MAKALAH
“SYARIAT ISLAM”
DOSEN PENGAMPU : Dr. DEPRIZON, SPd.I.,M.Pd.I MATA KULIAH : AGAMA ISLAM
DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :
1. Gebrina Rizkika 2301114178
2. Revika Alvionita 2301114181
3. viola annisa putri 2301126803
4. Yasmien Nurul Isya 2301114174
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan.
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Agama Islam, Bapak Dr. Deprizon, SPd.I.,M.Pd.I, yang telah membimbing dan memberi arahan dalam penyusunan makalah ini.
Begitu pula kepada teman-teman seperjuangan yang telah memberi masukan dan pandangan kepada kami selama menyelesaikan makalah ini.
Makalah berjudul “SYARIAT ISLAM” ini disusun untuk memenuhi tugas semester 1 mata kuliah Agama Islam.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan makalah ini
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak pihak yang membantu dalam menyesarkan makalah ini
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan unbulan yang setimpal puda mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebaga balah Amin Ya Robbal
Alamin
Pekanbaru, September 2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...2
BAB I...4
PENDAHULUAN...4
A. LATAR BELAKANG...4
B. TUJUAN...5
C. MANFAAT PENULISAN...5
BAB II...6
PEMBAHASAN...6
A. KONSEP UMUM SYARIAT ISLAM...6
1. Pembagian Syariat Islam...6
2. Prinsip-prinsip dasar Syariat Islam...7
B. KARAKTERISTIK SYARIAT ISLAM...8
C. KELEBIHAN/KEISTIMEWAAN SYARIAT ISLAM...9
D. APAKAH SYARIAT ISLAM COCOK UNTUK SETIAP ZAMAN...11
E. PERGAULAN BERDASARKAN SYARIAT ISLAM...12
1. Etika Bergaul dengan Lawan Jenis...12
F. HUKUM BERPACARAN MENURUT SYARIAT...13
G. HUKUM MEROKOK MENURUT SYARIAT ISLAM...14
H. HUBUNGAN AGAMA ISLAM DAN ILMU PEMERINTAHAN...15
BAB III...16
PENUTUP...16
A. KESIMPULAN...16
B. SARAN...16
C. DAFTAR PUSTAKA...16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan segala pemberian- Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT yang telah memberikannya.
Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif
(Quraniyah dan Kauniyah).
Sebagian dari syariat terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus maupun ibadah umum.
Sumber syariat adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariat dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang telah tertanam Aqidah atau keimanan. Semoga dengan bimbingan syariah hidup kita akan selamat dunia dan akhirat.
Syariat Islam adalah bagian dari kesadaran sejarah Agama Islam di dunia. Syariat Islam
berkembang dan terus menjadi panduan hukum di berbagai Negara, bukan hanya Indonesia yang memakai syariat islam bahkan Negara- Negara besar pun ada yang memakai syariat Islam di negaranya.
Hal itu selain karena syariat islam melengkapi hukum di dunia, syariat islam juga memenuhi persyaratan untuk melindungi manusia atau bisa disebut HAM. Syariat islam pun tidak hanya meliputi hukum-hukum di dunia tetapi banyak hal di dunia ini seperti ekonomi, pembelajaran, pernikahan, dll.
Mungkin pada zaman sekarang manusia sangat memerlukan teknologi contohnya handphone, computer, laptop, televise,dll. Di era globalisasi ini banyak sekali teknologi-teknologi canggih jadi banyak sekali pekerjaan yang di zamannya membutuhkan waktu yang lama tapi sekarang hanya dalam hitungan menit, jam, ataupun hitungan hari pekerjaan itu dapat terselesaikan.
Akan tetapi di zman modern ini banyak sekali kekurangannya, misalnya ornag-orang lebih suka menggunakan cara instan dibandingkan cara di zaman dahulu yang lumayan rumit, dan banyak juga orang-orang di zaman sekarang yang tidak mementingkan lagi akhirat hanya mementingkan duniawi saja jadi banyak sekali korupsi dimana-mana, pelecehan seksual, pelanggaran hukum HAM, dll.
B. TUJUAN
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak pengetahuan kita tentang syari’ah, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, termasuk :
1. Pengertian syariat islam 2. Konsep umum syariat islam
3. Kelebihan/keistimewaan syariat islam
4. Apakah syariat islam cocok untuk semua zaman 5. Aturan pergaulan menurut syariat islam
6. Hukum pacaran menurut syariat islam 7. Hukum merokok menurut syariat islam 8. Hubungan islam dan ilmu pemerintahan C. MANFAAT PENULISAN
Untuk menghormati seluruh ciptaan atau semua makhluk yang diciptakan Allah SWT. Allah SWT telah menciptakan semesta alam ini beserta penghuninya. Tidak hanya manusia, namun ada hewan, jin, malaikat, pepohonan, tanah, air, api, udara. Intinya menghormati semua yang
diciptakan Tuhan. Selain itu manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memuliakan manusia.
