• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA CINTA RINDU DAN RIDHO PERSPEKTIF AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYA ULUMUDDIN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "MAKNA CINTA RINDU DAN RIDHO PERSPEKTIF AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYA ULUMUDDIN SKRIPSI"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Penelitian Terdahulu

Persamaan Arjun Abdullah dengan yang penulis bahas adalah membahas pendapat Al-Ghazali, sedangkan perbedaannya penelitian penulis membahas tentang arti cinta, kerinduan dan kerendahan hati menurut Al-Ghazali. 9 Alfi Dewita Sari dengan judul skripsi Memahami Konsep Mahabbah dalam Kitab Mahabbah Cinta Al-Ghazali Karya Luqman El Hakim., Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau Tahun 2021. Sedangkan Alfi Dewita Sari dengan judul Memahami Konsep Mahabbah dalam Kitab Mahabbah Cinta Karya Al-Ghazali.

Hariomo Sinaga, alumnus Fakultas Teologi Kristen Duta Wacana Yogyakarta, lulus pada tahun 2016 dengan judul tesis berjudul Manifestasi Cinta Tuhan Menurut Al-Ghazali Oleh Bunda Teresa. Persamaan Hariona Sinaga dengan penulis adalah mengenai cinta, namun yang membedakan adalah penelitian penulis membahas tentang makna cinta, kerinduan dan kerendahan hati menurut Al-Ghazali. 10 Hariomo Sinaga, Manifestasi Cinta Kepada Tuhan Menurut Al-Ghazali Bersama Bunda Teresa, (Skripsi) Fakultas Teologi Fakultas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, 2016.

Kesepakatan dengan Ali Saputra dan yang penulis bahas adalah pembahasan Mahabbah (Cinta) menurut perbedaannya.Penelitian penulis membahas tentang Arti Cinta, Kerinduan dan Kerendahan Hati Menurut Al-Ghazali. Persamaan Fadhilah Cahya dengan yang penulis bahas, membahas Mahabbah (Cinta) menurut perbedaannya. Penelitian penulis membahas tentang arti cinta, kerinduan dan kerendahan hati menurut Al-Ghazali. Sedangkan Fadhilah Cahya dengan judul Konsep Mahabbah (cinta) dalam buku Ihya Ulumuddin Karya Al-Ghazali.

Metode Penelitian

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa konsep mahabba atau cinta dalam kitab Ihya Ulumuddin menurut Imam Al-Ghazali adalah cinta kepada Tuhan. Sedangkan analisis deskriptif adalah pengklasifikasian data penelitian yang telah dikumpulkan dalam suatu penjelasan rinci yang cukup menjelaskan teori, sehingga tidak bersifat kasar, tidak sekedar pengumpulan, karena peneliti terlibat penuh dalam pengklasifikasian data disertai dengan pendukungnya. argumen. Kemudian peneliti menjelaskan secara deskriptif dan menganalisis secara teori. cinta, rindu dan ridho. Pandangan Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin. Peneliti menggunakan penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, surat kabar, majalah, dan tulisan-tulisan yang dianggap relevan dengan masalah yang sedang dibahas. 15. Sedangkan data primer adalah bahan utama atau acuan utama dalam melakukan penelitian untuk mengungkap dan menganalisis penelitian.

Data primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa artikel, artikel, jurnal dan referensi pendukung lainnya berupa buku-buku yang membahas tentang cinta, hasrat dan berkah. Membaca referensi yang relevan dengan penelitian ini dari sumber data primer atau sumber data sekunder.

Pada tahap ini, buku-buku yang menjadi sumber utama penelitian adalah buku-buku utama dan poin-poin penting yang berkaitan dengan isi penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan kategorisasi menurut subbagian yang telah ditetapkan, serta analisis data dan uraiannya.

Sistematika Penulisan

LANDASAN TEORI

Pengertian Cinta

Cinta adalah kehidupan, sehingga orang yang tidak memilikinya seperti berada di tengah lautan yang gelap gulita. Sebagaimana asap adalah bukti adanya api, dan buah adalah bukti adanya pohon, maka cinta pun harus diwujudkan dalam serangkaian tanda.4 Cinta kepada Allah adalah hakikat cinta. Artinya: “Dan di antara manusia ada yang menyembah tuhan-tuhan selain Allah sebagai tandingan yang mereka cintai sebagaimana mereka mencintai Allah.

