• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan tentang Pentingnya Hadis dalam Menguhapi Al-Quran

N/A
N/A
Anam Syafi'i

Academic year: 2024

Membagikan " Pengenalan tentang Pentingnya Hadis dalam Menguhapi Al-Quran"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

NAMA: RIDHA NAYLIYA SYAFI’I NIM: 2042115050

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR JURUSAN AL-QUR’AN HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA

2024

(2)

A.

Latar Belakang Masalah

Di dalam islam, terdapat dua rujukan penting yang menjadi pedoman hidup bagi seorang muslim, yakni Al-Qur’an dan Hadis. Hadis memiliki fungsi sebagai penjelas dari apa yang terkandung dalam Al-Qur’an.1 Sehingga Al- Qur’an tidak akan dipahami secara sempurna tanpa ada bantuan dari hadis.

Ayat-ayat Al-Qur’an yang sebagian besarnya bersifat global sangat butuh penjelas yang bisa menjelaskan maksud dan tujuan secara detailnya.2

Al-Qur’an menduduki posisi paling utama dan penting sebagai petunjuk (hudan) dan juga diyakini senantiasa sesuai pada setiap waktu dan tempat (s}ahi>h fi> kulli zama>n wa maka>n). Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber rujukan utama umat muslim mengandung beberapa aspek, di antaranya aspek keyakinan (‘aqi>dah), aspek ibadah (‘ubu>diyah), muamalah, pidana (jina>yah) hingga dengan aspek siya>sah. Hal inilah yang mendasari pernyatan para ulama bahwa islam adalah agama yang mengatur seluruh kehidupan manusia secara komprehensif, integral, dan holistik.3

Menurut Yusuf Al-Qardhawi, Al-Qur’an adalah petunjuk yang datang untuk menyeru semua manusia dengan kalimat-kalimat Allah SWT, menyeru agar manusia tepat dalam mengendalikan akal, hati, perasaan, serta

1 M. Quraish Shihab, “Membumikan Al-Qur’an”, (Bandung: Mizan, 1994), h. 21.

2 Septi Aji Fitra Jaya, “Al-Qur’an dan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam”, dalam Jurnal indo-Islamika, Vol. 9 No. 2, (Jakarta: 2019), h. 204.

3 Nasaruddin Umar, “Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis”, (Jakarta: PT.

Alex Media Komputindo, 2014), h. 1.

(3)

sanubarinya, sehingga ia menyinari akal dengan kebaikan dan mendorong kehendak untuk beramal.4

Berinteraksi dengan Al-Qur’an merupakan salah satu pengalaman berharga seorang muslim. Pengalaman tersebut dapat berupa interaksi lisan, tulisan, maupun perbuatan, baik berupa pemikiran, pengalaman, emosional, maupun spiritual. Pengalaman berinteraksi dengan Al-Qur’an menghasilkan pemahaman dan penghayatan terhadap ayat-ayat tertentu. Pemahaman dan penghayatan individual yang diungkapkan dan dikomunikasikan secara verbal maupun dalam bentuk tindakan tersebut dapat mempengaruhi individu lain sehingga dapat membentuk kesadaran bersama, dan dalam taraf tertentu melahirkan tindakan-tindakan kolektif dan terorganisasi.5

Pengalaman bergaul dengan Al-Qur’an itu meliputi berbagai macam kegiatan, misalnya membaca Al-Qur’an, memahami dan menafsirkan Al- Qur’an, menghafal Al-Qur’an, berobat dengan ayat-ayat Al-Qur’an, acara tasyakuran dengan bacaan Al-Qur’an, kaligrafi Al-Qur’an, dan sebagainya.6 Ini berarti penerapan ayat-ayat Al-Qur’an tertentu bisa diimplikasikan dalam kehidupan individual maupun dalam kehidupan sosial.

Seiring berkembangnya zaman, kajian mengenai Al-Qur’an mengalami perluasan wilayah kajian, dari kajian tekstual bergeser kepada kajian sosial- budaya. Menariknya, fenomena interaksi atau model pembacaan masyarakat

4 Yusuf Qardhawi, “Berinteraksi Dengan Al-Qur’an”, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999) Cet-1, h. 221.

5 Taufik Abdullah, “Metodologi Penelitian Keagamaan”, (Yogyakarta: PT. Tirta Wacana, 1991), h. 3.

6 Muhammad Alwi Fikri, “Kajian Living Qur’an: Makna Bacaan Al-Qur’an dan Aurod Dzikrul Ghofilin Menurut Perspektif Jama’ah Majelis Semaan Al-Qur’an Jantiko Mantab Ploso Mojo Kediri”, Tesis IAIN Kediri (2020), h. 2.

(4)

muslim terhadap Al-Qur’an dalam ruang-ruang sosial ternyata sangat dinamis dan variatif.7 Adanya berbagai bentuk dan model praktik resepsi dan respon masyarakat dalam memperlakukan dan berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Fenomena inilah yang disebut dengan living Qur’an (Al-Qur’an yang hidup) di tengah kehidupan masyarakat.

Dalam konteks riset living Qur’an, model-model resepsi dengan segala kompleksitasnya menjadi menarik untuk dilakukan, untuk melihat bagaimana proses budaya, perilaku yang diinspirasi atau dimotivasi oleh kehadiran itu terjadi.8 Kita semua dapat melihat berbagai model pembacaan Al-Qur’an, mulai dari yang berorientasi pada pemahaman dan pendalaman maknanya, sampai yang sekedar membaca Al-Qur’an sebagai ibadah ritual, atau untuk memperoleh ketenangan jiwa, bahkan ada pula, model pembacaan Al-Qur’an yang bertujuan untuk mendatangkan kekuatan magis atau terapi pengobatan dan sebagainya.

