannya ke dalam parafin cair yang berada di inkubator.

Xilol yang semula mengisi jaringan akan menguap akibat suhu inkubator yang lebih tinggi. Selain itu xylol merupakan larutan yang dapat menyatu dengan parafin sehingga proses masuknya parafin cair ke dalam jaringan menggantikan xylol dapat berjalan optimal. Untuk kemurnian parafin yang mengisi jaringan sebaiknya dilakukan penggantian parafin cair sebanyak 3 kali dengan lama waktu penanaman tiap kali penggantian selama 45 menit. Hasil optimal apabila parafin cair sudah mengisi seluruh bagian jaringan.

5. Pengeblokan Jaringan (Blocking)

Pengeblokan merupakan bagian akhir dari tahapan penanaman jaringan.

Dalam hal melakukan proses pengeblokan dibutuhkan parafin padat yang dicairkan seperti pada proses penanaman dan sebuah cetakan untuk blok jaringan yang akan dicetak. Cetakan yang kita siapkan harus disesuaikan dengan jenis mikrotom yang nantinya kita gunakan untuk melakukan pemotongan jaringan.

Untuk jenis mikrotom 75 Belajar Sitohistoteknologi Untuk Pemula dengan disposible blade cetakan biasanya sudah dibuat pabrikan berbentuk kaset.

Cetakan pabrikan ini sudah disesuaikan dengan tipe holder pada mikrotom dari pabrikan yang sama. Sedangkan untuk laboratorium yang masih menggunakan alat mikrotom lama dengan pisau yang bukan disposible, cetakan dapat dibuat sendiri dari kertas karton padat. Ukuran cetakan yang kita buat sebaiknya menyesuaikan ukuran jaringan yang akan dicetak namun rata-rata cetakan berukuran 2 x 2 x 2 cm cukup untuk sepotong jaringan.

6. Pemotongan Jaringan (Sectioning)

Pemotongan jaringan hanya dapat dilakukan menggunakan alat mikrotom.

Pemotongan blok jaringan yang baik akan menghasilkan pita potongan jaringan

(13)

yang panjang. Pemotongan blok jaringan yang benar akan menghasilkan pita potongan jaringan yang panjang dan terpotong seri dari bagian jaringan terluar hingga paling dalam. Pengangkatan pita potongan jaringan juga menjaga agar pita jaringan tidak rusak akibat interfensi benda keras sebagai pengambil pita.

7. Pembuatan Sediaan (Afixing)

Proses afixing diawali dengan pemilihan potongan jaringan yang akan dibuat sediaan. Berapa banyak potongan jaringan yang akan dibuat dalam sebuah sediaan juga menjadi pertimbangan tersendiri. Potongan jaringan yang berbentuk pita panjang memberikan kemudahan kita saat memilih berapa banyak potongan yang akan dibuat sediaan.

8. Pewarnaan Sediaan (Staining)

Pewarnaan sediaan jaringan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik pewarnaan sesuai dengan tujuan dilakukannya pemeriksaan dan jenis jaringan yang akan diwarnai. Namun demikian pewarnaan rutin sediaan jaringan yang dilakukan untuk seluruh sediaan jaringan di laboratorium patologi anatomi biasanya menggunakan pewarna Hematoksilin Eosin (HE). Dari namanya sudah dapat ditebak bila pewarnaan ini menggunakan 2 macam zat warna yaitu hematoksilin dan eosin. Zat warna hematoksilin berperan dalam mewarnai inti sel dengan tampilan warna ungu atau biru tua sedangkan zat warna eosin akan memberikan warna pada sitoplasma sel dengan warna merah jambu.

Pewarnaan sediaan yang dibuat dengan metode parafin harus mendapat penanganan khusus diawal sebelum memulai langkah pewarnaan. Adanya parafin yang menyatu dengan jaringan akan menyebabkan pewarna apapun tidak dapat masuk dan terserap oleh jaringan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan proses deparafinisasi atau penghilangan parafin. Larutan yang dapat melarutkan parafin diantaranya adalah larutan xylol. Disarankan untuk merendam sediaan jaringan dalam larutan xylol lebih dahulu minimal selama 20 – 30 menit sebelum memulai pewarnaan.

9. Penutupan Sediaan (Mounting)

Sediaan yang telah diwarnai dengan baik dapat diawetkan untuk jangka waktu yang lama apabila dilakukan penutupan secara permanen. Melakukan penutupan permanen sama saja dengan mengawetkan sediaan dari kerusakan akibat termakan oleh bakteri dan jamur karena bagaimanapun juga jaringan telah

13

(14)

diproses, dalam jangka waktu lama akan mengalami kerusakan pula apabila tidak diawetkan.

