• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Tafsir Tahlili dalam Al-Quran

N/A
N/A
utari mahesty

Academic year: 2024

Membagikan "Teknik Tafsir Tahlili dalam Al-Quran"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PSIKOLOGI ISLAM 4

TUGAS EKSPLORASI PERTEMUAN 2

Dosen Pengampu :

Dr. Umar Yusuf Supriatna, Drs., M.Si

Disusun oleh : Utari Mahesty

10050020234 Kelas F

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2023

(2)

1. Tafsir Tahlili

Tafsir tahlili adalah metode penafsiran al-Quran yang dilakukan dengan cara menjelaskan ayat-ayat al-Quran dalam berbagai aspek, serta menjelaskan maksud yang terkandung di dalamnya sehingga kegiatan mufassir hanya menjelaskan ayat demi ayat, surat demi surat, makna lafal tertentu, susunan kalimat, persesuaian kalimat satu dengan kalimat lain, asbabun nuzul, nasikh mansukh, yang berkenaan dengan ayat yang ditafsirkan.

Metode tafsir tahlili yang juga disebut dengan metode tajzi’I merupakan metode tafsir yang paling tua usianya. Tafsir tahlili adalah suatu metode tafsir yang

‘’Mufasirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat AlQur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan urutan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana yang tercantum didalam mushaf.

Metode tafsir tahlili cara pendekatan dan tafsirnya mengandalkan nalar, sehingga akan sangat luas pembahasan apabila kita bermaksud menelusuri satu demi satu segala segi yang dianggap perlu oleh seorang mufasir akan menguraikan bermula kosa kata, asbab al-nuzul, munasabah, dan lain-lain yang berkenaan dengan teks atau kandungan ayat.

Dari berbagai pengertian diatas maka metode tafsir tahlili adalah merupakan mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dari segala segi dan maknanya, ayat demi ayat dan surat demi surat sesuai dengan urutan dalam AlQur’an. Untuk dituju dan kandungan ayat, menjelaskan apa yang dapat diistimbatkan ayat serta mengemukakan kaitan antara ayat- ayat dan relevansinya dengan surat sebelum dan sesudahnya.

a. Keunggulan metode tafsir Tahlili

• Terletak pada keleluasaan dan keutuhannya dalam memahami Al-Qur-an.

Dengan metode tahlili, seseorang diajak memahami Al-Qur’an dari awal (Surat Al-Fatihah) hingga akhir (Surat AnNas).

• Minimal seseorang dapat memahami ayat dan surat dalam AlQur’an secara utuh.

• Metode tafsir tahlili membahas Al-Qur’an dengan ruang lingkup yang luas, meliputi aspek kebahasaan, sejarah, hukum dan lainlain.

• Ruang lingkup yang luas Metode tahlili mempunyai ruang lingkup yang teramat luas. Metode ini dapat digunakan oleh musafir dalam dua bentuknya : bilmatsur dan bilra’yu. Bentuk al-ra’yu dapat lagi dikembangkan dalam berbagai corak

(3)

penafsiran sesuai dengan keahlian masing-masing mufasir. Ahli bahasa misalnya, mendapat peluang yang luas untuk menafsirkan Al-Qur’an dari pemahaman kebahasaan.

• Memuat berbagai ide Metode tafsir tahlili dapat menampung berbagai ide yang terpendam didalam benak mufasir. Pada metode ini mufasir relatif mempunyai kebebasan dalam memajukan ide-ide dan gagasan baru dalam menafsirkan Al- Qur’an.

b. Kelemahan metode tafsir Tahlili

• Kajiannya mendalam, tidak detail dan tidak tuntas dalam membicarakan topik- topik yang dibicarakan.

• Memerlukan waktu yang cukup panjang dan menuntut ketekunan.

• Metode tafsir tahlili cakupannya luas makna seseorang mufasir belum tentu menguasai aspek luas tersebut.

