MAKALAH
SYEKH NAWAWI AL-BANTANI
Disusun Oleh :
1. Safira Anggraini 2. Izmi Evril Resda 3. Dwi Komala Sari 4. Subhi Pratama ramdani
SMA NEGERI 1 TALIWANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua anugerah-Nya, yang memungkinkan penulis untuk menyelesaikan makalah mengenai " Syekh Nawawi Al- Bantani" dengan sebaik mungkin.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua individu dan pihak yang telah memberikan bantuan, fasilitas, masukan, dan dukungan dalam penulisan makalah ini, sehingga penulis berhasil menyelesaikannya sesuai dengan waktunya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dengan berlipat ganda.
Kendati penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun makalah ini, penulis sadar bahwa kemungkinan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari semua pembaca.Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Taliwang, 10 Januari 2024 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 1
BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Syekh Nawawi Al-Bantani... 2
B. Karya-Karya Syekh Nawawi Al-Bantani... 4
C. Peran Nawawi Al-Bantani... 6
D. Keteladanan Syekh Nawawi Al-Bantani... 8
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... 10 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlu diperhatikan bahwa kemunculan dan karakter seorang tokoh intelek sangat dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang mengitarinya. Kondisi sosial, ekonomi, politik dan sebagainya turut membentuk sebuah wacana yang berkembang dari seorang intelektual.[1] Salah satu tokoh intelek dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia adalah Syekh Nawaai Al-Bnatani. Syekh Nawawi merupakan sosok figur yang penting dalam pembentukan kelembagaan ulama dan peetransformasian keilmuan Islam ke Indonesia. Ia juga memiliki gelar “Bapak Intelektual Pesantren Nusantara”.
Di kalangan komunitas pesantren, Syekh Nawawi tidak hanya dikenal sebagai ulama penulis kitab, tapi ia adalah Mahaguru Sejati. Syekh Nawawi telah banyak berjasa meletakkan landasan teologis dan batasan-batasan etis tradisi keilmuan di lembaga pendidikan pesantren.[2] Ia turut banyak membentuk keintelektualan tokoh- tokoh para pendiri pesantren yang sekaligus juga banyak menjadi tokoh pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Apabila KH. Hasyim Asy’ari sering disebut sebagai tokoh yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya NU, maka Syekh Nawawi adalah guru utamanya.
Dengan demikian, penulis ingin memaparkan perannya Syekh Nawawi sebagai salah seorang intelek dalam petransformasian keilmuan Islam di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan biografi Syekh Nawawi Al-Bantani!
2. Bagaimana pengajaran oleh Syekh Nawawi Al-Bantani?
3. Jelaskan pengaruh Syekh Nawawi Al-Bantani dalam pesantren!
4. Jelaskan pengaruh Syekh Nawawi Al-Bantani dalam dunia Pendidikan!
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Syekh Nawawi Al-Bantani 1. Silsilah Keluarga
Nama lengkap Syekh Nawawi Al-Bantani adalah Abu Abdul Mu’ti Muhammad bin Umar bin Arbi bin Ali Al-Tanara Al-Jawi Al-Bantani, tetapi ia lebih dikenal dengan sutan Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani. Ia lahir pada tahun 1813 M/1230 H, di Desa Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Propinsi Banten.[3] Syekh Nawawi adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Pada tanggal 25 Syawal 1314 H/1897 M, ia wafat di usia 84 tahun. Ia dimakamkan di Ma’la di dekat makam Siti Khadijah, Umm Al-Mukminin istri Nabi.[4]
Ayahnya yang bernama Kiyai Umar adalah seorang pejabat penghulu yang memimpin masjid. Ibunya bernama Zubaidah, ia adalah penduduk asli Tanar. Dari silsilahnya, Nawawi merupakan keturunan kesultanan yang ke 12 dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, Cirebon), yaitu keturunan dari Putra Maulana Hasanuddin (Sultan Bnaten I) yang bernama Sunyararas (Tajul ‘Arsy).
Nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad melalui Imam Ja’far Assidiq, Imam Muhammad Al-Baqir, Imam Ali Zain Al-Abidin, Sayyidina Husain, Fatimah al- Zahra.[5]
Syekh Nawawi menikahi dua orang perempuan dan mempunyai empat orang anak.