Proses mounting harus dilakukan dalam kondisi sediaan basah larutan xylol agar perekat benar-benar menyatu dengan jaringan. Pemberian perekat dalam kondisi sediaan kering akan menyebabkan timbulnya bintik-bintik kehitaman yang dapat mengganggu tampilan mikroskopis sehingga sediaan berkesan banyak kotoran. Setelah kaca penutup terpasang sedemikian rupa menutup jaringan dengan sempurna, sediaan dapat difixasi sebentar pada hotplate untuk lebih merekatkan penutupan. Apabila waktu yang tersedia sangat longgar disarankan untuk membiarkan saja sediaan kering di suhu ruang.

10. Pelabelan (Labeling)

Pelabelan sediaan yang jadi menjadi sangat penting karena tanpa adanya label sebuah sediaan sebaik apapun tidak akan dapat dibaca hasilnya karena tidak diketahui hasilnya untuk siapa. Pemberian label dapat ditulis secara jelas identitas pasien atau hanya dengan kode saja tergantung kebijakan manajemen lembaga pemeriksa. Kelengkapan identitas pada label juga dapat berbeda sesuai kebutuhan, misalnya nama atau kode spesimen, alamat, bahan, tanggal pengambilan spesimen dan lainnya.

Perkembangan teknologi di bidang laboratorium patologi anatomi semakin berkembang sehingga memudahkan operator atau ATLM dalam melakukan prosesing jaringan. Prosesor jaringan adalah peralatan yang sangat diperlukan untuk pengolahan spesimen patologi.

Perangkat Ini adalah modul prosesor jaringan otomatis yang dirancang untuk aplikasi laboratorium sebagai fiksasi, dehidrasi, infiltrasi lilin parafin spesimen jaringan histologis secara mandiri tanpa invertensi manusia. Dalam pekerjaannya, Automatic tissue processor sanggup memproses ratusan sampel jaringan dalam sekali running. Automatic tissue processor bekerja dengan setting tertentu sesuai dengan kebutuhan patologist.

Alat Automatic tissue processor ini sangat membantu kecepatan kerja untuk membuat preparat histologi.

1. Immunology Analyzer (Cobass 8000) 1.1 Komponen Utama

a. Data Manager

(15)

Memiliki fungsi sebagai control utama antara host, cobas link dan control unit dengan beberapa fitur seperti memproses permintaan pemeriksaan dan hasil, manajemen data quality control, akses ke cobas link.

b. Control Unit

Memiliki fungsi mengendalikan fungsi instrument dengan fitur panduan untuk persiapan harian alat, menampilkan status dari setiap modul pada alat.

c. Core Components

 Core unit : berfungsi sebagai tempat masuk dan keluar rak sampel dengan kapasitas 200 rak per jam

15

(16)
(17)

 MSB (Modul Sample Buffer) : sebagai tempat penyimpanan rak sementara sebelum dilakukan pengambilan sampel. Setiap modul analitik memiliki masing-masing MSB dengan jumlah 20 posisi untuk rak sampel dan 5 posisi untuk rak Quality Control.

MSB menerima rak dari unit inti melalui rak jalur distribusi. MSB menyimpan rak sampai rak tersebut sampai pada waktunya untuk pemipetan sampel ke satu atau lebih modul instrumen analitik.

Setiap MSB memiliki 20 posisi untuk menyimpan rak. Sebagai tambahan, setiap MSB memiliki kompartemen yang dikontrol suhu dengan 5 posisi untuk rak QC otomatis. MSB dapat mengirimkan rak ke modul apa pun kapan saja. Setelah diproses, rak dipindahkan ke penyangga keluaran dari unit inti melalui jalur pengembalian rak di bagian belakang instrumen

17

(18)
(19)

Backup operation post : Jika unit inti rusak, Anda dapat menggunakan mode untuk melanjutkan pengoperasian instrumen. Dalam dalam hal ini, Anda menggunakan port operasi cadangan untuk memasukkan rak secara manual.

d. Analytical Modules (e 801 module)

Modul e 801 adalah alat analisis imunologi yang sepenuhnya otomatis dan berkinerja tinggi menganalisa pemeriksaan imunologi untuk baik pemeriksaan kuantitatif dan uji in vitro kualitatif dalam jumlah banyak termasuk cobas e flow test.

Sebagai modul analitik untuk pemeriksaan imunologi. Dapat melakukan pemeriksaan sampai dengan 300 tes per jam dengan 200 aplikasi berjalan untuk pemeriksaan dan dilengkapi dengan pemasangan reagen otomatis.

19

(20)
(21)

21

(22)
(23)

23

(24)
(25)

25

(26)
(27)

1.2 Prinsip Kerja

Tersedia tiga prinsip pengujian untuk tes imunologi. Prinsip kompetitif digunakan untuk yang analit sangat kecil, prinsip sandwich digunakan untuk analit yang lebih besar. Prinsip penghubung digunakan untuk mendeteksi antibodi di dalam sampel.

