• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASJID BAITUL MAQDIS LINGKUNGAN KEBO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "MASJID BAITUL MAQDIS LINGKUNGAN KEBO"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MASJID DALAM MENINGKATKAN KENYAMANAN JAMAAH

(STUDI KASUS: MASJID BAITUL MAQDIS LINGKUNGAN KEBON RAJA KOTA MATARAM)

Oleh NADIA NIM : 180305001

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MATARAM

2022

(2)

ii

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MASJID DALAM MENINGKATKAN KENYAMANAN JAMAAH

(STUDI KASUS: MASJID BAITUL MAQDIS LINGKUNGAN KEBON RAJA KOTA MATARAM)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial

Oleh NADIA NIM : 180305001

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MATARAM

2022

(3)

iii

(4)

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Nadia, NIM: 180305001 dengan judul “Implementasi Manajemen Masjid Dalam Meningkatkan Kenyamanan Jamaah (Studi Kasus: Masjid Baitul Maqdis Lingkungan Kebon Raja Kota Mataram)”

telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: 16 September 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Faizah, MA Dr. Muchammadun, M.PS., MAPP.Ling.

NIP. 197307161999032003 NIP. 197711212009011005

(5)

v

NOTA DINAS PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Faizah, MA Dr. Muchammadun, M.PS., MAPP.Ling.

NIP. 197307161999032003 NIP. 197711212009011005

(6)

vii

(7)

viii MOTTO

ا ًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإ , ا ًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإَف

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al- Insyirah: 5-6)

(8)

ix

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orangtua saya Bapak H.

Faurani dan Ibu Sriwidiastuti, untuk kakak-kakak saya Nida Rani, Siti Nurilam, dan Muhammad Firdaus, untuk sahabat-sahabat saya, untuk kelas A Manajemen Dakwah, dan untuk semua orang yang telah sabar dan ikhlas merelakan waktunya demi kesuksesan dan kesempurnaan skripsi ini.

(9)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.

Aamiin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan barbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut:

1. Dr. Faizah, MA sebagai Pembimbing I dan Dr.

Muchammadun, M.PS,MAPP.Ling(Adv) sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, koreksi mendetail, terus menerus dan tanpa bosan di tengah kesibukan, sehingga menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.

2. H. Irpan, MA sebagai Ketua Jurusan Manajemen Dakwah.

3. Dr. M. Saleh, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

4. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Mataram.

5. Seluruh Keluarga Besar Masjid Baitul Maqdis.

6. Bapak H. Faurani Sibawae, SE, MBA selaku Ayah saya yang selalu memberikan motivasi dukungan dan do’anya selama ini untuk saya.

7. Ibu Sri Widiastuti, SE selaku Ibu saya yang selalu memberikan nasehat, dukungan, dan do’anya selama ini untuk saya.

8. Bapak Husni selaku wayah saya yang selalu memberikan motivasi dukungan dan do’anya.

9. Saudara-saudara ku Nida Rani Astuti, S. Kom, M.Pd, Siti Nurilam, SE, Muhammad Firdaus, S. Kom, atas segala dukungan dan do’anya.

(10)

xi

Semoga amal kebaikan dari pihak tersebut mendapatkan pahala yang berlipat-ganda dari Allah SWT dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi banyak orang. Aamiin.

Mataram, 27 September 2022 Penulis

Nadia

(11)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN LOGO... iii

PERSETUJUAN PEBIMBING ... iv

NOTA DINAS PEMBIMBING ... v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vii

MOTTO... viii

PESEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat ... 5

D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian ... 6

E. Telaah Pustaka ... 7

F. Kerangka Teori ... 10

G. Metode Penelitian ... 14

H. Keabsahan Data ... 20

I. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II PAPARAN DAN TEMUAN... 23

A. Gambaran Umum Kelurahan Pejanggik ... 23

1. Sejarah Kelurahan ... 23

2. Struktur Organisasi ... 24

3. Letak Geografis ... 25

4. Demografi ... 25

5. Visi dan Misi ... 26

B. Latar Belakang Berdirinya Masjid Baitul Maqdis... 27

C. Implementasi Manajemen Masjid Baitul Maqdis Lingkungan Kebon Raja Kota Mataram Dalam Meningkatkan Kenyamanan Jamaah ... 29

(12)

xiii

D. Kendala Yang Dialami Masjid Baitul Maqdis Lingkungan Kebon Raja Kota Mataram Dalam Meningkatkan

Kenyamanan Jamaah ... 38

BAB III PEMBAHASAN A. Implementasi Manajemen Masjid Dalam Meningkatkan Kenyamanan Jamaah ... 41

B. Kendala Yang Dialamai Masjid Baitul Maqdis Dalam Meningkatkan Kenyamanan Jamaah ... 46

BAB IV KESIMPULAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN ... 53

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 61

(13)

xiv

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Struktur Organisasi Kelurahan Pejanggik

Tabel 2.2 Struktur Kepengurusan Takmir Masjid Baitul Maqdis

(14)

xv

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MASJID DALAM MENINGKATKAN KENYAMANAN JAMAAH

(STUDI KASUS: MASJID BAITUL MAQDIS LINGKUNGAN KEBON RAJA KOTA MATARAM)

Oleh Nadia 180305001 ABSTRAK

Masjid merupakan tempat peribadatan umat Islam atau Muslim.

Bahkan dalam sejarah Islam masjid telah berperan dalam kegiatan sosial.

Dalam perkembangan saat ini, masjid telah mengambil makna khusus gramatika sebagai bangunan yang digunakan sebagai tempat salatt, antara lain shalat lima waktu, shalat Jum’at, dan shalat Idul Fitri. Untuk menyemarakkan siar Islam khususnya di Masjid Baitul Maqdis yang mana fungsi masjid bukan hanya sekedar tempat salat saja namun sebagai perayaan hari besar, diskusi, ceramah, kajian agama, dan kajian Al-Qur’an sering diadakan di masjid.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi manajemen masjid dalam meningkatkan kenyamanan jamaah pada masjid Baitul Maqdis Lingkungan Kebon Raja Kota Mataram. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan menggunakan metode kualitatif.

Sedangkan dalam pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan analisis data implementasi manajemen masjid Baitul Maqdis dalam meningkatkan kenyamanan jamaah terdapat fungsi manajemen, yang di antaranya adalah: Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Dari fungsi manajemen yang dilakukan oleh takmir masjid dapat mempengaruhi kenyamanan jamaah. Dari pengelolaan masjid dan dari segi kebersihan, keindahan, keamanan sudah terlaksana dengan baik. Akan tetapi sebaik apapun dalam pengelolaan masjid pasti terdapat pendukung dan penghambat dalam menerapkan implementasi manajeman masjid dalam meningkatkan kenyamanan jamaah.

Kata kunci: Implementasi manajemen masjid, kenyamaan jamaah, pengelolaan masjid

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masjid menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bangunan atau tempat ibadah umat Islam.1 Kata masjid berasal dari bahasa Arab yaitu

sajada” yang artinya tempat sujud atau tempat menyembah Allah SWT.

Bumi yang manusia pijaki adalah masjid bagi umat Islam, setiap umat Islam bisa mengerjakan ibadah salat di daerah atau tempat manapun di bumi ini kecuali tempat-tempat yang terlarang dalam agama Islam seperti di atas kuburan, di tempat yang berpnajis, dan di tempat-tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat shalat.2

Selama berabad-abad, masjid telah berperan aktif dalam setiap lini kehidupan dan aktivitas umat Islam, mengiringi rekor-rekor gemilang yang telah mereka capai3 seperti dakwah, berjamaah dan lainnya. Untuk menunjuk pentingnya peran masjid dalam sejarah, kenyataan dan penuturan al-Qur’an yang berulang-ulang, cukup memberikan gambaran yang demikian gamblang seperti muzakarah, dakwah, dan lain sebagainya.

