1
MANAJEMEN SANTRI DI PESANTREN
REVIEW MAKALAH Oleh:
Ilham Maulana Aulia Hakim 21205080
A. Kesimpulan
Santri adalah kelompok komunitas muslim yang dengan taat melaksanakan perintah agamanya, yaitu agama Islam. Santri juga merupakan peserta didik yang taat dalam melaksanakan perintah agama serta mendiami suatu tempat untuk menimba ilmu agama dibawah bimbingan ustad dan ustadzah serta pimpinan pesantren (kyai). Di pondok pesantren, santri diajarkan pendidikan agama Islam dibawah asuhan ustadz dan ustadzah serta dibawah kepemimpinan seorang kyai.
Menurut para ahli santri dapat dikelompokkan beberapa bagian yaitu:
1. Santri Mukim Santri mukim adalah peserta didik yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren.
2. Santri Kalong Santri Kalong menurut Zamakhsyari Dhofir adalah Peserta didik yang berasal dari daerah sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajaran di Pesantren, mereka bolakbalik dari rumahnya sendiri.
3. Santri Alumnus Santri alumnus adalah santri yang sudah tidak dapat aktif dalam kegiatan rutin Pesantren, tetapi mereka masih sering datang pada acaraacara tertentu yang diadakan pesantren. Mereka masih memiliki komitmen hubungan dengan Pesantren,
4. Santri Luar Santri luar adalah Santri yang tidak terdaftar secara resmi di pesantren sebagaimana santri mukim dan santri kalong, tetapi mereka memiliki hubungan batin yang kuat dan dekat dengan Kyai, sewaktu-waktu mereka mengikuti pengajian-pengajian agama yang diberikan oleh Kyai, dan memberikan sumbangan parsitipatif yang tinggi apabila pesantren membutuhkan sesuatu
Prosedur rekruitmen santri baru yakni:
1. Pembentukan panitia penerimaan santri baru.
2. Rapat penerimaan santri baru
3. Pembuatan pengumuman penerimaan santri baru Isi dari pengumuman PSB adalah gambaran singkat mengenai pesantren, persyaratan pendaftaran santri baru, cara pendaftaran, waktu pendaftaran, tempat pendaftaran, biaya pendaftaran, dan kapan pengumuman hasil seleksi diumumkan, serta dimana calon santri tersebut dapat mengetahuinya.
4. Pemasangan atau pengiriman pengumuman penerimaan santri baru 5. Pendaftaran calon santri baru
2 6. Seleksi calon santri baru
7. Rapat penentuan calon santri baru yang diterima
8. Pengumuman calon santri yang diterima sesuai dengan kriteria yang di tentukan oleh pesantren.
9. Pendaftaran ulang calon santri baru yang dinyatakan diterima.
Orientasi santri baru merupakan kegiatan mengenalkan situasi dan kondisi pesantren tempat santri itu menempuh pendidikan, dan dilaksanakan sebelum santri menerima pembelajaran di pesantren tersebut. Saat orientasi berlangsung, santri baru juga dibekali materi kepribadian, keterampilan, ketangkasan, dan kedisiplinan. Tujuan diadakannya MOS adalah untuk mengenalkan peserta didik dalam lingkungan belajar yang baru agar memiliki kesiapan belajar yang baik. Santri baru dikenalkan tentang fasilitas belajar, strategi belajar, kurikulum, tata tertib santri, kultur akademik, pendidik dan tenaga kependidikan, serta teman-teman, baik seangkatan maupun kakak-kakak kelasnya.
Pengelompokan (grouping) adalah pengelompokan santri berdasarkan karakteristik yang dimiliki santri. Pengelompokan santri dimaksudkan untuk membantu santri dalam keberhasilan belajar mereka. Mitchun mengemukakan ada dua jenis pengelompokan santri, yaitu:
1. Ability grouping yakni pengelompokan berdasarkan kemampuan
2. Sub grouping with in the calss yakni pengelompokan setting kelas, memberikan kesempatan pada santri secara individu untuk masuk ke dalam lebih dari satu kelompok.