27

(28)

a. Prinsip Kompetitif

Prinsip ini diterapkan pada analit dengan molekul rendah berat, seperti FT3.

 Pada langkah pertama, sampel dan antibodi anti-T3 spesifik berlabel kompleks rutenium digabungkan dalam AssayCup.

 Setelah inkubasi pertama, dilakukan penambahan T3 yang dibiotinilasi dan microbeads paramagnetik berlapis streptavidin. Sisi pengikatan yang masih bebas dari antibody berlabel diisi oleh kompleks antibodi-hapten. Seluruh kompleks terikat ke microbead melalui interaksi biotin dan streptavidin.

 Setelah inkubasi kedua, campuran reaksi yang mengandung kompleks imun diangkut ke dalam ruang pembacaan. Kompleks imun secara magnetis terperangkap pada elektroda yang bekerja, tetapi reagen dan sampel yang tidak terikat dicuci oleh ProCell.

 Dalam reaksi ECL, konjugat yang berbasis derivate ruthenium dan reaksi chemiluminescent dirangsang secara elektrik untuk menghasilkan cahaya.

Jumlah cahaya yang dihasilkan secara tidak langsung berbanding lurus dengan jumlahnya antigen dalam sampel.

(29)

Evaluasi dan perhitungan konsentrasi antigen dilakukan dengan menggunakan kurva kalibrasi yang dibuat menggunakan kalibrator antigen yang telah diketahui konsentrasinya.

b. Prinsip Sandwich

Prinsip sandwich diterapkan pada molekul yang lebih tinggi analit dengan berat molekul yang lebih tinggi, seperti hormon perangsang tiroid (TSH).

 Pada langkah pertama, sampel digabungkan dengan reagen yang mengandung antibodi TSH yang dibiotinilasi dan antibodi spesifik TSH berlabel ruthenium dalam AssayCup. Selama inkubasi 9 menit, antibodi menangkap TSH yang ada dalam sampel.

 Pada langkah kedua, microbeads paramagnetik berlapis streptavidin ditambahkan. Selama 9 menit inkubasi kedua, antibodi yang dibiotinilasi menempel pada permukaan microbeads yang dilapisi streptavidin.

 Setelah inkubasi kedua, campuran reaksi yang mengandung kompleks imun diangkut ke dalam ruang pembacaan; kompleks imun secara magnetis

29

(30)

terperangkap pada elektroda yang bekerja, tetapi reagen dan sampel yang tidak terikat dicuci oleh ProCell.

 Dalam reaksi ECL, konjugat yang berbasis derivate ruthenium dan reaksi chemiluminescent adalah dirangsang secara elektrik untuk menghasilkan cahaya. Jumlah cahaya yang dihasilkan berbanding lurus dengan jumlah TSH dalam sampel.

Evaluasi dan perhitungan antigen atau konsentrasi analit dilakukan dengan cara kalibrasi kurva yang dibuat menggunakan kalibrator yang telah diketahui konsentrasi antigen.

c. Prinsip Penghubung (Bridging)

Prinsip penghubung mirip dengan prinsip sandwich, kecuali bahwa tes ini dirancang untuk mendeteksi antibodi, bukan antigen (misalnya, IgG, IgM dan IgA). Ini dilakukan dengan mencampurkan antigen yang dibiotinilasi dan berlabel ruthenium dalam reagen terhadap antibodi yang memiliki afinitas pada antigen tersebut.

(31)

 Pada langkah pertama, antibodi serum berikatan dengan antigen yang dibiotinilasi dan berlabel rutenium untuk membentuk kompleks imun.

 Kompleks imun kemudian bereaksi dengan microbeads yang dilapisi streptavidin melalui antigen yang telah dibiotinilasi.

 Setelah inkubasi kedua, campuran reaksi yang mengandung kompleks imun diangkut ke dalam ruang pembacaan. Kompleks imun secara magnetis terperangkap pada elektroda yang bekerja, tetapi reagen dan sampel yang tidak terikat dicuci oleh ProCell.

 Dalam reaksi ECL, konjugat yang berbasis derivate ruthenium dan reaksi chemiluminescent dirangsang secara elektrik untuk menghasilkan cahaya.

Jumlah cahaya yang dihasilkan berbanding lurus dengan jumlah analit dalam sampel.

Evaluasi dan perhitungan konsentrasi antibodi dilakukan dengan menggunakan kurva kalibrasi yang dibuat menggunakan kalibrator antibodi yang diketahui konsentrasinya.

