• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Kota yang Berkelanjutan, Ruang Terbuka Hijau, dan Mikro Klimat

N/A
N/A
Fitria

Academic year: 2024

Membagikan "Manajemen Kota yang Berkelanjutan, Ruang Terbuka Hijau, dan Mikro Klimat"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Institusi* : SMPN 3 Pandih Batu Kab/Kota : Pulang Pisau

Provinsi : Kalimantan Tengah

Materi ToT : Manajemen Kota yang Berkelanjutan Alokasi Waktu: 7 JP (3 sych, 4 async)

Manajemen Kota yang Berkelanjutan, Ruang Terbuka Hijau, dan Mikro Klimat

Pendahuluan

Kota adalah pusat gagasan, perdagangan, budaya, ilmu pengetahuan, produktivitas, pembangunan sosial, manusia dan ekonomi. Perencanaan kota, sistem transportasi, air, sanitasi, pengelolaan limbah, pengurangan risiko bencana, akses ke informasi, pendidikan dan peningkatan kapasitas adalah semua isu yang relevan dengan pembangunan kota berkelanjutan.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 11 adalah “menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan”. Pengelolaan kota dan permukiman berkelanjutan bertujuan untuk mengatasi tantangan tersebut dengan menciptakan kota yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan. Hal ini melibatkan pendekatan holistik untuk perencanaan dan pengelolaan kota, di mana faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan semuanya dipertimbangkan dan terintegrasi.

Ruang terbuka hijau (RTH) adalah area tanah yang tidak dibangun di dalam kota yang memiliki vegetasi hijau, seperti taman, taman kota, hutan kota, dan jalur hijau. RTH secara khusus didesain atau dikelola untuk mempromosikan keberadaan tanaman dan keanekaragaman hayati serta memberikan akses bagi warga kota untuk berinteraksi dengan alam sehingga meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental warga kota. Tanaman memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan mental manusia. Pemanfaatan tanaman di lingkungan pendidikan, seperti sekolah, dapat membawa manfaat yang besar bagi kesejahteraan siswa.

Mikroklimat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi cuaca dan iklim di suatu wilayah yang relatif kecil. Pengetahuan tentang mikro klimat dapat membantu dalam merencanakan strategi adaptasi untuk menghadapi perubahan iklim, seperti mengurangi risiko bencana alam dan membangun infrastruktur yang tahan terhadap perubahan cuaca yang ekstrem.

Tujuan:

Setelah melaksanakan aktivitas reading, answer, discuss, explain, dan create (RADEC) Anda diharapkan dapat mengajukan berbagai ide untuk menangani isu, dampak, adaptasi, dan mitigasi krisis iklim yang dapat dilakukan sekolah untuk membangun sekolah yang resilien terhadap dampak krisis iklim terutama dalam membangun mikro klimat sekolah.

Indikator yang diharapkan dicapai adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan ciri-ciri pengelolaan kota bussines as usual (BAU), kondisi kota dan pemukiman saat ini, serta pengelolaan BAU sebagai pemicu perubahan iklim;

(2)

2. Menjelaskan dampak pengelolaan kotabussines as usualdalam berbagai aspek;

3. Menjelaskan tujuan, konsep dan prinsip pengelolaan kota berkelanjutan serta strategi yang dapat dilakukan;

4. Menjelaskan tantangan dan peluang dalam melaksanakan pengelolaan kota secara berkelanjutan;

5. Menjelaskan tujuan, manfaat ruang terbuka hijau, dan konsep stratifikasi dalam membangun ruang terbuka hijau sekolah;

6. Menjelaskan manfaat tanaman terhadap aspek mental dan manfaat membangun ruang terbuka hijau sekolah;

7. Menjelaskan konsep, tujuan, manfaat mikro klimat, dan langkah-langkah untuk membangun mikro klimat sekolah;

8. Mengajukan berbagai ide untuk menangani isu krisis iklim melalui pengembangan ruang terbuka hijau sekolah dan menciptakan mikro klimat guna mendukung sekolah yang resilien terhadap dampak krisis iklim.

Petunjuk Kegiatan

1. Bacalah informasi yang tersedia dan instruksi kegiatan yang tersedia: tahap Read, mandiri (asynchronous)

2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam lembar aktivitas a. Tahap Answer, mandiri dan individu(asynchronous)

b. Tahap Diskusi: diskusi dalam tim sekolah untuk menyamakan pemahaman dan menyepakati jawaban (asynchronous)

c. Tahap Explain: presentasi dan diskusi pleno untuk menyamakan pemahaman antar tim sekolah dan menyepakati jawaban (synchronous)

d. Tahap Create: presentasi produk tim sekolah dan tanya jawab dalam sesi pleno (synchronous)

Read (Membaca)

●Bacalah handout tentang Ekosistem: Keanekaragaman hayati, Layanan Ekosistem, dan dampak Krisis Iklim terhadap Ekosistem yang ada dalam lampiran Lembar Kegiatan ini!

●Anda dapat mencari tambahan informasi dari sumber-sumber lainnya yang relevan, jika diperlukan.

Answer (Menjawab): Individu

1. Jelaskanciri-ciri pengelolaan kotabussines as usual (BAU), kondisi kota dan pemukiman saat ini, serta pengelolaan BAU sebagai pemicu perubahan iklim!

Jawaban

………..

2. Jelaskandampak pengelolaan kotabussines as usualdalam berbagai aspek!

Jawaban

………..

3. Jelaskantujuan, konsep dan prinsip pengelolaan kota berkelanjutan serta strategi yang dapat dilakukan!

Jawaban

………..

(3)

4. Jelaskantantangan dan peluang dalam melaksanakan pengelolaan kota secara berkelanjutan!

Jawaban

………..

5. Jelaskantujuan, manfaat ruang terbuka hijau, dan konsep stratifikasi dalam membangun ruang terbuka hijau sekolah!

Jawaban

………..

6. Jelaskanmanfaat tanaman terhadap aspek mental dan manfaat membangun ruang terbuka hijau sekolah!

Jawaban

………..

7. Jelaskan upaya yang dapat dilakukan untuk membangun ekosistem stabil!

Jawaban

………..

Discuss (Mendiskusikan): dalam tim sekolah Jawaban

Anggota Kelompok 1 Anggota Kelompok 2 Anggota Kelompok 3 1. Kota dikenali dengan dua

cirinya yaitu fisik kota dan masyarakat kota. Ciri-ciri fisik kota, diantaranya adalah mempunyai a) gedung pemerintahan; b) gedung hiburan dan perkantoran; c) lahan parkir yang cukup; d) sarana olah raga untuk masyarakat; e) daerah terbuka seperti taman yang berfungsi sebagai paru-paru kota; f) hunian rumah yang dapat

digunakan masyarakat ekonomi rendah, sedang, elite; dan g) alun-alun.

Adapun ciri masyarakat kota, antara lain a) sifat individualisme dan egois mayoritas penduduk kota;

b) hubungan sosial antar individu memiliki sifat gesselschaft; c)

pandangan hidup lebih rasional dibanding penduduk desa; d)

1. Pengelolaan kota bussines as usual (BAU) adalah praktek Pengelolaan Kota dan Pemukiman Saat ini. Praktek pengelolaan kota dan pemukiman yang diterapkan selama ini bervariasi. Namun, ada beberapa praktek umum yang sering diterapkan, seperti:

a. Pengembangan kota yang mengedepankan kendaraan beroda empat: dan praktek pengembangan kota yang tidak

mengedepankan transportasi umum, jalan setapak, atau sepeda dapat memperburuk masalah transportasi dan polusi.

b. Pembangunan bangunan yang tidak ramah lingkungan:

menggunakan banyak

1.

Pengelolaan kota Business As Usual (BAU) memiliki beberapa ciri seperti:

a. Pola Pembangunan Konvensional:

Pengelolaan BAU

cenderung mengikuti pola pembangunan

konvensional yang didorong oleh

pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan dampak lingkungan dan sosialnya secara

menyeluruh. Hal Ini berarti pembangunan infrastruktur dan pemukiman sering kali dilakukan tanpa

mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan.

b. Fokus pada Pertumbuhan

Ekonomi: Prioritas utama

pengelolaan BAU adalah

pertumbuhan ekonomi,

tanpa memperhitungkan

(4)

memiliki segresi keruangan; e) lebih heterogen penduduknya, sehingga norma dan nilai yang dianut juga lebih bervariasi.

Kondisi kota dan pemukiman saat ini:

1) terdapat sekitar 1 milyar pemukiman kumuh;

2) antara tahun 2015 sampai 2022 tercatat peningkatan negara yang terdampak bencana lokal sebesar dua kali lipat, dari 51 menjadi 98 negara;

3) peningkatan jumlah limbah padat kota secara global sejalan dengan

pertumbuhan kota, 82% yang dapat dikelola, 55% saja yang dapat diolah dengan fasilitas pengolah limbah;

4) di sub-Sahara Afrika, kurang dari 1/3 penduduk kota yang terlayani dan memilii akses pada transportasi publik;

5) 99% penduduk kota dunia menghirup udara yang sudah terpolusi.

Pengelolaan Bussines as Usual sebagai Pemicu Perubahan Iklim

Berbagai unsur di kota dan pemukiman saat ini yang berpotensi menyebabkan terjadinya perubahan iklim, adalah sebagai berikut: 1) Transportasi: kemacetan yang parah dan polusi udara yang tinggi, karena

transportasi yang tidak efisien dan transportasi umum yang terbatas.

energi, sumber daya, dan menghasilkan banyak limbah. Sering kali didasarkan pada penggunaan sumber daya fosil dan metode konstruksi yang tidak ramah lingkungan.

c. Penggunaan lahan yang tidak efisien:

Dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan

kerusakan lingkungan dan merusak tanah yang berharga. Sering melibatkan

penurunan kualitas lingkungan,

pengurangan

ketersediaan air, serta peningkatan banjir dan longsor.

d. Praktek pengelolaan limbah yang buruk:

masih mengandalkan pembuangan sampah ke TPA, yang

menghasilkan lecheate/ lindi dan emisi gas rumah kaca yang signifikan, seperti metana.

e. Pengelolaan air yang tidak berkelanjutan:

dapat menyebabkan kekeringan dan kekurangan air, serta merusak ekosistem dan sumber daya air.

