MAKALAH
UKHUWAH DAN KHITTAH NU
Disusun oleh : Kelompok 4
1. Muhammad Hasan (1130223042 ) 2. Septi Mulya Sari ( 1130223034) 3. Siti Fatimatuz Zahro ( 1130223049) 4. Siti Rahayu ( 1130223033 )
Dosen Pembimbing:
Dr. M. Syaikhon, M.H.I,
Program S1 Keperawatan Fakultas keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
2023/2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha Esa. Kami memanjatkan puji Syukur atas limpahan berkat dan Rahmat Nya terhadap kita semua sehingga tersusun makalah dengan judul Ukhuwah dan Khittah NU ini dengan sangat baik dan berjalan dengan lancar.
Sejalan dengan hadirnya makalah ini, maka diharapkan pula pada sleuruh lapisan masyarakat NU mendapatkan pandangan dan pemahaman baru dalam konsep Ukhuwah dan Khittah NU.
Kami sebagai penyusun juga menyampaikan banyak terimakasih atas partisipasi semua rekan dan pihak terkait dalam penyelesaian proyek makalah ini.
Kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya bila ada kesalahan dalam penyusunan ataupun pengejaan yang terurai dalam makalah ini.
Akhir kata Kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan memberi inspirasi bagi seluruh orang yang membaca. Kami juga berharap, agar makalah ini bisa menjadi sumber informasi bagi kita semua dalam menerapkan ukhuwah erlandaskan pada khittah NU dalam kehiduan individu, berbangsa dan bernegara. Sekian.
Surabaya, Maret 2024
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Sampul Depan
Kata Pengantar... i
Daftar Isi... ii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 2
C. Tujuan Masalah... 2
BAB 2 PEMBAHASAN... 3
A. Pengertisan Ukhuwah ... 3
B. Syarat Ukhuwah... 4
C. Macam Ukhuwah... 4
D. Tahapan Ukhuwah ... 5
E. Pengertian Khittah ... 6
F. Butir-butir Khittah ... 7
BAB 3 KESIMPULAN ... 14
DAFTAR PUSTAKA... 15
ii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pentingnya menjaga /menjalin hubungan vertikal dengan Sang Pencipta dan menjalin hubungan horizonal dengan sesame umat anusia tanpa harus mempermasalahkan bagaimana latar belakangnya, etnis, agama, suku dan lainnya.
Ini sejalan dengan yang diarahkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para ulama terutaman dalam organisasi Nahdlatul Ulama tentang bagaimana menjaga hubungan antar sesama Muslim yang baik. Sehingga tercipta kerukunan yang harmonis. Saat ini marak sekali berita dari beragam kasus pertikaian,. Perkelahian, antar teman, antar saudara yang kesemuanya itu dapat dihindari dan dikendalikan oleh masing- masing individu jika memiliki rasa “ukhuwah” yang baik
Sebagaimana dijelasakan dalam alQur’an:
Allah berfirman:
ُةَنَكْسَمْلا ُمِهْيَلَع ْتَبِرُضَو ِ اا َنِم ٍبَضَغِب اوُؤآَبَو ِساانلا َنِم ٍلْبَحَو ِ اا ْنِم ٍلْبَحِب الِإ ْاوُفِقُث اَم َنْيَأ ُةالِذلا ُمِهْيَلَع ْتَبِرُض
ََنوُدَتْعَي ْاوُناَكاو اوَصَع اَمِب َكِلَذ ٍقَح ِرْيَغِب ءاَيِبنَلا َنوُلُتْقَيَو ِ اا ِتاَيآِب َنوُرُفْكَي ْاوُناَك ْمُهانَأِب َكِلَذ
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.
Demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Hal itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.”
(QS Ali Imran 112).
Menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia adalah landasan penting dalam kehidupan seorang Muslim. bukan hanya tentang pemenuhan kewajiban agama, tetapi juga tentang menciptakan harmoni, kebahagiaan, dan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita mampu menjaga hubungan ini dengan baik, kita akan mendapatkan berkah dan kebahagiaan yang melimpah dalam setiap langkah hidup kita.
1
Sebagaimana hal tersebut yang diuraikan maka sebagaim muslim hendaknya kita bisa memahami bagaimana ukhuwah dalam balutan Nahlatul ulama tersebut seperti yang dijelaskan dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ukhuwah itu?