31

(32)

1.3 Maintenance

Pemeliharaan alat dibagi menjadi pemeliharaan yang dilakukan oleh perangkat lunak dan pemeliharaan secara manual. Tindakan pemeliharaan yang dilakukan perangkat lunak dapat dikelompokkan menggunakan Maintenance Type (serangkaian tindakan pemeliharaan dan maintenance pipes yang dikelompokkan menurut fungsi tertentu (misalnya, pemeliharaan harian). Pemeliharaan yang dilakukan perangkat lunak tindakan dapat diotomatisasi menggunakan Maintenance pipes (serangkaian tindakan perawatan yang dapat dilakukan oleh instrumen secara otomatis tanpa interaksi operator).

a. Manual Maintenance (Pemeliharaan Manual)

Tindakan perawatan yang memerlukan interaksi operator (misalnya, membersihkan nozel pembilas kuvet reaksi).

b. Software – controlled maintenance (Pemeliharaan otomatis)

Tindakan pemeliharaan yang dilakukan oleh instrument tanpa interaksi operator lebih lanjut.

Pemeliharaan dapat dilakukan pada titik waktu yang berbeda selama satu shift.

Disarankan untuk melakukan tindakan pemeliharaan pada titik waktu berikut ini:

 Lakukan software – controlled maintenance di awal pengoperasian alat secara rutin.

 Lakukan perawatan manual sebelum mematikan alat.

 Untuk menghidupkan dan mematikan instrumen, lakukan maintenance pipes yang direkomendasikan dengan maintenance pipe functions (kemampuan instrumen untuk memulai maintenance pipes pada waktu tertentu).

Selain itu, Anda dapat melakukan pemeliharaan manual pada modul tunggal, sebagai bagian dari pemeliharaan latar belakang selama pengoperasian rutin.

Grafik berikut menunjukkan kemungkinan untuk melakukan pemeliharaan:

(33)

Prosedur pemeliharaan alat harus dilakukan dalam mode yang sesuai. Mode ini dapat diterapkan ke seluruh instrument atau satu modul. Jika Anda menerapkan mode ke sebuah modul, hanya mode modul ini yang diubah. Sisa dari instrumen lainnya mempertahankan modenya.

Jika modul e 801 tetap berada dalam modus Standby (Siaga) selama 3 jam, instrumen akan berubah ke mode Pemeliharaan selama 30 detik. Jalur aliran ECL disuplai dengan deionisasi air untuk menghindari keringnya chamber pembacaan.

Alat tidak dapat memulai operasi selama periode ini. Instrumen mengulangi prosedur ini setiap 3 jam selama e 801 modul tetap dalam mode Standby (Siaga).

Daftar tindakan pemeliharan untuk modul e 801 (immunology) :

 Daily Maintenance

a. Cleaning probes and nozzles

Untuk memastikan bahwa instrumen mengukur secara akurat, tindakan pemeliharaan dengan membersihkan probe sampel, probe reagen, nozel

dari area pra-pencucian, dan nozel pengisap ECL. Waktu yang diperlukan untuk proses ini sekitar 5 menit.

Bahan yang diperlukan : 1. Alkohol

2. Air yang dideionasi 3. Kain bebas serat 4. Tissue

Instrument atau modul dalam mode Standby (siaga) atau dalam keadaan mati.

 Every 2 Weeks Maintenance

33

(34)

a. Cleaning ProCell aspiration pipes of the e 801 module

Untuk mencegah hasil yang salah, Anda harus membersihkan pipa aspirasi ProCell.

b. Cleaning ProCell/CleanCell supply nozzles and replacing PC/CC cups of the e 801 module

Untuk mencegah penumpukan kristal, Anda harus membersihkan nozel suplai ProCell/CleanCell dan mengganti cup PC/CC.

c. Cleaning the vortex mixers and separation stations of the e 801 module Tumpahan pada mixer vortex atau stasiun pemisahan dapat menyebabkan alarm gerakan gripper. Anda harus membersihkan vortex mixer dan stasiun pemisahan secara teratur.

d. Cleaning the incubator disk of the e 801 module e. Cleaning the microbead mixer of the e 801 module f. Cleaning the rinse stations of the e 801 module

 As Required Maintenance

a. Cleaning the module surfaces

b. Cleaning the ECL and pre-wash flow paths of the e 801 module

c. Cleaning CleanCell aspiration pipes and bottle stands of the e 801 module

d. Checking and cleaning the magazine drawer of the e 801 module e. Checking/cleaning the cooling unit filter of the e 801 module 1.4 Troubleshooting

Gambaran umum area troubleshooting

Untuk mengidentifikasi dan mengisolasi masalah secara efektif, Anda harus memahami teori operasional, prosedur operasional, prosedur darurat, dan deskripsi reaksi pengujian yang tercakup dalam pandua. Berikut ini adalah area- area yang tercakup:

a. Application problems (Permasalahan aplikasi)

 Pemeriksaan fotometri, imunologi atau ISE

 Reagen

 Sampel, bahan QC atau kalibrator

 Kesalahan operator

b. Instrument problems (Permasalahan instrumen)