Hasil pernikahannya dengan Nasimah, istri pertama, Ia mendapatkan tiga orang puteri yaitu Maryam, Nafisah, dan Ruqayyah. Sementara dengan istri yang kedua, Ia hanya dikaruniai seorang putri yang diberi nama Zuhro. Menurut penelitian Rafiuddin Ramli, Syaikh Nawawi mempunyai rantai silsilah hinggakepada Rasulullah SAW. Pernyataan Rafiuddin, silsilah Syaikh Nawawi- Kyai ‘Umar- Kyai
‘Arabi- Kyai ‘Ali- Ki Jamad- Ki Janta- Ki Masbugil- Ki Masqun- Ki Maswi- Ki Tajul ‘Arushi Tanara- Maulana Hasanuddin Banten- Maulana Syarif Hidayatullah Cirebon- dan berakhir kepada Husayn- Siti Fatimah al-Zahra dan Nabi Muhammad SAW. Manakala silsilah ibunya tidak diketahui dengan rinci kecuali yang tersebut:
Syaikh Nawawi- Nyi Zubaydah-Maulana Singaraja.[6]
2. Riwayat Pendidikan
Pada umur lima tahun ia belajar dengan ayahnya sendiri dan ia belajar bahasa Arab, Ilmu Kalam, fikih, al-Qur’an. Ia juga belajar Ilmu keislaman kepada Haji Sahal, seorang guru yang dihormati di Banten pada masa itu.[7] Pada usia delapan tahun ia memulai penggembaranyya mencari ilmu di Jawa Timur . Setelah tiga tahun ia mondok di Jawa Timur, kemudian ia pindah ke salah satu pesantren di daerah Cikampek, Jawa Barat. Di pesantren inilah ia khusu belajar tentang lughat (bahasa).
Pada usia limabelas tahun, ia pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.
Di sana ia memanfaatkan waktunya untuk mempelajari beberapa cabang ilmu diantaranya adalah ilmu kalam, bahasa dan sastra Arab, ilmu hadis, tafsir dan ilmu fikih. Setelah tiga tahun di Makkah, ia kembali ke daerahnya tahun 1833 M dan membantu ayahnya untuk mengajar para santri. Namun hanya berapa tahun, dan kemudian ia bermukim di Makkah. Pertama kali ia mengikuti bimbingan dari Syekh Khtib Sambas (Penyatu Thariqat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Indonesia) dan Syekh Abdul Ghani Bima. Sedang di Madinah, ia belajar pada Syekh Muhammad Khatib Al-Hambali. Pada tahun 1860 M, ia mulai mengajar di sekitar Masjidil Haram. Pada tahun 1870 M, ia mulai menulis kitab-kitab.[8]
3. Gelar-gelar Syekh Nawawi
Kemasyhuran Syekh Nawawi meluas di seluruh dunia Arab. Karya-karyanya banyak beredar terutama di negara-negara yang menganut faham Syafi;iyyah. Pada abad ke 14 H/19 M, karena kemasyhurannya ia mendapat gelar Sayyid Ulama Al- Hijaz, gelar ini diberikan oleh ulama-ulama di Mesir yang berarti “pemimpin ulama Hijaz” yang tercantum dalam kitab Tafsir Marah Labib terbitan pertama tahun 1305 H/1887 M. Gelar tersebut di berikan karena kitab tafsirnya tersebut yang di dalamnya memuat persoalan-persoalan penting hasil diskusi debatannya dengan para ulama Al-Azhar, Kairo. [9]
Al-Imam Al-Muhaqqin wa Al-Fahhamah Al-Mudaqqiq, gelar ini yang berarti “seorang imam yang mengadakan penelitian dan melakukan pembahasan untuk mengungkapkan segala masalah yang dianggap sulit, serta ilmuan yang mengadakan penelitian dan menetapkan suatu dalil (bukti) dengan dalil yang lain”.