• Menjadikan petunjuk Al-Qur’an persial seperti halnya metode ijmali, metode tahlili juga dapat membuat petunjuk Al-Qur’an persial atau terpecah-pecah, sehingga terasa seakan-akan Al-Qur’an memberikan pedoman secara tidak utuh dan tidak konsisten karena penafsiran yang diberikan pada ayat-ayat yang lain sama dengannya. Terjadinya perbedaan tersebut terutama disebabkan oleh kurang diperhatikannya ayat-ayat lain yang mirip atau sama dengannya.

• Melahirkan penafsiran subjektif metode tafsir tahlili memberikan peluang seluas-luasnya kepada para mufasir untuk mengemukakan ide-ide dan pemikirannya. Sehingga kadang-kadang mufasir tidak sadar bahwa dia telah menafsirkan Al-Qur’an secara subyektif, dan tidak mustahil pula ada diantara mereka yang menafsirkan Al-Qur’an sesuai dengan kemauan hawa nafsunya tanpa mengindahkan kaidah-kaidah atau norma-norma yang berlaku.

2. Tafsir Ijmali

Metode ini berusaha menjelaskan ayat al-Qur‟an secara gelobal, ringkas dan padat, tanpa memperluas pembahasan dan memperinci penejelasan.Maksud utama metode ini adalah memperjelas makna dan bentuk kata (uslub) yang digunakan.Pada zaman Sahabat Nabi tafsir dengan metode ijmali sangat berkembang.Hal itu dikarenakan kebanyakan masyarakat waktu itu memahami sebagian besar ayat-ayat al-Qur‟an, sehingga hanya sebagian kecil jumlah ayat yang perlu ditafsirkan.

Secara etimologi ijmali berarti umum, sehingga dapat kita jelaskan bahwa tafsir al-

(4)

ijmali adalah tafsir terhadap ayat-ayat al-Qur'an yang penjelasannya bersifat umum.8 Adapun secara istilah metode ijmali adalah cara mengungkapkan isi Al-Qur'an melalui pembahasan umum (global), yang tidak deskriptif, sedikit memberikan penjelasan yang panjang dan luas, dan tidak dilakukan secara rinci.

Deskripsi yang dibuat dalam metode ini mencakup beberapa aspek deskripsi relatif terhadap kalimat yang ditafsirkan, antara lain, pertama mengartikan setiap kata yang ditafsirkan dengan kata lain yang tidak jauh berbeda dengan kata yang ditafsirkan.

Kedua, menjelaskan isi setiap kalimat yang ditafsirkan sehingga menjadi jelas.

Menunjukkan asbabun nuzul dari ayat yang ditafsirkan, meskipun tidak semua ayat disertai dengan asbabun nuzul. Ketiga, memberikan penjelasan dengan pendapat- pendapat yang telah diberikan mengenai penafsiran ayat tersebut, baik yang diucapkan oleh Nabi, para sahabatnya, tabi`in, maupun para mufassir lain

➢ Kelebihan metode Ijmali

• Praktis dan mudah dipahami. Tafsir yang memakai metode ijmali relatif lebih praktis dan mudah dipahami.

• Bebas dari penafsiran israiliyat, dikarenakan pendeknya penafsiran yang dikemukakan, maka tafsir ijmali terasa murni dan terbebas dari pemikiran- pemikiran israiliyat.

• Dekat dengan bahasa al-Qur’an: Tafsir ijmali ini memakai bahasa yang ringkas dan padat, sehingga pembaca tidak merasa bahwa ia telah membaca kitab tafsir. Hal ini disebabkan, karena tafsir dengan metode global menggunakan bahasa yang singkat dan akrab dengan bahasa arab tersebut.

➢ Kelemahan dari metode ijmali

• Tidak terdapat tempat untuk memberikan analisis yang memadai: Tafsir yang memakai metode ijmali tidak menyediakan tempat untuk mengemukakan uraian dan pembahasan yang dapat memuaskan pemahaman terhadap suatu ayat.

