• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manusia Dalam Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Manusia Dalam Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Manthiq: Vol VIII Edisi I 2023

Manusia Dalam Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer

Nur Cholis1, Diah Dwi Ikra Negara2, M. Samsul Ma’arif3 IAIN Curup1, UINFatmawati Sukarno Bengkulu,2,3

nurcholis@iaincurup.ac.id1, diahikranegara@gmail.com2, ahmadnailaalmuna@gmail.com3

Abstract,Human earth is a contro.versial and interesting novel, Pramo.edya Ananta Toer as the wri.ter is acc.used of being involved with the comm.unists. Earth of Mankind was banned from circulating, but then it got a crowded place among readers and has been translated into more or less 36 languages, the ideas and messages will eventually give color to the reader com.munity, how to think, behave and exist. This study is a discourse ana.lysis model that aims to describe human exist.ence in the Earth of human using hermeneutic objective method as an analytical approach. The final result can be concluded that the humans who exist in this Earth of human are none other than those who are armed with knowl.edge and freedom who are able to struggle out of the various difficulties they face, are able to stand on their own feet, and do not become crimi.nals running away from respon.sibility. The concept of humanity in Bumi Manusia is rooted in the factual social conditions of the poor and the oppressed. Humans who exist on earth. Humans do not portray perfect humans, or ideal humans who are aspired to, succeed in winning with achievements based on perfect human ideals filled with perfection, but humans who are able to continue to struggle to get out of the factual tests experienced humans on earth. Because, according to Pramoedya, the perfect, successful and always victorious human does not exist on earth but in heaven.

Keywords; Human Earth, Existence, Human

Abstrak,Bu.mi Manu.sia meru.pakan no.vel kontr.oversial dan menarik, Pramo.edya Ananta Toer sebagai penulis dituduh terlibat dengan komunis. Bumi Manusia sempat dilarang beredar tetapi kemudian mendapatkan tempat ramai dikala.ngan pembaca dan sudah diterje.mahkan kurang lebih dalam 36 bahasa, gagasan dan pesannya pada akhirnya akan ikut memberikan warna terhadap masyarakat pembaca, bagaimana berfikir, bersikap dan bereksistensi. Kajian ini adalah model analisis wacana yang bertujuan mendeskripsikan eksistensi manu.sia dalam Bumi Manusia dengan metode objektif hermeneutic sebagai pendekatan analisis. Hasil akhir dapat disimpulkan bahwa manusia yang eksis dalam Bumi Manusia tidak lain adalah mereka yang berbekal pengetahuan dan kemerdekaan mampu berjuang keluar dari berbagai kesulitan yang dihadapi, mampu berdiri pada kaki sendiri, dan tidak menjadi kriminal lari dari tanggung jawab. Konsep kemanu.siaan dalam Bumi Manusia mengakar pada kondisi faktual sosial rakyat kecil dan kaum tertindas. Manusia yang eksis dalam bumi Manusia tidak mencitrakan manusia semp.urna, atau manusia ideal yang dicita-citakan, sukses menang dengan pencapaian yang didasarkan pada cita-cita manusia paripurna yang diliputi kesem.purnaan, melainkan manusia yang mampu terus berjuang untuk keluar dari ujian-ujian faktual yang dialami manusia di bumi. Karena manusia yang sempurna, sukses dan senantiasa menjadi pemenang menurut Pramoedyatidak ada di bumi melainkan ada di surga.

Kata Kunci; Bumi Manusia, Eksistensi, Manusia

(2)

PENDAHULUAN

Tulisan hasil karya seseo.rang bisa saja merup.akan kata hati yang pa.ling dalam.

Bisa juga cerita pri.badi atau cerita yang akan datang yang tidak bisa diceri.takan secara lisan. Se.tiap orang akan mati, tetapi tulisan.nya akan te.tap hidup. Maka pemiki.ran yang dibu.kukan ada.lah sebu.ah pening.galan yang te.pat dari ora.ng masa kini untuk te.rus mengalir.kan kebijak.sanaan pada ma.sa depan.

Pramo.edya Ana.nta Toer ada.lah salah satu orang yang mewaris.kan jiwa.nya ke masa depan melalui karya karya.nya. Banyak yang telah ditulis. Salah satu karyanya yang tersebar keseluruh dunia adalah tetra.logi Pulau Buru berju.dul Bumi Manu.sia, Anak Sem.ua Bang.sa, Jejak Lang.kah dan yang terakhir adalah Rumah Kaca.

Pada akhir ta.hun 19.80, penerbitan Tetra.logi Pu.lau Buru dan emp.at novel dengan judulnya masing-masing, dilarang terbit. Sekretaris Jenderal Depar.temen Pendi.dikan dan Kebu.dayaan mengeluarkan surat larangan yang ditanda.tangani Soeran.to Wirjo.prasonto, atas nama Men.teri Pendi.dikan dan Kebu.dayaan.

Isi larangan itu tertuang pada Kementerian Pendi.dikan dan Kebuda.yaan diting.kat pus.at, daerah, dan univer.sitas neg.eri, sehingga tetralogi pulau buru tidak akan dibeli atau dilestarikan. Pasalnya, ada informasi bahwa menurut penelusuran pihak berwajib, karya Pramoe.dya Anan.ta Toer menimbulkan persepsi negative dan diang.gap berbahaya.

Bah.kan, Menteri Kehakiman mela.rang peredaran bu.ku terse.but dan harus mena.rik kembali buku yang sudah be.redar.1Perso.alan lara.ngan tetra.logi Pulau Buru pada masa.nya terse.but tidak meyurut.kan kajian terha.dap isi ro.man ini. Seba.liknya, justru ban.yak para pene.liti mengga.rap tetra.logi Pulau buru ini den.gan berbagai persp.ektif dan teori, dan den.gan demi.kian sema.kin mena.rik minat masya.rakat pembaca.

Secara garis besarnya karya ini berkisah perjuangan Minke, Nyai Ontosoroh dan seorang priyayi da.lam menyela.matkan Anelies, putri perempuan Onto.soroh dan is.tri Minke. Ia mengisahkan pemeran sebagai Min.ke yang berada pada perten.tangan eksis.tensi. Nyai Onto.soroh yang melawan tradisi perem.puan pada masa itu dan Ane.lies yang justru lebih bang.ga menjadi pribu.mi daripada Indo.2

Buku dengan judul Bumi Man.usia karya Pramoedya ini men.jadi salah satu baca.an yang disenangi kare.na telah ter.bukti mempunyai tem.pat yang sangat mashur di kalangan pembaca. Selain kare.na penyam- paian ceri.ta yang unik, Bumi Manu.sia juga me.muat seja.rah Indone.sia masa kolonial.