Di sisi lain, kajian living Qur’an juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah dan pemberdayaan masyarakat, sehingga mereka lebih maksimal dalam mengapresiasi Al-Qur’an. Arti penting kajian Al-Qur’an di era kontemporer ini seakan hadir dengan membawa paradigma baru bagi pengembangan studi Al-Qur’an, sehingga kajian terhadap Al-Qur’an tidak hanya berputar pada tekstualitas saja.9

7 M. Mansyur, “Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis”, (Yogyakarta: TH Press, 2007), h. 39-40.

8 Muhammad Yusuf, “Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur’an”, (Yogyakarta: Teras, 2007), h. 44-45.

9 Sahiron Syamsuddin, “Ranah-Ranah Penelitian dalam Studi Al-Qur’an dan Hadis”

dalam M. Mansyur dkk, h. 14.

(5)

Saat ini, sudah banyak sekali fenomena umat islam dalam menerapkan living Qur’an dengan menghidupkan atau menghadirkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu tradisi zikir.

Allah SWT menciptakan alam semesta terdiri dari beberapa mahluk yaitu tumbuhan, hewan dan manusia. Salah satu tujuan diciptakanya manusia untuk beribadah kepada Allah SWT merupakan salah satu bentuk interaksi secara langsung kepada sang pencipta dengan pahala sebagai imbalanya.

Bentuk ibadah sangatlah bermacam-macam, namun akan terputus ketika manusia sudah menemui ajalnya, kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya.10 Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:

ٍةَقَدَص ْنِم للِإ :ٍةَث َلَث ْنِم للِإ ُهُلَمَع ُهْنَع َعَطَقْنا ُناَسْنِ ْلا َتاَم اَذِإ ملسم هاور – ُهَل وُعْدَي ٍحِلاَص ٍدَلَو ْو َأ ِهِب ُعَفَتْنُي ٍمْلِع ْوَأ ٍةَيِراَج

Artinya: “Apabila manusia telah meninggal maka akan terputus segala amalnya kecuali tiga perkara yaitu shadaqah jariyah. Ilmu bermanfaat dan anak yang sholeh yang senantiansa mendoakannya.” (H.R Muslim)

Hadis di atas memberi penegasan sekaligus peringatan bagi manusia bahwa semua mahluk hidup akan mengalami kematian. Kematian adalah sesuatu yang pasti akan datang baik dalam keadaan sehat, sakit bahkan bahagia. Ketika seseorang percaya kepada Tuhan, maka tentunya mereka akan membicarakan hal selanjutnya yang akan terjadi pada kematian yakni akhirat.

Maka sebagai umat beragama hal-hal yang utama dilakukan dalam menghadapi

10 Emi Sururiyah, “Upaya Meningkatkan Ketenangan Jiwa Santri Melalui Mujahadah Dzikrul Ghofilin di Pondok Pesantren darul Huda”, Skripsi IAIN Ponorogo Tahun 2022.

(6)

hal ini adalah dengan kembali mengingat Tuhan, dalam islam hal ini dikenal dengan istilah zikir.

Zikir merupakan amal ibadah hati dan lisan yang tidak mengenal batasan waktu. Bahkan Allah memberikan sifat ulul alba>b, adalah mereka- mereka yang senantiasa menyebut Rabnya, baik dalam keadaan berdiri, duduk, bahkan juga berbaring.11 Berbeda dengan amal ibadah lainnya seperti sholat, puasa, dan membaca Al-Qur’an, yang mana bagi para pengamal ibadah ini harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.

Dalam kamus Al-Munawwir, zikir berarti menyebut, mengucapkan, mengangungkan, menyucikan, mengingat, memperingatkan, memberi nasihat,

dan menjaga.12 Zikir berasal dari bahasa arab

( ارككذ-ركذكي-رككذ )

yang berarti mengingat, menyebut, dan mengenang. Secara harfiah, zikir adalah ingatan, yakni mengingat Allah dengan maksud mendekatkan diri kepada-Nya. Zikir juga merupakan upaya yang dilakukan manusia agar terhindar dari penyakit sombong dan takabur.13 Zikir dapat dilakukan dalam segala kondisi, berdiri, duduk, atau berbaring dimanapun dan dalam kondisi bagaimanapun, kecuali berada dalam tempat yang diharamkan.14 Untuk mempererat hubungan hamba dengan Allah SWT, maka cara yang dapat dilakukan adalah dengan berzikir.

11 Moh. Asyari, “Menggali Misteri di Balik Dahsyatnya Zikir”, dalam Jurnal Spiritualita, Vol. 2 No. 1, (Kediri: 2018), h. 4.

12 Ahmad Warson Munawwir, “Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia”, (Surabaya:

Pustaka Progresif, 1997), h. 659.

13 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tentang Zikir dan Doa, (Tangerang: Lentera Hati, 2018), h. 2.

14 Baihaki, “Menghidupkan Al-Qur’an Melalui Praktik Pembacaan Ratibul Haddad di Pomdok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2020), h. 3.