• Menjadikan petunjuk al-Qur’an bersifat parsial: al-Qur’an merupakan satu- kesatuan yang utuh, sehingga satu ayat dengan ayat yang lain membentuk satu pengertian yang utuh, tidak terpecah-pecah dan berarti, hal-hal yang global atau samar-samar di dalam suatu ayat, maka pada ayat yang lain ada penjelasan yang lebih rinci

3. Tafsir Muqararan

(5)

Metode tafsir Muqaran adalah sebuah penelitian mendalam dan pengumpulan pendapat-pendapat berkaitan dengan tafsir ayat-ayat atau surat dalam al-Qur‟an yang memiliki hubungan tema yang sama. Kemudian dipelajari secara mendalam untuk mengenal perkataan yang lebih rajih(kuat).Itu semua untuk mencapai petunjuk al- Qur‟an yang berkaitan dengan tema yang diteliti.

Tafsir muqaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk; yang pertama membandingkan satu ayat dengan yang lain, yang kedua membandingkan ayat-ayat Al- Qur'an dengan hadits, dan yang ketiga membandingkan satu tafsir dengan tafsir lain yang melibatkan beberapa ayat yang diidentifikasi oleh mufassir yang sama itu sendiri.

Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan metode tafsir muqaran, yang membandingkan tafsir para ulama, yaitu sebagai berikut :

• Menentukan sejumlah ayat yang akan ditafsirkan.

• Mengumpulkan dan mengemukakan pendapat para ulama tafsir mengenai pengertian ayat tersebut, baik ulama salaf maupun ulama khalaf dan baik berdasarkan riwayat maupun ijtihad.

• Melakukan analisis komparatif terhadap pendapat para mufassir itu dengan menjelaskan pola penafsiran, kecendrungan, dan pengaruh mazhab yang mereka anut yang tergambar dalam penafsiran ayat.

• Menentukan sikap dengan menerima penafsiran yang dianggap benar dan menolak penafsiran yang tidak dapat diterima.

Jika tafsir muqaran itu membandingkan antara ayat dengan ayat atau antara ayat dengan hadis, maka proses yang harus dilakukan oleh mufassir adalah mengidentifikasi ayat-ayat atau hadis yang akan dikomparasikan itu. Penentuan itu dapat berdasar atas tema atau lainnya

4. Tafsir Maudhu’i

Tafsir Muudhu’i merupakan metode dalam tafsir modern walaupun memiliki akar di zaman dulu, tetapi tidak seluas pembahasannya di zaman sekarang. Metode maudhui berusaha mengumulkan dan mentafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an yang memiliki tema yang sama. Sebagian besar tafsir dengan metode maudhui ini digunakan pada penelitian-penelitian ilmiah di perguruan tinggi dan lainnya.

Tafsir maudhu’I, adalah tafsir yang dilakukan oleh seorang mufasir dengan cara menghimpun seluruh ayat al-qur’an yang dibicarakan tentang satu masalah/tema, serta mengarah kepada pengertian atau tujuan, walaupun ayat-ayat tersebut turunnya berbeda

(6)

dan tersebar di berbagai surat didalam Al-Qur’an. M. Qurish Shihab, mendefinisikan metode tafsir maudhu’I yaitu para mufasirnya berupaya untuk menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dari berbagai surat yang berkaitan dengan persoalan atau topic yang ditetapkan sebelumnya, kemudian penafsir membahas dan menganalisa kandungan ayat-ayat tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Langkah-langkah yang jelas untuk menerapkan metode maudhu’I, Prof. Dr. Abd al Hay Farmawi guru besar fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar, dapat dirinci sebagai berikut :

1. Menetapkan masalah Al-Qur’an (tema) yang akan dikaji secara maudhu,I, (tematik).

2. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah diterapkan, ayat makkiyah dan madaniyah.

3. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologis masa turunnya, disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya ayat atau sebab al nuzul.

4. Mengetahui korelasi (munasabat) ayat-ayat tersebut dalam masing-masing surat.

5. Menyusun tema bahasan dalam kerangka yang pas, sistematis, sempurna dan utuh.

6. Melengkapi pembahasan dan uraian dan hadist, bila dipandang perlu sehingga pembahasannya menjadi semakin sempurna dan semakin jelas.

7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, mengkompromikan antara pengertian yang ‘am (umum) dan yang khas (khusus), mutlak dan muiqayyah (terikat), atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara, tanpa ada perbedaan dan pemaksaan.