Selain itu, novel dianggap ditulis untuk menyam.paikan berbagai pesan dalam hal kritik, pernyataan tentang keadaan tertentu, nilai moral tertentu, dan konsep filosofis yang membahas masalah mendasar.

1Puji Retno Hardining.tyas, ‘“Manusia Dan Budaya Jawa Dalam Roman Bumi Manusia:

Eksistensialisme Pemikiran Jean Paul Sartre”.’, Jurnal Aks.ara, Vol 27, No (2015).

2Pramu.dya Anan.ta Toer, Bu.mi Manu.sia (Jakarta: Lentera Dipantara, 2020).

Nur Cholis, Diah Dwi Ikra Negara, Samsul Ma’arif:...Pramoedya Ananta Toer

(3)

Gambaran yang demikian, mengha- dirkan keadaan yang menggeli.sahkan seka.ligus mena.rik untuk dika.ji secara lebih lan.jut. Penting untuk melihat, menggam- barkan dan menga.nalisis bagai.mana eksis- tensialisme yang disajikan dalam karya Bumi Manu.sia ini.

Asumsinya, ketika eksis.tensi yang dimainkan oleh tokoh-tokoh da.lam karya bumi manusia inipositif, maka karya Bumi Manusia ini adalah suatu bacaan yang tepat bagipembaca. Teta.pi ketika pesan-pesan eksistensia.lismenya bernuansa nega.tif maka karya Bumi Manu.sia adalah bacaan yang perlu diwas.padai dengan serius,karena jika sese.orang menda.patkan pemahaman yang salah untuk bereksis.tensi; tidak memiliki kebera.nian untuk be.bas, atau justru terla.lu bebas, tidak memili.ki tangg.ung jawab terha.dap diri, dan orang lain, ego.is, tidak memili.ki sikap huma.nis atau bah.kan kehila.ngan religiu.sitas, maka dengan demikian hidup.nya pasti hanya.lah seke.dar

“hidup” bah.kan bisa jadi meru.sak.

Dalam konteks tersebut, dian.tara prob.lem pen.ting yang dapat diidenti.fikasi dianta.ranya adalah bagaimana pesan yang hendak penulis sampaikan, adakah disetiap narasinya diselipkan kepentingan tertentu, dapatkah menjadi bacaan yang berkualitas, mendidik atau justru sebaliknya.

METODE PENELITIAN

Kajian ini merupakan studi kepus- takaan model analisis wancana (discourse analysis), dengan menggunakan metode analisis naskah sintagmatis; objektive

hermeneutik. Objektive hermeneutik diguna- kan sebagai metode analisis untuk mema.hami makna seba.gai sesu.atu yang bersi.fat objek.tif berda.sarkan struk.tur sosial yang mun.cul secara interak.tif, deng.an memperhatikan asp.ek-as.pek kon.teks inter.nal dan ekstervnal dari sebuah wacana.

Anali.sis dimu.lai de.ngan yang bersifat sekuen.sial, kemu.dian dilanjut.kan dengan analisis rinci.3Data dalam kajian ini diperoleh melalui inventarisasi, kemudian klasifikasi dengan menelaah narasi–narasi dialog yang ada dalam novel Bumi Manusia. Lebih lanjut lang.kah meto.dis yang dilakukan dalam kajian ini dapat disederhanakan seba.gai beri.kut;4

1. Inventa.risasi data yang dinilai memi.liki rele.vansi terha.dap tema peneli.tian.

2. Menganalisis data-data dengan metode objek.tive herme.neutik untuk mene.mu- kan gam.baran makna objek.tive.

3. Menambahkan kesimpulan sebagai hasil kajian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biografi Prameodya Ananta Toer

Pramoedya A Toer lahir di Desa Mlang.sen, Kabupa.ten Blora Jawa Teng.ah pada hari ju.m’at, 6 Febru.ari 1925.5 Ayah.nya berna.ma Mas.toer dan ibu.nya berna.ma Oe.mi

3Ibnu Hamad, ‘Le.bih Dekat Den.gan Anali.sis Waca.na’,Medi.ator: Jurnal Komu.nikasi, 8.2 (2007), 325–44

<https://d.oi.org/10.293.13/medi.ator.v8i2.1252>.

4Hamad, ‘Lebih Dekat Dengan Analisis Wacana

5Koesa.lah Soeba.gyo Toer, Ka.mus Pramoe.dya Anan.ta To.er, Cet.1 (Yogyakarta:

Warning Books & Pataba Press, 2018).h. 65

(4)

Saidah.6 Mas.toer lahir di Pare,7satu kota keca.matan di Jawa Ti.mur pada 5 januari tahun 1896, Ia berasal dari kala.ngan yang dekat deng.an Masjid dan agama Islam, orang tuanya ada.lah Imam Badjo.eri dan Sabari.yah,8 sela.in seo.rang guru, Mastoer pernah menjadi kepala sekolah Insti.tut Boedi Oetomo dan aktivis PNI cabang Blora.9 Ibu Pramoe.dya, Oemi Saidah yang juga dikenal dengan nama Siti Kadari.jah adalah anak peng.hulu Rem.bang yang berna.ma Haji Ibra.him dengan klang.enan (selir) Sati.mah.10Oemi Saidah lahir pada tahun 190711dan meninggal pada umur 34 tahun, ia melahirkan delapan orang anak.12Satimah, Ibu Oemi Saidah adalah nenek yang sangat disayangi Pramoedya.

Selain Ibunya (Oemi Saidah), Satimah merupkan wanita yang menurutnya meme- ngaruhi kepribadian dan sikap hidupnya terutama dalam kemandirian. Dialah prototipe dari tokoh wanita yang dilukiskan Pramoedya dalam novel Gadis Pantai. Dalam salah satu wawancaranya menyatakan bahwa ia tidak mengenal nama (sati.mah) ini. Ia hanya mengenal.nya seba.gai Mbah Kromo.

6Welda Lukita and others, ‘Menela.dani Karak.Ter Pramoe.dya Ana.nta To.er Mela.lui Tuli.san-Tulisan.nya Da.lam’, 1.1 (2021), 59–68.