(7)

Dalil perintah berzikir kepada Allah ini terkandung dalam Surah Al Baqarah [2]: 152. Allah SWT berfirman:

َو ْمُكْرُكْذ َأ ٓىِنوُرُكْذاَف

ِنوُرُفْكَت َلَو ىِل وُرُك ْش ۟ا ٱ

Terjemahan: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

Ayat ini menjelaskan tentang perintah untuk selalu mengingat Allah SWT. Cara untuk mengingat-Nya adalah dengan senantiasa berzikir maupun menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Mengutip buku Dahsyatnya Doa

& Zikir terbitan Qultum Media dijelaskan bahwa orang yang senantiasa berzikir kepada Allah akan mendapat doa ampunan dari para malaikat. Hal ini menjadi janji Allah SWT kepada hamba-Nya.15 Perintah untuk mengingat Allah ini didasarkan atas rahmat serta ampunan yang Dia berikan kepada hamba-Nya. Hanya Allah lah yang Maha Penyayang lagi Maha Pemberi Ampunan.

Menurut Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah, maksud ayat tersebut adalah perintah kepada kaum muslimin untuk selalu mengingat Allah. Bahwa karena itu, Ingatlah kepada-Ku dengan lidah, pikiran hati dan anggota badan.

Lidah menyucikan memuji-Ku, pikiran dan hati melalui perhatian terhadap tanda-tanda kebesaran-Ku, dan anggota badan dengan jalan melaksanakan perintah-perintah-Ku. Jika semua itu kamu lakukan niscaya Aku akan selalu bersama saat suka dan dukamu dan bersyukurlah kepada-Ku, niscaya akan ktambah nikmat-nikmat-Ku. Allah mendahulukan perintah mengingat akan

15 Khoirul Amru Harahap dkk, “Dahsyatnya Doa dan Zikir”, (Jakarta: Qultum Media, 2008), h. 65.

(8)

diri-Nya terlebih dahulu, karena mengingat Allah lebih utama daripada mengingat nikmat-nikmat-Nya.16

Di zaman modern ini, banyak terjadi perubahan dan persaingan yang membuat manusia lupa akan Tuhannya. Maka dari itu, salah satu upaya untuk mendapatkan serta mendekatkan diri kepada Allah Swt adalah dengan berz\ikir. Z|ikir mempunyai banyak sekali manfaat antara lain memperlancar usaha, memperlancar rezeki, dan masih banyak manfaat lainnya.17

Menurut Quraish Shihab, zikir terbagi menjadi dua bentuk yaitu:18 1. Zikir Bi al-Lisa>n (Zikir dengan lidah)

Zikir lisan adalah mengingat Allah dengan lisan mengucapkan tah}mi>d, tahli>l, tasbi>h, takbi>r, membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu, serta melaksanakan studi dan penelitian.

2. Zikir Bi al-Qalbi> (Zikir dengan hati)

Zikir Bi al-Qalbi> yaitu mengingat Allah dalam semua perintah dan larangan-Nya. Walaupun lisan tidak bersuara tetapi hati senantiasa mengingat Allah, maka dinyatakan sebagai orang yang sedang berzikir.

Seperti dengan cara bertafakur memikirkan ciptaan Allah sehingga timbul didalam pikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa.

Kerjasama antara lisan dan hati dalam hal zikir ini sangatlah baik, sebab apabila seseorang telah mengamalkan dan melakukan dengan disiplin,

16 M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an”, (Ciputat: Lentera hati, cet. 1, 200), h. 134.

17 Muchammad Toif Chasani, “The Urgency of Zikir in Modern Life”, Dalam Formosa Journal of Multidisciplinary Research, Vol. 1 No. 8, 2022, h. 1671.

18 Shihab, Op. Cit..., h. 57.

(9)

dengan sendirinya akan meningkat menjadi dzikir a’dha’a, yang artinya seluruh badannya akan terpelihara dari berbuat maksiat kepada Allah SWT.19 Bagi seseorang yang hatinya telah bening dan jernih akan dapat megontrol anggota badannya untuk tetap disiplin, ucapannya akan sesuai dengan perbuatan, lahiriyahnya akan sesuai dengan batiniyahnya.

Zikir bisa dilakukan dengan lisan, hati anggota badan, ataupun dengan ucapan yang terdengar menggabungkan semua unsur tersebut berarti telah melakukan zikir secara sempurna. Setiap zikir memiliki pengaruh tertentu.

Zikir yang disertai kesuguhan akan bisa membuka tirai, tetapi hal itu disesuaikan dengan kondisi orang yang melakukannya.

Sedangkan menurut ahli tasawuf, zikir itu terbagi menjadi empat bagian, yaitu:20

1. Zikir lisan atau disebut juga zikir nafi isbat, yaitu ucapan La> ila>ha illalla>h. Pada kalimat ini terdapat hal yang menafikan yang lain dari Allah SWT dan mengisbatkan Allah SWT.

2. Zikir qolbu atau hati, disebut juga dengan zikir asal dan kebesaran, ucapannya Allah SWT.

3. Zikir sirri atau rahasia, disebut juga zikir isyarat atau nafas, yaitu berbunyi: “Hu, Hu”. Zikir ini adalah makanan utama sirr (rahasia). Oleh karena itu ia bersifat rahasia, maka tidaklah sanggup lidah menguraikannya, tidak ada kata-kata yang dapat melukiskannya.