➢ Keunggulan metode tafsir maudhu’i:

• Metode maudhu’i berarti menghimpun ayat-ayat tersebar diberbagai surat dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang satu tema, ayat yang satu menafsirkan ayat yang lain, sehingga lebih dapat menghindarkan mufasir dari kesalahan.

• Dengan menghimpun ayat-ayat, seorang pengkaji dapat menemukan segi relevansi dan hubungan ayat-ayat itu.

• Seorang pengkaji mampu memberikan suatu pemikiran dan jawaban yang utuh dan tuntas tentang suatu tema dengan cara memahami, menghubungkan dan menganalisa secara menyeluruh terhadap semua ayat yang berbicara tentang satu tema.

(7)

• Menafsirkan ayat dengan ayat adalah merupakan satu cara terbaik dalam menafsirkan suatu persoalan, untuk dapat diselesaikan.

• Menjawab tantangan zaman Permasalahan dalam kehidupan selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan itu sendiri. Semakin modern kehidupan, permasalahan yang timbul semakin kompleks dan rumit, serta mempunyai dampak yang luas. Untuk menghadapi permasalahan yang demikian, dilihat dari sudut tafsir Al-Qur’an, tidak dapat di tangani dengan metode penafsiran selain tematik. Itulah sebabnya metode ini mengkaji semua ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang kasus yang sedang dibahas secara tuntas dari berbagai aspeknya.

• Praktis dan sistematis Tafsir dengan metode tematik disusun secara sistematis dalam memecahkan permasalahan yang timbul. Kondisi semacam ini sangat cocok dengan kehidupan ummat yang semakin modern dengan mobilitas yang tinggi sehingga mereka seakan-akan tak punya waktu untuk membaca kitab tafsir yang besar, padahal untuk mendapatkan petunjuk al-qur’an mereka harus membacanya. Dengan adanya metode tematik mereka akan mendapatkan petunjuk al-qu’an secara praktis dan sistematis.

• Dinamis Metode tematik membuat tafsiran al-qur’an selalu dinamis sesuai dengan tuntutan zaman sehingga menimbulkan image didalam benak pembaca dan pendengarnya bahwa Al-Qur’an senantiasa mengayomi dan membimbing kehidupan dimuka bumi ini pada semua lapisan strata sosial. Dengan demikian terasa al-qur’an selalu actual tak pernah ketinggalan zaman.

• Membuat pemahaman menjadi utuh Dengan ditetapkannya judul-judul yang akan dibahas, maka pemahaman ayat-ayat al-qur’an dapat diserap secara utuh.

Pemahaman serupa itu sulit menemukannya didalam metode yang lain.

➢ Kelemahan metode tafsir maudhu’i

• Tidak dapat menafsirkan ayat-ayat al-qur’an secara keseluruhan.

• Membatasi pemahaman ayat Dengan ditetapkan judul penafsiran, maka pemahaman yang dibahas tersebut. Akibatnya mufasir terikat oleh judul itu.

Padahal tidak mustahil satu ayat dapat ditinjau dari berbagai aspek, karena seperti dinyatakan Darraz, ayat Al-Qur’an itu bagaikan permata yang setiap sudutnyya memantulkan cahaya, berarti yang akan dikaji hanya satu sudut.

Dengan demikian dapat menimbulkan pesan kurang luas pemahamannya.

(8)

• Memenggal ayat al-qur’an Memenggal ayat al-qur’an yang dimaksud disini ialah mengambil satu kasus yang terdapat didalam satu ayat atau lebih yang mengandung banyak permasalahan yang berbeda. Misalnya kedua ibadah itu diungkapkan bersamaan dalam satu ayat, yaitu masalah shalat dan zakat, apabila ingin membahas kajian tentang zakat misalnya, maka mau tak mau ayat tentang shalat harus ditinggalkan ketika menukilkannya dari mushaf agar tidak mengganggu pada waktu melakukan analisis.

➢ Urgensi Metode Tafsir Maudhu’i

Pentingnya metode tafsir maudhu’I, dapat kita ketahui dengan menyebutkan keistimewaan-keistimewaannya :

1. Bahwa tafsir maudhu’i itu mengumpulkan semua ayat yang menyangkut judul yang satu dalam satu pembahasan, sehingga ayat yang satu menafsirkan ayat yang lain, maka oleh karena itu tafsir maudhu’I termasuk tafsir bilmatsur.