Menurut Pranata, bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah setelah kesulitan pada diri konseli (siswa). Tujuan dan fungsi bimbingan kelompok untuk membahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok, dan dengan memanfaatkan dinamika kelompok topik tersebut dibahas secara bersama-sama, dimana setiap anggota kelompok diharapkan aktif dalam mengeluarkan pendapat, ide, gagasan serta tanggapannya terhadap topik tersebut. Konseling kelompok merupakan suatu sistem layanan bantuan yang amat baik untuk membantu pengembangan kemampuan pribadi, pencegahan, dan mengenai konflik-konflik antar pribadi atau dalam pemecahan masalah. Tujuan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya
Tata tertib adalah salah satu tindakan preventif pada santri agar tidak melakukan tindakan diluar batas. Adapun hukuman bagi pelanggar tata tertib santri yaitu dengan:
1. Teguran dan nasehat
2. Hukuman yang mendidik dan hukuman administrasi 3. Hukuman bersifat sosia
4. Hukuman materi 5. Hukuman bersifat fisik
Organisasi santri pada lembaga pondok pesantren merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dengan system pendidikan pesantren itu sendiri. Oleh karena itu santri di pondok pesantren membentuk wadah organisasi tersendiri yang disesuaikan dengan
3
dinamika kebutuhan kehidupan di pondok pesantren. Organisasi Santri pondok pesantren modern yakni kegiatan berorganisasi di pondok telah diadakan sejak awal berdirinya pondok pesantren. Hal ini dimaksudkan untuk memberi bekal dan pengalaman kepada santri untuk hidup di masyarakat kelak. Kegiatan berorganisasi ini merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan santri sehari-hari, sebab berorganisasi di pondok ini berarti pendidikan untuk mengurus diri sendiri dan tentu saja orang lain. Seluruh kehidupan santri selama berada di pondok diatur oleh mereka sendiri (selfgovernment) dengan dibimbing oleh guru-guru dan dibantu santri-santri senior. Sedangkan organisasi santri pondok pesantren salaf yakni Organisasi santri intra pesantren sebagaimana halnya organisasi-organisasi lainya, dipimpin oleh seorang ketua dibantu oleh anggota pengurus lainnya. Seorang ketua yang memimpin organisasi intra pesantren ini merupakan hasil pemilihan langsung secara demokratis oleh Majelis Perwakilan Santri (MPS) sebagai wakil-wakil santri dari tiap kamar atau cukup tiap kelompok asrama.
Pelaksanaan mutasi santri perlu melalui beberapa tahapan diantaranya:
1. Perumusan standar mutasi santri berdasarkan visi dan misi pondok pesantren.
2. Menganalisis data mutasi santri
3. Pembentukan Departemen pengendalian mutasi santri
4. Sosialisasi standar mutasi santri kepada santri dan wali santri
Kenaikan kelas dan kelulusan santri merupakan tahapan penting dalam proses pendidikan di pondok pesantren. Keduanya menandai pencapaian santri dalam mengikuti program pembelajaran dan pembinaan selama berada di pesantren. Kenaikan kelas di pondok pesantren biasanya dilakukan berdasarkan evaluasi kinerja santri selama satu tahun ajaran. Kriteria kenaikan kelas di pesantren bisa berbeda dengan sekolah formal, karena melibatkan aspek pendidikan agama, kedisiplinan, dan pengembangan karakter. Beberapa faktor utama yang menjadi dasar penilaian kenaikan kelas antara lain: Prestasi Akademik, Akhlak dan Kedisiplinan, dan Kehadiran dan Partisipasi santri dalam setiap kegiatan bersifat wajib, baik di kelas, di masjid, maupun kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan Kelulusan santri di pesantren tidak sekadar menandakan berakhirnya masa belajar, tetapi juga mencerminkan kesiapan santri untuk menghadapi tantangan kehidupan, baik di masyarakat maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Beberapa kriteria yang menjadi penentu kelulusan antara lain: Penyelesaian Kurikulum, Mengikuti ujian Akhir seperti di sekolah formal, Kontribusi dalam Kegiatan Pesantren, santri yang aktif dalam kegiatan organisasi santri, kegiatan sosial, dan mampu menunjukkan peran kepemimpinan biasanya dianggap lebih siap untuk lulus. Ini menunjukkan bahwa santri tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga mampu berperan dalam masyarakat.
Analisa SWOT santri di Pesantren
1. Kekuatan (Strengths) antara lain: Pendidikan Agama yang mendalam di landasi dengan sumber yang jelas seperti Al-qur’an dan kitab-kitab kuning, Banyaknya ekstrakurikuler di pesantren yang dapat digunakan untuk mengembangkan bakat dan minat santri, Terlatih hidup mandiri di pesantren tanpa bergantung pada orang tua, Memiliki sifat kepedulian yang tinggi, tanggung jawab dan saling tolong menolong karena terbiasa hidup banyak orang.
4
2. Kelemahan (Weaknesses) antara lain: Kurang sadar nya santri terhadap minat dan bakat mereka sehingga pasif ketika di pesantren, Santri fokus terhadap pendidikan agama saja dan kurang dalam pendidikan formal nya, Santri kurang faham atau kesulitan dalam beradaptasi dengan perkembangan teknologi modern, Kurang peka terhadap lingkungan pesantren, Santri kurang disiplin.