19 Ahmad Mursalat, “Dzikir Tolak Bala Tarekat Khalwatiyah Samman di Kelurahan Talaka Kampung Tanete Kec. Ma’rang Kabupaten pangkep (Tinjauan Aqidah Islam)”, dalam Jurnal Sulesna, Vol 13 No. 1, (Makassar: 2019), h. 118.

20 Moh Saefullah Al Aziz, “Risalah Memahami Ilmu Tasawuf”, (Surabaya: Terbit Terang, 2000), h. 194-195.

(10)

4. Zikir dengan perbuatan yaitu adalah zikir kepada Allah SWT dengan berbagai perbuatan anggota badan dan menjahui apa yang dilarang oleh Allah SWT.21

Di Indonesia sendiri telah berkembang berbagai macam jenis zikir, salah satunya adalah zikir ghofili>n. Ghofili>n merupakan bentuk isim fa’il jamak yang berakar dari kata ghofala-yaghfulu, yang bermakna lupa, lalai, dan melupakaan.22 Sehingga zikir ghofili>n mempunyai makna “zikirnya orang-orang lalai”.

Tradisi zikir ghofili>n adalah salah satu dari sekian banyak fenomena umat islam dalam menghidupkan atau menghadirkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi ini merupakan kajian realita dari fenomena living Qur’an, karena merupakan sebuah bentuk respon sosial suatu komunitas dalam menerima dan menerapkan sebuah tradisi yang terinspirasi dari Al- Qur’an. Zikir ghofili>n adalah sebuah tradisi yang memiliki berbagai rangkaian pembacaan beberapa wirid yang beresensi pada pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an.23 Zikir ini bersifat universal, karena dapat diamalkan oleh siapa saja. Mulai dari yang berilmu sampai orang yang paling awam, asalkan ia mengamalkan dengan rutin, yakin, dan ikhlas.

Zikir ghofili>n merupakan tradisi zikir yang pelaksanaannya dilakukan setiap minggu Legi (dalam istilah Jawa) dipondok pesantren

21 Moh Saefullah Al-Aziz, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Terbit Terang, 2000), h. 236.

22 Dewi Masruro, “Pemahaman Terhadap Ayat-Ayat Al-Qur’an Dalam Wirid Zikrul Ghofilin di Pondok Pesantren Sirajussa’adah, Limo, Depok”., Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2023), h. 34-35.

23 Muhammad Alwi Fikri, “Kajian Living Qur’an: Makna Bacaan Al-Qur’an dan Aurod Dzikrul Ghofilin Menurut Perspektif Jamaah Majelis Semaan Al-Qur’an Jantiko Mantab Ploso Mojo Kediri”, Skripsi IAIN Kediri Tahun 2020.

(11)

Nurussalam Tenggarong Seberang. Pelaksanaan zikir ghofili>n dilakukan secara berjama’ah yang dihadiri oleh 65 orang yang terdiri santri dan jama’ah zikir ghofili>n tersebut.24 Berbeda dengan zikir yang lain, tradisi zikir ini dimulai dengan pengajian kitab kuning yang diajarkan langsung oleh pendiri pondok pesantren. Dilanjutkan pembacaan tawassul yang ditujukan kepada ahli kubur, masyaikh, serta arwah dari keluarga yang mendahului. Kemudian dilanjutkan dengan solat tobat, solat hajat, dan solat tasbih secara berjama’ah.

Kemudian pembacaan zikir ghofili>n dengan tata cara khusus yang telah ditentukan. Setiap bacaan dalam zikir tersebut mempunyai makna dan tujuannya. Salah satunya mmebaca istighfar dengan meletakkan tangan kanan di dada bagian kiri dengan jarak dua jari di bawah dada. Gerakan tersebut bermaksud memusatkan bacaan zikir di hati, dengan tujuan membersihkan hati dari segala perkara yang kotor. Tradisi zikir ghofili>n termasuk menggunakan zikir z}ahir dengan suara atau disebut juga dengan zikir bi al- lisa>n. Dan termasuk juga dengan zikir al-Qalb yang bertujuan mengingat Allah dengan maksud semakin mendekatkan diri kepada Allah serta memohon ampun kepada Allah SWT.

Bermula dari fenomena ini, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Tata Cara Khusus Dalam Tradisi Pembacaan Zikir Ghofili>n di Pondok Pesantren Nurussalam Tenggarong Sebrang, secara intensif untuk lebih mengetahui tentang praktik, makna, serta manfaat daripada tradisi tersebut.

24 Wawancara, M. Anam Syafi’i, Pada Desember 2023.

(12)

Menurut penulis, realita tersebut menarik untuk dikaji dan diteliti sebagai model alternatif bagi suatu komunitas sosial untuk selalu berinteraksi dan bergaul dengan Al-Qur’an. Sehingga Al-Qur’an menjadi hidup dan berkembang di dalam masyarakat yang disebut dengan dengan Living Qur’an.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan tujuan yang ingin penulis dapatkan, maka bisa diambil beberapa pokok-pokok rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik pembacaan zikir ghofili>n dengan tata cara khusus di pondok pesantren Nurussalam Tenggarong Sebrang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan pada latar belakang dan rumusan masalah, maka peneliti merumuskan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Menganalisa tata cara praktik pembacaan zikir ghofili>n di pondok pesantren Nurussalam Tenggarong Sebrang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitiann skripsi merupakan sebuah karya ilmiah mahasiswa sebagai syarat kelulusan jenjang S1. Selain itu terdapat manfaat yang lebih lagi terhadap pribadi peneliti dan orang lain pada umumnya. Sehingga, pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah referensi, bacaan, dan pengembangan keilmuan di bidang tafsir Al-Qur’an. Adapun manfaat penelitian ini secara garis besar yaitu:

(13)

1. Dari aspek akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka diskursus Living Qur’an, sehingga diharapkan bisa berguna terutama bagi yang memfokuskan pada kajian sosial-kultural masyarakat muslim dapat memperlakukan, memanfaatkan atau menggunakan Al- Qur’an.