Seperti yang kita ketahui bersama, Allah telah menentukan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan olehNya dalam Al-Quran berupa aturan yang harus ditaati oleh manusia. Ketika ada seseorang yang melanggar peraturan itu, maka ia mendapatkan hukuman baik di dunia atau pun di akhirat.
Orang yang mengetahui akan adanya hukuman bagi yang melanggar peraturan akan mencoba untuk menaatinya sebaik mungkin, sehingga ketaatannya akan menjaga keseimbangan kehidupan manusia lainnya. Ia tidak akan membuat orang lain terganggu sebab pelanggarannya terhadap peraturan.
D.
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP UMUM SYARIAT ISLAM
Syariat Islam yakni berisi hukum dan aturan Islam adalah hukum agama yang membentuk merujuk bagian dari tradisi Islam. Ini berasal dari ajaran agama Islam dan didasarkan pada kitab suci Islam, khususnya Al-Qur'an dan Hadits. Dalam bahasa Arab, istilah "syarah" mengacu pada hukum Allah SWT yang tidak dapat diubah dan dikontraskan dengan fiqh, yang mengacu pada interpretasi ilmiah manusia.
Secara etimologi bahasa, kata syari'ah berarti jalan yang berbekas menuju air, karena sudah sering dilalui. Kemudian maknanya berkembang menjadi sumber air yang selalu diambil orang untuk keperluan hidup. Secara istilah, syari'ah adalah apa yang digariskan dan ditentukan oleh Allah dalam agama sebagai aturan kehidupan para hamba-Nya. Syariah diartikan sebagai segala peraturan yang datang dari Allah, baik berupa hukum-hukum Akidah, hukum yang bersifat praktik, maupun hukum akhlak.
Sebagaimana tersebut dalam Al Quran Surat Al Ahzab ayat 36, bahwa sekiranya Allah
(Islam) dan Rasul- Nya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan Rasul- Nya belum menetapkan ketentuannya maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat dalam Surat Al Maidah QS 5:101 yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah SWT.
Syariat Islam mengatur persoalan yang berkaitan dengan kontek sosial-kemasyarakatan khususnya yang berkaitan dengan norma sosial. Ruang lingkupnya dimulai dari tindak kejahatan, minuman keras,perzinahan, hingga pembunuhan. Syariat Islam juga membahas konteks sosial-kemasyarakatan yang lebih luas, yaitu negara. Ruang lingkupnya meliputi hubungan pemerintahan antara pemerintah dengan rakyat yang diperintah. praktik keuangan, syariah juga diterapkan dalam bisnis syariah, seperti bermuamalah.
1. Pembagian Syariat Islam
Hukum yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw. untuk segenap manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Ilmu Tauhid, yaitu hukum atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan dasar-dasar keyakinan agama Islam, yang tidak boleh diragukan dan harus benar-benar menjadi keimanan kita. Misalnya, peraturan yang berhubungan dengan Dzat dan Sifat Allah swt. yang harus iman kepada-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan iman kepada hari akhir termasuk di dalamnya kenikmatan dan siksa, serta iman kepada qadar baik dan buruk. Ilmu tauhid ini dinamakan juga Ilmi Aqidah atau Ilmu Kalam.
2. Ilmu Akhlak, yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pendidikan dan penyempurnaan jiwa. Misalnya, segala peraturan yang mengarah pada perlindungan keutamaan dan mencegah kejelekan-kejelekan, seperti kita harus berbuat benar, harus memenuhi janji, harus amanah, dan dilarang berdusta dan berkhianat.
3. Ilmu Fiqh, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh mengandung dua bagian: pertama, ibadah, yaitu yang menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan manusia dengan Tuhannya. Dan ibadah tidak sah (tidak diterima) kecuali disertai dengan niat. Contoh ibadah misalnya shalat, zakat, puasa, dan haji. Kedua, muamalat, yaitu bagian yang menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan antara manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh dapat juga disebut Qanun (undang- undang).
