Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Pemakaian Imbuhan dan Kata Perangkai
Kalimat Efektif dan Paragraf
Pemakaian Imbuhan
• Dalam bahasa Indonesia, kata dasar seringkali
membutuhkan imbuhan (afiks) untuk dapat digunakan dalam sebuah tuturan.
• Imbuhan (afiks) merupakan satuan gramatikal terikat (atau sebuah unsur kecil terikat dalam sistem tata
bahasa) yang tidak bisa berdiri sendiri dan belum memiliki makna.
• Afiks akan memiliki makna apabila ia telah bergabung atau berkelit-kelindan dengan kata dasar.
• Afiks dapat melekat pada awal kata, tengah kata,
atau akhir kata.
Sumber:
ivanlanin.medium.com
Awalan ber-
awalan ber- membentuk kata kerja intransitif.
1. Memiliki makna “mempunyai”. Contoh: Ia sudah tidak berayah-ibu lagi.
2. Memiliki makna “mengenakan”. Contoh: Orang yang berbaju merah itu bos saya.
3. Memiliki makna “mengendarai”. Contoh: Setiap hari ia bersepeda keliling kota.
4. Memiliki makna “menghasilkan”. Contoh: Rendra telah banyak berkarya.
5. Memiliki makna “mengandung”. Contoh: Akhir ini banyak makanan berboraks.
6. Memiliki makna “mengusahakan” dalam konteks mata pencaharian. Contoh:
Pak Armin beternak ikan.
7. Memiliki makna “menyebut”. Contoh: Dari dulu ia berkakak kepada saya.
8. Memiliki makna “melakukan”. Contoh: Kita harus sering berolah raga.
9. Memiliki makna “merasakan”. Contoh: Bapak itu sangat bergembira.
10.Bermakna “kelompok atau himpunan”. Contoh: Kita berlima harus siap mati.
11.Bermakna “kiasan”. Contoh: Karir pemuda itu sangat bersinar.
Awalan per-
Awalan per memiliki tiga macam variasi bentuk, yaitu: per-, pe-, dan pel-.
• Awalan per- digunakan untuk kata-kata dengan awalan konsonan selain /r/, contoh: perlambat, perhebat, pertinggi.
• Awalan pe- digunakan pada kata-kata dengan awalan huruf /r/, contoh:
peringan, perendah.
• Awalan pel digunakan pada kata ajar, sehingga menjadi pelajar.
Makna yang muncul:
1. Bermakna “jadikan lebih”. Contoh: Perberat hukumannya agar ia jera!
2. Bermakna “jadikan atau anggap sebagai”. Contoh: Aminah sebaiknya kau peristri saja. Astrid adalah anak yatim, peranak saja ia.
3. Bermakna “bagi”. Contoh: Warisan tanah itu kau pertiga dengan adikmu, ya!
Awalan me-
Awalan me- merupakan prefiks yang paling produktif/sering digunakan. Awalan me- memiliki enam variasi bentuk, yaitu: me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-.
1. me- digunakan pada kata dasar dengan huruf awal /r, l, w, y/ serta konsonan /m, n, ny, ng/. Contoh: me+rasa, me+lihat, me+warisi, me+yakinkan, me+merah, me+nanti, me+nyanyi, me+nganga
2. mem- digunakan pada kata yang dimulai dengan konsonan /b, p, f, v/. Contoh:
mem+bawa, mem+pilih (huruf p tidak diwujudkan), mem+fitnah, mem+vonis 3. men- digunakan pada kata yang dimulai pada konsonan /d, t/ (catatan: konsonan
/d/ bertemu men- tetap diwujudkan, sedangkan konsoan /t/ tidak diwujudkan).
Contoh: men+dengar, men+tarik
4. meny- digunakan pada kata dengan konsonan /s/, tetapi konsonan itu tidak diwujudkan. Contoh: meny+singkat, meny+ssingkir
5. meng- digunakan pada kata dengan konsonan /k, g, h, k, kh/ (catatan: konsonan k yang bertemu meng- menjadi lesap/tidak diwujudkan) dan vocal /a, i, u, e, o/.