2. Secara praktis, penelitian ini juga dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesadaran Masyarakat dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Khususnya tradisi pembacaan Zikir Ghofili>n bagi para santri dan jamaah pondok pesantren Nurussalam Tenggarong Seberang, dengan tujuan utama semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan juga agar semakin menumbuhkan kecintaan terhadap Al-Qur’an, baik dalam membentuk, membaca, mengajar, bahkan mengaplikasikan Al-Qur’an sebagai kebutuhan primer dalam kehidupan.

E. Kajian Pustaka

Kajian Pustaka merupakan bagian dari sebuah proposal yang dijadikan sebagai alat untuk memperoleh data-data yang akurat serta objektif dari kumpulan-kumpulan penelitian yang telah dianalisis menjadi satu kesimpulan.

Sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan yang digunakan sebagai kajian terdahulu, kajian ini berguna untuk melihat titik perbedaan antara pembahasan terbaru dengan pembahasan sebelumnya. Selain itu kedudukan kajian pustaka dalam penelitian menempati peranan yang strategis karena dia merefleksikan kadar keilmiahan suatu penelitian. Adapun penulis telah melakukan telaah kepustakaan sebagai berikut:

(14)

Pertama, penelitian yang berjudul “Relevansi Bacaan Al-Qur’an dan Zikir Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga (Studi Kasus Jama’ah Majelis Semaan Al-Qur’an dan Dzikrul Ghofilin di Pondok Pesantren Al-Mujahadah Lempuyangan Kota Yogyakarta)” yang ditulis oleh Najib Ubaidillah, Skripsi UINSUKA Yogyakarta Tahun 2017. Skripsi ini membahas tentang relevansi bacaan Al-Qur’an dan Zikir terhadap keharmonisan rumah tangga secara komperatif. Bermula dari banyaknya persoalan yang dihadapi dalam kehidupan berumah tangga dan salah satunya ketidakmampuan pasangan suami istri yang berdampak pada kurangnya kehidupan yang harmonis. Skripsi ini tidak membahas tentang tata cara dari zikir ghofili>n, maka inilah yang menjadi pembeda dengan penelitian yang penulis angkat.

Kedua, penelitian yang berjudul “Dzikrul Ghofilin Activities (Study of Living Qur’an at The Padepokan Padang Ati Islamic School Pondok, Simbang Kulon, Pekalongan” yang ditulis oleh Nabilatul Khusna dalam Jurnal OSF Tahun 2020. Jurnal tersebut membahas tentang aktivitas zikrul ghofilin yang diterapkan di pondok pesantren Padang Ati Simbang Kulon, Pekalongan.

Berbeda dengan penelitian ini, yang membahas lebih dalam terkait tata cara serta gerakan khusus yang dilakukan dalam praktik zikir tersebut.

Ketiga, skripsi yang berjudul “Kajian Living Qur’an: Makna Bacaan Al-Qur’an dan Aurod Dzikrul Ghofilin Menurut Perspektif Jamaah Majelis Semaan Al-Qur’an Jantiko Mantab Ploso Mojo Kediri” yang ditulis oleh Muhammad Alwi Fikri, skripsi IAIN Kediri Tahun 2020. Skripsi ini membahas tentang praktik, motivasi, dan makna tradisi zikir ghofili>n serta bacaan Al-

(15)

Qur’an menurut perspektif Jamaah Semaan Al-Qur’an Jantiko Mantab Ploso Kediri.

Keempat, Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Ketenangan Jiwa Santri Melalui Mujahadah Z|ikrul Ghofili>n di Pondok Pesantren darul Huda” yang ditulis Emi Sururiyah Mahmudah, Skripsi IAIN Ponorogo Tahun 2022. Skripsi tersebut membahas tentang tujuan diadakannya mujahadah z\ikrul ghofili>n bagi santri Pondok Pesantren Darul Huda Mayak. Salah satu tujuannya adalah mencapai ketenangan jiwa. Hakikat perjalanan hidup yang kita jalani, semakin kita melangkah banyak masalah yang datang dan pergi. Maka ketika seseorang mempunyai ketenangan jiwa yang baik, dia akan selalu merasa bahagia. Berbeda dengan penelitian ini, yang menjelaskan tata cara serta gerakan-gerakan yang dilaksanakan dalam praktik zikir ghofili>n tersebut.