Jika orang-orang yang melampaui batas itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat), bahwa segala kekuasaan itu kepunyaan Allah dan bahwa Allah sangat berat siksa-Nya (mereka akan menyesal).” (QS. Al-Baqarah 2 : Ayat 165).Dalam surat al-Baqarah ayat 165, Allah SWT memulakan huraian-Nya dengan berfirman: Di antara manusia ada yang menyembah apa yang mereka anggap sebagai tandingan-tandingan selain Allah; Adapun orang-orang yang beriman, sangat kuat cintanya kepada Allah. yang lebih kuat daripada kecintaan orang musyrik kepada tuhan atau penyembah mereka.

Cinta orang Siddiq yaitu orang yang mengenal Allah SWT, kebesaran-Nya, kekuasaan-Nya, dll. Cinta orang bijak yaitu ia benar-benar mengenal Allah SWT, yang ia lihat dan rasakan bukan lagi cinta, melainkan diri yang ia cintai.

Pengertian Rindu

Jalaluddin Rumi, salah seorang penyair sufi terkenal yang mabuk kerana mencurah-curah cintanya kepada Tuhan memikirkan untuk menjadi kekasih sejati, telah banyak menyumbang kepada pencerahan manusia khususnya manusia moden melalui pelbagai karya baik dalam bentuk prosa. , puisi dan semua puisinya. Penulis menekankan sekali lagi bahawa ini adalah buah dari keinginan besarnya untuk cinta dan yang boleh dia gambarkan dengan kata-kata, walaupun tidak mungkin untuk menggambarkan semua unsur cintanya kepada Tuhan. Sebenarnya, keinginan kepada Allah bukanlah sesuatu yang asing di hati kita, tetapi disebabkan kurangnya kesedaran kita dalam memahami sesuatu yang dicari dan dihajati di lubuk hati yang paling dalam sepanjang hayat.

Kekasih tidak mencari dan merindukan apa pun selain Tuhan, keadaan ini dicapai dan dialami oleh Rumi sebagaimana dijelaskannya dalam karyanya Diwan Syams Tabrizi “Kekasih tidak mencari dan merindukan dirinya sendiri. Keadaan ini juga dijelaskan dalam karyanya yang lain di the Bentuk Matsnawi “Bukan hanya orang haus yang mencari air – Air juga mencari orang haus.” Dapat kita pahami bahwa sebelum kita mencari dan merindukan Tuhan, Tuhan sudah terlebih dahulu mencari dan merindukan kita.

Pengertian Ridho

Urgensi Cinta, Rindu dan Ridho Terhadap Kehidupan Manusia

  • Cinta
  • Rindu
  • Ridho

Sedangkan ungkapan kerinduan tercermin dalam cinta, konon seluruh tubuh sang kekasih ditempati oleh orang yang mencintai. Imam Al-Ghazali juga mengatakan: “Ketahuilah bahwa orang yang mengingkari hakikat cinta, pasti juga mengingkari hakikat rindu. Mahabbah adalah perasaan hati yang ada pada diri seorang mukmin atau orang yang beriman dan mencintai Allah.

Cinta adalah tempat larangan yang menjadi ajang persaingan antar orang yang suka berkompetisi, menjadi sasaran bagi orang-orang yang beramal shaleh, dan menjadi banjirnya orang-orang yang mencintai. Dengan cinta, manusia akan memiliki kepribadian yang baik untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan memberikan kehidupan bagi orang-orang disekitarnya.Dengan cinta, manusia akan berada pada jalan yang benar karena arah dari cinta itu sendiri. Ridho artinya menerima dengan senang hati apa yang telah diberikan oleh Allah SWT.30 Orang yang rela mampu melihat hikmah dan kebaikan di balik cobaan yang diberikan Allah dan tidak berprasangka buruk terhadap ketentuan-Nya.

Ridho menurut tokoh lain dari 'Abbas bin Abdul Muthtalib, Rasulullah SAW bersabda: "Dia akan merasakan kemuliaan iman, orang yang redha Allah sebagai Tuhannya dan Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya. ." (HR Muslim). Maksudnya: "Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, walaupun orang-orang itu bapa, anak, saudara atau kaum kerabatnya. . Inilah orang-orang yang di dalamnya hati Allah tanamkan iman dan Allah kuatkan mereka dengan pertolongan yang datang dariNya.