Kondisi Kota di Dunia Saat Ini

a. terdapat sekitar 1 milyar pemukiman kumuh;

b. antara tahun 2015 sampai 2022 tercatat peningkatan negara

konsekuensi jangka panjang terhadap

lingkungan dan iklim. Hal ini bisa menghasilkan peningkatan konsumsi energi, polusi udara, dan deforestasi, yang

semuanya berkontribusi terhadap perubahan iklim.

c. Ketergantungan pada Energi Fosil: Pengelolaan BAU cenderung

mengandalkan energi fosil sebagai sumber energi utama. Hal ini menghasilkan emisi gas rumah kaca yang tinggi, yang menjadi salah satu pemicu utama perubahan iklim.

d. Ketidakseimbangan Pembangunan:

Pengelolaan BAU seringkali menghasilkan ketidakseimbangan dalam pembangunan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Hal Ini dapat mengakibatkan urbanisasi yang tidak terkendali dan pertumbuhan kota yang tidak teratur,

meningkatkan tekanan terhadap sumber daya alam dan lingkungan.

● Kondisi kota dan

pemukiman saat ini

cenderung mencerminkan

pengelolaan BAU ini,

dengan pertumbuhan kota

yang cepat, konsumsi

energi yang tinggi, polusi

yang meningkat, dan

ketimpangan dalam akses

terhadap layanan dasar

(5)

Kendaraan bermotor adalah penyebab utama emisi GRK.

2) Kondisi energi: kebutuhan energi yang tinggi untuk pendinginan, pemanasan, dan pencahayaan. Energi fosil yang digunakan

menyumbang GRK. 3) Penggunaan lahan:

perubahan penggunaan lahan, dapat menyebabkan pelepasan karbon yang tadinya tersimpan dalam vegetasi dan tanah.

Urbanisasi dapat

meningkatkan permukaan tidak tembus cahaya, seperti jalan dan bangunan, yang mengurangi lahan

penyerapan karbon.

yang terdampak bencana lokal sebesar dua kali lipat, dari 51 menjadi 98 negara c. peningkatan jumlah

limbah padat kota secara global sejalan dengan pertumbuhan kota, 82% yang dapat dikelola, 55% saja yang dapat diolah dengan fasilitas pengolah limbah;

d. di sub-Sahara Afrika, kurang dari 1/3 penduduk kota yang terlayani dan memilii akses pada

transportasi publik;

e. 99% penduduk kota dunia menghirup udara yang sudah terpolusi.

Berbagai unsur di kota dan pemukiman saat ini yang berpotensi menyebabkan terjadinya perubahan iklim, adalah sebagai berikut:

a. Transportasi:

kemacetan yang parah dan polusi udara yang tinggi, karena transportasi yang tidak efisien dan transportasi umum yang terbatas.

Kendaraan bermotor adalah penyebab utama emisi GRK.

b. Kondisi energi:

kebutuhan energi yang tinggi untuk pendinginan, pemanasan, dan pencahayaan. Energi fosil yang digunakan menyumbang GRK.

seperti air bersih dan sanitasi.

● Pengelolaan BAU yang tidak berkelanjutan juga menjadi pemicu perubahan iklim karena:

● Emisi Gas Rumah Kaca:

Penggunaan energi fosil yang tinggi dalam pengelolaan BAU menghasilkan emisi gas rumah kaca yang

signifikan, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O). Emisi ini

mempercepat pemanasan global dan perubahan iklim.

● Deforestasi dan Degradasi Lahan: Pertumbuhan kota yang tidak terkontrol seringkali menyebabkan deforestasi dan degradasi lahan, yang mengurangi kemampuan ekosistem untuk menyerap karbon dari atmosfer. Ini juga meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

● Ketidakseimbangan Sumber Daya:

Pengelolaan BAU cenderung menciptakan ketidakseimbangan dalam penggunaan sumber daya alam, dengan

menghabiskan sumber daya secara tidak berkelanjutan. Hal ini dapat menyebabkan

kekurangan air, kehilangan

keanekaragaman hayati,

dan kerusakan ekosistem

(6)

c. Penggunaan lahan:

perubahan

penggunaan lahan, dapat menyebabkan pelepasan karbon yang tadinya tersimpan dalam vegetasi dan tanah.

Urbanisasi dapat meningkatkan permukaan tidak tembus cahaya, seperti jalan dan bangunan, yang mengurangi lahan penyerapan karbon.

d. Pengelolaan limbah:

Praktik pembuangan ke tempat

pembuangan akhir (TPA),berkontribusi terhadap emisi metana, GRK yang sangat kuat.

e. Pengelolaan air:

Praktik pengelolaan air yang buruk dapat menyebabkan peningkatan emisi.

yang memperburuk perubahan iklim.

2. Dampak Pengelolaan secara Bussines as Usual terhadap Perubahan Iklim, antara lain:

1) Dampak Sosial:

a) Ketidaksetaraan akses ke layanan dasar: seperti perumahan, air bersih, sanitasi, perawatan

kesehatan, dan pendidikan mengakibatkan ketimpangan sosial dan pengucilan

populasi yang terpinggirkan.

b) Ketidaksetaraan dan pengucilan: sering memperburuk dengan kelompok-kelompok tertentu seperti orang miskin,

perempuan, dan minoritas

2. Dampak Pengelolaan secara Bussines as Usual terhadap Perubahan Iklim 1) Dampak Sosial:

a) Ketidaksetaraan akses ke layanan dasar: seperti

perumahan, air bersih, sanitasi, perawatan kesehatan, dan pendidikan mengakibatkan ketimpangan sosial dan pengucilan populasi yang terpinggirkan.

b) Ketidaksetaraan dan pengucilan: sering memperburuk dengan kelompok-kelompok tertentu seperti orang miskin,

perempuan, dan minoritas yang

2.

pengelolaan kota bussines as usual dapat

menyebabkan berbagai dampak, diantaranya:

a. Dampak Sosial:

● Ketidaksetaraan akses ke layanan dasar: seperti perumahan, air bersih, sanitasi, perawatan

kesehatan, dan pendidikan mengakibatkan

ketimpangan sosial dan pengucilan populasi yang terpinggirkan.

● Ketidaksetaraan dan pengucilan: sering memperburuk dengan kelompokkelompok tertentu seperti orang miskin, perempuan, dan

(7)

yang terpengaruh oleh layanan dan peluang yang tidak memadai.

c) Kejahatan dan kekerasan:

tingkat kejahatan dan kekerasan yang terjadi dapat merusak kohesi sosial dan pembangunan ekonomi.

d) Segregasi dan isolasi sosial: terjadi karena perencanaan dan

pembangunan kota yang buruk sehingga komunitas terpisah secara geografis, menyebabkan fragmentasi sosial dan berkurangnya kesempatan untuk interaksi dan integrasi sosial.

e) Pemindahan dan

gentrifikasi: menyebabkan tergusurnya komunitas yang rentan, karena biaya

perumahan dan kehidupan yang lebih tinggi mendorong mereka keluar dari

lingkungan tradisional dan hilangnya kohesi sosial dan warisan budaya.

2) Dampak Ekonomi:

a) Ketimpangan ekonomi:

Urbanisasi dapat

memperburuk ketimpangan ekonomi.

b) Pengangguran dan setengah pengangguran:

terutama terjadi di kalangan pekerja berketerampilan rendah dan migran.

c) Tantangan fiskal:

menyebabkan kesulitan dalam menyediakan layanan dan infrastruktur penting.

d) Keterjangkauan

perumahan: dapat menjadi penghalang mobilitas

terpengaruh oleh layanan dan peluang yang tidak memadai.

c) Kejahatan dan kekerasan:

tingkat kejahatan dan kekerasan yang terjadi dapat merusak kohesi sosial dan pembangunan ekonomi.

d) Segregasi dan isolasi sosial:

terjadi karena perencanaan dan pembangunan kota yang buruk sehingga komunitas terpisah secara geografis, menyebabkan fragmentasi sosial dan

berkurangnya kesempatan untuk interaksi dan integrasi sosial.

e) Pemindahan dan gentrifikasi: menyebabkan tergusurnya komunitas yang rentan, karena biaya

perumahan dan kehidupan yang lebih tinggi mendorong mereka keluar dari lingkungan tradisional dan hilangnya kohesi sosial dan warisan budaya.

2) Dampak Ekonomi:

a) Ketimpangan ekonomi:

Urbanisasi dapat memperburuk ketimpangan ekonomi.

b) Pengangguran dan setengah pengangguran: terutama terjadi di kalangan pekerja

berketerampilan rendah dan migran.

c) Tantangan fiskal:

menyebabkan kesulitan dalam menyediakan layanan dan infrastruktur penting.

d) Keterjangkauan perumahan:

dapat menjadi penghalang mobilitas ekonomi dan dapat menyebabkan tunawisma dan kemiskinan.

minoritas yang

terpengaruh oleh layanan dan peluang yang tidak memadai.

● Kejahatan dan kekerasan:

tingkat kejahatan dan kekerasan yang terjadi dapat merusak kohesi sosial dan pembangunan ekonomi.

● Segregasi dan isolasi sosial:

terjadi karena perencanaan dan pembangunan kota yang buruk sehingga komunitas terpisah secara geografis, menyebabkan fragmentasi sosial dan berkurangnya kesempatan untuk interaksi dan integrasi sosial.

● Pemindahan dan

gentrifikasi: menyebabkan tergusurnya komunitas yang rentan, karena biaya perumahan dan kehidupan yang lebih tinggi

mendorong mereka keluar dari lingkungan tradisional dan hilangnya kohesi sosial dan warisan budaya.

b. Dampak Ekonomi

●Ketimpangan ekonomi:

Urbanisasi dapat memperburuk

ketimpangan ekonomi.

