LEMBAR KERJA MAHASISWA
UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PRODI KEDOKTERAN GIGI
KODE DOKUMEN
F1.03.07 LEMBAR KERJA MAHASISWA
Dosen Pengampu Mata kuliah : drg. Sri Lestari, M. Kes.
Pokok Bahasan : Prosedur Pemeriksaan, Diagnosis, Prognosis, dan Rencana Perawatan di Bidang Konservasi Gigi Model Pembelajaran : Project Base
IDENTITAS MAHASISWA
Kelas KELOMPOK IV.I
Nama Anggota kelompok
1. 211610101059 Diah Ayu Lestari 2. 211610101061 Aufa Maharani Pauzi 3. 211610101062 Hesti Syahwa Yuliana 4. 211610101063 Ingrid Clairine Naibaho 5. 211610101064 Candra Dwi Septia Cahyani 6. 211610101065 Nur Alfiani Hidayati 7. 211610101066 Okta Malihah Rosaline
8. 211610101067 Chairrini Nabiilah Angembani Hari/Tanggal Rabu, 29 November 2023
HASIL DAN PEMBAHASAN
LAPORAN SKILL LAB REKAM MEDIK DENTAL
PROSEDUR PEMERIKSAAN, DIAGNOSIS, PROGNOSIS, DAN RENCANA PERAWATAN DI BIDANG KONSERVASI GIGI
Kelompok A4.I
Oleh:
211610101059 Diah Ayu Lestari 211610101061 Aufa Maharani Pauzi
211610101062 Hesti Syahwa Yuliana 211610101063 Ingrid Clairine Naibaho 211610101064 Candra Dwi Septia Cahyani 211610101065 Nur Alfiani Hidayati
211610101066 Okta Malihah Rosaline
211610101067 Chairrini Nabiilah Angembani
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER
2023
SKENARIO
Pasien laki-laki berusia 24 tahun datang ke RSGM FKG UNEJ ingin memeriksa gigi belakang kanan bawahnya yang berlubang. Pasien mengeluhkan rasa sakit saat makan makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hanya muncul saat makan makanan dingin dan tidak ada keluhan spontan. Pasien datang dalam keadaan baik dan tidak memiliki riwayat kelainan sistemik dan alergi. Hasil pemeriksaan tes perkusi (-), tes tekanan (-), tes termal (+). Pasien dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan penunjang radiografi periapikal pada gigi 47 dengan hasil karies masih menyisakan lapisan dentin yang cukup banyak dan tidak terdapat kelainan. Diagnosa klinik adalah pulpitis reversibel pada gigi 47 dan prognosis baik. Pasien direncanakan untuk dilakukan perawatan berupa tumpatan klas 1 komposit.
KARTU STATUS
PEMBAHASAN
● Identitas dan keluhan utama
Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang mencakup nomor rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat membedakan antara pasien satu dengan yang lainnya guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan atau prosedur kepada pasien. Identifikasi pasien bermanfaat agar pasien mendapatkan standar pelayanan dan pengobatan yang benar dan tepat sesuai kebutuhan medis selain itu identifikasi pasien juga dapat menghindari terjadinya kesalahan medis atau kejadian yang tidak diharapkan yang dapat mengenai diri pasien. Kesalahan karena kekeliruan identifikasi pasien sering terjadi di hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan sehingga diperlukan adanya ketepatan identifikasi pasien. Kegagalan untuk mengidentifikasi pasien secara benar dapat berupa salah orang, salah prosedur, salah pengobatan, salah tranfusi atau kesalahan tes-diagnostik. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan diantaranya, Pertama untuk identikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan, dan kedua untuk kesesuaian pelayanan tau pengobatan terhadap individu tersebut. Data identitas pasien dalam rekam medik gigi minimal berisi :
a. Nomor file (administrasi gigi yang bersangkutan) b. Tanggal pembukaan status