2. Prinsip-prinsip dasar Syariat Islam
a). Menjaga Jiwa (Hifzhun Nafsi)
Kedudukan jiwa dalam agama mendapat perhatian yang sangat besar dan vital untuk dijaga dan dipelihara kelangsungannya serta mencegah segala hal yang dapat mengancam atau
menghilangkan jiwa/nyawa seseorang. Bahkan untuk kepentingan ini, syariat membolehkan hal- hal yang sebelumnya dilarang pada saat seseorang mengalami kondisi darurat; seperti orang yang tersesat di hutan dan menderita kelaparan yang parah, namun ia tidak menjumpai makanan apapun selain bangkai. Maka dibolehkan baginya memakan daging bangkai tersebut sekedar menjaga nyawanya agar tidak melayang, sehingga tidak boleh berlebih-lebihan hingga kenyang.
b). Menjaga Akal (Hifzhul Aqli)
Akal adalah nikmat terbesar setelah nikmat kehidupan (nyawa). Dengan akal itulah seseorang dapat memisahkan antara yang haq dan bathil, dapat memilah dan memilih mana yang baik (maslahat) dan bermanfaat serta mana yang merusak (mafsadat) dan merugikan (madharat).
c). Menjaga Agama (Hifzhud Diin)
Agama sebagai penuntun hidup manusia agar teratur, tertib, seimbang lahir dan batin, serta mengarahkan manusia agar hidup bahagia, selamat dan mulia dunia dan akhiratnya. Karena itulah Syariat menetapkan berbagai tuntunan untuk menjaga, merawat dan mempertahankan eksistensi agama, seperti menegakkan sholat lima waktu sebagai tiangnya agama, berjihad melawan penjajah yang dapat membahayakan kelangsungan agama, menyebarkan dakwah Islam baik dengan lisan (dakwah bil lisan), tulisan (dakwah bil kitabah), maupun aksi-aksi sosial (dakwah bil hal).
d). Menjaga Keturunan (Hifzhun Nasli)
Keturunan ibarat separuh jiwa keberlangsungan hidup manusia yang diberi anugerah berupa naluri seksual. Dengan berketurunan, manusia akan dapat melanjutkan tugas kekhalifahannya untuk memakmurkan bumi dengan berbagai hal yang bermanfaat bagi sesama sesuai dengan tuntunan ilahiyah. Maka menjaga keturunan menjadi perhatian penting dalam Syariat Islam agar
tercipta harmonisasi kehidupan sosial mulai dari lingkungan rumah tangga, komunitas masyarakat hingga tatanan bangsa yang mendukung ketahanan sebuah negara.
e). Menjaga Harta (Hifzhul Maal)
Harta merupakan wasilah (perantara) tercapainya berbagai keinginan, hidup bahagia (meski sifatnya relatif), juga bisa mendukung pelaksanaan ibadah. Dengan harta orang bisa membeli pakaian untuk menutup aurat-yang notabene salah satu syarat sahnya sholat, digunakan untuk bersedekah, berzakat, wakaf, hibah, berhaji, mendukung kesuksesan acara-acara Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) dan lain sebagainya. Karena itulah harta harus dilindungi eksistensinya karena bisa mendukung tegaknya atau suksesnya perjuangan agama.
B. KARAKTERISTIK SYARIAT ISLAM
a). Bersumber dari Allah
Agama Islam berasal dari Sang Pencipta yang Maha Agung, yang menciptakan manusia dan alam semesta beserta isinya. Keberadaannya sebagai syariat yang bersumber dari Allah
memberinya banyak keistimewaan, diantaranya: bahwa Allah adalah Sang Pencipta dan Pemberi rezki, Dialah satu-satunya yang memiliki hak untuk menetapkan syariat.
b). Keterikatan syariat dengan akhlak
Diketahui bersama bahwa tujuan suatu aturan tidak akan terealisasi jika hanya sekedar ditetapkan, tapi harus ada kesiapan manusia untuk menjalankannya dengan kerelaan hati dan yakin, sebagaimana tujuan aturan yang diharapkan tidak akan terealisasi hanya karena aturan- aturannya baik, tujuannya akan tercapai jika dilaksanakan oleh orang-orang yang diberlakukan baginya aturan itu, dengan catatan bahwa aturan itu dijalankan atas kesadaran diri, kesadaran ini berangkat dari keyakinannya tentang keadilan aturan itu dan keyakinannya akan ganjaran yang diberikan oleh pembuat aturan, ridha terhadap syariat dan hukum-hukum-Nya.