2. Bahwa tafsir maudhu’I yang merupakan tafsir bilmatsur itu dekat kepada kebenaran, karena menafsirkan firman Allah dalam sesuatu ayat dengan ayat yang lain dari Allah juga. Sebab Allah yang memiliki firman itu adalah yang lebih mengetahui apa yang dikehendaki dengan firman tersebut.

3. Denagn tafsir maudhu’I orang akan mengetahui hubungan dan persesuaian antara beberapa ayat dalam satu judul pembahasan, sehingga bisa menjelaskan arti dan maksud ayat Al-Qur’an dan petunjuknya.

4. Dengan dikumpulkannya semua ayat yang membahas sesuatu topic dalam tafsir maudhu’I, akan memberikan pandangan dengan pikiran yang sempurna, yang bisa mengetahui seluruh nash-nash Al-Qur’an mengenai topic tersebut secara sekaligus, sehingga ia bisa menguasai topic tersebut secara lengkap.

5. Dengan terkumpulnya semua ayat yang mengenai sesuatu topic, maka akan memudahkan orang untuk menghindari adanya pertentangan dan menolak tuduhan yang dilontarkan oleh orangg-orang yang mempunyai tujuan jahat terhadap AlQur’an.

6. Bahwa tafsir maudhu’I, ini lebih sesuai dengan selera zaman sekarang yang menuntut adanya penjelasan tuntutan-tuntutan Al-Qur’an yang umum bagi semua pranata sosial islami dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan yang mudah dipahami,diamalkan dan dimanfatkan dalam menjalani kehidupan

(9)

DAFTAR PUSTAKA

. Elhany, H. (2018). Metode Tafsir Tahlili Dan Maudhu’I. Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 2(1), 288. https://doi.org/10.32332/ath_thariq.v2i1.1078

Rokim, S. (2017). Mengenal Metode Tafsir Tahlili. Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 2(03), 41–56. https://doi.org/10.30868/at.v2i03.194

Yahya, A., Yusuf, K. M., & Alwizar, A. (2022). Metode Tafsir (al-Tafsir al-Tahlili, al-Ijmali, al-Muqaran dan al-Mawdu’i). Palapa, 10(1), 1–13. https://doi.org/10.36088/palapa.v10i1.1629

Referensi

Dokumen terkait

Quraish Shihab menggunakan metode penulisan tafsir tahlili dan maudhu ’ i (tematik) dan menjelaskan isi kandungan ayat satu persatu terlebih dahulu mengulas secara global

asy-syari > ’ah ada ayat Al-Quran sebagai obyek penelitian. Ayat Al-Quran disejajarkan dengan teks dalam tradisi hermeneutis. Pada disiplin ilmu tafsir, ada penerima

Metode yang digunakan al-Zamakhshari untuk menyusunan kitab tafsirnya adalah dengan menggunakan pendekatan metode tahlili, yakni mufasir memaparkan penafsiran ayat-ayat

penafsiran alquran yang mana membawa corak baru dalam ilmu tafsir Al-Quran. Metode penafsiran al-Quran dengan hermeneutika sangat

yang dianggap dapat membantu untuk memahami ayat-ayat Al- Qur‟an.Pemilihan metode tahlili yang digunakan dalam tafsir Al-Misbah did asarkan pada kesadaran M.Quraish

Tafsir Al-Quran Juz XXVI – yang ada di hadapan pembaca — justru memuat kedua macam tempat turunnya Al-Quran, Makkiyyah dan Madaniyyah, sebagaimana pembaca dapat cermati dari urutan

Tafsir ‘ilmi adalah satu ijtihad dalam pentafsiran al-Qur’an berorientasikan sains dalam usaha menjelaskan makna saintifik terhadap ayat- ayat al-Qur’an terutama yang berkisar pada

Kajian ini memfokuskan tiga karya tafsir al-Quran di Nusantara iaitu Turjuman al-Mustafid, Tafsir Nur al-Ihsan dan Marah Labid dengan memilih beberapa ayat al-Quran yang mengandungi