c. Nama : untuk membedakan satu pasien dengan yang lain d. Nomor RM: Nomor identifikasi dokumen kesehatan permanen
e. Jenis kelamin : membantu dalam menegakkan diagnosa dan perawatan
f. Tempat dan tanggal lahir/umur : untuk melihat dan menyesuaikan usia pasien dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi
g. Alamat rumah, nomor telephon rumah dan handphone : dapat membantu dalam proses menghubungi pasien secara langsung
h. Pekerjaan : pekerjaan dapat membantu mengidentifikasi gaya hidup pasien i. Status perkawinan : membantu dalam menghubungi pasien secara tidak langsung j. Nama orang tua/wali: Membantu dalam menghubungi pasien secara tidak langsung k. Alamat kantor, nomor telepon kantor dan faximile : dapat membantu dalam proses
menghubungi pasien secara langsung
l. Kebangsaan/suku bangsa: Mengetahui budaya yang mempengaruhi kesehatan pasien
Anamnesis atau keluhan pasien merupakan wawancara medis yang dilakukan oleh dokter terhadap pasiennya untuk memperoleh informasi mengenai kondisi yang sedang dialami oleh pasien agar dokter dapat menyimpulkan diagnosis penyakit dari pasien tersebut. Pada rekam medis, Keluhan utama adalah deskripsi atau informasi yang diberikan oleh pasien mengenai masalah kesehatan yang menjadi fokus utama atau alasan utama kunjungan ke fasilitas kesehatan. Keluhan utama memberikan petunjuk awal kepada tenaga kesehatan tentang kondisi atau gejala yang paling mengganggu pasien.
Dengan memahami keluhan utama, tenaga kesehatan dapat memulai proses diagnosis dan perawatan yang sesuai. Keluhan utama menanyakan keluhan utama yang pasien alami, termasuk durasi, frekuensi, dan faktor-faktor yang memperburuk atau memperbaiki keluhan tersebut. Keluhan utama pada rekam medis dibidang kedokteran gigi berisi alasan utama pasien datang ke dokter gigi. Pada kasus di skenario, keluhan utamanya yaitu pasien datang ke RSGM ingin memeriksakan giginya yang terasa sakit dan sudah goyang. Pasien ingin mencabutkan gigi depan kanan atas yang bertumpuk sehingga terlihat berantakan.
● Gejala Subyektif
Penyebab nyeri/ngilu gigi dapat diklasifikasikan sebagai nyeri/ngilu dengan kavitas karena adanya kavitas atau karies, misalnya karena abrasi, atrisi, erosi atau abfraksi, dan nyeri/ngilu tanpa kavitas, umumnya karena terjadi resesi gingiva yang menyebabkan permukaan akar terbuka, dan ngilu setelah perawatan bleaching, scaling dan root planing, restorasi yang cacat, sindroma gigi retak, penggunaan bur tanpa air pendingin. dan lain- lain.
Karies gigi merupakan penyakit infeksi mulut multifaktorial yang dapat ditransmisi karena adanya interaksi antara flora rongga mulut/bakteri kariogenik (biofilm) dengan diet karbohidrat yang terfermentasi di permukaan gigi dalam jangka waktu yang lama.
Aktivitas tersebut menyebabkan demineralisasi lokal dan mengakibatkan adanya struktur gigi yang hilang. Demineralisasi fase inorganik dan denaturasi serta degradasi fase organik menyebabkan terbentuknya kavitas pada daerah dentin bahkan bisa mencapai ke pulpa.
Tereksposnya jaringan dentin atau pulpa ini menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap setiap rangsangan yang masuk ke rongga mulut. Respon ini dapat menjadi petunjuk bagi
dokter gigi bahwa kondisi gigi pasien masih dalam kondisi vital, tentunya untuk memastikan hasil lebih akurat perlu dilakukan pemeriksaan objektif.