●Pengangguran dan setengah pengangguran:

terutama terjadi di kalangan pekerja

berketerampilan rendah dan migran.

●Tantangan fiskal:

menyebabkan kesulitan dalam menyediakan layanan dan infrastruktur penting.

●Keterjangkauan

perumahan: dapat menjadi penghalang mobilitas ekonomi dan dapat

(8)

ekonomi dan dapat menyebabkan tunawisma dan kemiskinan.

e) Mata pencaharian dan Perekonomian informal:

sebagian besar penduduk bergantung pada pekerjaan informal tanpa akses ke pekerjaan formal dan perlindungan sosial.

3) Dampak Lingkungan:

a) Polusi: Kota adalah sumber polusi udara dari transportasi dan industri, serta polusi air dan tanah dari pengelolaan limbah yang tidak memadai.

b) Perubahan iklim:

Urbanisasi meningkatkan konsumsi energi, emisi GRK dan perubahan penggunaan lahan sehingga kota-kota sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, yang meningkatkan risiko terhadap populasi perkotaan, infrastruktur, dan ekosistem.

c) Hilangnya habitat alami:

yang dapat menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem.

d) Penggundulan hutan dan hilangnya ruang terbuka hijau kota: berdampak negatif pada tata guna air, kesehatan masyarakat, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim.

e) Konsumsi sumber daya dan produksi limbah:

menyebabkan meningkatnya tekanan pada sumber daya alam, pencemaran

lingkungan, dan tantangan pengelolaan limbah.

e) Mata pencaharian dan Perekonomian informal:

sebagian besar penduduk bergantung pada pekerjaan informal tanpa akses ke pekerjaan formal dan perlindungan sosial.

3) Dampak Lingkungan:

a) Polusi: Kota adalah sumber polusi udara dari transportasi dan industri, serta polusi air dan tanah dari pengelolaan limbah yang tidak memadai.

b) Perubahan iklim: Urbanisasi meningkatkan konsumsi energi, emisi GRK dan perubahan penggunaan lahan sehingga kota-kota sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, yang meningkatkan risiko terhadap populasi perkotaan,

infrastruktur, dan ekosistem.

c) Hilangnya habitat alami:

yang dapat menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem.

Penggundulan hutan dan hilangnya ruang terbuka hijau kota: berdampak negatif pada tata guna air, kesehatan masyarakat, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim.

e. Konsumsi sumber daya dan produksi limbah: menyebabkan meningkatnya tekanan pada sumber daya alam, pencemaran lingkungan, dan tantangan pengelolaan limbah.

menyebabkan tunawisma dan kemiskinan.

●Mata pencaharian dan Perekonomian informal:

sebagian besar penduduk bergantung pada pekerjaan informal tanpa akses ke pekerjaan formal dan perlindungan sosial.

c. Dampak Lingkungan:

●Polusi: Kota adalah sumber polusi udara dari

transportasi dan industri, serta polusi air dan tanah dari pengelolaan limbah yang tidak memadai.

●Perubahan iklim:

Urbanisasi meningkatkan konsumsi energi, emisi GRK dan perubahan

penggunaan lahan sehingga kota-kota sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, yang meningkatkan risiko terhadap populasi perkotaan, infrastruktur, dan ekosistem.

●Hilangnya habitat alami:

yang dapat menyebabkan penurunan

keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem.

●Penggundulan hutan dan hilangnya ruang terbuka hijau kota: berdampak negatif pada tata guna air, kesehatan masyarakat, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim.

●Konsumsi sumber daya dan produksi limbah:

menyebabkan

meningkatnya tekanan pada sumber daya alam, pencemaran lingkungan, dan tantangan pengelolaan limbah.

(9)

3. Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (SDG) #11, yaitu

menghasilkan Kota dan Komunitas Berkelanjutan, yang bertujuan menjadikan kota inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.

1) Aman: Aman terlindung dari berbagai risiko, termasuk bencana alam, epidemi, kekerasan, konflik, dan ancaman lainnya. Hal ini melibatkan perencanaan kota yang mempertimbangkan infrastruktur yang tahan gempa, mitigasi risiko, sistem peringatan dini dan

perlindungan dari kejahatan.

2) Inklusif: Inklusifitas dapat mengakses dan memperoleh manfaat dari fasilitas dan layanan perkotaan.

3) Tangguh: untuk bertahan dan beradaptasi dengan perubahan, termasuk

perubahan lingkungan, sosial, dan ekonomi. Ini melibatkan perencanaan perkotaan yang berkelanjutan, tangguh risiko bencana, infrastruktur tahan perubahan iklim, diversifikasi ekonomi, dan sumber daya yang mencukupi.

4) Berkelanjutan:

Keberlanjutan dalam konteks SDG#11 berarti

mengembangkan kota dan pemukiman manusia secara ekonomi, sosial, dan

lingkungan yang

berkelanjutan. Ini melibatkan penggunaan sumber daya yang efisien, pengelolaan limbah yang baik,

3. Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (SDG) #11, yaitu menghasilkan Kota dan Komunitas

Berkelanjutan, yang bertujuan menjadikan kota inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.

a. Aman: Aman terlindung dari berbagai risiko, termasuk bencana alam, epidemi,

kekerasan, konflik, dan ancaman lainnya. Hal ini melibatkan

perencanaan kota yang mempertimbangkan infrastruktur yang tahan gempa, mitigasi risiko, sistem

peringatan dini dan perlindungan dari kejahatan

b. Inklusif: Inklusifitas dapat mengakses dan memperoleh manfaat dari fasilitas dan layanan perkotaan.

c. Tangguh: untuk bertahan dan beradaptasi dengan perubahan, termasuk perubahan lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Ini melibatkan

perencanaan perkotaan yang berkelanjutan, tangguh risiko bencana, infrastruktur tahan perubahan iklim, diversifikasi ekonomi, dan sumber daya yang mencukupi.

d. Berkelanjutan:

Keberlanjutan dalam konteks SDG#11

3.Pengelolaan kota berkelanjutan berupaya untuk menciptakan kota yang layak huni dan sehat yang memberikan kualitas hidup yang tinggi bagi semua penduduk, sambil meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan melestarikan sumber daya alam untuk generasi mendatang.

a. Tujuan, yaitu menghasilkan Kota dan Komunitas

Berkelanjutan, yang menjadikan kota inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.

●aman: Aman terlindung dari berbagai risiko, termasuk bencana alam, epidemi, kekerasan, konflik, dan ancaman lainnya. Hal ini melibatkan perencanaan kota yang mempertimbangkan infrastruktur yang tahan gempa, mitigasi risiko, sistem peringatan dini dan perlindungan dari

kejahatan.

●Inklusif: Inklusifitas dapat mengakses dan

memperoleh manfaat dari fasilitas dan layanan perkotaan.

●Tangguh: untuk bertahan dan beradaptasi dengan perubahan, termasuk perubahan lingkungan, sosial, dan ekonomi. Ini melibatkan perencanaan perkotaan yang

berkelanjutan, tangguh risiko bencana,

infrastruktur tahan perubahan iklim,

(10)

pengurangan emisi GRK, promosi energi terbarukan, perlindungan lingkungan dan warisan budaya,

pembangunan ekonomi yang inklusif, dan integrasi

prinsip-prinsip keberlanjutan dalam kebijakan dan praktik perkotaan.

Konsep dan Prinsip Pengelolaan Kota dan Pemukiman Berkelanjutan Beberapa konsep

pengelolaan kota dan pemukiman berkelanjutan, yaitu:

1) Perencanaan Terpadu:

Pengelolaan perkotaan yang berkelanjutan memerlukan perencanaan terpadu yang menyeimbangkan tujuan sosial, lingkungan, dan ekonomi.

2) Infrastruktur Hijau:

Infrastruktur hijau mengacu pada area alami dan

semi-alami di dalam dan sekitar pemukiman

perkotaan yang menyediakan layanan ekosistem vital seperti penyaringan udara dan air, penyimpanan karbon, dan habitat satwa liar.

Pengelolaan perkotaan yang berkelanjutan

memprioritaskan perlindungan dan peningkatan kawasan ini untuk mendukung keanekaragaman hayati, meningkatkan kesehatan manusia, dan mengurangi dampak perubahan iklim.

3) Ekonomi Sirkular:

Ekonomi sirkular adalah sistem ekonomi yang meminimalkan pemborosan

berarti

mengembangkan kota dan pemukiman manusia secara ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan. Ini melibatkan

penggunaan sumber daya yang efisien, pengelolaan limbah yang baik,

pengurangan emisi GRK, promosi energi terbarukan,

perlindungan lingkungan dan warisan budaya, pembangunan ekonomi yang inklusif, dan integrasi

prinsip-prinsip keberlanjutan dalam kebijakan dan praktik perkotaan.

Konsep dan Prinsip Pengelolaan Kota dan Pemukiman Berkelanjutan yaitu:

1) Perencanaan Terpadu:

Pengelolaan perkotaan yang berkelanjutan memerlukan perencanaan terpadu yang menyeimbangkan tujuan sosial, lingkungan, dan ekonomi.

2) Infrastruktur Hijau:

Infrastruktur hijau mengacu pada area alami dan semi-alami di dalam dan sekitar

pemukiman perkotaan yang menyediakan layanan ekosistem vital seperti penyaringan udara dan air, penyimpanan karbon, dan habitat satwa liar. Pengelolaan perkotaan yang berkelanjutan memprioritaskan perlindungan dan peningkatan kawasan ini

diversifikasi ekonomi, dan sumber daya yang

mencukupi.