Artinya: Orang-orang yang tidak menyangka (sebenarnya mukmin akan) menemui kita dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu, dan orang-orang yang mengabaikan ayat-ayat kita. Inilah (pahala) bagi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya.” (QS. Al-Bayyinah 98: Ayat 8). Sedangkan yang berikutnya adalah tentang hilangnya kenikmatan, kerugian bagi orang-orang yang tidak mempunyai sikap kenikmatan. .

Orang yang jiwanya sudah siap (puas) menerima apapun yang terjadi pada dirinya, tidak ada sedikit pun kekecewaan yang menimpanya. Orang yang marah atas cobaan dan musibah yang menimpanya sebenarnya sedang merasakan apa yang dirasakan orang pada umumnya. Jika seseorang yang tidak senang dengan nasib yang menimpanya merasakan pukulan dan beban yang berat, maka anaknyalah masa depan dan ia akan meneruskan usahanya.

Artinya : yaitu orang-orang yang ketika terjadi musibah mengucapkan “Inna lillahi wa inna ilaihi ra’jiun”, sesungguhnya kita adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kita akan kembali. Masyarakat yang tidak memiliki sikap consent akan mengalami kepanikan dalam kesehariannya karena terdapat kerugian bagi mereka yang tidak memiliki sikap consent.

BIOGRAFI IMAM AL-GHAZALI

Karangan Al-Ghazali

Cinta kepada Allah adalah peringkat atau maqam yang paling tinggi di antara peringkat atau maqam orang yang berjalan menuju kepada Allah Ta'ala. Adapun cinta pada pandangan Ghazali, ia adalah cinta yang istimewa kepada Allah, di mana cinta kepada Allah itu sendiri merupakan matlamat yang paling tinggi di antara matlamat seorang hamba yang lain. Tidak ada taraf yang lebih tinggi sebagai hamba mencapai tahap mahabbah atau cinta kepada Tuhan itu sendiri.

Berdasarkan kutipan tersebut peneliti dapat memahami bahwa cinta kepada Allah erat kaitannya dengan sesama. Dalam hal ini Rabi'ah al-Adawiyah merupakan contoh orang yang selalu mencintai Allah semata-mata karena hawa nafsunya dan mencintai Allah karena Allah berhak dicintai oleh hamba-hamba-Nya. Ketika cinta Allah Ta’ala tertanam dalam diri seseorang dan kemudian ia merasa tenggelam dan tenggelam dalam cinta itu, maka dalam hal ini jelas cinta itulah yang menyebabkan ia merasa puas dengan segala amal yang dicintainya.

Cinta yang paling sejati dan tingkat cinta yang paling tinggi adalah tingkat cinta kepada Allah SWT. Cinta kepada Allah adalah tujuan akhir, namun sebagai seorang hamba pastilah hati yang dijaga dan dipupuk dengan baik. Oleh karena itu cinta kepada Allah sangat ditekankan, sebab barangsiapa mengenal dirinya pasti akan mengenal Tuhannya.

Ketika seseorang telah menanamkan rasa cintanya kepada Allah, maka akan timbul rasa rindu dalam dirinya. Namun dalam kaitannya dengan keinginan tersebut, Al-Ghazali juga menekankan urgensinya bahwa keinginan kepada Allah tidak akan terpuaskan selama berada di dunia. Setiap orang yang merasa puas terhadap qhada Allah SWT merupakan hasil atau buah dari kecintaannya kepada Allah.

Cinta dalam pandangan Al-Ghazali adalah cinta yang istimewa kepada Allah, dimana cinta kepada Allah sendiri merupakan tujuan tertinggi di antara tujuan seorang hamba. Sangat penting untuk menekankan pentingnya cinta kepada Allah, karena cinta kepada Allah pada hakikatnya adalah tujuan akhir, di antara tujuan-tujuan lainnya. Ketika seseorang telah menanamkan rasa cintanya kepada Allah, maka akan timbul rasa rindu terhadapnya.

Dalam hal ini, Al-Ghazali menekankan bentuk kecintaan kepada Allah SWT, di mana kecintaan kepada Allah adalah matlamat akhir antara matlamat yang lain. Selain cinta dan rindu, Al-Ghazali juga menjelaskan tentang ridho sebagai puncak cintanya kepada Allah.

MAKNA CINTA, RINDU DAN RIDHO PERSPEKTIF AL-

Referensi

Dokumen terkait