Rasa nyeri/ngilu yang timbul dapat terjadi secara spontan maupun tidak. Nyeri tidak spontan adalah rasa nyeri yang timbul karena adanya rangsangan dari stimulus. Hal ini berarti saraf sakit berfungsi secara normal serta ada hubungan antara presepsi rasa dan intensitas stimulus. Sakit akan hilang apabila rangsangan dihilangkan. Rangsangan yang diberikan dapat berupa makanan panas, asam, manis, minuman dingin, atau makan yang tersangkut pada celah kavitas. Apabila stimulus dingin berupa cairan dingin diberikan pada dentin yang terpapar, akan terjadi kontraksi cairan dentin pada celah. Pergerakan cairan dalam tubuli dentin akan meningkat sehingga merangsang serabut saraf pulpa untuk menghantarkan impuls sakit. Apabila stimulus dihilangkan maka sakit akan hilang.
Sementara itu, nyeri spontan adalah rasa nyeri yang interminten atau terus menerus tanpa ada stimulus eksternal. Nyerinya bisa tajam, tumpul berbatas jelas, menyebar, bisa hanya beberapa menit atau berjam-jam. Rasa sakit ini berasal dari impuls dari kerusakan sistem saraf pusat atau perifer. Apabila sakit spontan berlangsung secara intens dapat menjadi indikasi adanya penyakit pulpa yang parah.
● Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan objektif adalah pemeriksaan secara langsung terhadap pasien yang terdiri dari pemeriksaan intra oral dan ekstra oral. Pada kasus ini, tidak dilakukan pemeriksaan kelenjar. Hal itu karena pasien tidak mengalami keluhan spontan. Pasien mengalami karies pada gigi 47, yaitu karies media. Cara pemeriksaannya adalah dengan menggunakan probe yang dimasukkan ke dalam kavitas dan diperoleh hasil 3 mm yang menandakan bahwa karies sudah mencapai dentin. Adapun pemeriksaan objektif lainnya yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
- Tes termal
Hal pertama yang harus dilakukan pada pemeriksaan dengan tes termal adalah gigi dibersihkan dari sisa-sisa makanan dan dikeringkan.
a. Cara pemeriksaan dengan termis dingin
Setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan, ambil kapas kecil dengan pinset, kemudian semprotkan klor etil pada kapas tersebut. Sesudah berbuih (kristal putih), kapas tersebut diletakkan pada dasar kavitas gigi. Hasil yang diperoleh adalah positif.
b. Cara pemeriksaan dengan termis panas
Daerah yang akan dites diisolasi dan dikeringkan. Kemudian, gutta percha dipanaskan. Panas tersebut dikenakan pada bagian sepertiga servikal gigi. Bila timbul suatu respon, gutta percha harus segera diambil. Hasil yang diperoleh adalah positif
Dari hasil tersebut maka disimpulkan bahwa gigi masih dalam keadaan vital.
● Perkusi
Tes ini bertujuan untuk menentukan adanya peradangan pada jaringan periodontal gigi. Gigi diberi ketukan cepat dan tidak keras, mula-mula dengan jari dengan intensitas rendah, kemudian intensitas ditingkatkan dengan menggunakan tangkai instrument, untuk menentukan apakah gigi terasa sakit. Suatu respon sensitif yang berbeda dari gigi di sebelahnya, biasanya menunjukkan adanya periodontitis.
Hasil yang diperoleh adalah negatif yang berarti bahwa tidak ada peradangan pada jaringan periodontalnya.
● Tekanan
Cara melakukan tes ini adalah dengan memegang tangkai instrumen lalu ditekankan pada gigi yang memberikan keluhan. Kegunaan pemeriksaan dengan tekanan adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada jaringan periapikal. Hasil yang diperoleh dalam kasus ini adalah negatif.
● Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan cara meraba. Tujuannya adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui yang akut dan kronis, misalnya infeksi pada kelenjar submandibula. Pada kondisi akut, saat palpasi akan terasa sakit, sedangkan pada kondisi yang kronis tidak terasa sakit tetapi terasa seperti ada biji.
b. Mengetahui suhu di daerah yang sakit, misalnya : pada abses, suhu jaringan setempat terasa panas.
c. Mengetahui keras lunaknya suatu pembengkakan, misalnya : pada abses yang sudah matang, pada palpasi terasa lunak.
d. Mengetahui lokasi pembengkakan
e. Mengetahui adanya fraktur, misalnya : fraktur tulang alveolar
Hasil yang diperoleh adalah negatif artinya tidak ada pembengkakan yang terjadi maupun lainnya.