c). Antara dunia dan akhirat
Diantara keistimewaan syariat Islam dibandingkan dengan undang-undang buatan manusia, bahwa ia memberi ganjaran ataupun hukuman di dunia dan akhirat, dan balasan di akhirat lebih besar daripada balasan di dunia. Oleh karena itu, seorang beriman selalu memiliki kesadaran diri yang kuat yang mendorongnya untuk menjalankan aturan-aturan-Nya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, walaupun ia dapat luput dari balasan di dunia, namun ia yakin bahwa pandangan Allah tidak luput dan tidak tidur darinya, dan manusia akan bertanggung jawab di hadapan Allah atas apa yang ia lakukan dalam kehidupan dunia.
d). Memperhatikan sisi sosial dalam aturan-aturannya
Syariat Islam tidak mendahulukan kemaslahatan suatu kelompok dan mengabaikan yang lain, atau berpihak kepada seseorang dan merugikan yang lain, namun ia menjadi solusi bagi masalah besar itu, dimana mayoritas masyarakat yang tidak menjadikan syariat Islam sebagai aturan dan metode dalam kehidupan kewalahan menghadapinya, yaitu masalah perseteruan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan umum dalam masyarakat, dimana kita dapati sebagian masyarakat lebih mementingkan kepentingan pribadi secara mutlak, sebagaimana dalam paham kapitalis. Di sisi lain, paham sosialis lebih mementingkan kepentingan masyarakat dan
mengabaikan kepentingan pribadi serta mencabut hak pribadi dan kepemilikan, akibatnya pribadinya diabaikan dan melemahkan potensinya, tapi Islam menegakkan aturannya di atas prinsip menimbang antara hak-hak tersebut dalam masyarakat. Ia memperhatikan kepentingan umum masyarakat Islam namun dalam waktu yang sama tidak mengabaikan tuntutan pribadi muslim.
e). Konstan namun fleksibel
Islam tegak di atas prinsip-prinsip konstan yang tidak berubah-ubah dan berganti-ganti, bersumber dari Al Qur’an yang dijaga keotentikannya oleh Allah Ta’ala
C. KELEBIHAN/KEISTIMEWAAN SYARIAT ISLAM
1. Al-Rabbaniyah
Yang dimaksud dengan al-rabbaniyah adalah hukum-hukum atau peraturan-peraturan Islam buatan sang pencipta. Hukum ini bukanlah buatan manusia yang memiliki kelemahan dan dapat berubah karena tempat, waktu, budaya, adat istiadat, nafsu, serta berbagai macam campuran hasil cipta manusia. Hukum Ar Rabbaniyah dibuat oleh Allah yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas segala apa yang ada di alam raya.
Hukum Islam bersumber dari Allah SWT, ia tidak terbatas pada sesuatu masa tertentu, namun ia sesuai untuk sepanjang zaman. Zaman, waktu, ruang dan musim tidak mempunyai pengaruh dan kekuasaan untuk merubah prinsip dan dasar syariat islam.
2. Al-Alamiyah
Al-alamiyah berarti universal, bahwa segala hukum dan asas syariat Islam memiliki sifat universal, insaniyah yaitu rahmat bagi seluruh alam, hidayah untuk seluruh manusia di muka bumi ini dan diturunkan untuk segenap umat manusia.
Syariat Islam bukanlah terbatas untuk satu jenis manusia saja atau untuk satu daerah di bumi tertentu saja, atau untuk satu golongan ras manusia tertentu saja, akan tetapi ia untuk "sekalian manusia" tanpa melihat bangsa, warna kulit, jenis, bahasa dan daerah.
Keistimewaan yang kedua ini adalah hukum Allah tidak dibuat oleh manusia. Hukum buatan manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti lebih mementingkan dirinya, keluarganya atau golongannya sendiri, bahkan rasa kesukuan, ras dan berbagai kepentingan.
3. Syumul
Syumul berarti menyeluruh atau sifatnya melingkupi keseluruhan. Syariat Islam melingkupi semua hukum dan peraturan di segala sudut dari berbagai sudut pembentukan, pembinaan serta perbaikan hukum tersebut. Hukumnya menyeluruh dan melingkupi segala unsur kehidupan, baik berkenaan tentang keyakinan (aqidah), peribadatan ataupun akhlak perilaku, kehidupan pribadi maupun masya- rakat luas, lahir maupun batin masalah-masalah umum seperti perdata, pidana, peradilan, kenegaraan, ekonomi, keuangan, dll.
4. Al-Ishalah Wal Khulud
Hukum Islam adalah hukum yang asli dan tidak berubah akibat zaman. Ia tidak dapat ditan- dingi oleh seluruh hukum yang ada karena ia masih asli bukan bikinan atau tambahan dan benar-benar berasal dari pencipta (wahyu ilahi). Keasliannya dapat ditinjau dari sudut sumber, metode, dan muamalatnya.