(35)

 Masalah kelistrikan

 Mekanikal

 Kesalahan operator

c. Computer problems (Permasalahan konputer)

 Permasalahan selama proses pengunduhan prosedur, ketidaksesuaian parameter pemeriksaan

 Pembacaan sistem parameter

 Kesalahan operator

d. Facility problems (Permasalahan fasilitas)

 Suhu tinggi

 Kelembaban

 Suplai daya listrik

 Suplai air

 Saluran pembuangan

Troubleshooting pada cobas modul e (imunologi)

 Problems loading reagents cassettes on the e 801 module

o Problems with a loading port due to RFID reading errors on the e 801 module : Jika Anda mencoba memasukkan kaset reagen dengan RFID yang rusak, instrumen akan mengeluarkan alarm kesalahan pembacaan RFID. Indikator status untuk loading port akan berkedip kuning. Jika alarm kesalahan pembacaan RFID terjadi dua kali untuk hal yang sama maka loading port akan tertutup.

o Reagents registration stopped on the e 801 module : Jika anda mencoba memasukkan kaset reagen pada mode Standby (siaga). Jika instrument mendeteksi kekurangan larutan CleanCell M selama proses pengecekan volume awal, alarm akan berbunyi. Pendaftaran reagen terhenti.

35

(36)

o Problem with the reagent loader on the e 801 module : Ketika reagent loader tidak dapat memuat kaset reagen dengan baik, dapat dilakukan reagent loader check.

o Problem with the reagent cassettes handling on the e 801 module : Apabila penanganan kaset reagen tidak berjalan dengan baik, dapat dilakukan reagent handling check. Pemeriksaan ini terdiri dari pengecekan penambahan kaset reagen, pergerakan rotor, pemindah reagen, pembuka tutup reagen dan pembuangan kaset reagen yang telah kosong.

o Problems replacing ProCell/CleanCell bottles : Pastikan sudah menyimpan ProCell dan CleanCell pada tempat yang tepat dan sesuai, pastikan juga tidak ada yang menghalangi penyimpanan botol ProCell dan CleanCell.

o Drift of QC results or test results : Bahan atau sampel QC menunjukkan penyimpangan dari waktu ke waktu. Hal ini dapat disebabkan oleh penguapan atau kondisi penyimpanan kaset reagen yang salah, suhu penyimpanan kaset reagen tidak sesuai, menggunakan kurva kalibrasi yang tidak sesuai, kesalahan penanganan bahan QC atau kalibrator (tidak sesuai petunjuk penanganan bahan QC atau kalibrator) sehingga mempengaruhi stabilitas bahan QC atau kalibrator.

o Erratic test results : busa/gelembung udara pada sampel, reagen dan bahan QC, tidak menggunakan media penampungan sampel yang sesuai.

o Air bubbles in syringes : Adanya gelembung udara pada jarum aspirasi sampel/bahan QC/bahan kalibrator.

Lakukan System Air Purge dari list Maintenance, pilih channel yang akan dilakukan maintenance ini lalu masukkan 1 cycle. Apabila hanya 1 jarum aspirasi saja yang terdampak, dapat juga dilakukan beberapa rekomendasi air purge seperti pipetter air purge, sipper air purge ataupun pre-wash air purge. Setelah itu lakukan System Prime dari list Maintenance, pilih modul e 801 dan masukkan 1 cycle. Jika masih ditemukan gelembung udara pada jarum aspirasi, lakukan kembali langkah di atas sebanyak 2 kali.

 Calibration problems

o Unable to run a calibration

- Cek posisi barcode dari botol kalibrator dan kaset reagen apakah rusak atau tidak

(37)

- Cek apakah data lot kalibrator sudah diunduh - Bersihkan permukaan pembaca barcode dari debu\

- Keringkan botol kalibrator apabila basah - Cek posisi kalibrator

o Calibration not released

o Duplicate calibration measurements are out of limits : Biasanya disebabkan adanya gelembung pada kalibrator maupun reagen.

- Apakah penanganan reagen dan kalibrator sudah sesuai dengan petunjuk penanganan yang sesuai?

- Lakukan kalibrasi ulang menggunakan botol kalibrator yang baru - Lakukan maintenance yang disarankan

o Problems with missing calibration results : Biasanya disebabkan karena tidak adanya kalibrator di tabung reaksi, kurang volume kalibrator atau reagen.

- Apakah penanganan reagen dan kalibrator sudah sesuai dengan petunjuk penanganan yang sesuai?

- Lakukan kalibrasi ulang menggunakan botol kalibrator yang baru atau menggunakan regaen yang baru

o Calibration results are out of limits : Nilai dibawah batas pembacaan atau adanya perbedaan batas pembacaan pada CalSet 1 dan CalSet 2 atau nilai di atas batas pembacaan.