Contoh: meng+kirim, meng+gali, meng+hitung, meng+khayal, meng+ambil, meng+iris, meng+utus, meng+ekor, meng+olah
6. menge- digunkan pada kata-kata yang hanya memiliki satu suku kata. Contoh:
menge+bom, menge+cat, menge+las
Awalan di-
Awalan di- tidak memiliki variasi bentuk. Fungsi awalan di- adalah membetuk kata kerja pasif. Makna yang muncul sebagai akibat dari pengimbuhannya ialah kebalikan dari makna kata kerja aktif transitif (kata kerja me-).
Contoh: Ardian membaca buku itu. Buku itu dibaca oleh Ardian.
Imbuhan pnge- diberikan kepada kata dasar yang memiliki satu suku kata.
Contoh: penge+bom, penge+lem
Imbuhan penge-
Akhiran -kan
Akhiran –kan tidak memiliki variasi bentuk. Akhiran ini berfungsi untuk
membentuk kata kerja transitif. Berikut ini beberapa makna yang ditimbulkan akibat akhiran –kan.
1. Bermakna “jadikan”. Contoh: Tidurkan dulu anakmu sebelum kau pergi!
2. Bermakna “menyatakan keadaan”. Contoh: Ia telah gelapkan khas Perusahaan.
3. Bermakna “perintah melakukan”. Contoh: Tunjukkan keberanianmu!
4. Bermakna “melakukan untuk orang lain”. Contoh: Kupaskan mangga itu untukku!
Akhiran –an tidak memiliki variasi bentuk. Adanya akhiran –an dapat menyebabkan menjadi kategori kata benda, kata kerja, atau kata sifat.
5. Sebagai kata benda: Catatan yang kau buat cukup lengkap.
6. Sebagai kata kerja (cakapan): Aku ingin pacaran denganmu.
7. Sebagai kata sifat (cakapan): Uangmu sekarang banyakan, ya.
Akhiran -an
Akhiran –i
Akhiran –i tidak memiliki variasi bentuk. Pengimbuhan akhiran –i menyebabkan beberapa makna yang muncul pada kata, seperti:
1. Bermakna “berkali-kali”. Contoh: Preman itu mereka pukuli sampai babak belur.
2. Bermakna “merasa sesuatu pada”. Contoh: Sayangi ia seperti kau menyayangiku.
3. Bermakna “menjadi atau menganggap”. Contoh: Jangan kau pecundangi orang tua itu.
4. Bermakna “sebabkan jadi”. Contoh: Kurangi gulanya agar tidak terlalu
manis!
Imbuhan Gabung ber-an
Imbuhan gabung ber-an adalah imbuhan yang secara bersama-sama digunakan pada kata dasar. Fungsinya adalah untuk membentuk sebuah kata kerja intransitif.
Adapun makna yang ditimbulkan ialah sebagai berikut:
1. Bermakna “banyak serta tidak teratur”. Contoh: Anak itu berlarian ke sana ke mari.
2. Bermakna “saling atau berbalasan”. Contoh: Kedua mobil itu bertabrakan dengan keras.
3. Bermakna “saling berasa di”. Contoh: Pengantin itu duduk bersebalahan di pelaminan.
Imbuhan gabung ke-an bisa membentuk nomina dan adjektifa.
Contoh:
keadilan (n) kebesaran (adj)
Imbuhan Gabung ke-an
Imbuhan Gabung per-an
Imbuhan gabung per-an mempunyai tiga variasi bentuk, yaitu: per- an, pe-an, dan pel-an. Secara khusus imbuhan gabung per-an untuk membentuk kata benda.
Contoh:
perdagangan perbaikan
1. per-an juga digunakan untuk melengkapi makna kata benda “tentang masalah/hal”, misalnya perminyakan, perkebunan, pertanian
2. pe-an digunakan pada kata benda yang menyatakan tempat, misalnya, pekuburan, pedesaan
3. pel-an hanya digunakan pada kata dasar ajar, sehingga menjadi pelajaran
Sisipan –el, -em, dan -er
• Sisipan ini tidak memiliki variasi bentuk, dan ketiganya merupakan imbuhan yang tidak produktif. Artinya, tidak digunakan untuk membentuk kata-kata baru.