Kelima, penelitian yang berjudul “Pemahaman Terhadap Ayat-Ayat Al-Qur’an Dalam Wirid Zikrul Ghofilin di Pondok Pesantren Sirajussa’adah, Limo, Depok” ditulis oleh Dewi Masruro, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2023. Skripsi ini membahas tentang pemahaman ayat-ayat Al- Qur’an yang terdapat dalam wirid z\ikrul ghofili>n, yaitu Al-Fatihah, Ayat Kursi, Asmaul Husna, dan doa Sapu Jagad. Ayat-ayat Al-Qur’an yang terkandung dalam wirid z\ikrul ghofili>n memiliki keutamaan dan manfaat bagi siapapun yang membacanya. Pengasuh, asatiz}, dan para santri memiliki latar belakang, tujuan, dan manfaat yang berbeda-beda dalam

(16)

pengamalan wirid z\ikrul ghofili>n, juga memiliki pemahaman yang berbeda-beda pada setiap ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan di dalamnya.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif yang didapatkan dari hasil wawancara peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang umum dan juga luas.25 Informasi yang telah disampaikan oleh partisipan yang biasanya berupa kata atau teks.

Dari hasil data yang didapatkan tersebut kemudian dikumpulkan dan dianalisis.

Adapun metode penelitian yang kali ini peneliti gunakan dalam skripsi ini, baik yang berkaitan dengan jenis penelitian, pendekatan yang digunakan, serta metode pengumpulan sumber data dan analisis data, sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang berbasis data-data lapangan yang terkait dengan subjek penelitian dengan pendekatan kualitatif. Hal ini karena:

a. Penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian perilaku, persepsi, tindakan, motivasi dan lain-lain secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan manfaatkan metode yang alamiah. Dalam hal ini tentang fenomena tradisi pembacaan zikir ghofili>n dengan tata cara khusus di pondok pesantren Nurussalam Tenggarong Sebrang, yang mana penelitian ini

25 Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D”, (Bandung:

Alfabeta, 2012), h. 9.

(17)

perlu kajian mendalam dan hanya bisa dilakukan secara kualitatif.

Metode kualitatif memungkinkan peneliti mendapatkan kedalaman analisis yang secara umum data diperoleh dari wawancara dan observasi.

b. Tema penelitian ini mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan subjek, sehingga bisa mengerti dan merasakan keadaan yang sesungguhnya,

c. Kualitatif memberikan peluang meneliti fenomena secara utuh, karena tindakan atau perilaku masyarakat yang terjadi melibatkan berbagai faktor yang saling terkait,

d. Proses Tindakan yang terkait dengan makna subyektif dipahami di dalam kerangka “ungkapan” mereka sendiri.

2. Fokus Penelitian

Penelitian ini fokus pada tradisi pembacaan zikir ghofili>n pondok pesantren Nurussalam yang berlokasi di Desa Suka Maju Kecamatan Tenggarong Sebrang.

3. Sumber Data

Sumber data merupakan asal sebuah data yang diambil untuk menganalisis sebuah penelitian. Sebagaimana definisi menurut Suharsimi Arikunto yaitu subyek dari mana data dapat diperoleh.26 Pengetahuan ini perlu dipahami, guna mengetahui asal-muasal data-data tersebut diambil dan kemudian bisa dipertanggungjawabkan. Sumber data dalam penelitian

26 Duri Andriani, dkk., Metode Penelitian, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2015), h. 53.

(18)

ini terbagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian skripsi ini adalah sumber data yang didapat melalui wawancara terhadap beberapa warga pondok serta jamaah yang menjadi pelaku dari tradisi zikir ini, observasi atau melakukan pengamatan terhadap obyek penelitian yang dicatat melalui cacatan tertulis atau melalui perekaman video/ audio, serta pengambilan foto.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data berupa dokumen atau artikel yang berasal dari desa. Sumber yang bukan diperoleh dari sumber asli, yang berperan sebagai pendukung. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah arsip dokumentasi dan arsip pendukung, serta karya-karya tulis seperti jurnal ataupun buku-buku yang berkaitan dengan tema penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang sesuai dengan penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipatif,27 yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan untuk mengamati, mencari jawaban dan juga mencari bukti yang ada. Ketika sedang melakukan observasi partisipatif, peneliti juga melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan terhadap beberapa informan dari anggota majelis dan

27

(19)

dokumentasi yang berupa gambar realitas di lapangan. Dalam menentukan informan, peneliti menggunakan teknik purposive yaitu pemelihian subjek penelitian dengan pertimbangan kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan peneliti.28

Kriteria tersebut berdasarkan posisi partisipasi yang dipandang memiliki pengetahuan, pengalaman, dan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan terkait dengan masalah yang diteliti, yakni tentang tradisi zikir ghofili>n dengan tata cara khusus di Pondok Pesantren Nurussalam Tenggarong Sebrang. Dalam hal ini informan utamanya meliputi: 1.) Pendiri Pondok Pesantren Nurussalam Tenggarong Sebrang;

2.) Beberapa santri dan beberapa jama’ah zikir ghofili>n.

5. Teknik Pengolahan Data

Seluruh data yang diperoleh dari informan diolah mulai ketika penelitian dilapangan dengan langkah-langkah sebagai berikut: pertama, data yang diperoleh ditulis dalam catatan saku atau direkam dalam alat perekam. Kedua, ditulis ulang dalam catatan analisis-deskriptif. Kemudian peneliti golongkan dalam beberapa kelompok tema berdasarkan masalah dan tujuan utama penelitian. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi

28 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta: Prenadamedia, 2014) Cet-1, h. 368-369.

(20)

6. Teknik Analisis Data

Analisis adalah proses penghimpunan atau penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelahaan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.29 Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang tidak menggunakan metode matematika, model statistik dan ekonometrik atau model-model lainya. Analisis deskriptif kualitatif adalah menganalisis, menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan. Analisis deskriptif kualitatif bertujuan untuk memberikan deskripsi subjek penelitian berdasarkan dari data variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.