● Tes mobilitas
Tes mobilitas merupakan pemeriksaan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral (menggoyangkan gigi). Tujuan tes ini adalah untuk menentukan apakah gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi periodontium; makin besar gerakannya, makin jelek status periodontalnya. Hasil yang diperoleh adalah negatif yang berarti bahwa tidak ada kegoyangan pada gigi.
Pada kartu status, perubahan warna gigi adalah negatif dan gingiva sekitar gigi normal.
Gingiva normal artinya tidak ada perubahan warna dan tidak terdapat inflamasi. Gingival polip diberi tanda 0 yang berarti tidak dilakukan pemeriksaan. Hal itu karena karies pada kasus ini masih media. Gingival polip biasanya terjadi pada kasus dengan karies besar di proksimal.
● Gambaran Radiografik
Penggunaan radiografi merupakan suatu sarana yang telah lama dikenal dalam bidang kedokteran umum dan kedokteran gigi. Radiografi kedokteran gigi dibagi menjadi dua, yakni radiografi intraoral dan radiografi ekstra oral. Sebagian besar perawatan di kedokteran gigi seharusnya menggunakan radiografi gigi sebagai pemeriksaan penunjang untuk menentukan rencana perawatan, tetapi beberapa kasus ada yang bisa dilakukan tanpa readiogradi sebagai pemeriksaan penunjang. Kasus - kasus dalam perawatan kedokteran gigi yang membutuhkan radiografi gigi sebagai perawatan penunjang, misalnya orthodontik, endodontik, pencabutan berisiko, dan perawatan jaringan periodontal, sedangkan kasus yang bisa dikerjakan tanpa harus menggunakan radiografi, yakni sisa akar, karies, lesi, prostodonsia, dan pencabutan sederhana.
Ada beberapa point maupun aspek yang perlu diperhatikan pada gambaran radiografik di bidang konservasi gigi, yaitu :
1. Ruang pulpa / saluran akar
Pada gambaran radiograf periapikal, dilihat terlebih dahulu ruang pulpa / saluran akarnya apakah keadaannya normal, atropi ramifikasi, obliterasi, dan kalsifikasi ruang pulpa / saluran akar. Ramifikasi merupakan kondisi akar gigi yang ditandai dengan adanya saluran akar tambahan yang beranastomosis / adanya foramen apikal saluran
akar gigi tambahan yang akan mempersulit dalam memperoleh pengisian saluran akar yang hermetis. Kemudian, Obliterasi pulpa atau disebut juga kalsifikasi metamorfosis (KM) ini diartikan sebagai deposisi jaringan keras ke dalam ruang saluran akar, perubahan warna kekuningan pada mahkota klinis, serta menurunnya respon pulpa terhadap tes termal. Pada gambaran radiograf biasanya tidak tampak ruang pulpa tetapi tidak berarti saluran akar tidak ada. Umumnya jaringan dan ruang pulpa ada, tetapi secara radiograf tidak nampak jelas.
2. Akar
Gambaran radiograf juga dilihat apakah akar gigi itu normal, bengkok, ataupun fraktur. Fraktur akar pada gambaran radiograf menunjukkan garis radiolusen horizontal yang melintang pada akar gigi.
3. Hipersementosis
Hipersementosis merupakan deposit sementum yang berlebihan di akar gigi, dimana keadaan gigi ini terjadi pembesaran di daerah akar baik di apikal, lateral, ataupun di seluruh permukaan akar gigi. Gambaran hipersementosis yang biasanya disebabkan karena anomali gigi menunjukkan akar membulat, tumpul dengan membran periodontal dan lamina dura normal, sedangan hipersementosis yang disebabkan karena inflamasi dan penyakit Paget’s biasanya menunjukkan kerusakan, kehilangan membran periodontal, dan lamina duranya.