7Koesa.lah Soeba.gyo Toer.Ka.mus Pramoe.dya Anan.ta Toer…h. 70

8A Teeuw, Citra Manusia Indonesia Dalam Karya Sastra Pramoedya Ananta Toer (Jakarta:

Pustaka Jaya, 1997).h. 103

9A Tee.uw,Cit.ra Manu.sia Indo.nesia Dalam Kar.ya Sas.tra Pramoe.dya Anan.ta Toer…h. 122

10A Tee.uw,Ci.tra Manu.sia Indone.sia Dal.am Kar.ya Sas.tra Pramoedya Ananta Toer…h. 123

11Muhammaad Rifa’i, Pramoe.dya Anan.ta Toer; Biogra.fi Sing.kat (1925-2006), Cet. 2020 (Yogyakarta: Garasi, 2020).h. 80

12Pramoe.dya Anan.ta Toer, Nya.nyi Sunyi Seo.rang Bisu II(Jakarta: Lentera, 1997).h. 131

Pramoedya menggam.barkan sosok ayahnya sebagai tokoh nasio.nalis yang cer.das, namun karena sikap yang otoriter dan sering meremehkan terhadap kemampua anak- anaknya menjadi sebab Pramoedya menyimpan dendam, sehingga ia bertekad dikemudian hari akan bersi.kap le.bih baik dan adil terha.dap keluarga terkhusus anak- anak.nya.13 Meski demikian, pramoedya tetap menyimpan kebanggaan kepada sosok ayahnya yang digambarkan dalam petikan sebagai berikut;

Seorang pemuda berumur 26 tahun, lulusan Kweekschool Yogyakarta, pada waktu itu guru pada HIS Rembang, meyatakan diri keluar dari jabatan negeri, bernonkoperasi.

Pemuda yang berpendidikan tani, pembenci feodalisme, seorang nasionalis yang berkobar- kobar, berperawakan atletis, suka memainkan lagu-lagu klasik ringan pada biola dan cinta pada kebudayaan Jawa itu tidak lain dari ayahku.14

Oemi Saidah, Ibu Pramoedya, merupa- kan tokoh pendidik yang sangat berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian dalam hidup.nya dikemu.dian hari. Saidah yang perta.ma kali menga.jarkan ketinggian cita-cita, kebera.nian dan kemandirian. Saidah digambarkan sebagai Nyai Ontosoroh yang berperan protagonis dalam tetralogy perta.ma pu.lau Buru Bu.mi Manu.sia.15

“Ibuku ... sejak kecil hidup dalam lingkungan keagamaan, diantara keluarga- keluarga kaum, didalam gedung bekas kompeni, mendapatkan pendidikan agama di rumah, dan pendidikan barat di sekolah, bahkan juga didatangkan guru-guru privat ke rumah. Ia tak

13Koesalah Soebagyo Toer.Kamus Pramoedya Ananta Toer…h. 69

14Pramoedya Ananta Toer, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II…h. 134

15Koesalah Soebagyo Toer. Kamus Pramoedya Ananta Toer…h. 70

(5)

tahu –menahu kebudayaan jawa, bahkan sampai aku besar ia tidak membaca tulisan Jawa. Ia tidak terdidik kerja, sampai menyapu lantai rumah sendiri dan membantu masak didapur tidak diperkenankan. Ia dibesarkan seperti putri-putri feodal. Ia bertubuh lemah.

Sejak lahir.16

“itulah ibuku, wanita satu-satunya di dunia ini yang kucintai dengan tulus dikemudian hari ternyata ia menjadi ukuran bagiku dalam menilai setiap wanita yang ku kenal”.“Ukuranku dalam menilai seorang wanita, kecuali kecantikannya, adalah ibuku”.“ ... bagiku, ibuku adalah revolusi yang sangat individual, ibu yang bukan hanya melahirkan anak-anaknya, juga melahirkan kebajikan-kebajikan bagi nilai anaknya sebagai manusia”.17

Novel Bumi Manusia

Bumi Manusia merupakan novel pertama dari Tetralogi Buru; Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Novel ini ditulis Pramoedya dalam pengasingan di Pulau Buru bersama ribuan tahanan politik lain karena dicap sebagai komunis.18

Bumi Manusiamemiliki sinopsis kisah cinta antara Minke dan Annelies, gadis Indo yang juga anak dari Nyai Ontosoroh dengan tuannya Herman Mellema. Pada masa itu, Nyai dianggap sebagai perempuan yang tidak

16Pramoedya Ananta Toer, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II…h. 134

17Pramoedya Ananta Toer. Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II…h. 134

18Ahsani Taqwiem, ‘Perempuan Dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer’, Jurnal Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7.2 (2018), 133–43

<https://doi.org/10.18592/tarbiyah.v7i2.2217>.

memiliki norma kesusilaan karena statusnya sebagai istri simpanan. Status seorang Nyai telah membuatnya sangat menderita, karena ia tidak memiliki hak asasi manusia sepantas- nya. Nyai Ontosoroh sadar betul akan kondisi itu dan berusaha keras belajar agar dapat diakui sebagai seorang manusia. Sedangkan Minke, seorang keturunan Jawa, pribumi yang terpelajar, melawan penindasan terhadap dirinya, terhadap orang lain dan terhadap bangsanya. Hidup di tengah tengah pergaulan Eropa menjadikan pandangan Minke menjadi pengagung Eropa. Dia melupakan tradisi dan adat Jawanya.

Minke mengalami pencarian jati diri, seorang pribumi pengagung Eropa yang pada akhirnya harus merasakan betapa Eropa yang ia banggakan ternyata memiliki bobrok kekejamannya sendiri. Demikian Pramoedya menyajikan kisah Bumi Manusia laksana gelombang lautan, seringkali cuacanya dapat seketika berubah, lautan terkadang tenang bersahabat dengan panoramanya yang indah menyenangkan, mengesankan, tetapi terka- dang dengan tiba-tiba situasi terbalik drastis, menegangkan mencekam diliputi keputus- asaan.

Alur cerita dalam novel Bumi manusia menggunakan teknik bercerita mundur atau flashback. Dalam perjalanan cerita tersebut terdapat alur cerita maju dan secara umum dalam novel menggunakan alurflashback.19

19Kunto Sofianto Muhammad Fauzi Ridwan,

‘Rasisme Dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer’, Diglosia, Vol.3 No.2 (2019).

(6)

Eksistensi Manusia dalam Bumi Manusia Eksistensialisme merupakan perpa- duan kata eksistensi dengan kata isme yang menunjukkan makna suatu paham atau aliran.

Istilah eksistensi secara etimologis berasal dari bahasa Latin “existere”yang berarti keluar atau muncul dalam pandangan.

Eksistensi dalam bahasa Inggris adalah

existence”, dan dalam bahasa Jerman disebut

Dasein”, “Da”berarti di sana, sedangkan “Sei”

berarti berada, dengan demikian dasein bermakna berada di sana“being-there”.

Dalam pengertian “existere”, kata eksistensi berarti “manusia berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya dan sibuk dengan dunia di luar dirinya.”