2. Bagaimana syarat Ukhuwah tersebut?
3. Apa macam-macam ukhuwah tersebut ? 4. Apa yang dimaksud dengan Khittah?
5. Apa saja butir-butir dalam Khittah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami pengertian dari Ukhuwah 2. Untuk mengerti bagaimana syarat ukhuwah
3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam ukhuwah 4. Untuk memahami pengertian khittah
5. Untuk memahami butir-butir khittah
2
BAB 2 PEMBAHASAN
1. Pengertian Ukhuwah
Kata ukhuwah berasal dari bahasa Arab dari akar kata kerja Akh. Dalam Mu'jam Mufaradat al-Qur'an karya al-Ragib al-Ashfihani disebutkan, bahwa akh berarti ikatan persaudaraan sekandung atau sepersusuan
Sedangkan seorang ahli Qur’an Quraish Shihab dalam Wawasan al-Qur'an menjelaskan, bahwa ukhuwah yang biasa diartikan sebagai "persaudaraan"
terambil dari akar kata yang pada mulanya "memperhatikan". Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian seluruh pihak yang merasa bersaudara
Sedangkan, Imam Bukhari dalam Sahih Bukhari menjelaskan, secara makna kata ukhuwah mencakup persamaan salah satu unsur seperti suku, agama, profesi, dan perasaan.
Dalam Alqur’an dijelaskan bahwa:
َنوُمَح ْرُت ْمُكالَعَل َ اا اوُقاتاَو ۚ ْمُكْيَوَخَأ َنْيَب اوُحِل ْصَأَف ٌةَو ْخِإ َنوُنِمْؤُمْلا اَمانِإ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS al-Hujurat;10)
2. Syarat-Syarat Ukhuwah
Syarat-Syarat Ukhuwah Islamiyah Ukhuwah Islamiyah sangat penting diwujudkan agar umat menjadi kuat. Dalam hal ini Ada lima persyaratan yang harus dipenuhi agar ikatan ini dapat diwujudkan, yakni:
a. Iman dan takwa, merupakan pijakan untuk bersaudara, karena itu sesama mukmin seharusnya bersaudara
b. Ikhlas karena Allah, karena dengan itu persaudaraan menjadi sejati c. Terikat dengan ketentuan al-qur’an
3
d. Saling bertaushiyah, ukhuwah akan terwujud manakala di antara sesama mukmin saling bertaushiyah atau nasihat-menasihati
e. Kerja sama dalam kebenaran, dalam ukhuwah diperlukan kerjasama yang baik antar sesama muslim, karena hal itu menjadi persyaratan untuk terwujudnya ukhuwah.
3. Macam-Macam Ukhuwah
Menurut Quraish Shihab, berdasarkan ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur‟an, setidaknya ada empat bentuk ukhuwah (persaudaraan), yaitu sebagai berikut:
a. Ukhuwah fi al-Ubudiyyah
Artinya bahwa seluruh makhluk adalah bersaudara dalam arti memiliki persamaan. Persaudaraan yang timbul dalam lingkup sesama makhluk yang tunduk kepada Allah. Bentuk ukhuwah model ini mirip dengan ukhuwah alamiyah yaitu adanya kesesuaian dengan alam semesta, konsekuensinya adalah keharusan manusia untuk melestrikan semua ciptaan Allah
b. Ukhuwah fi al- insaniyah
Yaitu persaudaraan yang berlaku pada semua manusia secara universal tanpa membedakan ras, agama, dan aspek-aspek kekhususan lainya, karena mereka semua bersumber dari ayah dan ibu yang satu. Model ukhuwah ini cakupanya lebih sempit dari ukhuwah yang pertama karena lingkup persaudaraan sebatas manusia dengan manusia yang hidup didunia, tanpa membedakan apapun, semuanya adalah saudara tanpa terkecuali
c. Ukhuwah fi al-wathaniyah wa al nasab
Yaitu persaudaraan dalam seketurunan dan kebangsaan seperti yang diisyaratkan dalam al-qur‟an. Model ukhuwah ketiga ini juga lebih sempit dibanding ukhuwah yang kedua, karena lingkup persaudaraan hanya meliputi persaudaraan sebangsa dan setanah air berdasarkan kesamaan tempat tinggal atau negeri yang mereka huni yang diikat oleh jiwa nasionalisme tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat-istiadat dan budaya serta aspek- aspek yang lainya. Prinsip paling cocok dalam ukhuwah ini adalah berpijak pada “altasamuh” (toleransi), yaitu adanya interaksi timbal balik antar umat
4
5
beragama, menghargai kebebasan beragama bagi orang yang tidak sepaham, serta tidak mengganggu peribadataan
d. Ukhuwah fi din al-Islam
Yaitu persaudaraan antar intern umat Islam. Dilihat dari sifatnya, ukhuwah ini ruang lingkupnya lebih sempit dari ketiga ukhuwah tersebut diatas, karena hanya mencakup umat Islam saja. Namun jika dilihat dari isinya, maka cakupan ukhuwah fi din al-islam lebih luas, karena tidak dibatasi wilayah negara bahkan tidak dibatasi alam yang ditempati, apakah masih hidup atau sudah mati, kesesamanya saudara dalam seagama, sehingga masing-masing orang muslim mempunyai kewajiban terhadap muslim lainya.