4. Resorpsi Eksternal
Resorpsi eksternal yang dimulai dari ujung akar ataupun dari permukaan akar yang tengah. Biasanya gambaran radiografnya tampak struktur akar gigi yang sebagian akarnya sudah hilang dan nampak memendek. Selain itu juga tampak gambar radiolusen yang meluas pada permukaan akar gigi. Namun untuk membedakannya dengan karies dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinis.
5. Resorpsi Internal
Resorpsi internal merupakan kerusakan struktur gigi yang berasal dari pulpa dan kebanyakan sentral di dalam ruang pulpa. Pada gambaran radiograf berbentuk cekungan pada bagian dalam akar gigi, yakni di ruang atau saluran akar pulpa.
6. Lamina dura
Lamina dura berbentuk seperti garis putih yang melingkupi seluruh permukaan akar gigi, dimana pada gambaran radiograf, lamina dura yang normal menunjukkan gambar garis radiopak sepanjang akar gigi yang mengelilingi ligamen periodontal.
7. Membran Periodontal
Pada membran periodontal juga harus dilihat apakah membran periodontal mengalami penebalan, terputus, maupun dalam kondisi normal
8. Daerah Periapikal
Pada gambaran radiograf di daerah apikal dilihat apakah ada kelainan atau lesi.
Kemudian lihat lesi tersebut radiopak, radiolusen, berbatas jelas, ataupun diffuse.
Batas seperti ini terjadi karena tidak ada reaksi langsung yang cepat dari jaringan sekitar. Batas lesi yang jelas juga bisa terdapat selapis tulang tipis membatasi lesi.
Gambaran batas seperti ini terjadi karena jaringan tulang sekitar yang reaktif.
Gambaran ini biasanya dapat dilihat pada lesi kista.
Kesimpulan gambaran radiografik berdasarkan kasus pada skenario adalah seluruh aspek yang terlihat pada gambaran radiograf menunjukkan kondisi yang normal, baik itu pada ruang pulpa, akar, ada atau tidaknya hipersementosis, resorpsi eksternal dan interna, kondisi membran periodontal, dan daerah periapikal juga menunjukkan kondisi normal karena tidak ada lesi berupa abses maupun kista.
● Diagnosa, Rencana Perawatan, Dan Prognosis Diagnosa : Pulpitis Reversible
Pulpitis reversible adalah suatu keradangan pulpa ringan sampai sedang karena adanya rangsangan, tetapi ketika rangsangan dihilangkan pulpa mampu kembali ke keadaan semula. Karakteristik dari pulpitis reversible adalah adanya reaksi hipersensitif terhadap suhu dan rangsangan kimia yang tiba - tiba menghilang setelah rangsangan dihilangkan.
Pasien yang menderita pulpitis reversible ketika makan dan minum yang dingin terasa tidak nyaman karena pasien akan merasakan nyeri.
Gejala pulpitis reversible bisa asimptomatis (tanpa gejala) dan simptomatis. Pulpitis merupakan patofisiologi dari hiperemi pulpa yang artinya bakteri telah menyebar ke jaringan pulpa. Hal ini bisa disebabkan karena adanya gigi yang karies. Adanya produksi asam laktat menyebabkan pH disekitar gigi asam. Hal ini disebabkan karena daya kariogenik dari bakteri. Keadaan ini bisa melarutkan mineral - mineral pada permukaan gigi, sehingga gigi menjadi erosi, jika karies sudah mencapai enamel - dentin, karies akan menyebar lebih luas.
Pada kasus kali ini, diagnosanya adalah pulpitis reversible hal ini disebabkan karena adanya karies media. Pasien mengeluhkan ketika makan dan minum dingin terasa nyeri.
Pasien juga mengatakan tidak terdapat keluhan spontan, dan ketika dilakukan tes vitalitas giginya masih vital.