Demikianlah manusia bereksistensi. Sedang- kan dari pengertian “dasein”, eksistensi berarti “keberadaan manusia yang senantiasa menempatkan diri di tengah-tengah dunia sekitarnya.” Akan tetapi manusia tidaklah sama dengan dunia sekitarnya, manusia tidak sama dengan benda-benda, karena manusia sadar akan keberadaannya.20

Eksistensialisme pada hakikatnya dikatakan sebagai aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya.21 Upaya mendapatkan gambaran eksistensi manusia dalam Bumi Manusia dilakukan dengan analisis dan interpretasi terhadap kutipan-

20Elvira Purnamasari, ‘Kebebasan Manusia Dalam Filsafat Eksistensialisme (Studi Komparasi Pemikiranmuhammad Iqbal Dan Jean Paul Sartre)’,Manthiq, 2 (2017), 119–33.

21H. Burhanuddin Salam, Logika Materil Filsafat(Jakarta: Rineka Cipta, 1997).h. 203

kutipan yang dianggap merepresentasikan konsep-konsep central terkait eksistensialis- me, diantaranya adalah kebebasan atau ke- merdekaan, tanggung jawab dan humanisme.

Interpretasi dilakukan untuk menda- patkan makna yang objektif dengan menggu- nakan objektif-hemerneutik memperhatikan dimensi teks dan konteks yang meliputi Bumi Manusia sebagai teks dan Pramoedya sebagai penulisnya.

1. Kebebasan dan kemerdekaan

Kebebasan merupakan faktor penting dalam Bumi Manusia. Hilangnya kebebasaan, terkungkungnya kemerdekaan merupakan hinaan, dan rendahnya martabat manusia itu sendiri. Dan semua bentuk pengangkangan terhadap kebebasan, penindasan terhadap hak-hak manusia adalah tindakan kurang ajar, tidak berkebudayaan dan harus ditentang, siapapun itu.

“Begitulah keadaanku, keadaan semua perawan waktu itu, Ann hanya bisa menunggu datangnya seorang lelaki yang akan mengambilnya dari rumah, entah kemana, entah sebagai istri nomor berapa, pertama atau ke empat. ... Sekali peristiwa itu terjadi perempuan harus mengabdi dengan seluruh jiwa dan raganya pada lelaki tak dikenal itu, seumur hidup, sampai mati atau sampai dia bosan dan mengusir. Tak ada jalan lain yang bisa dipilih. Boleh jadi dia seorang penjahat, penjudi atau pemabuk. Orang takkan bakal tahu sebelum jadi istrinya. Akan beruntung bila yang datang itu seorang budiman”.22

“Ann, upacara sederhana bagaimana seorang anak telah dijual oleh ayahnya sendiri, jurutulis Sastrotomo. Yang dijual adalah diriku:

Sanikem. Sejak detik itu hilang sama sekali penghargaan dan hormatku pada ayahku, pada siapa saja yang dalam hidupnya pernah

22Pramudya Ananta Toer. Bumi Manusia…h.

98

(7)

menjual anaknya sendiri. Untuk tujuan dan maksud apa pun” ...Kata-kata terakhir Ayah:

“Ikem, kau tidak keluar dari rumah ini tanpa ijin Tuan Besar Kuasa. Kau tidak kembali ke rumah tanpa seijinnya dan tanpa seijinku.”23

Dua kutipan diatas, berkisah tentang kepedihan yang dialami seorang Sanikem yang kemudian dikenal dengan Nyai ontosoroh. Sanikem merasa kehilangan harga diri dan kemerdekaan, karena dijadikan Nyai atau Gundik Tuan besar Kuasa, Herman Mellema. Sanikem mengharapkan kejadian itu tidak akan dialami oleh anak gadisnya, Annelies. Baginya perlakuan seperti itu sangat tidak manusiawi, sehingga siapapun yang ikut andil membentuk situasi itu harus dilawan dan tidak patut lagi untuk dihormati, sekalipun ayah sendiri.

Pesan yang kira-kira hendak diperjelas adalah gambaran betapa kaum perempuan pada masa kolonial itu kehilangan eksistensi diri, tidak mendapatkan kemerdekaan, melainkan harus merelakan hargadirinya jauh berada dibawah laki-laki. Kondisi demikian tidak pantas lagi terjadi, dan harus diupayakan perubahan yang lebih manusiawi, kondisi yang mampu mengahargai martabat dan kemerdekaan perempuan. Kondisi demikian ternyata Minke dapati dilingkungan perusahaan Nyai Ontosoroh. Minke terheran dan terkagum dengan apa yang dilihatnya, laki-laki dan perempuan bekerja didalam perusahaan, mengenakan model baju yang sama dan bahkan para pekerja itu di bawah pengawasan satu orang, bukan laki-laki tapi

23Pramudya Ananta Toer.Bumi Manusia…h.

100

justru perempuan; Annelies. Gambaran yang

“indah” dan maju itu dapat disimak dalam kutipan berikut;

“Tidak semua lelaki. Sebagian perempuan. Nampak dari kain batik di bawah baju putihnya. Perempuan bekerja pada perusahaan! Mengenakan baju blacu pula:

Perempuan kampung berbaju! Dan tidak didapur rumahtangga sendiri Apakah mereka berkemben juga dibalik baju blacunya itu?...

Annelies mendekati mereka seorang demi seorang, dan mereka memberikan tabik, tanpa bicara, hanya dengan isyarat. Itulah untuk pertama kali kuketahui, gadis cantik kekanak- kanakan ini ternyata seorang pengawas yang harus diindahkan oleh para pekerja! lelaki dan perempuan.”24

Kutipan ini bercerita tentang pengalaman Minke mengikuti Annelies melihat-lihat lingkungan perusahan Nyai Ontosoroh. Minke terheran dan terkagum betapa pemandangan yang dilihatnya begitu

“indah” sehingga cukup menjadikannya termangu, belum sepenuhnya percaya. Dalam kekagumanya seakan Minke berkata;

“apa yang terjadi ini, yang dibudayakan oleh lingkungan Nyai Ontosoroh adalah suatu kemajuan, pemandangan yang indah dan seharusnya memang seperti ini, perempuan tidak lagi terkungkung tanpa kemerdekaan, menjadi makhluk nomor dua, melainkan juga sudah semestinya ikut menunjukkan keberadaanya dan diakui eksistensinya disamping laki-laki.

Perempuanbekerja bersama laki-laki diperusahaan, bukan didapur rumahtangga sendiri”.

Dalam narasi ini, lewat tokoh perempuannya, Bumi Manusia menawarkan bentuk budaya yang maju, yang perlu diupayakan untuk kebebasan dan kemerdekaan manusia, termasuknya

24Pramudya Ananta Toer.Bumi Manusia…h.