- Apakah penanganan reagen dan kalibrator sudah sesuai dengan petunjuk penanganan yang sesuai?

- Lakukan kalibrasi ulang menggunakan botol kalibrator yang baru - Lakukan maintenance yang disarankan

o Calibration factor is out of limits

- Apakah penanganan reagen dan kalibrator sudah sesuai dengan petunjuk penanganan yang sesuai?

- Lakukan kalibrasi ulang menggunakan botol kalibrator yang baru - Lakukan maintenance yang disarankan

 QC values are out of limits

- Apakah penanganan reagen, kalibrator dan bahan QC sudah sesuai dengan petunjuk penanganan yang sesuai?

37

(38)

- Lakukan kalibrasi ulang menggunakan botol kalibrator yang baru atau botol bahan QC yang baru

- Lakukan maintenance yang disarankan

 Problems with intra-test precision : Biasanya disebabkan karena adanya gelembung pada reagen, penyimpanan kaset reagen tidak pada suhu yang sesuai, penyimpanan kaset reagen yang tidak sesuai (kaset reagen terbalik)

- Apakah penanganan reagen, kalibrator dan bahan QC sudah sesuai dengan petunjuk penanganan yang sesuai?

- Lakukan maintenance yang disarankan

 Problems with inter-test precision for both measuring channels : Biasanya disebabkan karena adanya gelembung pada reagen, penyimpanan kaset reagen tidak pada suhu yang sesuai, penyimpanan kaset reagen yang tidak sesuai (kaset reagen terbalik)

- Apakah penanganan reagen, kalibrator dan bahan QC sudah sesuai dengan petunjuk penanganan yang sesuai?

- Lakukan maintenance yang disarankan

 Deviation of test results on different modules

 Deviation of method comparison results

2. Pengolahan Jaringan Otomatis (Citadel Tissue Processor) 2.1 Bagian-bagian alat:

Shandon Citadel Tissue Processor adalah alat pengolahan jaringan otomatis yang dikendalikan melalui unit pengontrol genggam yang terhubung ke prosesor melalui kabel melingkar. Oleh karena itu jika prosesor berada di dalam lemari asam atau area terbatas, unit pengontrol dapat tetap dipertahankan di luar. Alat ini terdiri dari 2 bagian utama: badan utama dan operating head assembly.

(39)

1. Badan utama

Badan utama terdiri sepuluh wadah reagen dan dua wax baths.

2. Wax baths: Setiap wax bath dipanaskan secara independen suhu bervariasi antara 45oC dan 65oC, penyesuaian dilakukan dengan memutar sekrup yang di bagian bawah wax bath. Jika suhu naik melebihi 80oC akan terjadi pemutusan daya secara otomatis.

Terdapat indikator hijau dan kuning. Indikator hijau menyala saat listrik dialirkan dan padam jika aliran listrik terputus. Indikator kuning menyala ketika pemanas diberi energi.

3. Operating head assembly terdiri dari rakitan lengan yang tertutup. Rakitan lengan berguna untuk menaikkan atau menurunkan keranjang sampel jaringan kedalam dan keluar reagen. Agar dapat memberikan hasil yang optimal keranjang sampel jaringan terangkat dari reagen setiap sepuluh menit lalu diturunkan lagi.

4. Hand-Held Controller: terdiri dari keypad dan layar. Programming, pemilihan mode operasi dan fungsi lainnya diatur dari keypad, dan layar menampilkan status program dan informasi lainnya.

39

(40)

2.2 Prinsip Kerja

Sampel jaringan ditempatkan ke dalam kaset yang kemudian ditaruh ke dalam keranjang sampel jaringan yang dilengkapi dengan penutup dan kemudian dimasukkan ke dalam prosesor. Dalam konfigurasi standar, sepuluh wadah reagen dan dua wax baths yang dipanaskan secara independen diisi, sesuai kebutuhan dan prosesor kemudian diprogram untuk memutarkan operating head assembly dan menurunkan keranjang sampel jaringan ke dalam masing-masing wadah untuk jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

2.3 Fitur keamanan

Berbagai fitur keselamatan dimasukkan ke dalam prosesor untuk melindungi operator dan jaringan spesimen:

a. Siklus pemrosesan dihentikan secara otomatis pada posisi 12 untuk mencegah penggandaan pengolahan.

b. Suhu setiap wax bath dikontrol secara elektronik dan bisa disesuaikan pada kisaran 45-65 oC.

c. Untuk menghindari lilin terlalu panas, disediakan pengaman pemutus perangkat otomatis

d. Rakitan lengan dimana keranjang sampel jaringan digantung bisa diangkat secara manual untuk menghilangkan penyumbatan atau hambatan.