• Pengimbuhannya dilakukan dengan cara menyisipkan di antara konsonan dan vocal suku pertama kata dasar.
Contoh:
tunjuk+el telunjuk gigi+er gerigi
tali+emtemali
Pemakaian Kata Perangkai
• Kata perangkai merupakan sekelompok kata yang berfungsi untuk merangkaikan atau menghubungkan kata- kata atau bagian-bagian kalimat yang satu dengan yang lain sekaligus menentukan jenis hubungannya.
• Yang termasuk kata perangkai adalah kata depan dan kata penghubung. Keduanya merupakan bentuk terikat secara sintaksis.
• Kata perangkai: dari, daripada, pada, kepada, dan, dengan,
karena, agar, di, ke
Kata Perangkai dari dan daripada
1. Kata dari digunakan untuk menyatakan keterangan tempat. Contoh:
Paman baru datang dari Bandung.
2. Untuk menerangkan asal sesuatu dibuat. Contoh: Sepatu itu dari kulit kerbau.
3. Untuk menyatakan sebab. Contoh: Kejadian itu disebabkan dari peristiwa minggu lalu.
4. Untuk menyatakan bagian dari suatu kelompok. Contoh: Seseorang dari mereka telah ditangkap.
Kata daripada memiliki satu fungsi yaitu menyatakan suatu perbandingan.
• Sepatu Ali lebih besar daripada sepatu Irwan.
Akan tetapi, kata daripada sering dipakai untuk menggantikan kata dari.
Padahal, fungsinya jelas berbeda. Contoh:
• Semua itu tergantung daripada sarana yang ada.
• Berhasil atau tidaknya kelompok kita tergantung daripada usaha yang kita lakukan.
Kata Perangkai pada dan kepada
Berikut beberapa fungsi kata perangkai pada
1. Sebagai penanda keterangan tempat untuk orang atau binatang. Contoh:
Buku catatan saya ada pada Ayu Putri.
2. Sebagai pengantar keterangan waktu. Contoh: Saya berjumpa dengannya pada hari minggu.
3. Dipakai Bersama-sama dengan kata bergantung, yang maknanya sama dengan tergantung dari. Contoh: Semua bergantung pada kemauan Anda sendiri.
Fungsi kata perangkai kepada
4. Sebagai perangkai objek tak langsung dalam suatu kalimat. Contoh: Buah tangan itu sudah diberikan kepada saya.
5. Sebagai perangkai kalimat yang predikatnya kata sifat. Contoh: Orang kaya itu (S) sangat baik (P) kepada tetangganya.
Catatan: Orang sering salah menggunakan kata kepada sebagai pengantar subjek dalam kalimat sehingga kalimat menjadi tidak efektif.
Kepada generasi muda diharap berperan serta dalam pembangunan.
(Tidak Efektif)
Generasi muda diharap berperan serta dalam pembangunan. (Efektif).
Kata Perangkai dan dan dengan
Fungsi kata perangkai dan ialah sebagai penanda penggabungan. Contoh:
• Pemimpin dan karyawan sama-sama memajukan Perusahaan.
• Ayah dan ibu baru saja dari Palembang.
Fungsi kata perangkai dengan:
1. Menyatakan keterangan alat. Contoh: Ibu memotong kain dengan gunting.
2. Menyatakan keterangan kualitas. Contoh: Anak itu mengerjakan PR dengan sungguh-sungguh.
3. Menyatakan keterangan cara. Contoh: Anton memecahkan masalah dengan merenung.
4. Menyatakan keselarasan dua hal atau lebih. Contoh: Pakaian anak itu serasi benar dengan warna kulitnya.
5. Sebagai perangkai kata lain untuk membentuk ungkapan tetap yang mempertegas makna. Contoh: sesuai dengan, sama dengan, sejalan dengan, berkaitan dengan
6. Menyatakan batas waktu tertentu. Contoh: Peraturan itu masih berlaku sampai dengan hari ini.
Kalimat Efektif
• Kalimat efektif adalah sebuah kalimat yang dapat merepresentasikan pesan yang disampaikan oleh penulis/pembicara secara efektif dan jelas.