Sebutan ini tercantum dalam kitab Tijan al-Darary terbitan pertama tahun 1302 H/1883 M. A’yan Ulam Al-Qarn Al-Ram Asyar li Al-Hijrah, gelar ini artinya “tokoh
ulama abad ke 14 hijrah”, gelar ini tercantum dalam kitab Nihayah al-Ziyan fi Irsyad alMubtadin terbitan pertama tahun 1297 H/1879 M.[10]
Selain penulis yang genius, Syekh Nawawi juga merupakan pendidik yang cukup sukses dalam mengajar murid-muridnya, sehingga anak didiknya banyak yang menjadi ulama kenamaan dan tokoh-tokoh nasional Islam Indonesia, diantaranya adalah Syekh Kholil Bangkalan dari Madura, KH. Hasyim Asy’ari dari Tebu Ireng, Jombang, ia adalah pendiri organisasi NU, KH. Tubagus Muhammad Asnawi dari Caringin Labuan, Pandeglang Banten, KH. Abdul Karim dari Banten dan ada beberapa lagi yang belum disebutkan.[11]
Syekh Nawawi juga merupakan ulama anti kolonialisme Belanda yang pernah membentuk Koloni Jawa, sebuah perhimpunan masyarakat Jawa (Nusantar) yang bermukim di Mekkah. Dalam mengungkapkan sikapnya memilih jalur pendidikan dan keagamaan sebagai medium kaderisasi bagi santri-santrinya yang kemudian hari, ternyata menjadi tokoh-tokoh pelopor bagi pergerakkan kemerdekaan Indonesia.[12]
4. Karomah-karomah Syekh Nawawi
Adapun karomah-karomah Syekh Nawawi, yaitu; Pertama, Syekh Nawawi mampu melihat dan memperlihatkan Ka’bah tanpa sesuatu alatpun. Cara inilah yang dlakukan oleh Syekh Nawawi ketika membetulkan arah kiblatnya Masjid Jami’
Pekojan, Jakarta Kota. Kemudian yang kedua, ketika tempat kubur Syekh Nawawi akan ditumpukki jenazah yag lain (sebagaimana lazim di Ma’la) meskipun yang berada di kubur itu seorang raja sekalipun. Saat itulah para petugas mengurungkan niatnya, sebab jenazahnya beserta kafannya masih utuh walaupun sudah bertahuntahun dikubur. Karena itulah, bila pergi ke Makkah, kita bisa menemukan makam beliau di pemakaman umum Ma’la.[15]
B. Kary-Karya Syekh Nawawi Al-Bantani
Selama hidup, Syekh Nawawi al-Bantani tidak kurang menulis sekitar 115 buah kitab dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Beliau memang dikenal sebagai ulama yang cukup produktif dan baik dalam hal menulis, sehingga karenanya beliau memperoleh julukan “Si Pena Emas”. Salah seorang murid beliau yang bernama Syekh Abdus Sattar ad-Dahlawi menceritakan, bahwa seringkali beliau mengarang kitabnya itu di selasela beliau mengajar para muridnya. Bahkan, ketika beliau wafat pun beliau
tengah menyusun syarah (penjelasan) kitab Minhajut Tholibin karya Imam Yahya bin Syarf bin Mara bin Hasan bin Husein bin Muhammad bin Jum’ah bin Huzam an- Nawawi. Namun karangan tersebut belum sempat selesai hingga beliau wafat.
Hampir seluruh karya beliau yang tersusun dalam bahasa Arab hingga kini masih menjadi bahan pengkajian di banyak pesantren di tanah air. Di samping itu, karyakaryanya juga banyak digunakan di Timur Tengah. Oleh para peneliti dikemukakan bahwa salah satu keistimewaan dari karya-karya beliau adalah keluasan isinya, kelugasan bahasanya sehingga mudah dimengerti dan mampu menjelaskan istilah yang sulit, serta kemampuannya menghidupkan isi karyanya sehingga dapat dijiwai oleh para pembacanya. Di antara nama-nama kitab yang pernah ditulis oleh beliau adalah sebagai berikut :