103

(8)

kemerdekaan kaum perempuan. Kebebasan menjadi tema penting dalam konsepsi Bumi Manusia. Cukup dikatakan dalam kehinaan jika seorang manusia, bahkan bangsa tidak lagi memiliki kebebasan, sehingga kebebasan itu juga bagi Minke menjadi tujuan hidup sebagaimana jawaban yang ia berikan kepada Ibundanya;

“Jadi kau mau jadi apa? Kalau tamat kau bisa jadi apa saja, tentu”

“Sahaya hanya ingin jadi manusia bebas, tidak diperintah”

“Ha? Ada jaman seperti itu, Gus? Aku baru dengar.25

Prameodya adalah seorang sastrawan realisme sosialis, sastra perjuangan dan perlawanan. Semangat ini nampak dalam narasi dan dialogBumi Manusia, termasuknya dalam menyoal kebebasan dankemerdekaan.

Kebebasan dan kemerdekaan tidak akan datang dengan sendirinya, tetapi harus diperjuangkan, diupayakan, diambil sikap.

Untuk mendapatkan apa yang dianggap benar, termasuknya kebebasan, harus ada usaha, meskipun itu jika berarti harus memabayar mahal dengan segala pengorba- nan, perlawanan.

Kemerdekaan dan kehormatan adalah hak setiap manusia, dan oleh karena itu harus diperjuangkan, tanpa kemerdekaan dan kehormatan manusia kehilangan ke “berada- annya”. Apapun yang menjadi harganya harus ditebus, sekalipun itu berarti hilangnya nyawa.

“Orang Aceh punya cara berperang khusus. Dengan alamnya, dengan kemampu- annya, dengan kepercayaannya, telah banyak

25Pramudya Ananta Toer.Bumi Manusia…h.

104

kekuatan Kompeni dihancurkan. Aku heran melihat kenyataan ini, tambahnya lagi. Mereka membela apa yang mereka anggap jadi haknya tanpa mengindahkan maut. Semua orang, sampai pun kanak-kanak! Mereka kalah, tapi tetap melawan. Melawan, Minke, dengan segala kemampuan dan ketakmampuan.”26

Tergambar jelas dalam narasi diatas bahwa kemerdekaan, kebebasan dan kehor- matan adalah barang mahal yang harus diperjuangkan. Semangat perjuangan dan perlawanan ini tidak dilakukan karena kemenangan melainkan keyakinan perjuangan itu sendiri harus dilakukan tanpa harus tergadaikan oleh hasil. Sikap yang harus dilakukan adalah melawan dan terus berjuang, menang kalah itu urusan lain. Manusia dan bangsa yang eksis yang diakui eksistensi atau ke”beradaan”nya adalah mereka yang terhormat, ada, exis, karena berjuang dan melawan dengan segala upaya dalam kemampuan dan ketidakmampuannya.

“Sebilah belati” akan akan sangat berguna untuk manusia dalam memperjuang- kan merebut dan mendapatkan kemanusian- nya. Ia dapat memberi kemujuran/ keberun- tungan, tetapi juga kemungkinan dapat membawa kesengsaraan. Merupakan juga senjata mematikan, maka bijaksanalah menggu.nakan, jangan sam.pai terkena diri sendiri, dan meski.pun begitu, jangan juga saki.ti orang-orang yang dianggap tidak tahu.

Sikap merde.ka, bebas dan membe.baskan ada.lah sebi.lah belati yang menyimpan kekuatan besar, menjadi bekal untuk eksistensi diri, akan tetapi juga akan

26Pramudya Ananta Toer. Bumi Manusia…h.

105

(9)

berbahaya jika tidak cakap, bijak dan adildalam menggunakannya sehingga harus dii.ringi dengan kesada.ran tanggung.jawab yang tinggi.

2. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah kesa.daran manu.sia akan perbua.tan yang dise.ngaja mau.pun yang tidak dise.ngaja. Manusia harus mampu bertanggungjawab, baik terha.dap diri sendi.ri dan apa yang dimili.ki, begitu juga terha.dap sesama manu.sia dan yang lain.

“Kau berbau kuda,” tuduh.ku. Ia ha.nya terta.wa.

“Tidak apa,” jawab.nya ketus, “sudah terbiasa sejak dia masih kecil. Mama akan marah kalau aku tak menyayanginya. Kau harus berterima kasih pada segala yang memberimu kehidupan, kata Mama, sekalipun dia hanya seekor kuda.”27

Kutipan ini menceri.takan Minke yang mene.mani Annelies melihat lingkungan perusahaan Nyai Ontos.oroh, dan ketika mere.ka sampai di kan.dang kuda, Anne.lis mengelus kudanya dan seakan berceng.ke- rama. Ada pesan penting dalam kuti.pan diatas “Kau harus berterima kasih pada segala yang memberimu kehidupan, kata Mama, sekalipun dia hanya seekor kuda”.

Seorang manu.sia harus memili.ki tanggung jawab, tanggung jawab tidak hanya beru.rusan dengan sesa.ma manusia, tetapi terhadap semua yang memberi.kan kehi-

.dupan, meskipun binatang seka.lipun.

Berterima kasih dan memperlakukan dengan baik terha.dap bina.tang yang telah

27Pramudya Ananta Toer.Bumi Manusia…h.

106

memberi.kan kebai.kan kepada manusia, tidak lain adalah sikap bertanggung jawab.

Tanggung jawab meru.pakan hal penting dan eksis.tensi sese.orang tergan.tung sebera.pa ia mampu memgem.ban tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab manu.sia tidak lebih dari sampah. Demi.kian sekir.anya pesan yang ingin disampai.kan Bumi Manu.sia, hal itu terpa.hami dari apa yang diutara.kan Nyai Onto.soroh dihada.pan Annelies dan Minke, yang dengan ala.san tanggung jawab juga harus bersikap keras terhadap tuan Herman Mellema.

Tanpa sikap “keras” Nyai, perusa.haan akan hancur dan anak-anak turun.nya menjadi gembel. Tuan Herman Mel.lema, sekalipun pernah menjadi orang bijak yang mengajar.kan banyak pengeta.huan dan ketram.pilan kepada Nyai Onto.soroh, tetapi ketika kemam.puan bertanggung jawabnya hilang, maka ia tidak lebih dari sam.pah tanpa harga;

“…jangan Sinyo kaget atau ikut malu.