e. Perlindungan listrik dan mekanik tergabung.

f. Jika listrik padam pada saat siklus berjalan, prosesor akan melanjutkan operasi dari langkah dan waktu ketika siklus terganggu

(41)

2.4 Kontrol dan Indikasi

Hand-Held Controller telah didesain untuk memudahkan pengoperasian. Fungsi tombol sentuh sensitif dan indikasi tampilan dijelaskan dalam tabel berikut ini:

41

(42)
(43)

43

(44)

2.5 Maintenance

a. Pembersihan dan Perawatan Mesin

Selalu bersihkan tumpahan segera. Jika terjadi tumpahan besar, putuskan sambungan mesin dari stop kontak segera dan jangan sambungkan kembali sampai mesin benar-benar kering dan diperiksa oleh teknisi servis.

b. Masing-masing item utama dan metode pembersihan yang direkomendasikan disajikan pada tabel di bawah:

(45)

c.

Suhu di mana wax bath beroperasi telah diatur dari pabrik ke 60oC. Periksa suhu wax bath secara teratur dan, jika perlu, sesuaikan dengan memutar sekrup yang tersembunyi, (pertama- tama lepaskan tutup plastik pelindung yang terletak di bagian bawah permukaan).

3 Pewarnaan Sitologi Otomatis

Pewarnaan sitologi otomatis adalah proses pewarnaan sel-sel dalam sampel biologis yang menggunakan teknologi otomatis. Teknologi ini menggunakan mesin atau perangkat lunak khusus untuk menerapkan pewarnaan pada sampel secara otomatis, menggantikan proses manual yang dilakukan oleh ahli sitologi. Pewarnaan sitologi otomatis biasanya dilakukan dalam laboratorium medis atau diagnostik untuk mempersiapkan dan menganalisis sampel sel, seperti smear darah, biopsi jaringan, atau cairan tubuh lainnya. Proses ini melibatkan penggunaan pewarna yang berbeda-beda untuk mengidentifikasi dan memvisualisasikan struktur seluler yang berbeda dalam sampel.

Keuntungan dari pewarnaan sitologi otomatis adalah efisiensi dan konsistensi yang lebih tinggi dalam proses pewarnaan. Dengan menggunakan teknologi otomatis, pewarnaan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat, menghasilkan hasil yang lebih konsisten antara sampel dan mengurangi kesalahan manusia.

Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun pewarnaan sitologi otomatis dapat mempercepat proses analisis sampel, interpretasi dan analisis hasil masih memerlukan

45

(46)

keterampilan dan pengetahuan ahli sitologi manusia. Teknologi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam proses pewarnaan, bukan menggantikan peran ahli sitologi. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam pewarnaan sitologi otomatis:

1. Persiapan Sampel

Pertama, sampel biologis seperti smear darah atau biopsi jaringan harus dipersiapkan dengan benar. Ini termasuk membersihkan dan memperbaiki sampel agar dapat diolah dengan baik oleh perangkat otomatis.

2. Pemrosesan Otomatis

Setelah sampel dipersiapkan, perangkat otomatis akan mengambil sampel dan memprosesnya sesuai dengan program yang telah ditentukan. Ini melibatkan pemberian pewarna secara otomatis pada sel-sel dalam sampel.

3. Pencucian

Setelah pewarna diterapkan, langkah selanjutnya adalah mencuci sampel untuk menghilangkan kelebihan pewarna dan bahan kimia lainnya. Pencucian yang tepat sangat penting untuk menghasilkan hasil yang akurat.

4. Pengeringan

Setelah pencucian, sampel harus dikeringkan dengan hati-hati sebelum dapat dianalisis lebih lanjut. Pengeringan yang baik membantu menjaga integritas sel dan memastikan hasil yang dapat diandalkan.

5. Analisis dan Interpretasi

Setelah sampel dikeringkan, perangkat otomatis dapat menganalisis sampel dan menghasilkan gambar atau data yang terkait dengan struktur seluler. Hasil ini kemudian dapat diinterpretasikan oleh ahli sitologi manusia untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci tentang sampel.

6. Evaluasi dan Pelaporan

Setelah analisis selesai, hasil dapat dievaluasi dan dilaporkan. Hasil ini dapat digunakan untuk diagnosis medis, penelitian, atau pemantauan kondisi kesehatan.

Penting untuk dicatat bahwa langkah-langkah pewarnaan sitologi otomatis dapat bervariasi tergantung pada perangkat dan metode yang digunakan. Juga, peran ahli sitologi manusia tetap penting dalam interpretasi dan analisis hasil pewarnaan, meskipun proses pewarnaan dilakukan secara otomatis.