Kata masjid dalam al-Qur’an, dengan beragam pola-nya, disebut kurang lebih sebanyak 28 (dua puluh delapan) kali. Di antaranya ada dalam surah al-Baqarah ayat 114, al-Isra ayat 7, at-Tawbah ayat 17,18,107, al-Araf ayat 31,an-Nur ayat 43 dan lain-lain. Selain aspek kesejarahan, juga dipaparkan secara singkat mengenai pentingnya fungsi dan peran masjid, seperti:

Masjid adalah rumah tempat beribadah umat muslim, sesuai QS. At- Taubah Ayat 18:

ۡمَل َو َةو ٰكَّزلا ىَتٰا َو َةوٰلَّصلا َماَق َاَو ِر ِخٰ ۡلۡا ِم ۡوَيۡلاَو ِ هللّٰاِب َنَمٰا ۡنَم ِ هاللّٰ َد ِجٰسَم ُرُمۡعَي اَمَّنِا َش ۡخَي

َهاللّٰ َّلِۡا ٰلوُا ىٰٰٓسَعَف ٮ

َت ۡهُمۡلا َنِم ا ۡوُن ۡوُكَّي ۡنَا َك َنۡيِد

1 https://kbbi.web.id/masjid, diakses tanggal 26 Agustus 2022, pukul 12:52 WITA

2 Moh E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 1

3 A.Qusyairi Isma’il dan Moh, Achyat Ahmad, Pelayanan dan Tamu di Rumah Allah (Cet. 1; Jawa Timur :Pustaka Sidogiri, 2007), hlm. 17

(16)

2

Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang- orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang- orang yang mendapat petunjuk.”.

Masjid sebagai bangunan suci umat Islam bukanlah suatu yang baru muncul di Indonesia. Masjid muncul dan berkembang seiring penyebaran ajaran Islam ke seluruh pelosok wilayah. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan masjid oleh umat Islam, maka masjid sebagai bangunan suci tumbuh dan berkembang setahap demi setahap dari bentuk awalnya yang sederhana menjadi bentuk lebih sempurna. Di Indonesia banyak terdapat masjid yang merupakan fasilitas penting, karena Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam, sehingga di desa maupun kota selalu ada masjid bagi umat Islam untuk menunaikan salat dan kegiatan keagamaan lainnya.

Di Pulau Lombok terdapat banyak bangunan masjid megah dan indah.

Pada awalnya masjid hanya digunakan sebagai tempat ibadah, namun kemudian digunakan juga sebagai tempat pengajian, perkawinan, transaksi jual-beli tahan (sawah). Banyak bangunan-bangunan masjid di pulau Lombok menyebabkan Lombok terkenal dengan “Pulau Seribu Masjid”.4 Lombok merupakan wilayah yang dikenal dengan julukan akrabnya

Pulau Seribu Masjid”. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di Lombok beragama Islam. Hampir setiap desa atau dusun di wilayah Lombok memiliki 1 bangunan masjid atau bahkan lebih dengan berbagai macam bentuk bangunan. Mulai dari bangunan masjid berbentuk biasa saja, unik, bahkan sampai bangunan yang megah. Namun kebanyakan masjid hanya mengutamakan dekorasi bangunan, sehingga masjid kerap kali sepi dari jamaah. Padahal masjid bukan hanya tempat ibadah bagi umat Islam, tetapi juga pusat kegiatan umat Islam, termasuk kegiatan kenegaraan.5

4 Abdul Bariq Zein, Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia, (Jakarta: Gema Insani,1999), hlm. 305

5 Badri Khaeruman, Islam dan Pemberdayaan Umat, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2005), hlm. 18

(17)

3

Peran penting masjid di kalangan masyarakat, sebagai salah satu elemen terpenting dari kehidupan keberagamaan dan peradaban umat Islam, merupakan sentra yang mampu menjadi pengikat pertalian spiritual, emosional dan sosial masyarakat muslim di berbagai kawasan dunia dalam bingkai tauhid. Sebagai unsur yang begitu vital, tentu sebagaimana kelihatan masjid memiliki aspek sejarah perjalanan yang unik dan fenomenal.

Manajemen masjid yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid dengan menerapkan fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang ideal. Manajemen berusaha menciptakan efektivitas setiap individu yang bekerja dalam satu organisasi. Jika efektivitas individu tercapai maka efektivitas pada unit kerja atau kelompok menjadi terwujud. Pada gilirannya, efektivitas kelompok mengantarkan organisasi pada pencapaian efektivitas kelompok.

Daya tarik sangat dibutuhkan pada setiap masjid, karena daya tarik merupakan partikel penting yang harus dimiliki sebuah masjid. Di mana dengan memiliki sesuatu yang khas dan menarik, mampu membuat jamaah tertarik dan tidak dapat melupakan masjid tersebut, sehingga membuat jamaah selalu ingin kembali untuk melaksanakan ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah. Apabila masjid mempunyai daya tarik yang kuat maka jamaah yang datang akan semakin meningkat jumlahnya, karena setiap masjid memiliki eksistensi masjidnya. Tentu tujuannya adalah agar menjaga keberadaan masjid menjadi tidak terbengkalai dan terus ramai dari jamaah yang berdatangan. Masjid yang tanpa jamaah menandakan masjid itu kurang berfungsi sebagai pusat kegiatan jamaah.

Masjid yang demikian itu akan sia-sia didirikan dalam masyarakat. Dalam kenyataan, tidak ada sebuah masjid di Lombok yang kosong dan sepi dari jamaah, karena setiap masjid ada saja jamaahnya. Inilah perbedaan antara satu masjid dengan masjid yang lainnya terletak pada jumlah jamaahnya.

Dalam posisi penting masjid, maka pengurus masjid atau takmir masjid dibutuhkan dalam membawa jamaah kepada kehidupan yang lebih baik. Tugas dan fungsi takmir masjid adalah pembangunan, pengelolaan

(18)

4

dan perawatan masjid serta pembinaan ruhul Islam, sebagai sistem kerjasama dalam bentuk jamaah imamah di antara umat Islam yang memiliki ketertarikan dengan masjid untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efesien.6 Keberadaan takmir masjid adalah untuk memakmurkan masjid, terutama dalam mengelola kegiatan dakwah Islamiyah. Organisasi takmir masjid sangat penting untuk mencapai tujuan sekaligus wadah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwah baik yang berkaitan dengan keilmuan, pendidikan, sosial, keterampilan, ekonomi dan sebagainya.

Adapun syarat-syarat menjadi takmir masjid atau pengurus takmir masjid adalah team yang mengelola dan bertanggung jawab atas berlangsungnya kegiatan masjid. Karena itu, yang menjadi takmir harus memiliki kapasitas yang memadai serta aktif shalat di masjid. Berkaitan dengan tugas takmir masjid adalah mendirikan ibadah baik itu yang wajib maupun yang sunat, membangunnya, mempercantik bangunannya, melayani jamaah dan menyemarakkan ajaran Islam. Adapun syarat menjadi takmir masjid adalah, Pertama, Aqidah yang shahihah. Kedua, Memahami Al-Qur’an dan Sunnah. Ketiga, Memiliki ilmu keislaman dan mengaplikasikannya dalam kehidupan. Keempat, Berakhlak mulia.

Kelima, Memiliki orientasi ke depan dan semangat yang tinggi untuk berdakwah.7

Posisi takmir sangat strategis maka dibutuhkan di setiap masjid bagitu juga di masjid Baitul Maqdis. Masjid Baitul Maqdis merupakan salah satu masjid yang terletak di Jalan Pariwisata No.11, Lingkungan Kebon Raja, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Masjid Baitul Maqdis sangat strategis di lingkungan perkantoran terletak di belakang kantor Gubernuran dikelilingi oleh kantor-kantor pemerintahan Sipil dan ABRI.