4. Tahapan Ukhuwah
Adapun Tahapannya adalah sebagaia berikut:
a. Ta’aruf (saling mengenal)
Seorang muslim harus mengenal saudaranya seiman, namanya, nasabnya dan status sosialnya. Saling mengenal diantara sesama manusia adalah salah satu hal yang utama untuk menuju terjalinnya ukhuwah. karena ta’aruf merupakan kunci pembuka hati, penjinak, dan penarik simpati.
b. Ta’aluf (saling bersatu)
Ta’aluf berarti bersatunya seorang muslim dengan muslim lainnya, atau bersatunya seseorang dengan orang lain. Ta’aluf berasal dari kata ilf yang artinya persatuan.
c. Tafahum (saling memahami)
Artinya sikap saling memahami antara orang muslim dengan muslim lainnya. Yang diawali dengan kesepahaman dan prinsip prinsip pokok ajaran Islam seperti berpegang teguh kepada tali Allah, tolong menolong dalam menaati Allah dan Rasul-Nya.
d. Ri’ayah (perhatian)
Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar ia bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya tersebut memintanya, karena pertolongan merupakan hak saudaranya yang harus ia tunaikan.
e. Ta’awun (saling membantu)
Ta‟awun adalah buah dari tafahum dan riayah. Ia bisa memperkokoh ikatan- ikatan antar orang-orang yang berukhuwah dalam Islam serta memperkuat fondasi dan tiangnya.
6). Tanashur (saling menolong)
Tanashur masih sejenis dengan ta’awun tetapi memiliki pengertian yang lebih dalam, lebih luas, dan lebih menggambarkan makna cinta dan loyalitas.
5. Pengertian Khittah
Secara harfiah dalam kamus besar bahas arab Al-Munawwir Khittah asal kata dari “Khiththatun” berarti Langkah atau garis. Secara garis besar Khittah adalah garis besar perjuangan.
Khittah Nahdlatul Ulama adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga NU. Landasan tersebut ialah paham Ahlussunah Waljama’ah yang diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan di Indonesia. Terkait Khittah NU atau disebut juga Khittah 1926, Muktamar tahun 1984 itu juga merumuskan secara detail mengenai dasar-dasar paham keagamaan NU, sikap kemasyarakatan, serta usaha-usaha yang dilakukan oleh NU di bidang keilmuan, dakwah dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Rumusan Khittah NU pertama kali dirintis oleh KH Ahmad siddiq melalui risalahnya berjudul Khittah Nahdliyyah pada tahun 1979. Risalah tersebut kemudian didiskusikan oleh para ulama dalam forum musyawatah nasional alim ulama tahun 1983 di Situbondo dan dimatangkan pada muktamar NU ke-27 bulan Desember 1984 dengan keputusan final berupa NU kembal ke khittah 1926.
6. Butir-butir Khittah a. Mukaddimah
Nahdlatul Ulama sebagai Jam’iyyah Diniyyah adalah wadah bagi para ulama dan pengikut- pengikutnya yang didirikan pada 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 M dengan tujuan untuk memelihara, melestarikan, 6
7
mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah dan menganut salah satu madzhab empat, masing-masing Imam Abu Hanifah An- Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Idris Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal; serta untuk mempersatukan langkah para ulama dan pengikut-pengikutnya dalam melakukan kegiatan- kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan martabat manusia.