• Kalimat efektif disusun berdasarkan kaidah- kaidah yang berlaku, seperti unsur penting yang harus dimiliki kalimat, ejaan, serta pemilihan diksi yang tepat.
• Ciri-ciri kalimat efektif: (1) kesepadanan, (2)
keparalelan, (3) ketegasan, (4) kehematan, (5)
kecermatan, (6) kepaduan, dan (7) kelogisan.
Ciri Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan kalimat adalah keseimbangan yang terjadi antara gagasan dan struktur bahasa yang dipakai. Berikut ciri-cirinya.
1. Subjek dan predikatnya jelas (tidak menghadirkan kata depan sebelum subjek).
Contoh: Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Benar)
2. Tidak terdapat subjek ganda
Contoh: Pelaksanaan kegiatan itu saya dibantu oleh mahasiswa-mahasiswa. (Salah) Dalam pelaksanaan kegiatan itu, saya dibantu oleh mahasiswa- mahasiswa. (Benar)
3. Kata hubung intrakalimat tidak dipakai dalam kalimat tunggal.
Contoh: Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak bisa mengikuti acara pertama. (Salah)
Kami datang agak terlamat. Oleh karena itu, kami tidak bisa mengikuti acara pertama. (Benar)
Ciri Kehematan
Yang dimaksud kehematan dalam kalimat efektif ialah hemat dalam menggunakan kata, frasa, dan bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Berikut beberapa kriteria kehematan.
1. Menghilangkan subjek ganda.
Contoh: Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. (Tidak hemat) Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. (Hemat)
2. Menghindari pemakaian superordinate pada hiponim kata. Misalnya, kata merah tidak perlu ditambahi kata warna.
Contoh: Ia benar-benar akan datang hari Selasa besok. (Tidak hemat) Ia benar-benar akan datang Selasa besok. (Hemat)
3. Menghindari penggunaan sinonim dalam satu kalimat.
Contoh: Dia hanya menulis satu paragraf saja. (Tidak hemat) Dia hanya menulis satu paragraf. (Hemat)
4. Tidak menjamakkan kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh: Beberapa orang-orang Beberapa orang Para tamu-tamu Para tamu
Ciri Kecermatan, Kepaduan, dan Kelogisan
1. Ciri kecermatan mengharuskan sebuah kalimat tidak memiliki tafsiran ganda atau ambigu. Untuk itulah cermati setiap kalimat yang Anda buat.
Contoh: Mahasiswa Universitas Kader Bangsa yang terkenal itu menerima hadiah.
Dia mendapat uang sebanyak dua puluh lima ribuan. (Lima ribuan sebanyak dua puluh lembar
atau dua puluh lima ribu?)
2. Ciri kepaduan mengharuskan kalimat yang utuh agar informasi yang dikandungnya tidak terpecah-pecah. Untuk itu, tidak perlu menyisipkan kata daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek.
Contoh: Saya akan mempresentasikan tentang kesehatan mental. (Salah) Saya akan mempresentasikan kesehatan mental. (Benar)
Saya akan mempresentasikan materi tentang kesehatan mental.
(Benar)
3. Kalimat yang logis adalah kalimat yang konteks penulisannya sesuai kaidah/sistem ejaan serta memiliki makna yang logis/masuk akal.
Contoh: Untuk mempersingkat waktu, sebaiknya acara kita mulai. (Salah) Untuk menghemat waktu, sebaiknya acara kita mulai. (Benar)
Paragraf
• Mampu memakai ejaan, memilih diksi yang tepat, dan membuat kalimat efektif tidak sepenuhnya menjamin seseorang dapat menulis dengan baik. Ada satu syarat yang sangat penting yang harus dipenuhi penulis, yaitu ia mampu menghubung-hubungkan kalimat dengan kalimat dalam kesatuan yang koheren atau padu.