5. At-Taisir Wa Raful Kharaj
Syariat Islam berdasarkan pada kemudahan dan tidak nyaman manusia. Allah SWT mengangkat kewajiban yang menyulitkan manusia dalam pelak- sanaanya. Kewajiban yang diberikan sesuai dengan kemampuan Allah SWT yang berfirman
“Tidaklah Allah ingin menjadikan kesulitan bagi kamu? Allah menghendaki kemudahan bagi kamu, dan tidaklah mengininkan kesukaran bagi kamus”
“Allah tidak memberatkan manusia kecuali apa yang mampu dipikulnya?”
Kemudahan pelaksanaan syariat Islam dapat dilihat antara lain dari beberapa aspek (yaitu ibadah, syariat dan uqubatatan)
Ibadat. Shalat wajib dilakukan lima waktu sehari oleh setiap muslim dewasa. Apabila tidak mampu ia boleh melakukan sambil berdiri, shalat bisa dilakukan dengan cara duduk maka bisa sambil duduk, tidur atau berkedip mata. Dalam perjalanan shalat bisa dijama' dan qasar.
Syariat Islam hanya menggariskan bahwa perkawinan cukup sah apabila dihadiri oleh mempelai, wali dan saksi, bukan dengan mahar yang mahal.
Uqubatatan. Hukuman qisas tapi orang yang melakukan pembunuhan harus dilakukan dengan adil, mereka mungkin mendapat keringanan jika dimaafkan oleh keluarga korban dengan membayar diyat.
6. Ri'ayatul Masholih Al-Basya-riyah
Syariat Islam memperhatikan pemeliharaan kemaslahatan manusia dan perikemanusiaan. Syariat Islam tidak membedakan manusia dari segi kebangsaan, keturunan, warna kulit, dll. Hu- kum Islam menyatakan bahwa manusia adalah umat yang satu oleh karena itu pemeliharan ter hadap kemaslahatan manusia adalah sama.
7. At-tawazun Bainal Madah War Ruh
syariat Islam selalu memper- hatikan keseimbangan antara materialisme dan spiritualisme.
Keseimbangan (tawazun) dalam syariat Islam bersifat moderat dan seimbang. Seimbang antara duniawi dan ukhrawi, antara individualisme dan kolektivisme, antara tanggung jawab dan kebebasan, antara kewajiban dan hak serta lain-lain.
Islam memandang manusia itu mahkluk yang memiliki berbagai tabiat dan perangai tersendiri. la bukan malaikat dan buka juga binatang. Sekalipun pada waktu tertentu ia dapat menjadi lebih buruk dari hewan dan lebih tinggi dari malarkat.
8. At-Talazum Baina Aqidah Wal Hayah
Syariat Islam saling berkaitan antara aqidah dan kehidupan nyata. Hal ini sesuai dengan konsep Islam yaitu hidup adalah ibadah yang karenanya segala aktivitas akan diukur ibadahnya apabila sela-lu diniati untuk mencari keridhaan Allah SWT. Allah SWT berfirman kepada manusia:
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku”
Aqidah yang ada di dalam hati harus diwujudkan dalam perbuatan 9. Al-Akhlaqiyah
Syariat Islam selalu memandang perbuatan baik dan menjadi tolak ukur dan penilaian atas segala aktivitas manusia. Suatu hukum dianggap baik apabila hukum itu menambah baik perilaku manusia, sebaliknya jika hukum peraturan itu menjadikan manusia lebih buruk bahkan
menjadikan manusia tidak mempunyai kesopanan dan tata krama maka hukum itu jelas bukan hukum yang baik bagi manusia.
D. APAKAH SYARIAT ISLAM COCOK UNTUK SETIAP ZAMAN
Seperti yang dijelaskan pada kelebihan/keistimewaan syariat islam terdapat salah satu point yang membahas tentang ini yaitu Al-Ishalah Wal Khulud.
Hukum Islam adalah hukum yang asli dan tidak berubah akibat zaman. Ia tidak dapat ditandingi oleh seluruh hukum yang ada karena ia masih asli bukan bikinan atau tambahan dan be- nar- benar berasal dari pencipta (wahyu ilahi). Keasliannya dapat ditinjau dari sudut sumber, me- tode, dan muamalatnya
Syariat Islam ber-sumber dari wahyu yang meng-gariskan usul dan kaedah, mem-perjelas tujuan dan maksud, membawa manusia kepada con-toh teladan, menerangkan jalan dan menjadi
petunjuk jalan yang lurus Metode. Syariat Islam diprogram oleh Allah SWT untuk manusia dan kemanusiaan. Seca-ra fitrahnya menghargai, memelihara kemuliaan manusia. Metode yang digunakan berbeda dengan standar hukum dunia lainnya. Tujuan dari syariat Islam itu jelas yaitu peribadatan kepada Allah SWT dengan mengharapkan ridha Allah SWT
Syariat Islam tidak berubah karena zaman itu bukan berarti tidak dapat memenuhi kepen- tingan manusia di zaman ter tentu akan tetapi hukumnya te tap dan tidak berubah-ubah ta tidak dapat menerima penyelewengan, campur aduk dan pemalsuan.