Nahdlatul Ulama dengan demikian merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikjut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, cerdas, terampil, berakhlak mulia, tenteram, adil dan sejahtera. Nahdlatul Ulama mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar paham keagamaan yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama kemudian disebut sebagai Khittah Nahdlatul Ulama
b. Pengertian
Khittah Nahdlatul Ulama adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga Nahdlatul Ulama yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perseorangan maupun organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan.
Landasan tersebut adalah paham Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan di Indonesia, meliputi dasar-dasar amal keagamaan maupun kemasyarakatan.
Khittah Nahdlatul Ulama juga digali dari intisari perjalanan sejarah khidmah nya dari masa ke masa
c. Dasar pemikiran NU
Nahdlatul Ulama mendasarkan paham keagamaannya kepada sumber ajaran Islam: Al-qur’an, AsSunnah, Al- Ijma’ dan Al-Qiyas.
Dalam memahami, menafsirkan Islam dari sumber-sumbernya tersebut di atas, Nahdlatul Ulama mengikuti paham Ahlussunnah wal Jamaah dan menggunakan jalan pendekatan (Al Madzhab) :
1) Di bidang ‘Aqidah, Nahdlatul Ulama mengikuti paham Ahlussunnah wal Jamaah yang dipelopori oleh Imam Abul Hasan Al Asy’ary dan Imam Abu Mansur Al Maturidi.
2) Di bidang Fiqh, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan pendekatan
(al-madzhab) salah satu dari madzhab Abu Hanifah An-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal.
3) Di bidang Tasawwuf mengikuti antara lain Imam Al Junaid Al Baghdadi dan Imam Al Ghazali serta Imam-lmam yang lain.
Nahdlatul Ulama mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama yang fithri, yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki oleh manusia.
d. Sikap Kemasyarakatan NU 1) Sikap Tawasuth dan I’tidal.
Sikap tengah yang berintikan kepada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama. Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrim).
2) Sikap Tasamuh.
Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah; serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.
3) Sikap Tawazun.
Sikap seimbang dalam berkhidmah. Menyerasikan khidmah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, khidmah kepada sesama manusia serta kepada lingkungan hidupnya. Menyelaraskan kepentingan masa lalu dan masa mendatang.
4) Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama;
8
serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.
e. Perilaku dasar Keagamaan dan kemasyarakatan
1) Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma ajaran Islam.
2) Mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi 3) Menjunjung tinggi sifat keikhlasan dan berkhidmah dan berjuang.
4) Menjunjung tinggi persaudaraan (al-ukhuwah) persatuan (al-ittihad) serta kasih mengasihi.
5) Meluhurkan kemuliaan moral (al-akhlak al-karimah), dan menjunjung tinggi kejujuran (ash-shidqu) dalam berfikir, bersikap dan bertindak.
6) Menjunjung tinggi kesetiaan (Loyalitas) kepada agama, bangsa dan negara.
7) Menjunjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
8) Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya.
9) Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa manfaat bagi kemaslahatan manusia.
10) Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu dan mempercepat perkembangan masyarakatnya.
11) Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
f. Ikhtiyar yang dilakukan NU
1) Peningkatan silaturahmi (komunikasi) inter-relasi antar Ulama. (dalam statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan : mengadakan perhoeboengan di antara oelama-oelama jang bermadzhab ).
2) Peningkatan kegiatan di bidang keilmuan / pengkajian / pendidikan.
(dalam statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan : memeriksa kitab-kitab sebeloemnya dipakai oentoek mengadjar, soepaja diketahoei apakah itoe daripada kitab-kitab ahli soennah wal djamaah ataoe kitab-kitab ahli bid’ah; memperbanjak madrasah-madrasah jang berdasar agama Islam.