Jangan gusar. Semua sudah kuletakkan pada tempatnya yang benar. Anggap dia tidak ada, Nyo. Dulu aku memang Nyainya yang setia, pendampingnya yang tangguh. Sekarang dia hanya sampah tanpa harga. Orang yang hanya bisa bikin malu pada keturunannya sendiri.

Itulah papamu, Ann.”...“Kalau aku tak keras begini, Nyo,. akan jadi apa semua ini? Anak- anaknya, perusahaannya,.. semua sudah akan menjadi gembel.”28

Her.man Mel.lema hanya men.jadi sampah tanpa harga karena hilang.nya kemam.puan bertanggung jawab. Sikap keras, disip.lin dalam mengajar.kan tanggung jawab juga merupa.kan pili.han Nyai Onto.soroh. Ia

28Pramudya Ana.nta Toer.B.umi Man.usia…h.

108

(10)

mungkin mereng.gut masa remaja Annelies, akan tetapi yang ia lakukan itu bukan tanpa pertim.bangan, bukan karena melanggar tanggung jawab ia memilih sikap sedemi.kian keras, melain.kan karena pertim.bangan lebih matang, tanggung jawab yang le.bih besar, untuk masa depan si.kap itu harus di.ambil, Annelies harus belajar bertanggung jawab menge.lola perusa.haan, menja.di majikan ;

“Aku merasa sangat, sangat berdosa telah mengeluarkan kau dari sekolah. Aku telah paksa kau bekerja seberat itu sebelum kau cukup umur, bekerja setiap hari tanpa liburan, tak punya teman atau sahabat, karena memang kau tak boleh punya demi perusahaan ini. Kau kuharuskan belajar jadi majikan yang baik. Dan majikan tidak boleh berteman dengan pekerjanya. Kau tak boleh dipengaruhi oleh mereka. Apa boleh buat, Ann.”29

Pramoedya adalah seorang mili.tan, sastranya adalah sastra perjua.ngan. Jiwa mili.tannya nampak dalam kuti.pan diatas.

Keras, disiplin mengam.bil sikap tegas untuk menca.pai tuju.an yang diharap.kan, sekali.pun untuk tujuan itu harus mengesam.ping kan

“hak-hak” lain yang mungkin dianggap.nya kurang penting. Untuk mendi.dik anak, harus disi.plin, konsis.ten dan keras, dan demi kepen.tingan yang lebih kuat, berman.faat, sah-sah saja jika segala aspek yang men.jadi peng.halang harus dikesam.pingkan. Bagi Pramoe.dya nampak.nya keyaki.nan ini bukan hanya dituang.kan dalam karya sastra.nya, melain.kan diter.jemahkan nya.ta da.lam cara.nya mendi.dik an.ak-an.ak.30 Men.didik

29Pramudya Ana.nta Toer.Bu.mi Man.usia…h.

114 30Ri.fa’i.Pram.oedya A.nanta To.er; Biogr.afi Si.ngkat…h.83

an.ak unt.uk men.jadi ma.nusia bertan.ggung ja.wab meru.pakan hal pent.ing, kare.na tan.pa tang.gung ja.wab ma.nusia ha.nya sam.pah tan.pa har.ga bahkan menjadi kriminal, yaitu seo.rang yan.g la.ri da.ri tang.gung ja.wab mengaha.dapi masa.lah, ti.dak memi.liki kese.tiaan terha.dap apa yang diya.kini.

Interpretasi lebih lanjut yang dapat dipahami, seka.lipun apa yang disam.paikan Ibun.da Minke seja.lan den.gan Nyai Onto.soroh ter.kait ti.dak bo.leh la.ri da.ri masa.lah, jan.gan men.jadi kri.minal, teta.pi nampak ada peneka.nan yang berbe.da, dima.na Nyai Onto.soroh ber.kata “Baik. Kalau begitu kau memang tak perlu bersekolah dulu.

Perkelahian ini lebih penting daripada sekolah”.

Di si.ni berbe.da de.ngan Ibun.da Minke yang menying.gung “sekolahmu maju, tetaplah maju” nampak.nya Nyai, meli.hat seko.lah bu.kan la.gi pri.oritas dan bol.eh diting.galkan du.lu kare.na ad.a masal.ah ya.ng ja.uh le.bih pen.ting dari.pada sek.olah, ya.itu perke.lahian ini. Di sini nampak ad.a se.kala pri.oritas ya.ng diaj.arkan ol.eh Pramo.edya le.wat Ny.ai Ontos.oroh dal.am mengh.adapi masa.lah, kare.na ya.ng dihada.pi manu.sia san.gat bera.gam dan terka.dang bertu.mpuk-tum.puk perso.alan, dan ten.tu penyelesai.annya perl.u kesia.pan dan kefokusan. Perke.lahian dan pergu.latan manu.sia un.tuk kel.uar dari kesu.litan den.gan sema.ngat tang.gung ja.wab it.u ya.ng ak.an menja.dikan man.usia ber.nilai.

Sema.kin ban.yak perke.lahian ak.an sema.kin

(11)

ting.gi nilain.ya.31Dan akan lu.lus de.ngan ij.asah ya.ng bern.ama “kemashuran”.

Tanggung jaw.ab merup.akan bag.ian pent.ing da.lam for.mulasi ma.nusia Bu.mi manu.sia, manu.sia yang kehil.angan kemam-

.puan tang.gung ja.wab ti.dak le.bih da.ri sam.pah tan.pa har.ga, dan manu.sia ya.ng la.ri da.ri tang.gung ja.wab ada.lah seo.rang kri.minal.

Berdasar.kan inter.pretasi kuti.pan-kuti.pan ini, gambaran y.ang dapat dipahami sebagai kesim.pulan bah.wa un.tuk men.jadi manu.sia ya.ng ek.sis, dia.kui kebera.daannya seba.gai manu.sia terhor.mat, bermarta.bat da.lam Bu.mi Ma.nusia, tanggung.jawab meru.pakan si.kap pen.ting ya.ng ha.rus dimi.liki.

3. Humanisme

Pram.oedya mengg.arap kem.anusiaan ya.ng ri.il bu.kan seke.dar keman.usiaan ya.ng di.cita-cita.kan, ya.itu ma.nusia de.ngan ber.ba- gai per.soalannya di.bumi bu.kan ma.nusia ya.ng ber.hasil de.ngan ber.bagai kese.nangan.

Kehidupan manusia dengan “kemanu siaan buminya” lebih menarik bagi Pramoedya d.an memberi.kan peng.ajaran ser.ta penya.daran kepa.da manu.sia tent.ang kemungkinan ber.bagai pro.blem ya.ng diha.dapi beri.kut upa.ya ke.luar da.ri kesu.litan-kesu.litan, meru.pakan lang.kah ya.ng le.bih te.pat d.an berman.faat.