●Berkelanjutan:

Keberlanjutan dalam konteks SDG#11 berarti mengembangkan kota dan pemukiman manusia secara ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan. Ini melibatkan penggunaan sumber daya yang efisien, pengelolaan limbah yang baik, pengurangan emisi GRK, promosi energi terbarukan, perlindungan lingkungan dan warisan budaya, pembangunan ekonomi yang inklusif, dan integrasi prinsip-prinsip keberlanjutan dalam kebijakan dan praktik perkotaan.

b. konsep:pengelolaan kota berkelanjutan, yaitu:

● Perencanaan Terpadu:

Pengelolaan perkotaan yang berkelanjutan memerlukan perencanaan terpadu yang

menyeimbangkan tujuan sosial, lingkungan, dan ekonomi

● Infrastruktur Hijau:

Infrastruktur hijau mengacu pada area alami dan semi-alami di dalam dan sekitar pemukiman perkotaan yang

menyediakan layanan ekosistem vital seperti penyaringan udara dan air, penyimpanan karbon, dan habitat satwa liar.

● Ekonomi Sirkular: Ekonomi sirkular adalah sistem ekonomi yang

meminimalkan pemborosan dan

(11)

dan memaksimalkan

penggunaan kembali sumber daya.

4) Inklusi Sosial: Pengelolaan perkotaan yang

berkelanjutan membutuhkan keterlibatan semua anggota masyarakat. Ini berarti menciptakan ruang dan infrastruktur publik yang dapat diakses yang memenuhi kebutuhan populasi yang beragam, 5) Ketahanan: Pengelolaan perkotaan yang

berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan ketahanan terhadap bahaya alam dan buatan manusia seperti perubahan iklim, peristiwa cuaca ekstrem, dan pandemi. Ini berarti

berinvestasi dalam

infrastruktur dan sistem yang dapat bertahan dan pulih dari guncangan dan tekanan, seperti bangunan tahan banjir, atap hijau, dan rencana tanggap darurat berbasis masyarakat.

6) Teknologi Cerdas:

Teknologi cerdas dapat membantu mengoptimalkan penggunaan Sumber daya, mengurangi emisi, dan meningkatkan kualitas hidup di daerah perkotaan.

Manajemen perkotaan yang berkelanjutan melibatkan penyebaran teknologi pintar seperti bangunan hemat energi, sistem transportasi cerdas, dan platform digital untuk keterlibatan warga dan berbagi data.

7) Tata Kelola Partisipatif:

Manajemen perkotaan yang

untuk mendukung keanekaragaman hayati, meningkatkan kesehatan manusia, dan mengurangi dampak perubahan iklim.

3) Ekonomi Sirkular: Ekonomi sirkular adalah sistem ekonomi yang meminimalkan

pemborosan dan

memaksimalkan penggunaan kembali sumber daya.

4) Inklusi Sosial: Pengelolaan perkotaan yang berkelanjutan membutuhkan keterlibatan semua anggota masyarakat. Ini berarti menciptakan ruang dan infrastruktur publik yang dapat diakses yang memenuhi kebutuhan populasi yang beragam,

5) Ketahanan: Pengelolaan perkotaan yang berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan ketahanan terhadap bahaya alam dan buatan manusia seperti perubahan iklim, peristiwa cuaca ekstrem, dan pandemi. Ini berarti

berinvestasi dalam

infrastruktur dan sistem yang dapat bertahan dan pulih dari guncangan dan tekanan, seperti bangunan tahan banjir, atap hijau, dan rencana tanggap darurat berbasis masyarakat.

6) Teknologi Cerdas:

Teknologi cerdas dapat membantu mengoptimalkan penggunaan Sumber daya, mengurangi emisi, dan

meningkatkan kualitas hidup di daerah perkotaan. Manajemen perkotaan yang berkelanjutan melibatkan penyebaran teknologi pintar seperti

bangunan hemat energi, sistem transportasi cerdas, dan platform digital untuk

memaksimalkan penggunaan kembali sumber daya.

● Inklusi Sosial: Pengelolaan perkotaan yang

berkelanjutan

membutuhkan keterlibatan semua anggota masyarakat.

● Ketahanan: Pengelolaan perkotaan yang

berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan ketahanan terhadap bahaya alam dan buatan manusia seperti perubahan iklim, peristiwa cuaca ekstrem, dan pandemi.

● Teknologi Cerdas:

Teknologi cerdas dapat membantu

mengoptimalkan

penggunaan Sumber daya, mengurangi emisi, dan meningkatkan kualitas hidup di daerah perkotaan.

● Tata Kelola Partisipatif:

Manajemen perkotaan yang berkelanjutan

membutuhkan tata kelola partisipatif yang

melibatkan warga,

kelompok masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam proses pengambilan keputusan.

c. prinsiputama pengelolaan perkotaan berkelanjutan meliputi:

● Perencanaan dan

pengelolaan yang inklusif dan partisipatif:

melibatkan semua pemangku kepentingan dalam perencanaan, perancangan, dan pengelolaan kota untuk memastikan bahwa kebutuhan dan perspektif mereka diperhitungkan (UNEP, 2017).

(12)

berkelanjutan membutuhkan tata kelola partisipatif yang melibatkan warga, kelompok masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam proses pengambilan keputusan. Ini berarti menciptakan peluang untuk partisipasi yang berarti dalam perencanaan kota dan pembuatan kebijakan, menyediakan akses ke informasi dan data, dan memastikan bahwa umpan balik dari publik dimasukkan ke dalam keputusan

manajemen kota.

Beberapa prinsip utama pengelolaan perkotaan berkelanjutan meliputi:

1) Perencanaan dan

pengelolaan yang inklusif dan partisipatif: melibatkan semua pemangku kepentingan dalam

perencanaan, perancangan, dan pengelolaan kota untuk memastikan bahwa

kebutuhan dan perspektif mereka diperhitungkan (UNEP, 2017).

2) Efisiensi sumber daya dan kelestarian lingkungan:

meminimalkan dampak lingkungan negatif dari pembangunan perkotaan dengan mempromosikan efisiensi sumber daya, mengurangi limbah dan polusi, dan melestarikan Sumber daya alam (UNEP, 2017).

3) Kesetaraan dan inklusi sosial: menciptakan kota yang inklusif secara sosial dan memberi akses ke layanan dasar, seperti

keterlibatan warga dan berbagi data.

7) Tata Kelola Partisipatif:

Manajemen perkotaan yang berkelanjutan membutuhkan tata kelola partisipatif yang melibatkan warga, kelompok masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam proses pengambilan keputusan.

Ini berarti menciptakan peluang untuk partisipasi yang berarti dalam perencanaan kota dan pembuatan kebijakan, menyediakan akses ke informasi dan data, dan memastikan bahwa umpan balik dari publik dimasukkan ke dalam keputusan

manajemen kota.

prinsip utamapengelolaan perkotaan berkelanjutan meliputi:

1) Perencanaan dan

pengelolaan yang inklusif dan partisipatif: melibatkan semua pemangku kepentingan dalam perencanaan, perancangan, dan pengelolaan kota untuk

memastikan bahwa kebutuhan dan perspektif mereka

diperhitungkan

2) Efisiensi sumber daya dan kelestarian lingkungan:

meminimalkan dampak lingkungan negatif dari pembangunan perkotaan dengan mempromosikan efisiensi sumber daya,

mengurangi limbah dan polusi, dan melestarikan Sumber daya alam

3) Kesetaraan dan inklusi sosial: menciptakan kota yang inklusif secara sosial dan memberi akses ke layanan dasar, seperti perumahan, perawatan kesehatan,

● Efisiensi sumber daya dan kelestarian lingkungan:

meminimalkan dampak lingkungan negatif dari pembangunan perkotaan dengan mempromosikan efisiensi sumber daya, mengurangi limbah dan polusi, dan melestarikan Sumber daya alam (UNEP, 2017).

● Kesetaraan dan inklusi sosial: menciptakan kota yang inklusif secara sosial dan memberi akses ke layanan dasar, seperti perumahan, perawatan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan, dan tidak ada diskriminasi

berdasarkan jenis kelamin, ras, atau status sosial ekonomi (UN-Habitat, 2016).

● Ketahanan terhadap guncangan dan bencana:

seperti krisis ekonomi atau pandemi, dengan memastikan bahwa infrastruktur dan layanan penting dirancang dan dikelola untuk bertahan dan pulih dari peristiwa ini (UN- Habitat, 2016).

d. Strategi:

● Penggunaan Energi Terbarukan: Mempercepat transisi menuju energi terbarukan dalam

transportasi, infrastruktur, dan bangunan kota.

● Transportasi Publik yang Efisien: Mengembangkan sistem transportasi publik yang efisien dan ramah lingkungan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan kemacetan lalu lintas.

(13)

perumahan, perawatan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan, dan tidak ada diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, ras, atau status sosial ekonomi (UN-Habitat, 2016).

4) Ketahanan terhadap guncangan dan bencana:

seperti krisis ekonomi atau pandemi, dengan

memastikan bahwa infrastruktur dan layanan penting dirancang dan dikelola untuk bertahan dan pulih dari peristiwa ini (UN- Habitat, 2016).

pendidikan, dan pekerjaan, dan tidak ada diskriminasi

berdasarkan jenis kelamin, rasa atau status sosial ekonomi 4) Ketahanan terhadap guncangan dan bencana:

seperti krisis ekonomi atau pandemi, dengan memastikan bahwa infrastruktur dan layanan penting dirancang dan dikelola untuk bertahan dan pulih dari peristiwa ini.

Strategi yang dapat dilakukan 1) Pendekatan terpadu:

mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk pembangunan

perkotaan. Ini

melibatkan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan.

2) Pengembangan Kompak dan Penggunaan

Campuran: Mendorong pengembangan

penggunaan yang kompak dan campuran mengurangi perluasan kota (urban sprawl), meminimalkan kebutuhan untuk perjalanan panjang, dan mendorong walkability.

Pendekatan ini melibatkan

perancangan kota dan permukiman dengan campuran ruang perumahan, komersial, dan rekreasi dalam jarak dekat, yang memungkinkan penghuni mengakses fasilitas dengan mudah.