Pegawai Negeri Sipil antara lain pegawai kantor Gubernur NTB, pegawai kantor Wali Kota Mataram, Rumah Sakit Mata NTB) sedangkan ABRI KODIM (Komando Distrik Militer), Rumah Sakit Angkatan Darat dan beberapa perkantoran di Cemara, pasar Atom sampai di jalan timur.

6 Bidang Pemberdayaan Daerah & Kerjasama dalam Negeri, Panduan Pengelolaan Masjid & Islamic Center, (Jakarta: Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 2013), hlm. 99

7 Ibid, hlm. 100-101

(19)

5

Dalam observasi awal, peneliti menemukan bahwa jamaah masjid kebanyakan terdiri dari pegawai kantoran, di samping itu dipakai oleh masyarakat lingkungan Kebon Raja, Cemara. Pada salat Jum’at di masjid Baitul Maqdis pegawai kantoran dan masyarakat hampir memenuhi masjid tersebut. Masjid milik umat Islam jadi siapa saja boleh menggunakan masjid tersebut. Berbagai kegiatan keagaamaan dilaksanakan di masjid ini seperti, kajian, ta’lim selesai salat, tahfidz, dan berbagai kegiatan lainnya.

Tentu hal tersebut tidak lepas dari para pengurus masjid dalam mengelola manajemen yang baik.8

Berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di masjid Baitul Maqdis. Mulai dari memperingati hari-hari besar, majelis taklim, tahfidz dan tahsin. Walaupun masjid ini tidak terlalu besar namu antusias masyarakat dalam memakmurkan masjid ini sangat besar. Tentu hal tersebut tidak terlepas dari takmir masjid dalam mengelola manajemen yang baik. Berdasarkan latar belakang di atas, pada penelitian ini penulis ingin menggali tentang keberadaan Masjid Baitul Maqdis sejauh mana implementasi manajemen masjid dalam meningkatkan kenyamanan jamaah.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas setelah dikaji secara mendalam maka peneliti mencoba merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi manajemen masjid Baitul Maqdis Lingkungan Kebon Raja Kota Mataram dalam meningkatkan kenyamanan jamaah?

2. Apa kendala yang dialami masjid Baitul Maqdis Lingkungan Kebon Raja Kota Mataram dalam meningkatkan kenyamanan jamaah?

C. Tujuan dan Manfaat a. Tujuan

1) Untuk mengetahui implementasi manajemen masjid Baitul Maqdis Lingkungan Kebon Raja Kota Mataram dalam meningkatkan kenyamanan jamaah.

8 Observasi, di Masjid Baitul Maqdis, 21 April 2022.

(20)

6

2) Untuk mengetahui kendala yang dialami masjid Baitul Maqdis Lingkungan Kebon Raja Kota Mataram dalam meningkatkan kenyamanan jamaah.

b. Manfaat

Berdasarkan tujuan tersebut penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada takmir baik secara teoritis maupun praktis dalam pengelolaan masjid:

a) Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambahkan khasanah bagi pengembangan ilmu pengetahuan di masa depan serta memberikan wawasan lebih khususnya terkait pada implementasi manajemen masjid dalam meningkatkan kenyamanan jamaah serta menjadi bahan literatur pengembangan ilmu manajemen pada umumnya dan sebagai acuan penelitian lanjutan.

b) Manfaat Praktis

Agar menjadi pedoman bagi lembaga masjid lain yang bertujuan meningkatkan kenyamanan jamaah seperti yang ada di masjid Baitul Maqdis Lingkungan Kebon Raja Kota Mataram dalam melakukan pengembangannya. Sebagai bahan pertimbangan dan pada bagian meningkatkan kenyamanan jamaah sehingga menjadi dorongan dalam menentukan langkah kegiatan berikutnya agar lebih baik dan berkualitas.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini mencakup implementasi Manajemen Masjid dalam Meningkatkan Kenyamanan Jamaah (Studi Kasus: Masjid Baitul Maqdis Lingkungan Kebon Raja Kota Mataram).

(21)

7 2. Setting Penelitian

Penelitian ini mengambil setting penelitian yang dilakukan di Masjid Baitul Maqdis yang berada di Lingkungan Kebon Raja Kota Mataram. Alasan penulis mengambil tempat ini adalah melihat masjid tesebut berada di wilayah perkantoran yang membuat selalu ramai berdatangan jamaah. Selain tempatnya cukup strategis, upaya pelayanan takmir masjid Baitul Maqdis menarik simpati masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan yang ada.

E. Telaah Pustaka

Untuk memenuhi dan menyempurnakan tulisan ini peneliti menemukan beberapa literatur sebagai berikut:

1. Abdul Hamzah Haz dengan judul “Manajemen Masjid Dalam Meningkatkan Kegiatan Keagamaan Masjid Rayyan Mujahid Desa Bulukarto Kec.Gadingrejo Kab. Pringsewu”9.

Penelitian ini membahas mengenai Masjid Rayyan Mujahid yang terletak dijalan jalan Ahmad Yani Pringsewu, yang secara imarah (kemakmuran masjid) terbilang meningkat, ditandai dengan banyaknya kegiatan keagamaan yang dilaksanakan masjid Rayyan Mujahid sehingga berpengaruh pada peningkatan input maupun output, dalam artian input ialah meningkat dalam segi kualitas (pemahaman dan pengamalan ibadah) sedangkan dalam artian output adalah meningkat dalam segi kuantitas (jumlah jamaah yang semakin meningkat), kesemuanya itu terlaksana tidak lain dan tidak bukan adalah karena ditunjang oleh manajemen yang baik, terutama dalam memanej sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya. Dalam penelitiannya Hamzah Haz menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan sifat deskriptif.

9 Abdul Hamzah Haz, “Manajemen Masjid Dalam Meningkatkan Kegiatan Keagamaan Masjid Rayyan Mujahid Desa Bulukarto Kec. Gadingrejo Kab. Pringsewu”, (Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung, 2019).

(22)

8

Hasil dari penelitian bahwa masjid Rayyan Mujahid telah menerapkan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsinya yang dikaitkan dengan pola manajemen masjid dalam Islam dengan menerapkan manajemen secara optimal menunjukkan kemakmuran masjid Rayyan Mujahid tercapai dengan indikasi meningkatnya kegiatan keagamaan baik dari aspek sosial keagamaan maupun sosial kemasyarakatan.

Adapun persamaan dan perbedaan penelitian Abdul Hamzah Haz dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan yaitu, sama-sama membahas tentang manajemen masjid dan metode yang digunakan metode kualitatif deskriptif. Yang menjadi perbedaannya yaitu penelitian Abdul Hamzah Haz lebih menekankan kepada pembahasan manajemen masjid khususnya meningkatkan kegiatan keagamaan jamaah masjid secara optimal baik dalam pengertian input maupun outputnya. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti membahas tentang manajemen masjid khususnya meningkatkan kenyamanan jamaah dalam beribadah.

2. Nurul Aini dengan judul “Efektivitas Manajemen Masjid Dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan (StudiKasus Pada Masjid Jendral Besar Soedirman Purwokerto)”.10

Penelitian ini membahas mengenai Masjid Jenderal Sudirman Purwokerto sebagai salah satu masjid besar di Purwokerto berupaya memaksimalkan tata letak dan fungsi masjid. Dalam penelitiannya Nurul Aini menyatakan bahwa Masjid Jenderal Sudirman Purwokerto telah mencapai hasil pengelolaan dalam peningkatan kualitas pelayanan. Hal ini dapat dibuktikan dari berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan, dan masyarakat dapat merasakan keberadaan dan manfaatnya, seperti kegiatan ibadah yang memuaskan jamaah, pembelajaran sehari- hari dan pelaksanaan fasilitas pelayanan.

Hasil dari penelitian bahwa masjid Jenderal Sudirman Purwokerto telah mencapai efektivitas manajemen dalam

10 Nurul Aini, “Efektivitas Manajemen Masjid Dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan (StudiKasus Pada Masjid Jendral Besar Soedirman Purwokerto)”, (Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2018).