Manu.sia Bu.mi Ma.nusia den.gan persoalan.nya ya.ng be.gitu manu.siawi, digam.barkan cuk.up sem.purna oleh Pra.moedya da.lam ku.tipan be.rikut;

“Kata orang, ayahku seorang yang

31Pramudya Ana.nta T.oer.Bumi Manusia…h.

115

rajin. Ia dihormati karena satu-satunya yang dapat baca–tulis di desa, baca tulis yang dipergunakan dikantor. Tapi ia tidak puas hanya jadi jurutulis. Ia impikan jabatan lebih tinggi, sekalipun jabatannya sudah cukup tinggi dan terhormat. Ia tak perlu lagi mencangkul atau meluku atau berkuli, bertanam atau berpanen tebu.”…“Jabatan lebih tinggi akan lebih memudahkan, lagi pula akan semakin tinggi pada pandangan dunia. Apa lagi ia ingin semua kerabatnya bisa bekerja di pabrik tidak sekedar jadi kuli dan bawahan paling rendah.”...“Mengibakan. Bukan kenaikan Jabatan, Kehormatan dan ketakziman yang ia dapatkan. Sebaliknya kebencian dan kejijikan orang dan jabatan juru bayar itu tetap tergantung di awang-awang. Tindakannya yang menjilat dan merugikan orang menjadikannya tersisih dari pergaulan. Ia terpencil ditengah lingkungannya sendiri.”32

Sastro.tomo, ay.ah Sani.kem; Ny.ai onto.soroh sebetul.nya terma.suk ora.ng ter.hormat, memil.iki kedu.dukan, beke.rja dikantor, karena ia satu-satunya didesa yang bisa baca –tulis, akan tetapi sifat manus.ianya y.ang ti.dak per.nah pu.as de.ngan jab.atan yang dim.iliki, se.cara iro.nis menje.rumuskannya ke.dalam situ.asi ya.ng lo.gis seba.gai aki.bat dari sikap.nya ya.ng ti.dak bi.jak. Tinda.kannya ya.ng men.jilat meru.gikan ora.ng la.in menja.dikannya ter.sisih da.ri pergau.lan d.an lingku.ngan.

Keinginan un.tuk menda.patkan pang.kat ya.ng le.bih ting.gi, ya.ng den.gan demi.kian memung.kinkan un.tuk mem.bantu sau.dara- saudara.nya beker.ja di pa.brik, b.iar bagaima.napun ada.lah kei.nginan manu.siawi ya.ng be.nar-be.nar sa.ngat mung.kin ter.jadi d.alam kenya.taan hi.dup manu.sia ini. Demikian interpretasi bahwa seorang sastrotomo adalah benar-benar manusia bumi, yang dengan persoalaan dan keinginannya juga kemung-

32Pramudya Ananta Toer.Bumi Manusia…h.

129

(12)

kinan dimiliki oleh manusia-manusia bumi yang lain. Pesannya adalah, pahami Sastroto- mo, dan ambilah pelajaran.

Manusia-manusia dengan berbagai kesulitan yang digambarkan Pramoedya dalam Bumi Manusia tidak semuanya mampu keluar dari masalah yang dihadapi.

Terkadang berhasil, kalah, dan bahkan ada yang sampai akhir terpuruk dalam kuru.ngan masalah yang dibuatnya sendiri. Disini yang perlu dipahami kemudian adalah bahwa tokoh-tokoh kuat yang di “pahlawankan”

ol.eh Pramoedya adalah manusia yang bert.ekad, d.an senantiasa berjuang dengan segenap kemampuan dan ketidakmampuan untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi, bukan menyerah kepada nasib. Tekad demikian dimiliki oleh Nyai ontosoroh, hal itu tergambarkan dalam ceritanya kepada Annelies sebagai berikut;

“Aku telah bersumpah dalam hati:

takkan melihat orangtua dan rumahnya lagi...

Mereka telah bikin aku jadinyai begini. Maka aku harus jadi Nyai, jadi budak belian, yang baik, nyai yang sebaik- baiknya. Mama pelajari semua yang dapat kupelajari dari kehendak tuanku: kebersihan, bahasa Melayu, menyusun tempat tidur dan rumah, masak cara Eropa. Ya, Ann, aku telah mendendam orangtua sendiri. Akan kubuktikan pada mereka, apa pun yang telah diperbuat atas diriku, aku harus bisa lebih berharga dari pada mereka, sekalipun hanya sebagai Nyai.”33 Dan pada akhirnya, dalam konteks ini, paling tidak ia dalam beberapa waktu mendapatkan harga dirinya, dan membuktikan tekadnya, ia berhasil mengatasi kemelutnya dan menjadi majikan,

33Pramudya Ananta Toer.Bumi Manusia…h.

135

meskipun ia pada awalnya hanya seorang Gundik;

“Semua pekerjaan di dalam lingkungan perusahaan mulai diserahkan kepadaku oleh Tuan. Memang mula-mula aku takut memerintah mereka. Tuan membimbing.

Katanya: Majikan mereka adalah penghidupan mereka, majikan penghidupan mereka adalah kau! Aku mulai berani memerintah di bawah pengawasannya. … Bagaimana pun sulitnya lama kelamaan dapat kulakukan apa yang dikehendakinya.”34

Persolaan menarik yang memang benar manusiawi dalam kutipan diatas ada.lah masalah penghidupan. Pesan yang dapat dipahami dari kutipan diatas kurang lebih

“manusia akan siap memberi hormat dan tunduk kepada seorang yang memberikan penghidupan, tempatnya bergantung dalam kesejahteraan”. Lebih banyak manusia yang hanya memperhatikan urusan penghidupan, dan siapa yang paling bisa memberikan penghidupaan maka dialah yang menjadi Tuan“Majikan mereka adalah penghidupan mereka, majikan penghidupan mereka adalah kau!”. Betapa hal ini tidak bisa dipungkiri bahwa memang demikianlah manusia bumi ini.

Banyak persoalan mendesak manusia yang perlu dituntaskan dan dicarikan jalan keluar, akan tetapi banyak manusia tidak memiliki keberanian, tidak mau tahu tentang persoalan atau benar-benar dalam ketidaktahuan, akhirnya manusia kehilangan eksistensinya, kehilangan kesadarannya sebagai manusia yang perlu terus berusaha dan berjuang. Pesan dan nampaknya kritik Pramoedya terhadap manusia-manusia yang

34Pramudya Ananta Toer.Bumi Manusia…h.

