Nama : Anggara Eka Mudya Putra NPM : 07.2021.1.03652
Mata Kuliah : Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Risk and Safety adalah konsep yang terkait dengan manajemen risiko kesehatan dan keselamatan kerja. Risk adalah suatu kondisi atau tindakan atau potensi yang dapat menimbulkan kerugian terhadap individu, organisasi, atau masyarakat. Safety, keselamatan, adalah proses dan sistem yang diperlukan untuk mengurangi atau mengeliminasi risiko tersebut.
Manajemen risiko kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah proses yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola potensi risiko terkait kesehatan dan keselamatan kerja. Proses ini mencakup identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko.
Pengendalian risiko dilakukan terhadap bahaya yang ditemukan saat proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan nilai risiko sebagai penentuan cara mengendalikan menekan angka risiko keamanan. Proses pengendalian risiko mempunyai tahap-tahap, mulai dari eliminasi, subtitusi, opsi keteknikan, dan administrasi.
Penilaian risiko adalah proses evaluasi risiko-risiko yang di akibatkan adanya bahaya-bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian. Evaluasi risiko terdapat dua tahap proses, yaitu menganalisis risiko (Risk Analysis) dan evaluasi risiko.
Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) adalah sistem yang digunakan untuk menciptakan aktivitas kerja yang efisien dan aman.
OHSAS 18001:2007 adalah salah satu manajemen K3 yang berlaku secara global.
Contents (Isi)
1. Example of Accident : Contoh Kecelakaan
Kecelakaan dalam konstruksi bangunan terdiri dari berbagai macam hal, termasuk:
a. Kecelakaan akibat terjatuh: Kecelakaan yang paling sering terjadi di lokasi proyek konstruksi adalah kecelakaan akibat terjatuh. Beberapa faktor yang mengakibatkan kecelakaan ini antara lain adalah bekerja di ketinggian dan di anjungan yang ditinggikan.
b. Kecelakaan akibat bahaya alat berat: Kecelakaan yang sering terjadi di lokasi proyek konstruksi adalah kecelakaan akibat bahaya alat berat.
Beberapa contoh kecelakaan ini antara lain adalah kabel yang lepas dan menjulur, perangkat keamanan yang dinonaktifkan, tidak ada prosedur lockout atau tagout, perbaikan "sementara" untuk kabel dan sakelar, perkabelan, soket, dan peringkat daya peralatan yang salah, genangan air di sekitar peralatan dan kabel ekstensi, kegagalan untuk mengidentifikasi saluran listrik saat menggunakan derek dan ember, dan kegagalan untuk mengidentifikasi saluran listrik bawah tanah.
c. Kecelakaan akibat terinjak: Kecelakaan akibat terinjak adalah kecelakaan yang sering terjadi di lokasi proyek konstruksi. Beberapa faktor yang mengakibatkan kecelakaan ini antara lain adalah opertor peralatan bertemu dengan seorang pekerja dengan berjalan kaki, memukul pekerja dengan boom atau beban crane, gagal menyetel rem parkir dengan benar, dan gagal menggunakan ganjalan roda dengan benar.
d. Kecelakaan akibat bahaya lingkungan: Kecelakaan yang sering terjadi di lokasi proyek konstruksi adalah kecelakaan akibat bahaya lingkungan. Beberapa contoh kecelakaan ini antara lain adalah terjebak di antara kendaraan dan alat berat, duduk di dalam kendaraan atau di atas peralatan, dan tidak menggunakan peralatan pelindung dan kaca pelindung di area tempat pekerja meledakkan, memalu, memahat, dan membuat puing-puing yang beterbangan.
e. Kecelakaan akibat bahaya bahan bangunan: Kecelakaan yang sering terjadi di lokasi proyek konstruksi adalah kecelakaan akibat bahaya
bahan bangunan. Beberapa contoh kecelakaan ini antara lain adalah batu bata, patah atau pecah mata gergaji, dan kayu yang lepas dan menjulur.
f. Kecelakaan akibat bahaya tumpukan material: Kecelakaan yang sering terjadi di lokasi proyek konstruksi adalah kecelakaan akibat bahaya tumpukan material. Beberapa contoh kecelakaan ini antara lain adalah tumpukan material yang jatuh dari atas, tumpukan material yang jatuh dari sisi, dan tumpukan material yang jatuh dari belakang.
2. Cause And Effect : Sebab dan Akibat
Sebab dan akibat dari kecelakaan kerja konstruksi bangunan meliputi:
Penyebab utama:
Faktor manusia: Kegagalan pekerja dalam mengikuti prosedur kerja yang aman, kelelahan, kesedihan, kekacauan organisasi, dan kematian.
Faktor peralatan: Kegagalan dalam pengoperasian alat berat, kabel yang lepas, perangkat keamanan yang dinonaktifkan, kegagalan untuk mengidentifikasi saluran listrik saat menggunakan derek dan ember, dan kegagalan untuk mengidentifikasi saluran listrik bawah tanah.
Faktor lingkungan: Tingkat kecelakaan kerja di Indonesia tergolong tinggi, dengan rata-rata pekerja yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja di Indonesia sebanyak tujuh pekerja setiap harinya.
Akibat utama:
Kecelakaan kerja konstruksi bangunan dapat menyebabkan cedera, kehilangan, dan kematian
3. Preventions : Pencegahan
Pencegahan dari kecelakaan kerja konstruksi bangunan meliputi:
1. Identifikasi Risiko: Identifikasi risiko adalah proses mengidentifikasi bahaya dan risiko yang ada dalam proses konstruksi. Hal-hal yang harus diidentifikasi meliputi bahan bangunan, alat dan peralatan, lingkungan kerja, dan aktivitas yang berpotensi menimbulkan risiko.