● Pengembangan Ruang Hijau: Meningkatkan dan memelihara taman dan ruang terbuka hijau untuk meningkatkan kualitas udara, mengurangi suhu kota, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

● Pembangunan Berbasis Komunitas: Mendorong pembangunan berbasis komunitas yang melibatkan penduduk lokal dalam perencanaan,

pengembangan, dan pemeliharaan lingkungan mereka.

● Pengelolaan Limbah yang Berkelanjutan:

Mengimplementasikan program daur ulang dan pengelolaan limbah yang efisien untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan memperpanjang umur pakai sumber daya.

(14)

3) Transportasi

berkelanjutan: meliputi berjalan kaki,

bersepeda, angkutan umum, dan kendaraan rendah emisi sehingga mengurangi emisi GRK, meningkatkan kualitas udara, mendorong aktivitas fisik serta

meningkatkan akses ke pekerjaan, pendidikan, dan peluang lainnya, terutama bagi masyarakat

berpenghasilan rendah dan terpinggirkan.

4) Efisiensi Energi dan Energi Terbarukan:

Menerapkan praktik hemat energi di gedung,penerangan jalan, dan infrastruktur dapat mengurangi konsumsi energi secara signifikan.Mempromos ikan penggunaan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin membantu transisi ke sistem energi rendah karbon.

5) Ruang hijau dan keanekaragaman hayati: mengakui pentingnya ruang hijau dan keanekaragaman hayati di kawasan perkotaan.

6) Inklusi dan pemerataan sosial: kota harus dirancang dan dikelola untuk memenuhi kebutuhan semua penduduk.

7) Perencanaan Partisipatif dan Keterlibatan Masyarakat:

(15)

Melibatkan masyarakat dalam proses

perencanaan dan pengambilan keputusan

menumbuhkan rasa memiliki dan memberdayakan penduduk untuk berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.

8) Mendorong partisipasi publik, melakukan konsultasi, dan melibatkan pemangku kepentingan dalam inisiatif pengelolaan perkotaan sangat penting untuk

keberhasilanimplement asi.

9) Berbagi Pengetahuan dan Pembangunan Kapasitas:

Mempromosikan berbagi pengetahuan dan pembangunan kapasitas di antara para manajer perkotaan, pembuat kebijakan, dan masyarakat memfasilitasi pertukaran praktik terbaik dan solusi inovatif. Hal ini dapat dicapai melalui program pelatihan, lokakarya, konferensi, dan kemitraan dengan lembaga akademik dan organisasi

internasional.

keberlanjutan jangka panjang.

10) Pemantauan dan Evaluasi: Menetapkan sistem pemantauan dan evaluasi yang kuat membantu melacak kemajuan,

(16)

mengidentifikasi tantangan, dan membuat keputusan berdasarkan informasi.

Pemantauan berkala terhadap indikator keberlanjutan memungkinkan penyesuaian dan perbaikan dalam praktik manajemen perkotaan.

4. Tantangan dalam Pengelolaan Perkotaan dan Pemukiman Berkelanjutan antara lain:

1) Urbanisasi yang Cepat:

menyebabkan meningkatnya tekanan pada infrastruktur, layanan, dan sumber daya yang ada.

2) Kelangkaan Sumber Daya:

seperti ketersediaan air, energi, dan tanah yang terbatas sehingga perlu mengelola secara efisien sambil meminimalkan limbah dan dampak lingkungan.

3) Pembangunan Infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan populasi perkotaan yang terus meningkat tanpa menghabiskan sumber daya alam atau memperburuk perubahan iklim.

4) Inklusi Sosial: memastikan akses ke perumahan yang terjangkau, layanan dasar, dan kesempatan bagi semua penduduk merupakan tantangan yang signifikan 5) Ketahanan Perubahan Iklim: Mengelola daerah perkotaan agar tahan

4. tantangan dalam pengelolaan kota dan pemukiman

berkelanjutan:

1) Urbanisasi yang Cepat: menyebabkan meningkatnya tekanan pada infrastruktur, layanan, dan sumber daya yang ada.

2) Kelangkaan Sumber Daya: seperti

ketersediaan air, energi, dan tanah yang terbatas sehingga perlu mengelola secara efisien sambil

meminimalkan limbah dan dampak

lingkungan.

3) Pembangunan Infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan populasi perkotaan yang terus meningkat tanpa menghabiskan sumber daya alam atau memperburuk

perubahan iklim.

4) Inklusi Sosial:

memastikan akses ke perumahan yang terjangkau, layanan dasar, dan kesempatan bagi semua penduduk

4. Tantangan dalam pengelolaan kota dan pemukiman

berkelanjutan:

●Urbanisasi yang Cepat:

menyebabkan

meningkatnya tekanan pada infrastruktur, layanan, dan sumber daya yang ada.

●Kelangkaan Sumber Daya:

seperti ketersediaan air, energi, dan tanah yang terbatas sehingga perlu mengelola secara efisien sambil meminimalkan limbah dan dampak lingkungan.

●Pembangunan Infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan populasi perkotaan yang terus meningkat tanpa menghabiskan sumber daya alam atau

memperburuk perubahan iklim.

●Inklusi Sosial: memastikan akses ke perumahan yang terjangkau, layanan dasar, dan kesempatan bagi semua penduduk

merupakan tantangan yang signifikan

●Ketahanan Perubahan Iklim: Mengelola daerah perkotaan agar tahan

(17)

terhadap dampak ini dan mengurangi emisi GRK.

Peluang dalam pengelolaan kota dan pemukiman berkelanjutan:

1) Manajemen Sumber Daya yang Efisien: melalui adopsi energi terbarukan,

konservasi air, pengurangan limbah, dan daur ulang menyebabkan penghematan biaya, peningkatan kualitas hidup, dan pengurangan dampak lingkungan.

2) Infrastruktur Hijau:

Mengembangkan ruang hijau, taman kota, dan

mempromosikan sistem transportasi berkelanjutan seperti jalur sepeda dan jalan ramah pejalan kaki dapat meningkatkan kelayakan huni kota, meningkatkan kualitas udara, dan memberikan peluang rekreasi.

3) Inovasi dan Teknologi:

untuk solusi perkotaan yang cerdas dan berkelanjutan.

Menerapkan jaringan cerdas, sistem transportasi cerdas, dan perencanaan kota berbasis data dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi konsumsi energi, dan meningkatkan

manajemen perkotaan secara keseluruhan.

4) Pembangunan Ekonomi:

penciptaan pekerjaan ramah lingkungan, investasi dalam proyek energi terbarukan, dan promosi industri yang berkelanjutan. Itu juga dapat menarik bisnis yang

memprioritaskan

merupakan tantangan yang signifikan 5) Ketahanan Perubahan Iklim:

Mengelola daerah perkotaan agar tahan terhadap dampak ini dan mengurangi emisi GRK.

peluang dalam pengelolaan kota dan pemukiman berkelanjutan:

1) Manajemen Sumber Daya yang Efisien:

melalui adopsi energi terbarukan, konservasi air, pengurangan limbah, dan daur ulang menyebabkan

penghematan biaya, peningkatan kualitas hidup, dan

pengurangan dampak lingkungan.

2) Infrastruktur Hijau:

Mengembangkan ruang hijau, taman kota, dan

mempromosikan sistem transportasi berkelanjutan seperti jalur sepeda dan jalan ramah pejalan kaki dapat meningkatkan kelayakan huni kota, meningkatkan kualitas udara, dan memberikan peluang rekreasi.

3) Inovasi dan Teknologi: untuk solusi perkotaan yang cerdas dan

berkelanjutan.

Menerapkan jaringan cerdas, sistem

transportasi cerdas, dan perencanaan kota berbasis data dapat

terhadap dampak ini dan mengurangi emisi GRK Peluang dalam pengelolaan

kota dan pemukiman berkelanjutan:

●Manajemen Sumber Daya yang Efisien: melalui adopsi energi terbarukan,

konservasi air, pengurangan limbah, dan daur ulang menyebabkan penghematan biaya, peningkatan kualitas hidup, dan pengurangan dampak lingkunga

●Infrastruktur Hijau:

Mengembangkan ruang hijau, taman kota, dan mempromosikan sistem transportasi berkelanjutan seperti jalur sepeda dan jalan ramah pejalan kaki dapat meningkatkan kelayakan huni kota, meningkatkan kualitas udara, dan memberikan peluang rekreasi.

●Inovasi dan Teknologi:

untuk solusi perkotaan yang cerdas dan berkelanjutan.

Menerapkan jaringan cerdas, sistem transportasi cerdas, dan perencanaan kota berbasis data dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi konsumsi energi, dan meningkatkan manajemen perkotaan secara keseluruhan.

●Pembangunan Ekonomi:

penciptaan pekerjaan ramah lingkungan, investasi dalam proyek energi terbarukan, dan promosi industri yang berkelanjutan. Itu juga dapat menarik bisnis yang

memprioritaskan

keberlanjutan, mendorong inovasi dan daya saing.

(18)

keberlanjutan, mendorong inovasi dan daya saing.

5) Keterlibatan Masyarakat:

dalam proses pengambilan keputusan menumbuhkan rasa memiliki, kohesi sosial, dan memberdayakan warga untuk berkontribusi pada pengembangan dan pengelolaan komunitas mereka.

6) Ketahanan dan Adaptasi:

Dengan mengintegrasikan strategi adaptasi dan ketahanan perubahan iklim ke dalam perencanaan kota, kota dapat menjadi lebih tangguh terhadap bencana alam dan dampak iklim.

meningkatkan efisiensi, mengurangi konsumsi energi, dan meningkatkan

manajemen perkotaan secara keseluruhan.

4) Pembangunan Ekonomi: penciptaan pekerjaan ramah lingkungan, investasi dalam proyek energi terbarukan, dan promosi industri yang berkelanjutan. Itu juga dapat menarik bisnis yang memprioritaskan keberlanjutan,

mendorong inovasi dan daya saing.

