• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Kata Wali dalam Al-Quran Menurut Abu Hilal al-Askary

N/A
N/A
Mastur@ Official

Academic year: 2024

Membagikan "Makna Kata Wali dalam Al-Quran Menurut Abu Hilal al-Askary"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Makna Kata Wali dalam Al-Quran Menurut Abu Hilal al-Askary

Tidak hanya memiliki satu makna, kata wali dalam Al-Quran ternyata memiliki beberapa makna.

M Afifudin Dimyathi 21 Juni 2018

Secara bahasa “wali” (ّيلو) adalah lawan dari kata “aduww” ( ّودععع)/musuh. Abu Hilal al- Askary dalam al-Wujuuh wa an-Nadhaair fil Quranil Karim mengatakan bahwa kata “wali”

dalam Al-Quran mempunyai 6 makna tergantung konteks ayat yang menyebutnya, yaitu sebagai berikut:

Pertama, bermakna anak laki-laki (دلولا). Makna wali ini bisa ditemukan dalam Q.S Maryam 5 berikut:

اًّيِلَو َكنُدّل نِم ىِل ْبَهَف

“Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera” (Q.S Maryam 5)

Kedua, bermakna teman atau sahabat (بحاصلا). Hal ini berada misalnya dalam Q.S al-Isra’, 111 dan dalam Q.S al-Kahfi, 17:

ّلّذلٱ َنّم ّىِلَو ۥُهّل نُكَي ْمَلَو

“dan Dia bukan pula hina yang memerlukan teman (yang memenangkannya).” (Q.S al-Isra’, 111)

ۖ اًدِشْرّم اًّيِلَو ۥُهَل َدِجَت نَلَف ْلِلْضُي نَمَو

“Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang temanpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (Q.S al-Kahfi, 17)

dalam kedua ayat di atas, kata al-walyy juga bisa dipahami dengan makna lawan dari musuh.

Ketiga, kerabat atau teman dekat (بيرقلا). Hal ini bisa kita jumpai dalam Q.S. Hud, 20:

َٓءاَيِل ْوَأ ْنِم ِ ّلٱ ِنوُد نّم مُهَل َناَك اَمَو

Dan sekali-kali tidak ada bagi mereka kerabat selain Allah.” (Q.S. Hud, 20) Keempat, bermakna Tuhan ( ّبر). Hal ini bisa ditemukan dalam Q.S al-An’am, 14:

اًّيِلَو ُذِخّتَأ ِ ّلٱ َرْيَغَأ ْلُق

“Katakanlah: “Apakah akan aku jadikan Tuhan selain dari Allah.” (Q.S al-An’am 14) Tidak hanya satu ayat di atas, kata wali yang bermakna Tuhan banyak ditemukan dalam ayat- ayat yang lain dalam Al-Quran.

Kelima, bermakna Lawan dari musuh ( ّودعععلا دععض) (jawa: Bolo). Misalnya dalam Q.S. al- Maidah, 51:

۞ َٓءاَيِل ْوَأ ٰٓىَر َٰصّنلٱَو َدوُهَيْلٱ ۟اوُذِخّتَت َل ۟اوُنَمآَء َنيِذّلٱ اَهّيَأَٰٓي

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi bolo(mu).” (Q.S. al-Maidah 51)

(2)

atau dalam Q.S al-Mumtahanah, 1:

َٓءاَيِل ْوَأ ْمُكّوُدَعَو ىّوُدَع ۟اوُذِخّتَت َل ۟اوُنَمآَء َنيِذّلٱ اَهّيَأَٰٓي

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi bolo.” (Q.S. al-Maidah 51)

atau dalam QS An Nisa’ 119:

اًنيِبّم اًناَرْسُخ َرِسَخ ْدَقَف ِ ّلٱ ِنوُد نّم اًّيِلَو َنَٰطْيّشلٱ ِذِخّتَي نَمَو

“Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi bolo selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS An Nisa’ 119)

Keenam, bermakna penolong (رصانلا). Ini misalnya bisa kita jumpai dalam Q.S. al-Maidah, 55:

۟اوُنَمآَء َنيِذّلٱَو ۥُهُلوُسَرَو ُ ّلٱ ُمُكّيِلَو اَمّنِإ

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman.

(Q.S. al-Maidah, 55)

atau dalam Q.S al-Baqarah, 257:

۟اوُنَمآَء َنيِذّلٱ ّىِلَو ُ ّلٱ

Allah Penolong orang-orang yang beriman.” (Q.S al-Baqarah, 257)

Enam pemaknaan ini disarikan dari terjemah yang menyesuaikan pemaknaan Abu Hilal Al Askari dalam kitabnya tersebut. Karena ini merupakan produk tafsir, maka bisa jadi enam pemaknaan ini ada yang tertolak.

Wallahu A’lam.

Referensi

Dokumen terkait

Mampukah warga ‘Aisyiyah memulainya, untuk menjadi yang pertama dan utama, pembaca al- Quran kelompok ketiga: “Pembaca - Kritis” yang mampu menggali makna al-Quran

Pada ayat diatas terjadi perubahan makn asli kata َﺐَﺘَﻛ /kataba/ menjadi makna Al- Qur’an disebabkan adanya proses gramatikal yaitu pengaruh penggabungan komponen

Kajian ilmu dalalah (semantik) adalah sebagai salah satu metode penting untuk mengetahui makna-makna kata yang ada dalam al-Qur’an, khususnya yang berkaitan dengan

Berapakah jumlah ayat kinayah dalam al-Quran?; Bagaimana perkembangan makna kinayah dalam kitab-kitab tafsir?; Ayat kinayah manakah di dalam al- Quran yang sering

Rasulullah Saw bersabda yang artinya: “Maka apabila (wali nasab) enggan sulthanlah yang menjadi wali bagi yang tidak mempunyai wali”. Jadi, keadaan yang dapat memungkinkan wali

Oleh itu, berdasarkan ayat tersebut, Ulil Abshar Abdalla memahami maksud dan pentafsiran ayat melalui konteks dan teks al-Quran itu dengan menyatakan ‘kebebasan’secara mutlak dan

Teks tersebut berisi tentang ajaran Al-Quran tentang kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta kemudahan menghafal ayat-ayat

Pembahasan tentang Al-Quran, keotentikan, makna, dan peran Nabi Muhammad serta ulama dalam memahami wahyu