9
3) Peningkatan kegiatan penyiaran Islam, pembangunan sarana-sarana peribadatan dan pelayanan sosial. (dalam statoeten Nahdlatuoel Oelama 1926 diseboetkan: Menjiarkan agama Islam dengan djalan apa sadja jang halal, memperhatikan hal-hal yang berhoeboengan dengan masdjid-masdjid, soeraoe-soeraoe dan pondokpondok, begitu djuga dengan hal ihwalnja anak-anak jatim dan orang-orang jang fakir miskin).
4) Peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui kegiatan yang terarah. (dalam statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 diseboetkan:
mendirikan badan-badan oentoek masyarakat, terutama dengan memadjoekan oeroesan pertanian, perniagaan dan peroesahaan jang tiada dilarang oleh sjara’ agama Islam).
g. Fungsi Organisasi dan kepemipinan
Dalam rangka melaksanakan ikhtiarnya Nahdlatul Ulama membentuk organisasi yang mempunyai struktur tertentu yang berfungsi sebagai alat untuk melakukan koordinasi bagi tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditentukan, baik tujuan yang bersifat keagamaan maupun kemasyarakatan.
Karena pada dasarnya Nahdlatul Ulama adalah Jam’iyyah Diniyyah yang membawa paham keagamaan, maka ulama sebagai matarantai pembawa paham Islam Ahlussunnah wal Jamaah selalu ditempatkan sebagai pengelola, pengendali, pengawas, dan pembimbing utama jalannya organisasi.
h. NU dan kehidupan berbangsa
Keberadaan Nahdlatul Ulama yang senantiasa menyatukan diri dengan perjuangan bangsa, menempatkan Nahdlatul Ulama dan segenap warganya untuk senantiasa aktif mengambil bagian dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karenanya setiap warga Nahdlatul Ulama harus menjadi warganegara yang senantiasa menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 1945
Sebagai organisasi yang mempunyai fungsi pendidikan Nahdlatul Ulama senantiasa berusaha secara sadar untuk menciptakan warga-negara yang menyadari akan hak dan kewajiban terhadap bangsa dan negara.
i. Khotimah
10
Khittah Nahdlatul Ulama ini merupakan landasan dan patokan-patokan dasar yang perwujudannya dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala terutama tergantung kepada semangat pemiliknya; warga Nahdlatul Ulama. Jamiyah Nahdlatul Ulama hanya akan memperoleh dan mencapai cita-citanya jika pemimpin dan warga benar-benar meresapi dan mengamalkan Khittah Ulama ini.
BAB 3 KESIMPULAN
Apabila seorang muslim mampu menghargai dan menghormati orang lain dalam berbagai hal, termasuk menghormati dan menghargai terhadap adanya perbedaan, baik dalam hal bahasa, budaya, maupun pemahaman agama seperti perbedaan mazhab dan pendapat, kita akan merasakan betapa nikmatnya hidup rukun dalam sebuah perbedaan yang dibingkai atas dasar ukhuwah Islamiyah dengan menganggap perbedaan sebagai rahmat atas kasih sayang Allah kepada semua hamba-Nya
Terciptanya persatuan, yaitu saling menyayangi dan mengasihi antar sesama sehingga akan terhindar dari permusuhan dan adu domba. Terciptanya kerukunan, dengan cara kita menghargai dan menghormati terhadap adanya perbedaan dan tidak membuat perbedaan yang ada menjadi penghalang untuk menciptakan suatu
kerukunan dalam persaudaraan
Dalam berukhuwah seyogyanya juga memiliki landasan berfikir sebagaimana khittah NU yang telah dijadikan pedoman dalan bermasyarakat dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
Sulaiman M. 2014. Makna dan Macam-macam Ukhuwah.
(https://www.scribd.com), di akses 29 Februari 2024
Hadiyyin Ikhwan. 2020. Konsep Pendidikan Ukhuwah: Analisa ayat-ayat Ukhuwah dalam Al-Qur’an. UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Awaliyah E. 2017 Model Komunikasi Dakwah dan Ukhuwah Islamiyah. Skripsi, UIN Raden Intan. Lampung.
Ahmad Yani, 170 Materi Dakwah Pilihan, (Jakarta: Al-Qalam, 2014), Cet. 1, hal:96.
Masyhudi Muchtar dkk. 2009. Aswaja an-Nahdilyyah yang Berlaku di Kalangan NU.
Surabaya: Khalista
NU, 1994. Keputusan Muktamar XXVII NU.
11
12