5) Keterlibatan Masyarakat: dalam proses pengambilan keputusan

menumbuhkan rasa memiliki, kohesi sosial, dan

memberdayakan warga untuk berkontribusi pada pengembangan dan pengelolaan komunitas mereka.

6) Ketahanan dan Adaptasi: Dengan mengintegrasikan strategi adaptasi dan ketahanan perubahan iklim ke dalam

perencanaan kota, kota dapat menjadi lebih tangguh terhadap bencana alam dan dampak iklim.

●Keterlibatan Masyarakat:

dalam proses pengambilan keputusan menumbuhkan rasa memiliki, kohesi sosial, dan memberdayakan warga untuk berkontribusi pada pengembangan dan pengelolaan komunitas mereka.

●Ketahanan dan Adaptasi:

Dengan mengintegrasikan strategi adaptasi dan ketahanan perubahan iklim ke dalam perencanaan kota, kota dapat menjadi lebih tangguh terhadap bencana alam dan dampak iklim.

5. Tujuan utama RTH adalah menyediakan

lingkungan yang sehat dan hijau di tengah lingkungan

5. Tujuan Ruang Terbukadi Kota adalah 1)

Keseimbangan Ekologi:

5.Tujuan Ruang Terbuka di Kota adalah:

a. Keseimbangan Ekologi:

Mempertahankan

(19)

perkotaan yang padat, serta rekreasi bagi warga kota untuk menikmati kegiatan luar ruangan sehingga meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental warga kota.

Manfaat Ruang Terbuka Hijau:

1) Kesehatan Fisik dan Mental: Mengurangi stres, meningkatkan kesehatan mental, dan mengurangi risiko penyakit dengan memberikan akses mudah ke ruang terbuka hijau; 2) Kualitas Udara: Menyerap polusi udara, mengurangi suhu udara, dan

meningkatkan kualitas udara di sekitar area perkotaan; 3) Rekreasi dan Olahraga:

Menyediakan tempat untuk berbagai kegiatan rekreasi, seperti berjalan-jalan, bersepeda, dan piknik, serta untuk berolahraga seperti jogging atau yoga; 4) Peningkatan Nilai Properti:

Meningkatkan daya tarik daerah tersebut sebagai tempat tinggal dan

meningkatkan nilai properti di sekitarnya.

Konsep stratifikasi dalam membangun RTH, mengacu pada pembagian ruang tersebut menjadi berbagai lapisan atau strata yang berbeda. Setiap strata memiliki tujuan dan manfaatnya sendiri dalam mendukung keberagaman ekologis, sosial, dan estetika.

Penerapan konsep ini

membantu menciptakan RTH yang lebih beragam dan berfungsi secara optimal.

Berikut adalah konsep

Mempertahankan keseimbangan ekologi di dalam kota dengan menyediakan habitat bagi flora dan fauna lokal serta

mempromosikan keanekaragaman hayati; 2)

Kesejahteraan Warga:

Meningkatkan

kesejahteraan fisik dan mental warga kota dengan menyediakan ruang untuk rekreasi, relaksasi, dan olahraga;

3) Pengendalian Lingkungan:

Mengurangi efek kota panas dengan

menyerap panas dan mengurangi

permukaan yang tertutup; 4) Sosialisasi dan Interaksi:

Mendorong interaksi sosial antarwarga, memperkuat ikatan komunitas, dan menciptakan ruang untuk kegiatan budaya dan acara publik.

Manfaat Ruang Terbukadi Kota adalah 1) Kesehatan Fisik dan Mental: Mengurangi stres, meningkatkan kesehatan mental, dan mengurangi risiko penyakit dengan memberikan akses mudah ke ruang terbuka hijau; 2) Kualitas Udara:

Menyerap polusi udara, mengurangi suhu udara, dan meningkatkan kualitas udara di sekitar area perkotaan; 3) Rekreasi dan Olahraga:

Menyediakan tempat untuk berbagai kegiatan rekreasi, seperti berjalan-jalan, bersepeda, dan piknik, serta untuk berolahraga seperti

keseimbangan ekologi di dalam kota dengan menyediakan habitat bagi flora dan fauna lokal serta mempromosikan

keanekaragaman hayati;

b. Kesejahteraan Warga:

Meningkatkan

kesejahteraan fisik dan mental warga kota dengan menyediakan ruang untuk rekreasi, relaksasi, dan olahraga;

c. Pengendalian Lingkungan:

Mengurangi efek kota panas dengan menyerap panas dan mengurangi permukaan yang tertutup;

d. Sosialisasi dan Interaksi:

Mendorong interaksi sosial antarwarga, memperkuat ikatan komunitas, dan menciptakan ruang untuk kegiatan budaya dan acara publik.

Manfaat Ruang Terbuka di Kota adalah:

a. Kesehatan Fisik dan Mental: Mengurangi stres, meningkatkan kesehatan mental, dan mengurangi risiko penyakit dengan memberikan akses mudah ke ruang terbuka hijau;

b.Kualitas Udara: Menyerap polusi udara, mengurangi suhu udara, dan

meningkatkan kualitas udara di sekitar area perkotaan;

c. Rekreasi dan Olahraga:

Menyediakan tempat untuk berbagai kegiatan rekreasi, seperti berjalan-jalan, bersepeda, dan piknik, serta untuk berolahraga seperti jogging atau yoga;

(20)

stratifikasi dalam membangun RTH:

1) Lapisan Kanopi (Canopy Layer):

Tujuan strata ini adalah menyediakan perlindungan dari sinar matahari langsung, mengurangi suhu lingkungan, dan menciptakan habitat bagi berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Hal ini

bermanfaat mengurangi pemanasan global, menyediakan tempat berlindung bagi satwa liar, dan memberikan kesejukan.

Tanaman yang cocok untuk tujuan ini adalah pohon tinggi dengan kanopi yang lebar di sekitar area sekolah untuk menyediakan kanopi alami.

2) Lapisan Tegakan (Understory Layer):

Tujuan strata ini adalah meningkatkan keragaman hayati dengan menyediakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan, hewan, dan serangga. Hal ini bermanfaat menyediakan makanan dan tempat berlindung bagi hewan, meningkatkan keindahan estetika RTH.

Tanaman yang cocok adalah semak-semak seperti bunga liar atau semak belukar di bawah pohon-pohon besar untuk menyediakan habitat bagi burung-burung kecil dan serangga.

3) Lapisan Tanaman Penutup Tanah (Groundcover Layer):

Tujuan strata ini adalah Mengurangi erosi tanah, menjaga kelembaban tanah,

jogging atau yoga; 4) Peningkatan Nilai Properti:

Meningkatkan daya tarik daerahn tersebut sebagai tempat tinggal dan

meningkatkan nilai properti di sekitarnya.

Konsep stratifikasi dalam membangun RTH,mengacu pada pembagian ruang tersebut menjadi berbagai lapisan atau strata yang

berbeda. Setiap strata memiliki tujuan

dan manfaatnya sendiri dalam mendukung keberagaman ekologis, sosial, dan estetika.

Penerapan konsep ini

membantu menciptakan RTH yang lebih beragam dan berfungsi secara optimal.

Berikut adalah konsep

stratifikasi dalam membangun RTH:

1) Lapisan Kanopi (Canopy Layer): Tujuan strata ini adalah menyediakan perlindungan dari sinar matahari langsung, mengurangi suhu lingkungan, dan menciptakan habitat bagi berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Hal ini bermanfaat mengurangi pemanasan global, menyediakan tempat

berlindung bagi satwa liar, dan memberikan kesejukan.

Tanaman yang cocok untuk tujuan ini adalah pohon tinggi dengan kanopi yang lebar di sekitar area sekolah untuk menyediakan kanopi alami.

2) Lapisan Tegakan (Understory Layer):

Tujuan strata ini adalah meningkatkan keragaman

d.Peningkatan Nilai Properti:

Meningkatkan daya tarik daerah tersebut sebagai tempat tinggal dan meningkatkan nilai properti di sekitarnya Konsep stratifikasi dalam membangun RTH:

a. Lapisan Kanopi (Canopy Layer): Tujuan strata ini adalah menyediakan perlindungan dari sinar matahari langsung, mengurangi suhu lingkungan, dan

menciptakan habitat bagi berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Hal ini

bermanfaat mengurangi pemanasan global, menyediakan tempat berlindung bagi satwa liar, dan memberikan

kesejukan.

b.Lapisan Tegakan

(Understory Layer): Tujuan strata ini adalah

meningkatkan keragaman hayati dengan

menyediakan habitat bagi berbagai spesies

tumbuhan, hewan, dan serangga. Hal ini

bermanfaat menyediakan makanan dan tempat berlindung bagi hewan, meningkatkan keindahan estetika RTH.

c. Lapisan Tanaman Penutup Tanah (Groundcover Layer): Tujuan strata ini adalah Mengurangi erosi tanah, menjaga

kelembaban tanah, dan menyediakan habitat bagi mikroorganisme tanah. Hal ini bermanfaat untuk mencegah erosi tanah,

(21)

dan menyediakan habitat bagi mikroorganisme tanah.

Hal ini bermanfaat untuk mencegah erosi tanah, menyediakan nutrisi bagi tanaman, dan menyerap air hujan. Yang cocok untuk strata ini adalah tanaman penutup tanah seperti rumput liar atau tanaman penutup tanah lainnya di area yang rentan terhadap erosi tanah. Guna membantu menyerap air hujan dan mencegah air larian (run off), area yang digunakan untuk berbagai kegiatan sekolah bisa diganti dengan grass block atau paving block, jika memungkinkan.

hayati dengan menyediakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan, hewan, dan serangga. Hal ini bermanfaat menyediakan makanan dan tempat berlindung bagi hewan, meningkatkan keindahan estetika RTH. Tanaman yang cocok adalah semak-semak seperti bunga liar atau semak belukar di bawah pohon-pohon besar untuk menyediakan habitat bagi burung-burung kecil dan serangga.