(23)

9

meningkatkan mutu pelayanan. Hal ini dibuktikan dengan berbagai aktivitas yang seperti terlaksananya kegiatan ibadah, kajian rutin, dan pelayanan fasilitas yang memuaskan jamaah.

Yang menjadi persamaan dan perbedaannya penelitian Nurul Aini dengan peneliti yaitu, sama-sama membahas manajemen masjid dan meningkatkan mutu pelayanan dan kenyamanan jamaah. Perbedaannya, Nurul Aini membahas mutu pelayanan, sedangkan peneliti lebih ke penerapan dan pelaksanaan manajemen masjid Baitul Maqdis.

3. Irma Suryani dengan judul “Manajemen Masjid Dalam Meningkatkan Daya Tarik (Masjid Amirul Mukminin Makassar)”.11

Penelitian ini membahas mengenai proses manajemen masjid dalam meningkatkan daya tarik masjid Amirul Mukminin Makassar. Adapun daya tarik yang dimiliki masjid Amirul Mukminin Makassar yaitu dari segi proses penempatan Masjid Amirul Mukminin Makassar ada di Pantai Losari, dari segi arsitektur, keindahan dan keunikan masjid, daya tarik wisata Pantai Losari, dari segi suara imam, kebersihan, dan manajemen di dalam masjid, buku-buku yang ada di masjid menarik untuk dibaca. Adapun hambatan dalam meningkatkan daya tarik masjid Amirul Mukminin Makassar adalah tidak terbentuknya pengurus masjid, sistem buangan (drainase) masjid dan kurangnya kesadaran dari pengunjung, membuang sampah tidak pada tempatnya, kurangnya air bersih, segi jamaah yang tidak tetap.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa manajemen masjid dalam meningkatkan daya tarik di masjid Amirul Mukminin Makassar belum terlalu maksimal, karena pengurus masjid Amirul Mukminin Makassar masih minim belum dapat dibentuk struktur kepengurusan setiap tahunnya, sehingga di samping itu masih fungsi manajemen belum diterapkan oleh pengurus masjid dalam meningkatkan daya tarik masjid Amirul Mukminin Makassar.

11 Irma Suryani, “Manajemen Masjid Dalam Meningkatkan Daya Tarik (Masjid Amirul Mukminin Makassar)”, (Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Alauddin Makassar, 2017).

(24)

10

Yang menjadi persamaan antara peneliti dengan penelitian Irma Suryani yaitu, sama-sama membahas manajemen masjid.

Perbedaannya, penelitian Irma Suryani membahas manajemen masjid dalam meningkatkan daya tarik, sedangkan peneliti tidak hanya membahas bagaimana meningkatkan kenyamanan jamaah.

F. Kerangka Teori 1. Manajemen

a. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen berasal dari bahasa Inggris management, yang berarti pengurusan atau pengaturan dari kata kerja “to manage”, yakni mengatur, membimbing, dan mengawasi. Kata tersebut berasal dari bahasa Italia, yakni “maneggio” yang memiliki arti pelaksanaan sesuatu atau pengurusan sesuatu, atau lebih tepatnya “penanganan” sesuatu. Manajemen merupakan suatu proses di mana seorang dapat mengatur segala sesuatu yang dikerjakan oleh individu atau kelompok.

Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris management. Akar kata tersebut adalah manage atau managiare, yang memiliki makna: melatih kuda dalam melangkahkan kakinya. Selanjutnya dalam kata manajemen tersebut terkandung tiga makna, yaitu pikiran (mind), tindakan (action), dan sikap (attitude).12 Manajemen perlu dilakukan guna mencapai tujuan atau target dari individu ataupun kelompok tersebut secara kooperatif menggunakan sumber daya yang tersedia. Adapun para ahli memandang ilmu manajemen dengan pengertian beragam:

a) Mary Parker Follet, manajemen adalah seni dalam menyelesaikan tugas melalui perantara. Dalam hal ini, manajemen dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang manager untuk mengarahkan bawahan

12 I’anatut Thoifah, Manajemen Dakwah, (Malang: Madani Press, 2015), hlm.

20

(25)

11

atau orang lain dalam menyelesaikan pekerjaan demi tercapainya sebuah tujuan.13

b) George Robert Terry, yang mengartikan manajemen sebagai proses khas dari beberapa tindakan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Seluruh tindakan tersebut bertujuan mencapai target dengan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia.14

Meskipun berbeda pandangan, konsep manajemen tetap mengacu pada perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.

1) Manajemen sebagai proses kegiatan

Sebagai suatu proses kegiatan, manajemen didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dengan merencanakan, melaksanakan serta mengkordinasikan apa yang direncanakan sampai dengan kegiatan mengawasi atau mengendalikannya agar sesuai dengan apa yang direncanakan.

2) Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni

Manajemen sebagai ilmu dan seni diartikan sebagai usaha untuk mencapai tujuan dengan pendekatan dan menjelaskan fenomena dan gejala manajemen serta mentransformasikan dan mengindentifikasikan proses manajemen berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah.

3) Manajemen sebagai kumpulan orang untuk mencapai tujuan Setiap aktivitas di mana dua orang atau lebih berkolaborasi dalam suatu organisasi disebut aktivitas manajemen.

Sekumpul orang seperti itu bergabung dalam suatu organisasi dan dipimpin oleh seorang pemimpin (manajer) yang bertanggung jawab penuh atas upaya mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.15

13 H.B Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakatra: Bumi Aksara, 2006), hlm. 1

14 George Robert Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 9

15 Semuel Batlajery, “Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Aparatur Pemerintahan Kampung Tambat Kabupaten Marauke”, Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, (Vol. VII, No.2, Thn. 2016), hlm. 138

(26)

12 b. Fungsi Manajemen

Sebagaimana yang telah didefinisikan oleh Ricky W. Griffin, bahwa manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat tercapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal, sedangkan fungsi-fungsinya adalah sebagai berikut:

1) Fungsi Perencanaan

Dalam manajemen, perencanaan yaitu proses memberikan definisi tujuan organisasi, mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak dapat bekerja.

2) Fungsi Pengorganisasian

Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efesien guna pencapaian tujuan organisasi.

3) Fungsi Pengarahan dan Implementasi

Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.

4) Fungsi Pengawasan dan Pengendalian

Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang

(27)

13

diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.16

2. Manajemen Masjid

Manajemen terdapat dalam semua kegiatan manusia, baik dalam masjid, pabrik, sekolah, bank, kantor, hotel, rumah sakit maupun dalam kehidupan rumah tangga. Manajemen menurut bahasa berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.

Manajemen masjid membahas tentang bagaimana mengatur masjid, bagaimana merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi sehingga program yang direncanakan mendapatkan output/tujuan yang diinginkan.17

Manajemen masjid yang dimaksud planning, organizing, actuating, controlling seperti bangunan, sarana pendukung dan perlengkapan masjid harus dirawat agar dapat digunakan sebaik- baiknya serta tahan lama. Seiring dengan bertambahnya usia bangunan maka kerusakan akan timbul bahkan bagian tertentu dapat mengalami disfungsi atau kerusakan, seperti misalnya pintu, jendela, atap, dinding atau yang lainnya. Di samping itu kebutuhan jamaah akan masjid yang lebih luas agar dapat menampung jamaah shalat yang lebih banyak juga semakin nyaman dirasakan. Tidak ketinggalan pula sarana-sarana pendukungnya seperti perpustakaan, sarana pendidikan formal, TPA, sarana ekonomi ataupun poliklinik keberadaannya semakin terasa diperlukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain pemeliharaan dan pengembangan bangunan masjid, kebersihan dan kesehatan, pengaturan ruangan dan perlengkapan dan inventarisasi.