E. PERGAULAN BERDASARKAN SYARIAT ISLAM
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain. Istilah pergaulan berarti kegiatan manusia untuk membaur bersama manusia lainnya dan berinteraksi satu sama lain. Dalam islam pergaulan diatur sedemikian mungkin sehingga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya konflik dan lain sebagainya. Seoerti yang kita ketahui bahwa Allah menciptakan manusia dengan berbagai macam perbedaan dan berasal dari berbagai suku dan Allah menghendaki manusia untuk saling mengenal satu sama lain sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal” (QS. al-Hujurat: 13).
1. Etika Bergaul dengan Lawan Jenis
Etika atau adab pergaulan dengan lawan jenis harus selalu diterapkan agar terhindar dari hal-hal yang melanggar syariat agama.
a). Menundukkan pandangan
Laki-laki dan perempuan yang bukan mahram sebaiknya menjaga pandangan ketika berinteraksi.
Maksudnya adalah menjaga pandangan dari bagian tubuh lawan jenis yang dapat mengundang syahwat. Sebagaimana yang tercantum dalam surat An Nur ayat 30-31 berikut.
ِتَٰنِم ؤؤُمؤلّل لُقَو َنوُعَنؤصَي اَمِب ٌۢريِبَخ َ للٱ لنِإ ۗ ؤمُهَل ٰىَكؤزَأ َكِل َٰذ ۚ ؤمُهَجوُرُف ۟اوُظَفؤحَيَو ؤمِهِر َٰصؤبَأ ؤنِم ۟اوّضُغَي َنيِنِمؤؤُمؤلّل لُق اَهؤنِم َرَهَظ اَم للِإ لنُهَتَنيِز َنيِدؤبُي َلَو لنُهَجوُرُف َنؤظَفؤحَيَو لنِهِر َٰصؤبَأ ؤنِم َنؤضُضؤغَي
Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.’
b). Tidak berkhalwat (berduaan)
Jangan berkhalwat dengan lawan jenis karena dapat menimbulkan fitnah dan terjerumus dalam perbuatan dosa. Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah sekali-kali kamu berkhalwat (berduaan) dengan perempuan kecuali disertai mahramnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
c). Berbusana sopan dan menutup aurat
Busana laki-laki dan perempuan harus sopan dan menutup aurat agar tidak mengundang syahwat bagi lawan jenisnya. Perempuan dianjurkan mengenakan hijab dan laki-laki juga menutup auratnya.
d). Tidak menyentuh lawan jenis
Islam tidak memperbolehkan laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya bersentuhan kulit.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita.” (HR.
Malik, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad) e). Menjaga etika dan sopan santun
Menjaga akhlak mulia kepada lawan jenis dengan selalu berbicara dengan sopan dan santun.
Berbicara sesuai dengan kepentingan dan menghindari pembicaraan yang dapat membangkitkan syahwat.
F. HUKUM BERPACARAN MENURUT SYARIAT
Pacaran sangat sering didengar saat ini untuk menggambarkan hubungan laki-laki dan
perempuan. Islam telah mengatur bagaimana seharusnya hubungan laki-laki dan perempuan, lalu apakah terdapat pacaran dalam Islam? pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Namun sayangnya di masa sekarang, pacaran digunakan sebagian orang untuk memenuhi hawa nafsu sesaat.
Lantas apakah Islam menganjurkan umatnya untuk berpacaran? Sebagaimana diketahui, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya ‘Tidak boleh antara laki-laki dan wanita berduaan kecuali disertai oleh muhrimnya, dan seorang wanita tidak boleh bepergian kecuali ditemani oleh mahramnya.’ (HR. Muslim).
“Pacaran tidak boleh dalam Islam sebab bisa sangat mungkin mendekatkan kepada perbuatan zina.” Dalam firman Allah SWT Q.S. Al-Isra: 32 yang artinya, ‘Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.’
alam ajaran Islam sebenarnya telah banyak dijelaskan terkait batasan-batasan dalam pergaulan antara laki-laki dengan perempuan. Misalnya, adanya larangan untuk mendekati zina. Pacaran merupakan jalan menuju zina yang nyata. Sepasang kekasih yang menjalin hubungan pacaran biasanya memadu kasih dan berkhalwat atau berdua-duaan. Hal inilah yang memicu terjadinya zina.