3) Lapisan Tanaman Penutup Tanah (Groundcover Layer):

Tujuan strata ini adalah Mengurangi erosi tanah, menjaga kelembaban tanah, dan menyediakan habitat bagi mikroorganisme tanah. Hal ini bermanfaat untuk mencegah erosi tanah, menyediakan nutrisi bagi tanaman, dan menyerap air hujan. Yang cocok untuk strata ini adalah tanaman penutup tanah seperti rumput liar atau tanaman penutup tanah lainnya di area yang rentan terhadap erosi tanah.

menyediakan nutrisi bagi tanaman, dan menyerap air hujan

6. Tanaman memiliki peran penting dalam

meningkatkan kesejahteraan mental manusia. Koneksi antara alam dan kesehatan mental telah lama diakui, tetapi penelitian terbaru semakin memperkuat bukti bahwa tanaman memiliki dampak positif yang signifikan pada aspek psikologis seseorang.

Penerapan tanaman di lingkungan pendidikan, seperti sekolah, dapat membawa manfaat yang

6. Manfaat Tanaman Terhadap Aspek Mental:

a) Reduksi Stres dan

Kecemasan: Paparan terhadap alam, termasuk tanaman, telah terbukti mengurangi tingkat stres dan kecemasan. Tanaman memberikan efek

menenangkan dan mengurangi ketegangan psikologis.

b) Meningkatkan Konsentrasi dan Fokus: Kehadiran tanaman di sekitar lingkungan dapat meningkatkan konsentrasi dan fokus, membantu siswa lebih

6.Manfaat tanaman terhadap aspek mental, yaitu:

a. Mengurangi Stres: Interaksi dengan tanaman dapat membantu mengurangi tingkat stres dan kecemasan.

Aktivitas sederhana seperti merawat tanaman atau berjalan-jalan di taman dapat memberikan efek

menenangkan dan membangkitkan perasaan relaksasi.

b. Meningkatkan Konsentrasi dan Produktivitas: Kehadiran tanaman di sekitar

lingkungan kerja atau belajar dapat meningkatkan

konsentrasi dan

(22)

besar bagi kesejahteraan siswa.

1) Manfaat Tanaman Terhadap Aspek Mental:

a) Reduksi Stres dan Kecemasan: Paparan terhadap alam, termasuk tanaman, telah terbukti mengurangi tingkat stres dan kecemasan. Tanaman

memberikan efek menenangkan dan mengurangi ketegangan psikologis.

b) Meningkatkan Konsentrasi dan Fokus: Kehadiran

tanaman di sekitar lingkungan dapat

meningkatkan konsentrasi dan fokus, membantu siswa lebih mudah memperhatikan pelajaran dan tugas mereka.

c) Meningkatkan Mood:

Interaksi dengan tanaman dapat meningkatkan mood dan menyebabkan perasaan positif. Hal ini membantu mengurangi gejala depresi dan meningkatkan

kebahagiaan secara keseluruhan.

d) Meningkatkan Kreativitas:

Kehadiran tanaman dapat merangsang kreativitas, membantu siswa untuk berpikir secara lebih kreatif dan inovatif dalam

memecahkan masalah.

2) Mekanisme yang Terlibat:

a) Peningkatan Kualitas Udara: Tanaman

menghasilkan oksigen dan menyaring polutan udara, meningkatkan kualitas udara yang kita hirup. Udara yang bersih memiliki dampak

mudah memperhatikan pelajaran dan tugas mereka.

c) Meningkatkan Mood:

Interaksi dengan tanaman dapat meningkatkan mood dan menyebabkan perasaan positif.

Hal ini membantu mengurangi gejala depresi dan

meningkatkan kebahagiaan secara keseluruhan.

d) Meningkatkan Kreativitas:

Kehadiran tanaman dapat merangsang kreativitas,

membantu siswa untuk berpikir secara lebih kreatif dan inovatif dalam memecahkan masalah.

produktivitas. Tanaman dapat membantu menyaring polusi udara dan meningkatkan kualitas udara, yang

berkontribusi pada kesehatan otak dan kinerja kognitif.

c. Meningkatkan Kreativitas:

Tanaman dapat merangsang kreativitas dan inspirasi.

Lingkungan yang hijau dan alami dapat membantu memecahkan blokade kreatif dan merangsang imajinasi.

Manfaat membangun ruang terbuka hijau sekolah, yaitu:

a. Meningkatkan Kesejahteraan Siswa dan Guru: Ruang terbuka hijau di sekolah menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan menenangkan, meningkatkan kesejahteraan siswa dan guru. Hal ini dapat mengurangi tingkat stres, kecemasan, dan

meningkatkan mood serta motivasi belajar.

b. Mendorong Aktivitas Fisik dan Interaksi Sosial: Ruang terbuka hijau menyediakan tempat untuk bermain, berolahraga, dan

bersosialisasi di antara siswa.

Aktivitas fisik dan interaksi sosial yang dilakukan di lingkungan alam dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental serta memperkuat ikatan sosial.

c. Memfasilitasi Pembelajaran Luar Ruang: Ruang terbuka hijau dapat menjadi sumber pembelajaran langsung bagi siswa, memungkinkan mereka untuk mengamati alam, mengidentifikasi berbagai jenis tanaman, dan memahami siklus hidup organisme hidup.

d. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Inspiratif:

Kehadiran ruang terbuka

(23)

positif pada kesehatan mental.

b) Koneksi dengan Alam:

Paparan terhadap alam secara umum telah terbukti memiliki efek positif pada kesejahteraan mental.

Tanaman membawa alam ke dalam lingkungan yang sering kali steril dan dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan

kesejahteraan.

c) Efek Visual dan Sentuhan:

Melihat dan menyentuh tanaman, mencium tanaman dapat memberikan stimulasi sensorik yang

menyenangkan, merangsang indra, dan memberikan sensasi yang menyenangkan dan menenangkan.

d) Pengalaman Biophilia:

Konsep biophilia mengacu pada kecenderungan alami manusia untuk berhubungan dengan alam. Tanaman memberikan pengalaman biophilia yang dapat

meningkatkan kesejahteraan psikologis.

Manfaat membangun ruang terbuka hijau sekolah

RTH tidak hanya

menciptakan suasana yang menyenangkan, tetapi juga mendukung pembelajaran dan kesejahteraan siswa.

hijau di sekolah dapat merangsang imajinasi dan kreativitas siswa,

menciptakan lingkungan belajar yang inspiratif dan merangsang pemikiran kritis.

7.

Upaya yang dapat

dilakukan untuk membangun ekosistem stabilmelibatkan serangkaian upaya yang luas dan kompleks, yang

melibatkan berbagai

pemangku kepentingan, baik individu, organisasi, maupun

7. Upaya yang dapat dilakukan untuk membangun ekosistem yang stabil:

a.

Konservasi

Sumber Daya Alam:

Upaya konservasi

7. Upaya yang dapat dilakukan untuk membangun ekosistem yang stabil:

Konservasi Habitat Alam:

Melindungi dan

mempertahankan habitat alami seperti hutan, lahan

(24)

pemerintah. Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membangun ekosistem yang stabil:

Konservasi dan

Perlindungan Lingkungan:

Melindungi habitat alami, menjaga keanekaragaman hayati, dan mengurangi kerusakan lingkungan adalah langkah penting dalam membangun ekosistem yang stabil. Ini melibatkan upaya konservasi lahan dan air, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan

perlindungan spesies yang terancam punah.

Pengelolaan Sumber Daya Alam:

Menerapkan praktik pengelolaan yang

bertanggung jawab terhadap sumber daya alam seperti air, tanah, dan energi sangat penting. Ini termasuk pemanfaatan yang

berkelanjutan, pengendalian polusi, dan memastikan bahwa eksploitasi sumber daya tidak melampaui batas daya dukung lingkungan.

Pemberdayaan Komunitas Lokal: Melibatkan dan memberdayakan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan perlindungan lingkungan adalah kunci keberhasilan ekosistem yang stabil. Ini bisa dilakukan melalui pelatihan, pendidikan, dan

pembangunan kapasitas untuk mendorong partisipasi aktif dan tanggung jawab

termasuk

perlindungan habitat alami, pelestarian keanekaragaman hayati, dan pengelolaan yang bijaksana terhadap sumber daya alam seperti air, udara, dan tanah.

Pengembangan Pertanian Berkelanjutan:

Pertanian yang berkelanjutan memperhatikan keseimbangan antara produksi makanan, pelestarian

lingkungan, dan kesejahteraan sosial.

Ini melibatkan praktik pertanian yang ramah

lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik, rotasi tanaman, dan konservasi air.

Pengelolaan Hutan yang Berkelanjutan:

Hutan menyediakan banyak manfaat, termasuk

penyimpanan

karbon, habitat satwa liar, dan

perlindungan dari erosi tanah.

Pengelolaan hutan yang berkelanjutan mencakup

penanaman kembali, pemantauan terhadap aktivitas

basah, dan padang rumput adalah langkah penting dalam membangun ekosistem yang stabil. Ini melibatkan pembentukan dan pengelolaan kawasan

konservasi yang melindungi keanekaragaman hayati dan mempertahankan fungsi ekosistem.

Pemulihan Ekosistem Terdegradasi:Upaya restorasi ekosistem seperti reboisasi, rehabilitasi lahan basah, dan pemulihan daerah yang terdegradasi dapat membantu membangun kembali keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem yang hilang atau terganggu.

Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan:

Menerapkan praktik pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, seperti pengelolaan hutan yang lestari, pengelolaan perikanan yang

berkelanjutan, dan praktik pertanian organik, dapat membantu memelihara keberlanjutan ekosistem dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Pengendalian Spesies Invasif:Mengendalikan spesies invasif yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan mengancam keanekaragaman hayati adalah langkah penting dalam membangun ekosistem yang stabil. Ini dapat dilakukan melalui upaya pemantauan, pengendalian, dan

eradicating spesies invasif.