16 Ibid, hlm. 139

17 Muhammad Qadaruddin, Ramli, Nurlaela Yuliasri, Manajemen Masjid Dalam Peningkatan Kualitas Pengurus dan Jamaah Masjid Al-Birr Perumnas Wekke’e Kota Parepare, Jurnal Media komunikasi dan dakwah, (Vol.09, No.01, 2019), hlm. 107

(28)

14 3. Kenyamanan

Nyaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kondisi di mana seorang merasa enak, aman, sejuk, bersih, tenang, dan damai.18 Kenyamanan atau perasaan nyaman berdasarkan penilaian komprehensif seorang terhadap lingkungannya. Menurut Katharine Kolcaba, aspek kenyamanan terdiri dari:

a. Kenyamanan fisik berkenan dengan sensasi tubuh yang dirasakan oleh individu itu sendiri.

b. Kenyamanan psikospiritual yang berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi konsep diri, harga diri, makna kehidupan, seksualitas hingga hubungan yang sangat dekat dan lebih tinggi.

c. Kenyamanan lingkungan yang berkenaan dengan lingkungan, kondisi dan pengaruh dari luar kepada manusia seperti temperatur, warna, pencahayaan, kebisingan, dan lain-lain.

d. Kenyamanan sosikultural, yang berkenaan dengan hubungan antar personal, keluarga, dan sosial atau masyarakat (keuangan, perawatan kesehatan, kegiatan religius, tradisi keluarga/masyarakat dan sebagainya).19

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang dilaksanakan penulis untuk mengumpulkan dan menganalisa fakta yang ada di tempat penelitian dengan menggunakan ukuran-ukuran dalam pengetahuan, hal ini dilakukan untuk menemukan kebenaran.20 Metode penelitian tersebut meliputi :

18 https://kbbi.lektur.id/nyaman, diakses tanggal 25 Agustus 2022, pukul 12:42 WITA

19 Aria Zabdi, “Kajian Kenyamanan Fisik Pada Terminal Penumpang Stasiun Besar Yogyakarta”, (Tesis, UAJY Yogyakarta, Yogyakarta, 2016), hlm. 31

20 Kontjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1981), hlm. 13

(29)

15 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian sosial yang menggunakan format deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, sebagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti sebagai instrument kunci, tehnik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari generalisasi.21

Metode kualitatif ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis, lisan, serta perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif ini bertujuan menjelaskan kondisi serta fenomena sedalam-dalamnya dengan pengumpulan data. Penelitian tidak mengutamakan besarnya populasi ataupun sampel, bahkan dapat dikatakan sangat terbatas. Jika data sudah terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan kondisi serta fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari informasi lainnya.

Karena yang ditekankan adalah kualitas data.22

Penelitian kualitatif dipilih sebab dianggap relevan untuk menganalisis permasalahan terkait implementasi manajemen masjid dalam meningkatkan kenyamanan jamaah (Studi Kasus: Masjid Baitul Maqdis Lingkungan Kebon Raja Kota Mataram).

21 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 1

22 Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Dengan Kata Pengantar oleh Burhan Bungin (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 56-57.

(30)

16 2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung di kota Mataram, tepatnya di Masjid Baitul Maqdis yang terletak di jalan Pariwisata lingkungan Kebon Raja Kota Mataram, Lombok.

Penulis memilih penelitian di lokasi tersebut karena dekat dengan perkantoran seperti kantor Gubernur, rumah sakit, lapas dan masyarakat di sana rata-rata pegawai kantoran.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah subjek penelitian atau pemberi informasi, atau subjek dari mana data diperoleh.

Penelitian menggunakan wawancara dalam pengumpulan data, sumber datanya disebut responden, sedangkan jika penelitian menggunakan teknik observasi, sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu.

Menurut Lofland, sumber data utama untuk penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, dan selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen. Perkataan dan perbuatan yang dimaksud di sini berarti perkataan dan perbuatan orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama (primer). Sumber data lainnya dapat berupa sumber tertulis (sekunder) dan dokumentasi seperti foto.

a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan mengamati dan mewawancarai informan atau responden. Penelitian akan mewawancarai informan untuk menggali informasi tentang manajemen masjid.

Dalam penelitian ini, sumber data utama adalah takmir masjid yang menerima amanah jamaah untuk memimpin dan mengurus masjid atau mensejahterakan masjid.

b. Data sekunder adalah data tambahan berupa informasi yang melengkapi data primer. Data tambahan yang dimaksud meliputi dokumen atau arsip yang diperoleh dari berbagai sumber, foto pendukung yang ada, dan foto yang dibuat sendiri, serta data yang terkait dengan penelitian ini.

(31)

17 4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah terpenting dalam penelitian karena tujuan utama penelitian adalah untuk memperoleh data. Tanpa pengetahuan tentang teknik pengumpulan data, penelitian tidak akan dapat memperoleh data yang memenuhi standar kumpulan data.

Terdapat tiga teknik pengumpulan data:

1) Observasi

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Nasution dalam bukunya Sugiyono, bahwa observasi itu ialah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Observasi merupakan proses mengamati secara sistematis aktivitas manusia dan pengaturan fisik di mana aktivitas tersebut terus terjadi dari tempat aktifitas yang bersifat alami untuk menghasilkan fakta.23

Sedangkan jenis observasi terbagi menjadi dua:

a. Observasi partisipasi, yaitu proses pengamatan internal oleh pengamatan dengan ikut serta dalam kehidupan yang diamati.24

b. Observasi nonpartisipasi, penelitian hanya sebagai pengamatan objek yang akan diteliti tanpa terlibat secara langsung.

Terkait dengan penelitian kali ini, penulis melakukan observasi partisipasi di Masjid Baitul Maqdis guna mengetahui bagaimana manajemen masjid tersebut. Selain itu, observasi di Masjid Baitul Maqdis juga dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan di

23 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm.377

24 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2012), hlm.310.

(32)

18

Masjid Baitul Maqdis seperti, tilawah, kotbah, tahfidz, dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.

2) Wawancara

Metode wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara bertanya dan menjawab pertanyaan secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data, hal ini dijelaskan oleh Esterberg sebagai wawancara atau interview yaitu pertemuan dua orang di mana informasi dan ide dipertukarkan melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.25

Wawancara dapat dibedakan dalam dua jenis:

a. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur merupakan wawancara di mana pertanyaan kadidat pertama kali diidentifikasi. Ada sangat sedikit pertanyaan untuk diajukan kepada kadidat dalam sebuah wawancara dan tidak ada persiapan sebelumnya. Karena wawancara terstruktur sudah direncanakan sebelumnya dan semua kadidat ditanya pertanyaan yang sama maka data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif.

b. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur berbeda dengan wawancara terstruktur, di mana pertanyaan yang berbeda diajukan kepada kadidat yang berbeda, sehingga data kualitatif dikumpulkan

Dalam wawancara terstruktur, pertanyaan diajukan kepada kadidat tertutup, yang mengharuskan peneliti untuk memberikan informasi tertentu atau pada kenyataannya, ia harus memilih di antara berbagai opsi yang ditawarkan. Sebaliknya, wawancara tidak terstruktur pertanyaan bersifat terbuka dan dapat dijawab

25 Ibid, hlm. 317.

(33)

19

dengan berbagai cara, yaitu kadidat bebas memberi jawaban yang bijaksana yang akan memengaruhi pewawancara.

Dalam teknik wawancara ini penulis menggunakan metode wawancara tidak terstruktur. Menurut penulis, alasan yang paling tepat menanyakan langsung ke Takmir Masjid Baitul Maqdis lingkungan Kebon Raja Kota Mataram tentang bagaimana manajemen di masjid tersebut. Wawancara yang bebas di mana penulis tidak menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Penulis mengadakan kajian atau kontak pertemuan dengan beberapa Takmir Masjid pada waktu yang sudah disepakati dan diadakan pertemuan sekaligus sudah mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan sehingga pertanyaan-pertanyaan telah dijawab, penulis pun tuangkan dalam penelitian ini.