137

(13)

“diam” tanpa suara terlilit persoalan, bagaikan batu-batu kali dan gunung-gunung yang diam saja dibelah-belah menjadi apa saja, secara jelas tersampaikan dalam ungkapan Nyai Ontosoroh berikut;

“Lebih banyak lagi karena tak ada keberanian. Lebih umum lagi karena tidakpernah belajar sesuatu. Sepanjang hidupnya Pribumi ini menderitakan apa yang kita deritakan sekarang ini. Tak ada suara, Nak, Nyo – membisu seperti batu-batu kali dan gunung, biarpun dibelah-belah jadi apa saja.

Betapa ramainya bila mereka bicara seperti kita. Sampai-sampai langit pun mungkin akan roboh kebisingan.”35

Betapa perlawanan, dan perjuangan begitu mendapatkan ketinggian nilai dalam konsepsi Bumi Manusia, “Orang yang melawan tidak benar-benar kalah, melainkan terhormat mampu menjadi pribadi yang eksis menunjukkan keberadaanya” dapat direnungkan dalamratapan berikut;

“Aku sudah tak tahu sesuatu. Tiba-tiba kudengar suara tangisku sendiri. Bunda, putramu kalah. Putramu tersayang tidak lari, Bunda, bukan kriminil, biar pun tak mampu membela istri sendiri, menantumu. Sebegini lemah Pribumi di hadapan Eropa? Eropa! kau, guruku, begini macam perbuatanmu?”36

“Kita kalah, Ma,” bisikku.

“Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat hormatnya.”37

Pemaknaan yang dapat disimpulkan terkait eksistensimanusia dalam Bumi Manusia tidak lain adalah terkait kesang- gupan untuk terus melawan. Perjuangan adalah terjemahan dari keberadaan dan eksistensi manusia itu sendiri. Kemanusiaan

35Pramudya Ananta Toer.Bumi Manusia…h.

146 36Pramudya Ananta Toer.Bumi Manusia…h.

148 37Pramudya Ananta Toer.Bumi Manusia…h.

155

yang ditampilkan Pramoedya adalah manusia- manusia yang bergulat berjuang dengan persoalan-persoalan “bumi” untuk menemu- kan jalan keluar.

Kemanusiaan yang demikianlah gam- baran kemanusiaan yang benar, adil dan indah.

Benar karena sesuai dengan kenyataan, sedangkan keadilan adalah syarat yang harus diperjuangkan dan keindahan adalah perjua- ngan itu sendiri, karena kemanusiaan yang demikianlah yang rill, kenyataan di bumi manusia ini. Bukan manusia yang menang berhasil, dengan mendapatkan keadilan, kesenangan karena yang demikian adanya bukan di bumi, melainkan di surga.

PENUTUP

Manusia yang eksis dalam Bumi Manusia oleh Pramoedya digambarkan seba- gai manusia yang dengan pengetahuan dan kemerdekaannya mampu senantiasa bergulat dan berjuang keluar dari berbagai kesulitan yang dihadapi, mampu berdiri pada kaki sendiri, dan tidak menjadi kriminal lari dari tanggung jawab.

Konsep kemanusiaan dalam Bumi Manusia mengakar pada kondisi faktual sosial rakyat kecil dan kaum tertindas. Manusia yang eksis dalam Bumi Manusia tidak ditampilkan sebagai manusia sempurna, atau manusia ideal yang dicita-citakan, sukses menang dengan segala pencapaian yang didasarkan pada cita-cita manusia paripurna yang diliputi kesempurnaan, melainkan manusia yang eksis adalah mereka yang mampu berjuang keluar dari berbagai kesulitan yang dihadapi, bertanggung jawab, terus melawan, dan

(14)

berjuang tanpa henti.

DAFTAR PUSTAKA

Apsanti, Djokosujanto, Membaca Katrologi Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer (Magelang: Indonesia Tera, 2004)

Hamad, Ibnu, ‘Lebih Dekat Dengan Analisis Wacana’, Mediator: Jurnal Komunikasi , 8.2 (2007), 325–44

<https://doi.org/10.29313/mediato r.v8i2.1252>

Hamila, ‘Masalah-Masalah Sosial Dalam Novel’, Jurnal Humanika , 3.15 (2015), 3

Hardiningtyas, Puji Retno, ‘“Manusia Dan Budaya Jawa Dalam Roman Bumi Manusia: Eksistensialisme Pemikiran Jean Paul Sartre”.’, Jurnal Aksara, Vol 27, No (2015)

Kurniawan, Eka, Pramoedya Ananta Toer Dan Sastra Realisme Sosialis, Cet.1 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006)

Lukita, Welda, Nelly Indrayani, Pendidikan Sejarah, Universitas Jambi, Biografi Pramoedya, and Ananta Toer, ‘Meneladani Karakter Pramoedya Ananta Toer Melalui Tulisan-Tulisannya Dalam’, 1.1 (2021), 59–68

Muhammad Fauzi Ridwan, Kunto Sofianto,

‘Rasisme Dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer’,

Diglosia , Vol.3 No.2 (2019)

Purnamasari, Elvira, ‘Kebebasan Manusia Dalam Filsafat Eksistensialisme (Studi Komparasi Pemikiranmuhammad Iqbal Dan Jean Paul Sartre)’, Manthiq , 2 (2017), 119–33

Rifa’i, Muhammaad, Pramoedya Ananta Toer; Biografi Singkat (1925-2006) , Cet. 2020 (Yogyakarta: Garasi, 2020) Salam, H. Burhanuddin, Logika Materil

Filsafat (Jakarta: Rineka Cipta, 1997) Taqwiem, Ahsani, ‘Perempuan Dalam

Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer’, Jurnal Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Kependidikan ,

7.2 (2018), 133–43

<https://doi.org/10.18592/tarbiyah.

v7i2.2217>

Teeuw, A, Citra Manusia Indonesia Dalam Karya Sastra Pramoedya Ananta Toer (Jakarta: Pustaka Jaya, 1997)

Toer, Koesalah Soebagyo, Kamus Pramoedya Ananta Toer , Cet.1 (Yogyakarta: Warning Books &

Pataba Press, 2018)

Toer, Pramoedya Ananta, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II (Jakarta: Lentera, 1997)

Toer, Pramudya Ananta, Bumi Manusia

(Jakarta: Lentera Dipantara, 2020)

Referensi

Dokumen terkait

Education in a Smart Learning Environment", Springer Science and Business Media LLC, 2020 Publication eprints.walisongo.ac.id Internet Source Fumeng Yang, Jing Qian, Johannes

AFRICAN EAST-ASIAN AFFAIRS THE CHINA MONITOR Issue 3 | September 2014 Frank Youngman Engaging academically with China in Africa: The institutional approach of the University