Pemberdayaan Masyarakat Lokal:Melibatkan dan memberdayakan masyarakat
(25)

masyarakat terhadap lingkungannya.

penebangan, dan perlindungan terhadap hutan primer.

Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca:

Upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca termasuk pengembangan energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan

perubahan perilaku konsumen untuk mengurangi jejak karbon.

Pembangunan Infrastruktur yang Ramah Lingkungan:

Infrastruktur yang ramah lingkungan termasuk transportasi umum yang efisien, bangunan yang hemat energi, dan sistem manajemen limbah yang efektif.

Ini membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan:

Meningkatkan pemahaman

masyarakat tentang pentingnya

keberlanjutan melalui pendidikan, kampanye publik, dan program kesadaran

lingkungan. Hal ini

lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan konservasi habitat dapat meningkatkan kesadaran lingkungan, mempromosikan praktik-praktik

berkelanjutan, dan mendukung pemeliharaan ekosistem yang stabil.

Edukasi dan Kesadaran Lingkungan:

Program-program edukasi dan kesadaran lingkungan yang menyasar masyarakat umum, siswa, dan pemangku kepentingan lainnya dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang pentingnya ekosistem yang stabil dan mendorong aksi positif untuk memeliharanya.

Kerjasama Antar-Sektor dan Skala Lintas-Batas:

Kolaborasi antara pemerintah, lembaga non-pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil, baik di tingkat lokal,

regional, maupun global, sangat penting dalam membangun ekosistem yang stabil. Kerjasama lintas-batas juga dapat membantu

mengatasi masalah lingkungan yang bersifat lintas-batas.

Penggunaan Teknologi dan Inovasi:Pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam pemantauan, pemodelan ekosistem, dan teknik restorasi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas upaya membangun ekosistem yang stabil.
(26)

dapat memotivasi individu untuk mengambil tindakan yang berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Kolaborasi antara Pemerintah, Bisnis, dan Masyarakat:

Kerjasama antara pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil diperlukan untuk menciptakan kebijakan yang mendukung keberlanjutan, mendorong inovasi teknologi, dan memperkuat kapasitas masyarakat.

Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan:

Mendorong pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Ini melibatkan investasi dalam sektor-sektor yang ramah lingkungan dan pembangunan ekonomi yang inklusif.

Jawaban yang disepakati tim sekolah

1. Pengelolaan kota bussines as usual (BAU) adalah praktek Pengelolaan Kota dan

Pemukiman Saat ini. Praktek pengelolaan kota dan pemukiman yang diterapkan selama ini bervariasi. Namun, ciri umum pengeleloaan kotan BAU yang sering diterapkan, seperti:

(27)

a. Pengembangan kota yang mengedepankan kendaraan beroda empat: dan praktek pengembangan kota yang tidak mengedepankan transportasi umum, jalan setapak, atau sepeda dapat memperburuk masalah transportasi dan polusi.

b. Pembangunan bangunan yang tidak ramah lingkungan: menggunakan banyak energi, sumber daya, dan menghasilkan banyak limbah. Sering kali didasarkan pada

penggunaan sumber daya fosil dan metode konstruksi yang tidak ramah lingkungan.

c. Penggunaan lahan yang tidak efisien: Dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan merusak tanah yang berharga. Sering melibatkan penurunan kualitas lingkungan, pengurangan ketersediaan air, serta peningkatan banjir dan longsor.

d. Praktek pengelolaan limbah yang buruk: masih mengandalkan pembuangan sampah ke TPA, yang menghasilkan lecheate/ lindi dan emisi gas rumah kaca yang signifikan, seperti metana.

e. Pengelolaan air yang tidak berkelanjutan: dapat menyebabkan kekeringan dan kekurangan air, serta merusak ekosistem dan sumber daya air.

Kondisi Kota dan pemukiman saat ini

● Kondisi kota dan pemukiman saat ini cenderung mencerminkan pengelolaan BAU ini, dengan pertumbuhan kota yang cepat, konsumsi energi yang tinggi, polusi yang meningkat, dan ketimpangan dalam akses terhadap layanan dasar seperti air bersih dan sanitasi. Hal itu dtandai dengan fakta:

a. terdapat sekitar 1 milyar pemukiman kumuh;

b. antara tahun 2015 sampai 2022 tercatat peningkatan negara yang terdampak bencana lokal sebesar dua kali lipat, dari 51 menjadi 98 negara

c. peningkatan jumlah limbah padat kota secara global sejalan dengan pertumbuhan kota, 82% yang dapat dikelola, 55% saja yang dapat diolah dengan fasilitas pengolah limbah;

d. di sub-Sahara Afrika, kurang dari 1/3 penduduk kota yang terlayani dan memilii akses pada transportasi publik;

e. 99% penduduk kota dunia menghirup udara yang sudah terpolusi.

Pengelolaan BAU berpotensi menyebabkan terjadinya perubahan iklim, adalah sebagai berikut:

a. Transportasi: kemacetan yang parah dan polusi udara yang tinggi, karena transportasi yang tidak efisien dan transportasi umum yang terbatas. Kendaraan bermotor adalah penyebab utama emisi GRK.

b. Kondisi energi: kebutuhan energi yang tinggi untuk pendinginan, pemanasan, dan pencahayaan. Energi fosil yang digunakan menyumbang GRK.

c. Penggunaan lahan: perubahan penggunaan lahan, dapat menyebabkan pelepasan karbon yang tadinya tersimpan dalam vegetasi dan tanah. Urbanisasi dapat meningkatkan permukaan tidak tembus cahaya, seperti jalan dan bangunan, yang mengurangi lahan penyerapan karbon.

d. Pengelolaan limbah: Praktik pembuangan ke tempat pembuangan akhir (TPA),berkontribusi terhadap emisi metana, GRK yang sangat kuat.

e. Pengelolaan air: Praktik pengelolaan air yang buruk dapat menyebabkan peningkatan emisi.

(28)

2. Dampak Pengelolaan secara Bussines as Usual terhadap Perubahan Iklim, antara lain:

1) Dampak Sosial:

a) Ketidaksetaraan akses ke layanan dasar: seperti perumahan, air bersih, sanitasi, perawatan kesehatan, dan pendidikan mengakibatkan ketimpangan sosial dan pengucilan populasi yang terpinggirkan.

b) Ketidaksetaraan dan pengucilan: sering memperburuk dengan kelompok-kelompok tertentu seperti orang miskin, perempuan, dan minoritas yang terpengaruh oleh layanan dan peluang yang tidak memadai.

c) Kejahatan dan kekerasan: tingkat kejahatan dan kekerasan yang terjadi dapat merusak kohesi sosial dan pembangunan ekonomi.

d) Segregasi dan isolasi sosial: terjadi karena perencanaan dan pembangunan kota yang buruk sehingga komunitas terpisah secara geografis, menyebabkan fragmentasi sosial dan berkurangnya kesempatan untuk interaksi dan integrasi sosial.

e) Pemindahan dan gentrifikasi: menyebabkan tergusurnya komunitas yang rentan, karena biaya perumahan dan kehidupan yang lebih tinggi mendorong mereka keluar dari

lingkungan tradisional dan hilangnya kohesi sosial dan warisan budaya.

2) Dampak Ekonomi:

a) Ketimpangan ekonomi: Urbanisasi dapat memperburuk ketimpangan ekonomi.

b) Pengangguran dan setengah pengangguran: terutama terjadi di kalangan pekerja berketerampilan rendah dan migran.

c) Tantangan fiskal: menyebabkan kesulitan dalam menyediakan layanan dan infrastruktur penting.

d) Keterjangkauan perumahan: dapat menjadi penghalang mobilitas ekonomi dan dapat menyebabkan tunawisma dan kemiskinan.

e) Mata pencaharian dan Perekonomian informal: sebagian besar penduduk bergantung pada pekerjaan informal tanpa akses ke pekerjaan formal dan perlindungan sosial.

3) Dampak Lingkungan:

a) Polusi: Kota adalah sumber polusi udara dari transportasi dan industri, serta polusi air dan tanah dari pengelolaan limbah yang tidak memadai.

b) Perubahan iklim: Urbanisasi meningkatkan konsumsi energi, emisi GRK dan perubahan penggunaan lahan sehingga kota-kota sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, yang meningkatkan risiko terhadap populasi perkotaan, infrastruktur, dan ekosistem.

c) Hilangnya habitat alami: yang dapat menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem.

d) Penggundulan hutan dan hilangnya ruang terbuka hijau kota: berdampak negatif pada tata guna air, kesehatan masyarakat, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim.

e) Konsumsi sumber daya dan produksi limbah: menyebabkan meningkatnya tekanan pad

Referensi

Dokumen terkait

buatan, serta berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip – prinsip pembangunan berkelanjutan yang dapat menyelaraskan kebutuhan kota dengan

Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan ruang kawasan perkotaan yang memilki manfaat kehidupan yang sangat tinggi, tidak saja

Sebagai langkah preventif atas resiko dan kemungkinan dampak yang terjadi, maka setiap kegiatan pembangunan harus membuat perencanaan dan antisipasinya berupa

Setelah melakukan analisis data, ternyata kepentingan ruang terbuka di dalam kota disebabkan karena ruang terbuka itu penting untuk meningkatkan kualitas perkotaan,

tersebut diatas maka fokus studi pada artikel ini adalah apa urgensi dari ketersediaan ruang terbuka hijau publik dalam perencanaan tata ruang kota yang

Sebagai langkah preventif atas resiko dan kemungkinan dampak yang terjadi, maka setiap kegiatan pembangunan harus membuat perencanaan dan antisipasinya berupa

Wilayah perencanaan Daerah tersebut meliputi wilayah administrasi seluas 32,5 Km2 yang terdiri dari 14 (empat belas) kecamatan di Kota Yogyakarta. Rencana Tata

Tujuan permbentukan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan yang terdiri dari kawasan hutan kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan pemakaman, kawasan pertanian, kawasan jalur