3) Dokumentasi

Dokumentasi yaitu “mencari data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya”26. Dokumentasi pada penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data tertulis yang diperoleh dari Masjid Baitul Maqdis Lingkungan Kebon Raja Kota Mataram tentang gambaran umum lokasi penelitian, kondisi masjid, geografi, sejarah masjid, struktur organisasi masjid dan semua kegiatan di Masjid Baitul Maqdis. Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang tidak bisa didapat melalui wawancara maupun observasi.

5. Analisis data

Analisis data kualitatif adalah pekerjaan memanipulasi data, mengorganisasikannya, mengklasifikasikannya ke dalam unit-unit yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan dipelajari, dan memutuskan

26 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2013), hlm. 274.

(34)

20

apa yang akan diceritakan kepada orang lain.27 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif meliputi transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data, dan triangulasi.

Berdasarkan hasil analisis data kemudian dapat ditarik kesimpulan.

Penulis berusaha menggambarkan objek penelitian yaitu Implementasi Manajemen Masjid dalam Meningkatkan Kenyamanan Jamaah (Studi Kasus: Masjid Baitul Maqdis Lingkngan kebon Raja Kota Mataram) sesuai dengan keadaan dan kenyataan.

H. Keabsahan Data

Keabsahan data yaitu data yang tidak berbeda antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah disajikan dapat di pertanggung jawabkan. Keabsahan data merupakan salah satu unsur dalam penelitian kualitatif.

Dalam memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan:

1. Triangulasi

Triangulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Sugiyono membagi triangulasi menjadi tiga yaitu:

a) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber diuji kreadibilitasnya dengan mengecek data yang diperoleh dari berbagai sumber.28

b) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik yaitu menguji kreadibilitas data dengan cara menelaah data dari sumber yang sama dengan menggunakan teknik yang berbeda.29

27 Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 248.

28 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2017), hlm.372

(35)

21 c) Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu yaitu pengujian data, dilakukan dengan cara menelaahnya melalui wawancara, observasi, atau teknik lain pada waktu dan keadaan yang berbeda.30

2. Kecukupan Referensi

Referensi di sini yaitu adanya pendukung untuk membenarkan data yang penulis temukan. Misalnya, data wawancara perlu didukung dengan catatan wawancara agar data yang diperoleh dapat dipercaya atau lebih dapat diandalkan. Dengan kecukupan referensi ini peneliti dapat menjelaskan data yang dihasilakan.31 I. Sistematika Pembahasan

1. BAB I. PENDAHULUAN

BAB ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Ruang Lingkup dan Setting Penelitian, Selain itu juga membahas beberapa susunan isi BAB yaitu : Telaah Pustaka, Kerangka Teori, dan Metode Penelitian.

2. BAB II. PAPARAN DATA DAN TEMUAN

BAB ini membahas seluruh data dan temuan penelitian, di mana akan diulas secara rinci tentang Implementasi Manajemen Masjid Baitul Maqdis dalam Meningkatkan Kenyamanan Jamaah dan Kendala Yang Dialami Masjid Baitul Maqdis dalam Meningkatkan Kenyamanan Jamaah.

3. BAB III. PEMBAHASAN

Di bagian pembahasan ini diungkapkan proses analisis dan kendala terhadap temuan penelitian pada BAB II berdasarkan perspektif penelitian atau kerangka teoritik tentang Implementasi Manajemen

29 Ibid, hlm.373

30 Ibid, hlm.374

31 Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Alfabeta,2015), hlm.132

(36)

22

Masjid Baitul Maqdis dalam Meningkatkan Kenyamanan Jamaah dan Kendala Yang Dialami Masjid Baitul Maqdis Dalam Meningkatkan Kenyamanan Jamaah.

4. BAB IV. PENUTUP

Di bagian BAB ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

(37)

23 BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Gambaran Umum Kelurahan Pejanggik

1. Sejarah Kelurahan

Penelitian ini berada di Lingkungan Kebon Raja, Lingkungan Kebon Raja termasuk Kelurahan Pejanggik. Kelurahan Pejanggik adalah kelurahan yang tergolong masih muda karena baru terbentuk sejak Mei 2007 yang merupakan wilayah pemekaran dari wilayah Kelurahan Mataram Timur dan merupakan salah satu 9 kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Mataram.

Dari terbentuknya Kelurahan Pejanggik hingga sekarang telah dipimpin oleh 3 lurah yaitu:

1) Jaenuddin, S.Sos dari Mei 2007 sampai dengan Maret tahun 2012

2) Baiq Baktiyanti, SH. MH dari April tahun 2012 sampai dengan September tahun 2017

3) Rahmat Fakhrurrozi, S.IP., MM dari Fabruari 2018 sampai dengan sekarang

Untuk diketahui Kelurahan Pejanggik terbagi menjadi 7 Lingkungan yang dipimpin oleh kepala lembaga Kemasyarakatan sebagai berikut32:

1) Kasmanto sebagai Kepala Lembaga Kemasyarakatan Lingkungan Pusaka

2) I Ketut Suduhardana sebagai Kepala Lembaga Kemasyarakatan Lingkungan Pajang Barat

3) Ir. Gde Sudiana sebagai Kepala Lembaga Kemasyarakatan Lingkungan Pajang Timur

4) Syafrudin sebagai Kepala Lembaga Kemasyarakatan Lingkungan Pejanggik

32 Profil Kelurahan Pejanggik Kecamatan Mataram Kota Mataram Tahun 2018, hlm. 2

(38)

24

5) Abdurrachim sebagai Kepala Lembaga Kemasyarakatan Lingkungan Kebon Raya

6) H. M Risman sebagai Kepala Lembaga Kemasyarakatan Lingkungan Pengempel

7) Lalu Ari Bardiansah sebagai Kepala Lembaga Kemasyarakatan Lingkungan Majeluk.

2. Struktur Organisasi

Tabel 2.1

LURAH

Rahmat Fakhrurrozi, S.IP., MM

KASI PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT

Putri Aydul Sakinah, S.STP DIREKTUR

H. Ahmad Muharis

STAF

SEKRETARIS Ihbanul Fauzi, ST

KASI PEMERINTAHAN

Syamsidar, SE

KEPALA LKL PUSAKA Kasmanto

KEPALA LKL PAJANG BARAT I Ketut Sudihardana

KEPALA LKL PAJANG TIMUR

Ir. Gde Sudiana

KEPALA LKL PEJANGGIK

Syafrudin

KEPALA LKL KEBON RAJA Abdurrachim KEPALA LKL

PENGEMPEL H. M. Risman

KEPALA LKL MAJELUK Lalu Ari Bardiansah STAF

Hery Suryanegara

STAF

STAF

(39)

25 3. Letak Geografis

Luas wilayah Kelurahan Penjanggik ± 103Ha dan berada pada ketinggian 25 meter di atas permukaan laut serta terletak pada koordinat 1160 06’40” bujur timur dan 80 38’6” lintang selatan.