G. Penegasan Istilah

Dari rangkaian judul tersebut, terdapat beberapa kata yang memerlukan penegasan istilah. Hal ini bertujuan untuk mengatasi akan kesalahpahaman makna di dalam judul tersbut. Adapun penegasan istilah yang perlu peneliti jelaskan adalah sebagai berikut:

1. Tradisi

29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV.

Alfabeta, 2017), h. 319.

(21)

Tradisi dalam bahasa Latin traditio, artinya diteruskan dalam bahasa adalah sesuatu kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat menjadi adat istiadat yang diasimilasikan dengan ritual adat dan agama. Dalam Kamus Bahasa Indonesia tradisi adalah adat kebiasaan turun-termurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Secara etimologi, tradisi berarti sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, serta ajaran dan sebagainya) yang turun temurun dari nenek moyang.

Dapat disimpulkan tradisi merupakan kebiasaan tingkah laku atau tindakan secara turun-temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat.

Tradisi tidak akan punah dengan adanya informasi, baik secara lisan atau tulisan yang diteruskan dari generasi ke generasi. Dalam terminologi islam tradisi dapat dikatakan sebagai adat istiadat. Adat istiadat diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku yang mengandung pada nilai-nilai agama, sedangkan tradisi diartikan tindakan atau tingkah laku yang mengandung nilai-nilai budaya.

2. Zikir Ghofili>n

Zikir berasal dari bahasa arab yang berarti mengingat, menyebut, dan mengenang. Adapun secara istilah zikir adalah beriman kepada Allah SWT dengan menyatakan dua kalimat syahadat dan melaksanakan ajarannya dengan baik. Dalam kamus Al-Munawwir, zikir berarti menyebut, mengucapkan, mengangungkan, menyucikan, mengingat, mempperingatkan, memberi nasihat, dan menjaga. Secara harfiah, zikir adalah ingatan, yakni mengingat Allah dengan maksud mendekatkan diri

(22)

kepada-Nya. Zikir juga merupakan upaya yang dilakukan manusia agar terhindar dari penyakit sombong dan takabur.

Kata ghofili>n merupakan bentuk isim fa’il jama’ yang berakar dari kata ghofala-yaghfulu, yang bermakna lupa, lalai, dan melupakan.

Sehingga zikir ghofili>n mempunyai makna zikirnya orang-orang lalai.

Dengan zikir ini seperti diingatkan Kembali untuk selalu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

3. Tata Cara Khusus

Tata cara merupakan rangkaian dari dua atau lebih komponen- komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Menurut James A. Hall (2001: 5), tata cara adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

Kata khusus adalah kata yang artinya sempit atau terbatas. Dikutip dari buku EYD dan Seputar Kebahasa Indonesiaan, kata khusus kerap dikenal dengan sebutan hiponim atau subordinat, yakni kelompok kata yang ruang lingkup arti atau maknanya mencakup hal-hal sempit atau bersifat khusus terhadap aspek tertentu.30 Berdasarkan pengertian-pengertian kata khusus tadi, maka kita bisa menyimpulkan bahwasanya kata khusus adalah kelompok kata yang memiliki artian sempit atau kelompok kata yang maknanya merujuk kepada suatu hal secara spesifik. Maka dapat disimpulkan bahwasanya definisi tata cara khusus adalah rangkaian dari

30 Ernawati waridah, “EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan” (Bandung: Ruang Kata, 2013), h. 250.

(23)

dua atau lebih komponen yang saling berhubungan dan bersatu untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara khusus atau spesifik.

H. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan penulisan penelitian ini agar lebih sistematis, maka peneliti menjelaskan dengan singkat mengenai isi pembahasan-pembahasan yang terdapat di dalam proposal ini. Adapun pembahasannya sebagai berikut:

Bab pertama, berisi pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua, berisi tentang landasan teori tantang konsep dasar living qur’an, ruang lingkup kajian living qur’an, manfaat kajian living qur’an dalam kehidupan sosial. Pada bab ini, penulis juga menjelaskan tentang definisi zikir, macam-macam zikir, kemudian gambaran umum tentang zikir ghofili>n serta pemaknaan tradisi zikir ghofili>n tersebut.

Bab ketiga, berisi tentang deskripsi lokasi penelitian yang berupa data- data umum, antara lain kondisi objektif pesantren, Sejarah singkat pesantren, profil pesantren, dan kegiatan yang berada di Pondok Pesantren Nurussalam Tenggarong Sebrang.

Bab keempat, berupa pembahasan penelitian tentang proses pelaksanaan dari zikir ghofili>n yang menggunakan wirid-wirid serta gerakan khusus di Pondok Pesantren Nurussalam Tenggarong Sebrang.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan yang dikemukakan pada bab sebelumnya. Kesimpulan tersebut merupakan hasil

(24)

akhir dari penelitian yang dilakukan terhadap masalah-masalah yang telah diuraikan di bab sebelumnya. Selain itu, tertulis saran-saran sebagai pijakan sementara untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam terkait objek masalah yang dikaji. Penulis juga mencantumkan daftar pustaka yang memuat referensi-referensi yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian sebagai bukti kevalidan pembahasan yang dikaji. Di akhir penulisan, penulis ingin memberikan lampiran-lampiran yang berisi hasil dokumen dengan objek yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

(25)

Abdullah, Taufik, Metodologi Penelitian Keagamaan, (Yogyakarta: PT. Tirta Wacana, 1991).