“Islam menganjurkan bahwa saat seseorang sudah mampu untuk menikah maka segeralah untuk melakukannya. Nabi Muhammad Saw bersabda.”
yang sudah terlanjur berpacaran agar segera mengakhiri hubungannya dan berfokus pada pendidikannya. Sebab dengan fokus belajar dan meraih ilmu setinggi-tingginya, dirinya akan mendapatkan cinta dari Allah S.W.T.
G. HUKUM MEROKOK MENURUT SYARIAT ISLAM
Siapa yang meniliti dengan baik kalam ulama, pasti akan menemukan bahwa hukum rokok itu haram demikian menurut pendapat para ulama madzhab. Hanya pendapat sebagian kyai saja (-maaf- yang barangkali doyan rokok) yang tidak berani mengharamkan sehingga ujung-
ujungnya mengatakan makruh atau ada yang mengatakan mubah. Padahal jika kita meneliti lebih jauh, ulama madzhab tidak pernah mengatakan demikian, termasuk ulama madzhab panutan di negeri kita yaitu ulama Syafi’iyah.
Ulama Syafi’iyah seperti Ibnu ‘Alaan dalam kitab Syarh Riyadhis Sholihin dan Al Adzkar serta buku beliau lainnya menjelaskan akan haramnya rokok. Begitu pula ulama Syafi’iyah yang mengharamkan adalah Asy Syaikh ‘Abdur Rahim Al Ghozi, Ibrahim bin Jam’an serta ulama Syafi’iyah lainnya mengharamkan rokok.
Qalyubi (Ulama mazhab Syafi’I wafat: 1069 H) ia berkata dalam kitab Hasyiyah Qalyubi ala Syarh Al Mahalli, jilid I, hal. 69, “Ganja dan segala obat bius yang menghilangkan akal, zatnya suci sekalipun haram untuk dikonsumsi. Oleh karena itu para Syaikh kami berpendapat bahwa rokok hukumnya juga haram, karena rokok dapat membuka jalan agar tubuh terjangkit berbagai penyakit berbahaya“.
Ulama madzhab lainnya dari Malikiyah, Hanafiyah dan Hambali pun mengharamkannya.
Artinya para ulama madzhab menyatakan rokok itu haram. Silakan lihat bahasan dalam kitab
‘Hukmu Ad Diin fil Lihyah wa Tadkhin’ (Hukum Islam dalam masalah jenggot dan rokok) yang
disusun oleh Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid Al Halabi hafizhohullah terbitan Al Maktabah Al Islamiyah hal. 42-44.
Di antara alasan haramnya rokok adalah dalil-dalil berikut ini.
Allah Ta’ala berfirman,
H. ِةَكُلؤهلتلا ىَلِإ ؤمُكيِدؤيَأِب اوُقؤلُت َلَو
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan“. (QS. Al Baqarah:
195).
Karena merokok dapat menjerumuskan dalam kebinasaan, yaitu merusak seluruh sistem tubuh (menimbulkan penyakit kanker, penyakit pernafasan, penyakit jantung, penyakit pencernaan, berefek buruk bagi janin, dan merusak sistem reproduksi), dari alasan ini sangat jelas rokok terlarang atau haram.
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َرارِض لو َرَرَض ل
“Tidak boleh memulai memberi dampak buruk (mudhorot) pada orang lain, begitu pula membalasnya.” (HR. Ibnu Majah no. 2340, Ad Daruquthni 3/77, Al Baihaqi 6/69, Al Hakim 2/66. Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih).
Dalam hadits ini dengan jelas terlarang memberi mudhorot pada orang lain dan rokok termasuk dalam larangan ini.
Perlu diketahui bahwa merokok pernah dilarang oleh Khalifah Utsmani pada abad ke-12 Hijriyah dan orang yang merokok dikenakan sanksi, serta rokok yang beredar disita pemerintah, lalu dimusnahkan. Para ulama mengharamkan merokok berdasarkan kesepakatan para dokter di masa itu yang menyatakan bahwa rokok sangat berbahaya terhadap kesehatan tubuh. Ia dapat merusak jantung, penyebab batuk kronis, mempersempit aliran darah yang menyebabkan tidak lancarnya darah dan berakhir dengan kematian mendadak.