Adapun batas-batas wilayah adalah sebagai berikut:

1) Sebelah Utara : Kelurahan Monjok Timur 2) Sebelah Timur : Kelurahan Cakra Barat 3) Sebelah Selatan : Kelurahan Mataram Timur 4) Sebelah Barat : Kelurahan Mataram Barat

Secara administrasi Kelurahan Pejanggik memiliki 7 Lingkungan dan 34 RT sebagai berikut33:

1) Lingkungan Pusaka : 2 RT 2) Lingkungan Pajang Barat : 11 RT 3) Lingkungan Pajang Timur : 6 RT 4) Lingkungan Pejanggik : 3 RT 5) Lingkungan Kebon Raja : 3 RT 6) Lingkungan Pengempel : 4 RT 7) Lingkungan Majeluk : 5 RT

4. Demografi

Penduduk Kelurahan Pejanggik menurut data tahun 2022 adalah 7.582 jiwa dengan 2.296 KK dengan rincian jumlah penduduk laki- laki berjumpa 3.741 jiwa dan perempuan berjumlah 3.841 jiwa. Rekap data penduduk Kebon Raja pada tahun 2022 total 330 jiwa dengan 102 KK, jumlah penduduk laki-laki 164 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 166 jiwa.34

33 Ibid, hlm. 11

34 Ibid, hlm. 12

(40)

26 5. Visi dan Misi

a. Visi dan Misi

TujuanPembangunan Pemerintahan Kelurahan Pejanggik telah ditetapkan ke dalam visi dan misi Kelurahan. Berdasarkan visi dan misi Pemerintahan Kota Mataram, maka Pemerintahan Kelurahan mengacu pada arah dan kebijakan Pemerintahan Kota Mataram dengan mengembangkan visi dan misi sebagai berikut:

1) VISI

Terwujudnya masyarakat Kelurahan Pejanggik yang

“GEMAH RIPAH” (Pejanggik Eksis, Mandiri, Aman, Harmonis, Religius, Partisipatif dan Amanah).35

2) MISI

Pernyataan misi mengandung hal-hal yang harus diemban oleh Pemerintahan Kelurahan Pejanggik untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan.

Mengingat pernyataan visi mendasar pada peran yang dapat dilakukan oleh Pemerintahan dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat yang cepat, tepat, ramah, adil dan bertanggung jawab maka misi Pemerintahan Kelurahan Pejanggik adalah sebagai berikut:

i. Mewujudkan masyarakat Kelurahan Pejanggik yang eksis dan mandiri dengan menumbuh kembangkan ekonomi kerakyatan.

ii. Meningkatkan kualitas pelayanan publik berdasarkan prinsip tata pemerintahan yang baik dalam bentuk penataan administrasi, pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

iii. Mewujudkan masyarakat Kelurahan Pejanggik yang harmonis di dalam keberagamaan dalam

35 Ibid, hlm.15

(41)

27

upaya memelihara keamanan, ketentraman, ketertiban dan kedamaian yang dijiwai oleh nilai- nilai agama atau religi dan kearifan lokal.

iv. Meningkatkan kualitas SDM yang handal, partisipatif dan amanah untuk mendorong daya saing.36

B. Latar Belakang Berdirinya Masjid Baitul Maqdis

Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam. Setiap masjid memiliki latar belakang pembangunan yang berbeda-beda. Masjid mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan peranannya. Hampir dapat dipastikan di mana komunitas umat Islam berbeda, di situ ada masjid. Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga menjadi tempat berkumpul, belajar, bertukar pengalaman, dan pusat dakwah.37

Setelah diadakan wawancara penulis dengan pemuka-pemuka masyarakat dan beberapa taqmir Masjid Baitul Maqdis menyatakan bahwa kedudukan masjid ini terletak di jalan Pariwisata No. 11, Pejanggik, Lingkungan Kebon Raja, Kec. Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Keberadaan awal masjid tidak diketahui secara pasti pendiri Masjid Baitul Maqdis, seperti yang dituturkan oleh Bapak Moch. Husni Tamrin:

“Keberadaan awal masjid Baitul Maqdis tidak diketahui secara pasti, namun diketahui keberadaannya ini sejak zaman Belanda yang sebelumnya namanya Santren Pasar Sapi yang dihajatkan untuk para pembeli/pengunjung pasar sapi di zaman itu (di jalan Banteng) lambat laun ditingkatkan menjadi mushola. Dulu namanya Santren karena di jalan banteng itu ada pasar namanya Pasar Sapi sehingga penjuru yang ke pasar sapi itu ketemu waktu Zuhur Asar di situlah mereka salat, di situ juga mereka mandi para pembeli dan makelar sapi. Seiring berjalannya waktu warga

36 Ibid, hlm. 16

37 Siswanto, Organisasi Remaja Masjid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), hlm.26

(42)

28

merenovasi sekitar tahun 70 akhir diperbaiki lebih layak oleh warga”.38

Dalam konteks perkembangan pembangunan masjid, tentu membutuhkan berbagai macam dana, baik material, maupun moril seperti yang dijelaskan oleh Bapak Moch. Husni Tamrin:

“Sekitar tahun 70-an mulailah dipugar/disempurnakan dan diperluas oleh masyarakat Kebon Raja dan tanah bangunan tersebut wakaf dari keluarga besar Dr. Burhanudin Tayif Nafiz, M.P.H. (mantan kepala RSU Mataram pada zaman Gubernur H.R. Wasita Kusuma). Dana diperoleh sumbangan dari Gubernur, Wali Kota, PDAM, dan sumbangan dari masyarakat seikhlasnya.

Terkumpulnya dana pembangunan renovasi masjid maka dibangun dan ditingkatkan Santren tersebut menjadi masjid untuk masyarakat Kebon Raja. Pada masa itu pengurus masjid mencari nama untuk masjid, diusulkanlah oleh tokoh masyarakat yaitu Ahmad Sajali mengusulkan nama masjid “Baitul Maqdis” secara aklamasi para pengurus menyetujuinya dan diberi nama Masjid Baitul Maqdis sampai sekarang”. 39

Seiring perjalanannya waktu, pada tahun 2017 masjid ini sudah tidak memenuhi syarat antara lain daya tampung tidak sesuai dengan kebutuhan, kondisi fisik (bocor), maka atas usul masyarakat dan pengurus masjid diputuskan untuk direnovasi total dan dana pembangunannya diperoleh dari donator utama yaitu keluarga besar Dr. Burhanudin Tayif Nafiz, M.P.H. sekitar Rp.750.000.000 (tujuh ratus lima puluh juta Rupiah) dengan disertai desain gambar. Dari modal donator tersebut maka dimulailah pembangunnya dalam jangka 1 tahun lebih dengan biaya kurang lebih Rp.2.000.000.000 (dua miliar Rupiah) diproleh dari beberapa donator, antara lain dari istansi pemerintah, Gubernur, Wali Kota, serta beberapa instansi-instansi pemerintah dan dari masyarakat luas.40

38 Moch. Husni Tamrin, Pelindung Penasehat, Wawancara, Kebon Raja, 29 Januari 2022

39 Ibid

40 Ibid

(43)

29

C. Implementasi Manajemen Masjid Baitul Maqdis Lingkungan Kebon Raja Kota Mataram Dalam Meningkatkan Kenyamanan Jamaah

Implementasi manajemen masjid merupakan penerapan manajemen masjid itu sendiri dalam rangka meningkatkan kenyamanan jamaah.

Masjid tidak hanya sebagai tempat peribadatan bagi umat Islam seperti salat lima waktu, tetapi juga tempat para jamaah belajar untuk mengembangkan pikiran dan menumbuhkan kesadaran beragama, baik dalam bentuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, seperti beribadah, kehidupan beragama, dan bermasyarakat. Di manapun masjid dibangun, fungsi maupun peranannya semua sama, baik masjid di kota-kota besar maupun di pedesaan.

Adapun takmir masjid Baitul Maqdis dalam menerapkan manajemen masjid guna meningkatkan kenyamanan jamaah dengan cara melakukan pengelolaan secara baik dan membuat kegiatan yang mengundang banyak daya tarik para jamaah sehingga masjid tidak pernah sepi dari pengunjung.

Mengimplementasikan manajemen masjid yang baik akan mendapatkan hasil yang baik pula, sehingga dapat mengantisipasi perkembangan yang terus berubah pada kehidupan para jamaah yang semakin modern.