1. At Tsimar al-Yani’ah (Syarh kitab Ar-Riyadl al-Badi’ah karya Syekh Muhammad Hasbullah).
2. Tanqihul Qaul (Syarh kitab Lubabul Hadits karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi).
3. At Tausyih (Syarh kitab Fath al-Qarib al-Mujib karya Imam Ibnu Qasim al-Ghazi).
4. Nur ad-Dzalam (Syarh Mandzumah Aqidatul Awam karya Syekh Sayyid Ahmad alMarzuqi al-Maliki).
5. At Tafsir al-Munir li Ma’alim at-Tanzil (selesai disusun pada malam Rabu, 5 Rabi’ul Akhir 1305 H).
6. Madarij as Shu’ud (Syarh al-Maulid an-Nabawi / al-Barzanji karya Imam al-‘Arif Sayyid Ja’far).
7. Fath al Majid (Syarh Ad-Dar al-Farid fi at-Tauhid karya Syekh Ahmad an-Nahrawi).
8. Fath as Shomad (Syarh al-Maulid an-Nabawi / al-Barzanji karya Syekh Ahmad al- Qasim al-Maliki).
9. Nihayat az-Zain (Syarh Qurrat al‘Ain bi Muhimmat ad-Din karya Syekh Zainuddin Abdul Aziz al-Malibari).
10. Salalim al Fudhola (Syarh Mandzumah Hidayatu al-Adzkiya’ karya Syekh al-Imam al-Fadhil Zainuddin).
11. Muraqi al‘Ubudiyyah (Syarh Bidayatul Hidayah karya Imam Abu Hamid al- Ghazali).
12. Sullam al Munajat (Syarh Safinatus Shalat karya Sayid Abdullah bin Umar al- Hadhramiy).
13. Nashaihul ‘Ibad (Syarh alMunbihat ‘ala alIsti’dad li Yaum al-Mi’ad karya Syekh Syihabuddin Ahmad bin Ahmad al-‘Asqalaniy).
14. al‘Aqd at Tsamin (Syarh Mandzumah Sittina Masalah/Fathul Mubin karya Syekh Mushthofa bin Utsman al-Jawi al-Qaruthi).
15. Bahjat alWasail (Syarh ar-Risalatu al-Jami’ah baina Ushul ad-Din wal Fiqh wa at- Tashawwuf karya Sayyid Ahmad bin Zaini al-Habsyi).
16. Targhibul Musytaqin (Syarh Mandzumah al-Barzanji fi Maulidi Sayyidil Awwalina wal Akhirin karya Syekh Zainal Abidin).
17. Tijan ad-Darari (Syarh Kitab at-Tauhid karya Syekh Ibrahim al-Bajuri).
18. Fathul Mujib (Syarh kitab Mukhtashar al-Khothib as-Syarbini fi ‘Ilm al-Manasik).
19. Mirqatu Shu’udi atTashdiq (Syarh Sullam at-Taufiq karya Syekh Abdullah bin Husein bin Thohir bin Muhammad bin Hasyim Ba’lawi).
20. Kasyifatu as-Syaja (Syarh Safinatu an-Naja karya Syekh al-‘Alim al-Fadhil Salim bin Sumair al-hadhrami).
21. Qami’ at-Thughyan (Syarh Mandzumah Syu’ab alIman karya Syekh Zainudin bin Ali bin Ahmad as-Syafii al-Kusyini al-Malibari).
22. Al-Futuhat al-Madaniyah (Syarh kitab AsSyu’ab alImaniyah).
23. ‘Uqudu li al-Jain fi Bayani Huquqi az-Zaujain.
24. Fathu Ghafir al-Khathiyah (Syarh Nadzm alAjurumiyah/alKaukab alJaliyah karya Syekh Abdus Salam bin Mujahid an-Nibrawi).
25. Qathrul Ghaits (Syarh Masail Abi Laits karya Imam Abi Laits dan al-Mufassir Nashr bin Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim al-Hanafi).
26. Al-Fushus al-Yaqutiyah ‘ala ar-Raudhah al-Bahiyyah fi al-Abwab at-Tashrifiyah.
27. Ar Riyadh alFauliyah.
28. Sulukul Jadah ‘ala ar-Risalah al-Musamma bi Lum’atil Mifadah fi Bayanil Jum’ah wal Mu’adah.
29. An Nahjah alJayyidah (Syarh Mandzumah atTauhid).
30. Hilyatus Shibyan ‘ala Fathir Rahman fi at-Tajwid.
31. Mishbah ad-Dzalam ‘ala al-Manhaj al-Atamm fi Tabwibil Hikam.
32. Dzari’atul Yaqin ‘ala Ummil Barahin fi at-Tauhid.
33. al-Ibriz ad-Dani fi Maulidi Sayyidina Muhammad Sayyid al-‘Adnani.
34. Bughyatul ‘Awam fi Syarhi Maulidi Sayyidil Anam.
35. Ad-Durar al-Bahiyyah fi Syarhi al-Khashaish an-Nabawiyah.
36. Kasyf alMuruthiyyah ‘an Sattar alAjurumiyah.
37. Lubabul Bayan fi ‘Ilm al-Bayan (Syarh kitab Risalah fi al-Isti’arah karya Syekh Husein al-Maliki).
38. Qut al-Habib alGharib (catatan atas Syarh atTaqrib karya Abi Syuja’).
39. Fathul ‘Arifin.
40. Ar Risalah alJami’ah baina Ushulu ad Din wal Fiqh wa at Tashawwuf.
Semua kitab-kitab di atas, hingga kini masih banyak dikaji di banyak pesantren di Indonesia. Tentu, selain kitab yang telah disebutkan, masih banyak lagi kitab karya Syekh M Nawawi al-Bantani, sebagaimana telah dilansir di atas bahwa jumlah keseluruhan kitab karya beliau berkisar 115 buah kitab dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan
C. Peran Syekh Nawawi Al-Bantani
Syaikh Nawawi Al-Bantani adalah seorang ulama terkenal di Indonesia yang memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Nusantara 1. Beliau aktif membina dan memberdayakan masyarakat Indonesia di Mekkah melalui sebuah perkumpulan yang dikenal sebagai Koloni Jawa. Di sana, beliau memberikan pendidikan agama, bimbingan, dan sumbangsih dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi dan sosial 2.