Al-Aziz, moh saefullah, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Terbit Terang, 2000).

Andriani, Duri, dkk., Metode Penelitian, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2015).

Harahap, Khoirul Amru dkk, Dahsyatnya Doa dan Zikir, (Jakarta: Qultum Media, 2008).

M. Mansyur, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: TH Press, 2007).

Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya:

Pustaka Progresif, 1997).

Qardhawi, Yusuf, Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999) Cet-1.

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994).

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an Tentang Zikir dan Doa, (Tangerang:

Lentera Hati, 2018).

Shihab, M. Quraish Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Ciputat: Lentera hati, cet. 1, 2000).

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV.

Alfabeta, 2017).

Syamsuddin, Sahiron, “Ranah-Ranah Penelitian dalam Studi Al-Qur’an dan Hadis” dalam M. Mansyur dkk.

Umar, Nasaruddin, Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis, (Jakarta:

PT. Alex Media Komputindo, 2014).

Yusuf, A. Muri, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta: Prenadamedia, 2014) Cet-1.

Yusuf, Muhammad, Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2007).

Jurnal

Jaya, Septi Aji Fitra, “Al-Qur’an dan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam”, dalam Jurnal Indo-Islamika, Vol. 9 No. 2 (Jakarta: 2019).

(26)

Khusna, Nabilatul, “Dzikrul Ghofilin Activities (Study of Living Qur’an at The Padepokan Padang Ati Islamic School Pondok, Simbang Kulon, Pekalongan” dalam Jurnal OSF Tahun 2020.

Moh. Asyari, “Menggali Misteri di Balik Dahsyatnya Zikir”, dalam Jurnal Spiritualita, Vol. 2 No. 1, (Kediri: 2018).

Mursalat, Ahmad, “Dzikir Tolak Bala Tarekat Khalwatiyah Samman di Kelurahan Talaka Kampung Tanete Kec. Ma’rang Kabupaten pangkep (Tinjauan Aqidah Islam)”, dalam Jurnal Sulesna, Vol 13 No. 1, (Makassar:

2019).

Toif Chasani, Muchammad, “The Urgency of Zikir in Modern Life”, dalam Formosa journal of Multidisciplinary Research, Vol. 1 No. 8, (2022).

Skripsi

Alwi, Muhammad Fikri, “Kajian Living Qur’an: Makna Bacaan Al-Qur’an dan Aurod Dzikrul Ghofilin Menurut Perspektif Jamaah Majelis Semaan Al- Qur’an Jantiko Mantab Ploso Mojo Kediri”, Skripsi IAIN Kediri Tahun 2020.

Baihaki, “Menghidupkan Al-Qur’an Melalui Praktik Pembacaan Rotibul Haddad di Pondok Pesantren Mumtaz Ibadurrahman”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2020.

Hasibuan, Mutiah Ramadhani, “Tradisi Pembacaan Zikir Al-Ma’tsurat (Studi Living Qur’an di Ma’had Tafsir Maryam Al-Khol Al-Fityan Medan)”, Skripsi IIQ Jakarta Tahun 2021.

Masruro, Dewi, “Pemahaman Terhadap Ayat-Ayat Al-Qur’an Dalam Wirid Zikrul Ghofilin di Pondok Pesantren Sirajussa’adah, Limo, Depok”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2023.

Sururiyah, Emi, “Upaya Meningkatkan Ketenangan Jiwa Santri Melalui Mujahadah Dzikrul Ghofilin di Pondok Pesantren darul Huda”, Skripsi IAIN Ponorogo Tahun 2022.

Tesis

Makmunzir, “Tradisi Pembacaan Surah Yasin Dalam Ritual Rabu Abeh (Studi Living Qur’an pada Masyarakat Gampang Lhok Pawoh Kecamatan Panggeng Kabupaten Aceh Barat Daya)”, Tesis PTIQ Jakarta Tahun 2023.

Referensi

Dokumen terkait

Lumajang ZUBAIRI Al Quran Hadis M Ts Fajrul Islam Pulo 7 Kab.. Lumajang NURUL CHOM ARIYAH Al Quran Hadis M I ISLAM IYAH TEM PURSARI

Komparasi-konfrontatif kedua hadis itu dengan ayat-ayat al-Quran yang dilakukan Yusuf al-Qaradawi sebenarnya tidak lebih dari sekadar penegasan kedaifan kedua hadis tersebut,

Standar Kompetensi : Siswa mampu membaca Al-Quran dengan fasih dan baik, aktif membaca Al-Quran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar : Menjelaskan

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru al-quran hadis yaitu : Metode pertama yang diterapkan oleh guru al-quran hadis yaitu dengan cara menghafal satu bagian ayat berulang

Dokumen ini membahas tentang sumber-sumber hokum Islam, khususnya fiqih, al-quran, al-hadits, dan

Menurut Yusuf Qardhawi, ada beberapa meode yang dapat digunakan dalam memahami hadis Nabi SAW iaitu i Memahami hadis sesuai petunjuk al-Quran; 2 Memahami hadis sesuai dengan latar

Dokument ini membahas pengaruh pembelajaran PAI ilmu tawhid terhadap bacaan Al-Quran siswa di SMP Boarding School

Teks tersebut menjelaskan tentang metode tafsir tahlili yang digunakan untuk menjelaskan ayat-ayat