H. HUBUNGAN AGAMA ISLAM DAN ILMU PEMERINTAHAN
Melihat dari kacamata Islam, beberapa pakar berpendapat bahwasanya agama dan negara menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Walaupun pada dasarnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan membutuhkan satu sama lain, dan itu benar terjadi dalam negara berbasiskan Islam. Seperti halnya pada masa nabi Muhammad, Khalifah Rasyidin, Dinasti-Dinasti Islam, Kesultanan Islam seperti Turki Ustmani, Samudera Pasai dan Banten, sampai pada sekarang ini. Salah satu negara yang masih menggunakan Islam sebagai dasar hukum negaranya ialah Arab Saudi.
Agama Tidak Terpisah dari Negara, sebab agama mengatur segala aspek kehidupan, termasuk di dalamnya aspek politik dan kenegaraan. Agama bukan sekedar urusan pribadi atau ajaran moral yang bersifat individual belaka, melainkan pengatur bagi seluruh interaksi yang dilakukan oleh
manusia dalam hidupnya, baik interaksi manusia dengan Tuhan, manusia dengan dirinya sendiri, maupun manusia yang satu dengan manusia yang lain. Keberadaan negara bahkan dipandanng sebagai syarat mutlak agar seluruh peraturan agama dapat diterapkan. Inilah pandangan ideologi Islam, yang pernah diterapkan sejak Rasulullah Saw berhijrah dan menjadi kepala negara Islam di Madinah.
Dan begitupula dengan Indonesia, seharusnya Agama Islam dijadikan sebagai landasan dibuatnya peraturan atau hukum yang ada dan yang seperti kita lihat pada saat ini contohnya adanya Aturan pelarangan terhadap penyimpangan ajaran agama sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan, Penyalahgunaan, dan/atau Penodaan Agama (UU Penodaan Agama) sesuai dengan UUD 1945 atau adanya hukuman yang dikenakan oleh penista agama.
Jadi hubungan agama islam dan ilmu pemerintahan adalah Ilmu Pemerintahan merupakan bidang yang mengkaji berbagai permasalahan organisasi, administrasi, manajemen, dan kepemimpinan dalam penyelenggaraan organisasi maupun badan publik yang bertugas melaksanakan kekuasaan negara sebagaimana tertuang dalam peraturan perundang-undangan dan begitupula islam
mengkaji berbagai permasalahan tersebut berdasarkan al-quran dan hadist dan dalam pembuatan peraturan perundang-undangan tersebut pasti selalu mempertimbangkan hukum-hukum atau syariat-syariat islam.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan umumnya pada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Muamalah dalam syariah Islam bersifat fleksibel tidak kaku. Dengan demikian Syariah Islam dapat terus menerus
memberikan dasar spiritual bagi umat Islam dalam menyongsong setiap perubahan yang terjadi di masyarakat dalam semua aspek kehidupan.
Syariah Islam dalam muamalah senantiasa mendorong penyebaran manfaat bagi semua pihak, menghindari saling merugikan, mencegah perselisihan dan kesewenangan dari pihak yang kuat atas pihak-pihak yang lemah. Dengan dikembangkannya muamalah berdasarkan syariah Islam akan lahir masyarakat marhamah, yaitu masyarakat yang penuh rahmat.
B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya memabngun bagi para pembacanya seabgai keempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi acuan untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca dan terkhusus buat kami. Amin.
C. DAFTAR PUSTAKA
https://islam.nu.or.id/syariah/lima-tujuan-belajar-ilmu-syariat-menurut-syaikh-usama-al-azhari- M1Dat
kumparan.com/berita-hari-ini/5-etika-bergaul-dengan-lawan-jenis-sesuai-syariat-islam- 1xSUIZ4yxZI/full
www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6715396/hukum-pacaran-dalam-islam-apakah-sama- dengan-taaruf
jabar.nu.or.id/syariah/prinsip-prinsip-dasar-syariat-islam-1loxO
islamdigest.republika.co.id/berita/r72pbu366/lima-karakteristik-syariat-islam kumparan.com/arryanrosadi/hubungan-islam-dan-politik-yang-wajib-diketahui- 1wWKOlt3TL9/full
kumparan.com/arryanrosadi/hubungan-islam-dan-politik-yang-wajib-diketahui- 1wWKOlt3TL9/4
kumparan.com/arryanrosadi/hubungan-islam-dan-politik-yang-wajib-diketahui- 1wWKOlt3TL9/3
kumparan.com/berita-hari-ini/5-etika-bergaul-dengan-lawan-jenis-sesuai-syariat-islam- 1xSUIZ4yxZI/4