Rencana Perawatan : Tumpat komposit klas I
Rencana perawatan yang dapat dilakukan pada pulpitis reversible adalah pulp capping dan tumpatan. Pulp capping adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk mencegah terbukanya pulpa selama proses pembuangan dentin yang karies dengan pengaplikasian semen ZOE atau kalsium hidroksida diatas dentin yang tersisa untuk menekan invasi bakteri yang lebih luas. Pulp capping ini dianjurkan untuk karies yang dalam. Sedangkan, untuk karies yang belum terlalu dalam dapat dilakukan penumpatan.
Rencana perawatan yang dipilih pada kasus ini adalah tumpatan hal ini disebabkan karena kariesnya masih menyisakan banyak dentin sehingga tidak perlu dilakukan pulp capping.
Karena pada pasien kariesnya mengenai pit dan fissure sehingga diklasifikasikan menurut G.V Black adalah karies klas I. Maka, rencana perawatan yang dilakukan adalah tumpat komposit klas I.
Prognosis : Baik
Pada kasus ini prognosis dikatakan baik karena pasien kooperatif, tidak terdapat riwayat penyakit sistemik maupun alergi yang diderita sehingga ketika dilakukan perawatan tidak menyulitkan perawatan yang akan dilakukan dan tidak menyebabkan terjadi komplikasi, dan juga kondisi giginya masih vital dan tidak terdapat keluhan spontan.
● Gambaran Desain Preparasi
1. Langkah-langkah Preparasi kelas I
1) Membuka kavitas dengan bur bulat
2) Memperluas kavitas dengan bur inverted cone 3) Menghaluskan dinding kavitas dengan bur fisur
4) Meratakan dan menghaluskan alas dengan bur inverted cone 5) Membuat undercut dengan bur inverted cone
6) Membersihkan dan mensterilkan kavitas
2. Langkah-langkah restorasi komposit
1) Preparasi kavitas dan tepi email kavitas harus dibevel.
2) Memberi lapisan kalsium hidroksida hanya pada dasar kavitas yang sangat dalam. Kalsium hidroksida bisa digantikan dengan glass ionomer cements sebagai bahan base.
3) Etsa email pada tepi kavitas dengan asam fosfat 30–50 % selama 1,5–2 menit, cuci selama 15 detik, keringkan sampai moist selama 30 detik. Gigi desidui membutuhkan pengetsaan lebih lama dari pada gigi permanen.
4) Letakkan bahan bonding pada email yang telah di etsa, sinari dengan light curing selama 20 detik.
5) Masukkan bahan resin composites ke kavitas, sinari dengan light curing selama 40 detik.
6) Bersihkan sisa–sisa resin composites, poles restorasi dengan bur diamond dan tungsten carbide serta disk abrasif.
Proses etsa dan bonding dilakukan setelah tahapan preparasi. Ikatan antara resin komposit dan enamel didapat dengan retensi mikromekanik setelah dilakukan pengetsaan untuk melarutkan kristal hidroksiapatit pada bagian terluar enamel.
Pengetsaan enamel gigi permanen direkomendasikan menggunakan asam fosfor dengan kadar 30-40% dan waktu pengetsaan sekitar 15 detik. Waktu pengetsaan tergantung dari tipe dan kualitas enamel. Etsa asam mengubah permukaan halus enamel menjadi permukaan yang tidak beraturan. Ketika bahan resin diaplikasi pada permukaan yang tidak beraturan, resin akan berpenetrasi pada permukaan tersebut. Monomer dan resin komposit akan berikatan dengan permukaan enamel.
Pembentukan resin microtags pada permukaan enamel sangat penting pada mekanisme adhesi resin dan enamel.