Syaikh Nawawi memegang peran sentral di tengah ulama Al-Jawwi. Dia menginspirasi komunitas Al-Jawwi untuk lebih terlibat dalam studi Islam secara serius, tetapi juga berperan dalam mendidik sejumlah ulama pesantren terkemuka. Bagi Syekh Nawawi, masyarakat Islam di Indonesia harus dibebaskan dari belenggu kolonialisme
D. Keteladanan
Keberanian Imam Nawawi patut kita jadikan teladan. Ia adalah sosok guru yang berani mengungkapkan pendapatnya yang berseberangan dengan keinginan penguasa zalim.
Sosok ulama dan guru seperti inilah yang saat ini kita butuhkan. Tokoh seperti inilah yang layak dijadikan wakil rakyat, yang dapat membela dan menyampaikan aspirasi rakyat, bukan sebaliknya.
Imam Nawawi adalah sosok guru yang zuhud, wara, takwa, sederhana, kanaah, serta berwibawa. Ia menggunakan banyak waktu dalam ketaatan. Ia sering tidak tidur malam untuk ibadah atau menulis, juga menegakkan amar makruf nahi munkar, termasuk
pejabat dengan menggunakan tutur kata yang baik. Masyarakat yang sezaman dengan imam Nawawi memberinya gelar Muhyiddin (yang menghidupkan agama). Ia adalah sosok ulama dan guru umat yang diidam-idamkan.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Syaikh Nawawi al-Bantani adalah seorang ulama Melayu-Nusantara yang telah berhasil melanjutkan tradisi para ulama Melayu sebelumnya untuk mentransformasikan gagasan keilmuan melalui murid dan karyanya dari Haramain ke wilayah Nusantara, khusunya Indonesia. Aktivitas dan perannya dalam menyebarkan Islam di Nusantara khususnya Indonesia sangat berguna bagi generasi sesudahnya.
Dengan melihat aktifitas-aktifitas dakwah dan peranan yang dilakukan oleh Syaikh Nawawi, antara lain dengan menyebarkan ajaran Islam melalui pendidikan di Mekah al-Mukarramah, dengan keberhasilan para anak didik yang kemudian menjadi tokoh dakwah dalam menyebarkan
Islam di Nusantara seperti Syaikh Mahfudz At-Tarmisi, K.H. Hasyim Asy’ari, K.H.
Wasith, K.H. Ahmad Dahlan dan lain-lain. Juga keberhasilan dakwahnya melalui karya tulis dimana karya-karya Syaikh Nawawi sampai sekarang masih tetap dikaji dan dijadikan referensi bagi banyak santri dan pelajar, maka kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwa Syaikh Nawawi adalah merupakan seorang ulama tokoh dakwah atau Rijal al-Dakwah yang cukup besar jasa-jasanya bagi pengembangan dan penyiaran dakwah islamiyah baik di negeri asalnya Indonesia maupun di dunia Islam pada umumnya. Dampak aktifitas dakwah yang dilakukan oleh Syaikh Nawawi sampai sekarang masih terasa dengan maraknya kajian terhadap kitab-kitab karya Syaikh Nawawi di berbagai Pesantren. Bahkan, sebagaimana dikatakan oleh Zamakhsyarie Dhofier, bahwa hampir seluruh kiyai Pesantren di Jawa menelusuri geanologi keilmuannya melalui transmisi dari Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Syaikh Nawawi amat besar terhadap perkembangan agama Islam di Nusantara, terutama di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
ninin: Makalah Islam Indonesia "Peran Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Transformasi Keilmuan Islam di Indonesia" (ninwahyuni.blogspot.com) 145377-peran-syaikh-nawawi-al- bantani-dalam-pen-3767b8bc.pdf (neliti.com)
40 Karya Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani (Sejarah Hidup, Guru, Murid Syaikh Nawawi) (walpaperhd99.blogspot.com)