2. Penilaian Risiko: Penilaian risiko adalah proses mengukur dan mengelola potensi bahaya dan risiko yang ditemukan dalam proses konstruksi. Penilaian risiko mencakup kemungkinan terjadinya risiko, besar akibat ditimbulkan, dan paparan bahaya yang diterima oleh pekerja.
3. Pengendalian Risiko: Pengendalian risiko adalah proses mengurangi atau mengeliminasi potensi bahaya dan risiko dalam proses konstruksi. Pengendalian risiko meliputi penggunaan peralatan dan perlengkapan keselamatan, pelatihan pekerja, dan pengaturan lingkungan kerja.
4. Manajemen Risiko: Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola potensi bahaya dan risiko dalam proses konstruksi. Manajemen risiko meliputi identifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko, dan evaluasi risiko.
5. Metode Safety Risk Assessment: Metode Safety Risk Assessment adalah teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola potensi risiko terkait dengan proses konstruksi. Beberapa metode Safety Risk Assessment yang populer di industri berisiko tinggi meliputi Job Hazard Analysis (JHA), Failure Mode and Effects Analysis (FMEA), Hazard and Operability Study (HAZOP), Bowtie Analysis, dan Quantitative Risk Assessment (QRA).
6. Pelatihan dan Pendidikan: Pelatihan dan pendidikan pekerja adalah penting untuk memastikan bahwa mereka memahami tentang risiko
dan bagaimana menguranginya. Pelatihan ini meliputi bagian bahaya alat berat, bahaya lingkungan, dan bahaya keselamatan umum.
7. Pengaturan Lingkungan Kerja: Pengaturan lingkungan kerja adalah penting untuk memastikan bahwa lingkungan kerja adalah aman dan bebas dari bahaya. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi pengaturan area kerja, pengaturan jalan, dan pengaturan peralatan.
8. Penggunaan Peralatan dan Perlengkapan Keselamatan: Penggunaan peralatan dan perlengkapan keselamatan adalah penting untuk memastikan bahwa pekerja memiliki alat yang dibutuhkan untuk bekerja aman. Peralatan ini meliputi safety belt, safety rope, safety helmet, dan lain-lain.
9. Pengendalian Bahaya: Pengendalian bahaya adalah penting untuk memastikan bahwa bahan bangunan, alat dan peralatan, dan lingkungan kerja adalah aman. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi pengendalian bahan bangunan, pengendalian alat dan peralatan, dan pengendalian lingkungan kerja.
10. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Keselamatan dan kesehatan kerja adalah aspek penting dalam proses konstruksi. Keselamatan dan kesehatan kerja meliputi penanganan bahan bangunan, alat dan peralatan, lingkungan kerja, dan aktivitas yang berpotensi menimbulkan risiko.
4. Lesson Learned : Pelajaran yang dipetik
Berikut adalah pelajaran yang dapat dipetik setelah kita mengetahui tentang kecelakaan kerja pada konstruksi bangunan:
1. Kecelakaan kerja konstruksi bangunan dapat terjadi ketika buruh bangunan jatuh dari ketinggian, tertimpa, kejatuhan atau terhantam oleh benda atau mesin yang sedang bergerak.
2. Kecelakaan kerja di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dan setiap hari 9 orang meninggal akibat kecelakaan kerja.
3. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan pelaksanaan beserta pengawasan sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
4. Kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang tidak direncanakan yang di sebabkan oleh suatu tindakan yang tidak berhati-hati.
5. Kecelakaan merupakan kejadian yang berlangsung secara tiba-tiba, tidak diduga sebelumnya, dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total.
6. Kecelakaan kerja dapat menyebabkan cedera, kehilangan, dan kematian.
7. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.
8. Kecelakaan kerja di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dan setiap hari 9 orang meninggal akibat kecelakaan kerja.
9. Kecelakaan kerja dapat terjadi ketika buruh bangunan jatuh dari ketinggian, tertimpa, kejatuhan atau terhantam oleh benda atau mesin yang sedang bergerak.
10. Kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang tidak direncanakan yang di sebabkan oleh suatu tindakan yang tidak berhati-hati.
5. Safety Closing Steatment : Pernyataan Penutupan Keselamatan
1. Kumpulkan dan tinjau informasi tentang seluruh bahaya yang ada dan yang mungkin muncul di tempat kerja. Hal ini termasuk identifikasi bahaya yang ada dalam tiap proses kerja, tugas, atau jobdesk pada tiap individu.
2. Lakukan pemeriksaan awal (initial inspection) dan inspeksi secara berkala di tempat kerja untuk mengidentifikasi bahaya baru atau bahaya yang terjadi berulang.
3. Selidiki lebih lanjut kejadian cedera/trauma (injury), penyakit, insiden, dan nyaris celaka yang terjadi di lingkungan kerja untuk menentukan bahaya yang mendasarinya, penyebabnya, dan kelemahan dalam program keselamatan dan kesehatan yang telah ada.
4. Kelompokkan insiden serupa dan identifikasi tren cedera, penyakit, dan kondisi tidak aman (unsafe condition) serta tindakan berbahaya (unsafe act) yang dilaporkan.
5. Pertimbangkan bahaya dan risiko kejadian yang terkait dengan situasi darurat atau tidak rutin.
6. Lakukan analisis risiko: Tentukan tingkat keparahan dan peluang terjadinya insiden atau kecelakaan kerja pada setiap bahaya yang teridentifikasi.
7. Gunakan informasi analisis risiko tersebut untuk memprioritaskan upaya perbaikan maupun pencegahan yang perlu dilakukan.