● Alasan Pemilihan Bahan Restorasi
Bahan restorasi yang digunakan pada restorasi ini adalah bahan komposit. Beberapa alasan pemilihan bahan ini adalah sebagai berikut:
1. Membutuhkan bahan yang tahan terhadap beban kunyah
Komposit resin merupakan campuran resin polimerisasi yang diperkuat oleh filler anorganik. Bahan ini memiliki compressive strength sekitar 280 Mpa dengan modulus elastisitas sekitar 10-16 Gpa, yang mendekati dentin. Ketahanan fraktur dari restorasi bonded sama dengan gigi. Resin komposit dengan penyinaran yang tepat memiliki sifat mekanis baik dan dapat memperkuat struktur gigi melalui mekanisme bonding.
Selain itu, faktor kekuatan dan ketahanan terhadap penggunaan dan stabilitas dimensi ketika bahan direstorasi memungkinkannya memiliki kekuatan kompresi yang besar untuk menahan beban kunyah.
2. Estetika bagus (sewarna gigi)
Bahan restorasi komposit memiliki estetika yang baik dibandingkan bahan restorasi lainnya. Hal ini karena bahan restorasi komposit adalah salah satu bahan restorasi sewarna gigi. Permintaan pasien untuk restorasi sewarna dengan gigi menjadi salah satu pertimbangan dari penggunaan resin komposit.
3. Kemungkinan sensitivitas gigi lebih kecil
Bahan restorasi komposit memiliki kemungkinan sensitivitas gigi yang lebih kecil dibandingkan bahan restorasi lainnya karena elastisitas yang mirip dengan gigi alami, kemampuan ikatan yang baik dengan struktur gigi, dan konduktivitas panas yang rendah. Sifat-sifat ini membantu mengurangi tekanan pada gigi dan meminimalkan reaksi terhadap perubahan suhu, sehingga mengurangi kemungkinan sensitivitas gigi setelah perawatan restorasi komposit.
4. Biasanya dapat selesai dalam sekali kunjungan
Bahan restorasi komposit dapat direstorasi dalam sekali kunjungan karena bahan ini dapat diaplikasikan secara langsung ke gigi dan proses pengerasan atau setting time yang cepat menggunakan visible light cure (VLC) atau sinar tampak.
5. Mudah direparasi
Apabila terjadi kerusakan pada bahan restorasi yang menggunakan resin komposit relatif mudah untuk direparasi. Hal ini karena proses restorasi dengan resin komposit yang dapat dilakukan dalam sekali kunjungan saja.
DAFTAR PUSTAKA
Dewiyani, Sari dkk. 2019. Distribusi Frekuensi Pulpitis Reversibel Dan Pulpitis Ireversibel Di Rsgm Fkg Moestopo Pada Tahun 2014-2016 (Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia dan Lokasi Gigi). JITEKGI 2019, 15 (2) : 41-46
Kurniasari, Ari. 2017. Efektivitas Biji Kopi Robusta (Coffea robusta) Sebagai Bahan Direct Pulp Capping Terhadap Jumlah Sel Makrofag dan Sel Limfosit Pulpa Gigi. Repository FKG UNEJ
Mundung, C., Wowor, V. N. S., & Wicaksono, D. A. 2018. Uji Perbandingan Kekuatan Kompresi Tumpatan Resin Komposit dengan Teknik Incremental Horizontal dan Teknik Bulk. E-GiGi, 6(2). https://doi.org/10.35790/eg.6.2.2018.19940
Rasni, N.D. and Khoman, J.A., 2021. Penatalaksanaan Hipersensitivitas Dentin. e-GiGi, 9(2), pp.133-138.
Usman, Sahriah dan Juni Jekti Nugroho. 2015. Diagnosis dan Perawatan Saluran Akar pada Gigi yang Mengalami Obliterasi. Makassar Dental Journal ; 4(3) : 103 - 106
Utami, Istri Dwi. dkk. 2019. Proporsi Gambaran Radiografis Lesi Periapikal Gigi Nekrosis pada Radiograf Periapikal. Padjajaran J Dent Res Student ; 3(1) : 64 - 69
Wati, Habieb dkk. 2023. PENATALAKSANAAN PULPITIS REVERSIBEL PADA GIGI MOLAR DESIDUI (LAPORAN KASUS). Artikel Laporan Kasus FKG UMS