Berjalannya segala program masjid tentu diperlukan kehadiran beberapa orang yeng bersedia mengurus kelancaran setiap program tersebut yakni dengan membuat struktur kepengurusan masjid. Dalam pembentukan kepengurusan masjid atau takmir masjid Baitul Maqdis pada awalnya melalui musyawarah. Pengoperasian seluruh program masjid Baitul Maqdis membutuhkan kehadiran beberapa orang yang bersedia berperan dalam mengurus kelancaran setiap program agar para jamaah merasa nyaman yaitu melalui pembentukan struktur kepengurusan masjid.

Di dalam kepengurusan masjid Baitul Maqdis sudah terstruktur dengan baik dan rapi, yaitu:

(44)

30 Tabel 2.2

No Jabatan Keterangan

1 Pembina 1. Kepala Lingkungan Kebon Raja 2. Kepala Lingkungan Pejanggik 2 Pelindung

Penasehat

1. Bpk. H. Almadi 2. Bpk. L. Wiradayun 3. Bpk. Daeng Muhsin 4. Bpk. Moch. Husni 5. Bpk. Marsalim 6. Bpk. Ustadz Assaat

3 Ketua Drs. Abdul Manan, S. Kom M. Eng.

4 Sekretaris Bpk. Akbar

5 Bendahara Ir. H. Abdul Hakim 6 Fungsional 1.Imam Masjid:

1) Ustad. Syazwan Ramdhoni 2) Ustad M. Suwandi Yusuf 2. Marbot : Helmi

7 Seksi peribadatan 1. Ustad. Zaeni 2. Ustad. Japar 8 Seksi Perlengkapan Agus Juliaden Sumber: Takmir Masjid Baitul Maqdis

Setiap bidang kepengurusan tentunya memiliki beberapa program unggulan yang dijadikan dasar untuk melakukan suatu kegiatan tertentu.

Begitu juga dengan kepengurusan masjid Baitul Maqdis, di setiap bidang kepengurusannya baik itu fungsional, pribadatan, perlengkapan dan lain- lain sudah memiliki program mereka masing-masing untuk dijadikan pondasi utama dalam setiap pelaksanaan kegiatannya.

“Menjadi takmir masjid bukanlah pekerjaan mudah. Karena dia tidak mendapatkan gaji yang cukup, tetapi rela

(45)

31

mengorbankan waktu dan tenaganya untuk kepentingan masjid.

Takmir masjid mengawas dan mengurus masjid. Pengawasan semua fasilitas masjid yang ada dan bertanggung jawab atas kegiatan masjid saat salat berjamaah tiba. Selain itu, takmir juga memiliki tanggung jawab yang besar dalam membenahi masjid.”41

Kondisi saat ini terkait sarana dan prasarana indikator perkembangan masjid Baitul Maqdis yang diupayakan oleh takmir masjid, yaitu:

1) Mimbar

2) Sound system yang sudah memadai 3) Pembatas shaf pria dan wanita 4) Kipas angin

5) Jam Dinding 6) Lemari mukenah

7) Perlengkapan salat wanita 8) Sejadah

9) Rak Al-Qur'an dan Al-Qur'an 10) Karpet

11) Dispenser

12) Tempat wudu dan toilet yang bersih 13) Tempat parkiran

Nyaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kondisi di mana seorang merasa enak, aman, sejuk, bersih, tenang, dan damai.42 Agar para jamaah merasa nyaman di masjid dan bisa beribadah dengan khusuk, maka perlu usaha yang maksimal dari segenap takmir masjid. Masjid sebisa mungkin menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan agar jamaah tidak sungkan atau merasa malas berjamaah di dalamnya.

Hal ini memang menjadi tugas takmir atau pengurus yaitu berusaha sedemikian rupa untuk memakmurkan masjid. Ada banyak cara membuat jamaah merasa nyaman berada di masjid. Karena jika mereka sudah

41 Syazwan Ramdhoni, Fungsional, Wawancara, Kebon Raja, 3 September 2022

42 https://kbbi.lektur.id/nyaman, diakses tanggal 25 Agustus 2022, pukul 12:42 WITA

(46)

32

merasa nyaman, mereka akan bisa beribadah dengan khusyuk tanpa gangguan, Mengenai kenyamanan di Masjid Baitul Maqdis ada 4 dari segi kebersihan, keindahan, keamanan dan lingkungan.

1. Kebersihan

Kebersihan merupakan salah satu hal yang diupayakan oleh manusia untuk menjaga lingkungan agar tercipta kehidupan yang sehat dan nyaman. Annadhofatu minal iman yang memiliki arti kebersihan merupakan sebagian dari iman. Kebersihan bisa menjadi salah satu dari iman karena merupakan sesuatu yang dicintai oleh Allah SWT.

Dengan lingkungan yang nyaman melakukan ibadah pun akan terasa lebih bernilai dan khusyuk. Masjid merupakan rumah Allah SWT di dunia.

Masjid digunakan umat Islam sebagai tempat beribadah kepada-Nya.

Namun, selain sebagai tempat beribadah masjid juga merupakan pusat kegiatan komunitas muslim.

Meningkatkan kenyamanan jamaah dari segi kebersihan takmir masjid selalu menjaga kebersihan masjid mulai dari masjid itu sendiri, mulai dari menjaga kebersihan lantai, menjaga kebersihan karpet dan alas shalat dengan rutin menggunakan vacuum cleaner dan alat pembersih lainnya. Takmir juga memberikan pengharum ruangan setiap sudut masjid.

Takmir juga selalu menjaga kebersihan tempat wudu dan toilet.

2. Keindahan

Dengan tampilan masjid yang indah dan fasilitas yang menunjang, akan semakin menciptakan kekhusyukan jamaah dalam beribadah.

Keindahan itu dianjurkan untuk dinikmati sesuai ketentuan-Nya. Manusia juga dianjurkan untuk menciptakan keindahan. Kebersihan dan keindahan adalah bagian dari iman seorang muslim.

Upaya mempercantik tampilan dan menjaga kualitas bangunan masjid Baitul Maqdis kini dilakukan oleh para takmir penambahan aset, pembenahan aset, membuat menara, membuat kanopi di samping masjid agar jamaah tidak terkena percikan dari air hujan. Masjid Baitul Maqdis juga memiliki taman-taman yang berada di depan masjid dan samping

Gambar

Tabel 2.2 Struktur Kepengurusan Takmir Masjid Baitul Maqdis

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan Penetapan Pemenang Nomor : 060/011/VIII/ULP/Masjid Baitul Muttaqin/2016, tanggal 31 Agustus 2016, dengan ini kami mengumumkan pemenang e-Lelang Pemilihan Langsung

berupaya memberdayakan ekonomi masyarakat terutama jamaah masjid, dengan berbagai program kegiatan yang telah dilaksanakan seperti : Usaha BMT ( Baitul Mal wat Tamwil ),

Setelah melakukan observasi dan wawancara dengan takmir masjid, persoalan masih belum tertibnya jamaah mengikuti protokol kesehatan Covid-19 saat melakukan aktivitas ibadah di

a) Dengan adanya sistem ini dapat membantu Pengurus DMI mengetahui kegiatan masjid dan produk jamaah di masjid Kota Semarang. b) Memudahkan takmir untuk memantau kegiatan

yang beranggotakan masyarakat sekitar masjid, namun pada tahun 2020 istilah takmir diganti dengan dibentuknya Badan Pengelolaan Masjid (BPM) yang beranggotakan nama

Kami, selaku Dewan Takmir Masjid Raya Vila Inti Persada ingin menyampaikan terima kasih kami kepada bapak/ibu/jamaah yang telah memberikan kontribusi pada kemakmuran Masjid Raya

Seperti fungsi sosial masjid yang lainnya, Masjid Besar Baitul Muttaqin, difungsikan sebagai tempat pendidikan (majlis ta’lim), Sebagai tempat kaum muslimin berkonsultasi,

Kegunaan Penelitian 1 Manfaat Teoritis Untuk menambah khazanah keilmuan dan pengetahuan kongkrit tentang peran takmir Masjid Baitul Makmur Sialang Baru Pekanbaru Riau dalam