• Kepaduan tersebut diikat oleh bahasa yang sistematis dan logis.
Tidak boleh ada satu pun kalimat yang sumbang dan menyimpang dari topiknya. Jika ada, kalimat seperti itu harus dihilangkan.
Kalimat-kalimat yang berhubungan untuk membicarakan satu topik tertentu itulah yang disebut paragraf.
• Paragraf Serangkaian kalimat yang membahas suatu
topik secara jelas dan logis.
Syarat-syarat Paragraf yang Baik
1. Setiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran atau gagasan utama.
2. Setiap paragraf harus memiliki kesatuan (kohesi). Maksudnya, dalam sebuah paragraf tidak boleh terdapat penjelasan-penjelasan yang saling bertentangan.
3. Setiap paragraf harus memiliki koherensi dan kesinambungan (kalimat satu dengan
yang lainnya harus memiliki kepaduan makna).
Kohesi dan Koherensi
• Kohesi merupakan istilah yang digunakan dalam teks yang membahas hubungan antarunsur dalam kalimat. Paragraf yang memenuhi syarat kohesi disebut dengan istilah kohesif yang berarti utuh.
Contoh:
Anak terpeleset jatuh ke sungai. Beberapa orang lewat di tempat itu mencoba menolongnya.
Apakah kalimat tersebut sudah kohesif?
Berapa jumlah anak yang terpeleset? Anak yang mana?
Orang lewat di tempat itu, kok menolong? Jadi, lewat atau menolong?
Anak itu terpeleset, lalu jatuh ke sungai. Beberapa orang yang sedang lewat di tempat itu mencoba menolongnya.
Kohesi
Kohesi dan Koherensi
• Koherensi adalah kepaduan hubungan maknawi antarbagian dalam teks.
Contoh:
Paragraf 1
Listrik mempunyai banyak kegunaan. Orang tuaku berlangganan listrik dari PLN. Awal bulan Juli 2010 ini tarif dasar listrik naik 10% sehingga banyak masyarakat yang mengeluh. Akibatnya, banyak pelanggan listrik yang melakukan penghematan. Semua peralatan yang menggunakan listrik dikurangi pemakaiannya. Alat yang banyak menyedot listrik adalah AC atau alat penyejuk udata. Di kantor-kantor sekarang alat penyejuk udara itu dikurangi dua jam sehari.
Paragraf 2
Pemerintah akhirnya menaikkan tarif listrik bagi pelanggan rumah tangga menengah ke atas serta konsumen sektor pemerintahan. Dengan kenaikan ini, pemerintah berharap bisa menekan anggaran kompensasi listrik. Pengumuman akan kenaikan tarif listrik disampaikan lebih awal agar masyarakat—konsumen tidak terkejut.
Koherensi
Kohesi dan Koherensi
1. Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau gagasan utamanya terletak di awal paragraf dan diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas untuk mendukung gagasan utama.
2. Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada bagian akhir.
Ciri-ciri:
• Diawali dengan penyebutan peristiwa-peristiwa khusus yang berfungsi sebagai penjelas dan merupakan pendukung gagasan utama.
• Membuat simpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus tersebut.
3. Deduktif-Induktif (Campuran)
Paragraf deduktif-induktif (campuran) adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada bagian awal dan akhir paragraf. Meskipun ada dua kali pemunculan kalimat topik, hal itu bukan berarti gagasan utamanya ada dua. Adanya dua kalimat topik itu hanya merupakan bentuk pengulangan gagasan utama untuk mempertegas informasi.
Jenis-Jenis Paragraf Berdasarkan Peletakan
Ide Pokoknya
Kuis
1. Andi lebih tinggi dari Adam.
2. Andi lebih tinggi daripada Adam.
3. Kepada Bapak waktu dan tempat dipersilakan.
4. Kepada Bapak dihaturkan waktu dan tempat
dipersilakan.
Terima kasih.