Penggunaan perangkat otomatis dalam pewarnaan sitologi memiliki beberapa manfaat yang signifikan. Berikut adalah beberapa manfaat utama penggunaan perangkat otomatis dalam pewarnaan sitologi:

(47)

1. Efisiensi dan Produktivitas

Perangkat otomatis dapat meningkatkan efisiensi dalam proses pewarnaan sitologi. Dalam pewarnaan tradisional, pewarnaan dilakukan secara manual oleh ahli sitologi manusia, yang membutuhkan waktu dan upaya yang signifikan.

Dengan menggunakan perangkat otomatis, pewarnaan dapat dilakukan dengan cepat dan secara paralel pada beberapa sampel sekaligus, meningkatkan produktivitas laboratorium.

2. Konsistensi

Pewarnaan sitologi otomatis menghasilkan pewarnaan yang konsisten antara sampel-sampel yang diolah. Perangkat otomatis menerapkan pewarna dengan ketepatan dan distribusi yang seragam pada sel-sel dalam sampel, mengurangi variasi yang mungkin terjadi dalam pewarnaan manual oleh ahli sitologi manusia.

3. Akurasi dan Ketepatan

Penggunaan perangkat otomatis dapat meningkatkan akurasi dan ketepatan dalam proses pewarnaan. Perangkat otomatis dapat mengendalikan jumlah dan distribusi pewarna dengan presisi tinggi, menghasilkan hasil yang lebih akurat dan dapat diandalkan.

4. Pengurangan Kesalahan Manusia

Dalam pewarnaan tradisional, risiko kesalahan manusia, seperti kesalahan dalam menerapkan pewarna atau dalam mengamati sampel di bawah mikroskop, dapat terjadi. Dengan menggunakan perangkat otomatis, risiko kesalahan manusia dapat dikurangi, menghasilkan hasil yang lebih konsisten dan akurat.

5. Kecepatan

Pewarnaan sitologi otomatis dapat mempercepat proses pewarnaan dan analisis sampel. Perangkat otomatis dapat melakukan pewarnaan dalam jumlah yang lebih besar dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan pewarnaan manual, meningkatkan efisiensi dan memungkinkan analisis yang lebih cepat.

6. Peningkatan Kapasitas Laboratorium: Dengan menggunakan perangkat otomatis, laboratorium dapat meningkatkan kapasitas dan kemampuan mereka untuk memproses lebih banyak sampel dalam waktu yang lebih singkat. Ini dapat meningkatkan throughput laboratorium dan mengurangi waktu tunggu untuk hasil pewarnaan.

Penggunaan perangkat otomatis dalam pewarnaan sitologi dapat memberikan manfaat signifikan dalam hal efisiensi, konsistensi, akurasi, dan kecepatan.

47

(48)

Namun, penting untuk dicatat bahwa peran ahli sitologi manusia tetap penting dalam interpretasi dan analisis hasil pewarnaan untuk mendapatkan diagnosis atau kesimpulan yang akurat.

(49)

BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Solikah, Ana. Jangan diremehkan !! Cacar air dapat menghambat aktivitas anda. IIK STRADA INDONESIA.

Bio, Sourav. 2023, April 17. Varicella Zooster Virus – Definisi, Struktur, Genom, Replikasi.

https://microbiologynote.com/id/replikasi-genom-struktur-definisi-virus-varicella-zoster/ . Diakses pada 14 Januari 2024.

Straus SE, Oxman MN. 2004. Varicella and herpes. New York : Mc. Grawhill inc. pp. 2427- 50.

49

Referensi

Dokumen terkait

Bidang Kajian : Pengantar Sisitem Otomasi, Sistem Kontrol, Elemen dasar sistem otomasi, Kontrol proses komputer, Penangkapan data dan identifikasi otomasi, Overview metode dan

Halaman data anggota digunakan untuk mengelola data anggota laboratorium otomasi dan robotika di Fakultas Teknik UNS Melalui halaman data anggota, admin bisa melakukan

Awal September 2015 ini kami telah melakukan Ekspose Sistem Informasi Laboratorium (SIL) di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

Aplikasi SIL ini memusatkan diri pada sistem komputerisasi pendataan pasien dan pencatatan hasil pemeriksaan laboratorium sampai pembuatan laporan pendapatan keuangan

Laporan tugas akhir ini membahas tentang proses perancangan dan pembangunan sistem informasi laboratorium untuk melayani pelanggan laboratorium MIPA Terpadu secara

Implem entasi antarm uka pada sistem informasi laboratorium yang telah dibuat adalah sebagai berikut Gambar 4.3 Menu-menu pada Sistem Informasi Laboratorium Pendidikan Halaman login

Makalah ini membahas pengembangan sistem informasi pada aplikasi OpenSea menggunakan metodologi berbasis komponen sistem

Dokumen ini merupakan makalah tentang manajemen pelayanan laboratorium kesehatan yang membahas tentang klasifikasi laboratorium klinik berdasarkan jenis