3. Peluang (Opportunities) antara lain: Kerjasama dengan Alumni dan Institusi.
Kerjasama dengan alumni dan institusi lain dapat memberikan akses ke sumber daya, bantuan finansial, dan peluang magang atau pekerjaan bagi santri. Memiliki Peran dalam Masyarakat: Santri dapat berperan aktif sebagai pemimpin masyarakat, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan isu-isu sosial dan moral di komunitas mereka, Meningkatnya minat masyarakat terhadap pendidikan agama, santri memiliki peluang besar untuk menjadi pendakwah, ustadz, atau pengajar di sekolah-sekolah Islam, Peluang Beasiswa dan Studi Lanjutan: Banyak lembaga pendidikan tinggi, baik dalam negeri maupun luar negeri, menawarkan beasiswa bagi santri untuk melanjutkan studi di bidang agama dan ilmu sosial, Banyaknya perlombaan yang di adakan oleh pesantren lain atau lembaga lain yang dapat digunakan untuk tempat mengasah bakat dan minat santri.
4. Ancaman (Threats) antara lain: Persaingan dengan Lembaga Pendidikan Lain, Perubahan Sosial dan Budaya, dan Kurangnya Dukungan untuk Pengembangan Karier.
B. Kelebihan
Artikel ini memiliki sejumlah kelebihan yang signifikan. Pertama, pendekatan komprehensif yang diambil menyajikan dan menjelaskan berbagai aspek manajemen santri, termasuk perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, sehingga memberikan pandangan menyeluruh tentang manajemen di pesantren. Kedua, artikel ini menekankan pentingnya pembentukan karakter dan nilai-nilai moral, yang sejalan dengan tujuan pendidikan di pesantren dan relevan dalam konteks pendidikan Islam. Selain itu, artikel ini juga berhasil menggambarkan tantangan yang dihadapi pesantren di era modern, seperti adaptasi terhadap teknologi dan dinamika sosial, menunjukkan kesadaran akan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. artikel ini juga menyediakan panduan praktis dengan langkah-langkah terstruktur dalam manajemen santri, termasuk orientasi dan pengelompokan, yang dapat menjadi acuan bagi pengelola pesantren. Terakhir, penggunaan referensi yang relevan untuk mendukung argumen menambah kredibilitas dan validitas penulisan artikel.
C. Kelemahan
Artikel ini memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. Pertama, kurangnya data empiris seperti undang undang atau kebijakan tertentu yang membuat tulisan ini bersifat teoritis dan tidak didukung oleh studi kasus konkret seperti menyebutkan contoh kasus di pondok pesantren tertentu, yang sangat diperlukan untuk memperkuat argumen dan analisis. Kedua, beberapa istilah manajerial yang digunakan mungkin membingungkan bagi pembaca yang tidak memiliki latar belakang dalam manajemen atau pendidikan, sehingga mengurangi pemahaman keseluruhan. Selain itu, artikel ini kurang memberikan rincian tentang bagaimana penerapan manajemen santri dilakukan dalam praktik sehari-hari, yang esensial untuk aplikasi nyata. Analisis kritis
5
juga minim, di mana meskipun tantangan diidentifikasi, strategi untuk mengatasi tantangan tersebut tidak dijelaskan secara mendalam, sehingga tidak memberikan solusi yang jelas. Terakhir, keterangan tentang struktur organisasi santri di pesantren masih terbatas, sehingga tidak memberikan gambaran lengkap mengenai dinamika dan peran dalam organisasi.
D. Saran dan Masukan
Berdasarkan analisis terhadap tulisan dalam file tersebut, terdapat beberapa saran dan masukan yang dapat membantu penulis dalam meningkatkan kualitas karya ini. Pertama, reviewer menyarankan untuk menyertakan data empiris atau studi kasus konkret yang relevan untuk mendukung argumen yang disampaikan, sehingga tulisan menjadi lebih kuat dan meyakinkan. Selain itu, perlu diperjelas atau diberikan keterangan yang lebih lagi istilah-istilah manajerial yang digunakan agar lebih mudah dipahami oleh audience presentasi yang mungkin belum mengetahui istilah tersebut.
Menambahkan contoh konkret kasus di pondok pesantren tertentu tentang penerapan manajemen santri dalam praktik sehari-hari juga akan membantu untuk lebih mudah untuk di pahami. Selanjutnya, analisis mengenai strategi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi pesantren sebaiknya diperluas, memberikan solusi yang lebih mendalam dan aplikatif. Terakhir, penjelasan mengenai struktur organisasi santri di pesantren dapat diperdalam untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang dinamika internal