• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH BAHASA INDONESIA KALIMAT EFEKTIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH BAHASA INDONESIA KALIMAT EFEKTIF"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH BAHASA INDONESIA

" KALIMAT EFEKTIF "

Dosen

: Mutiara, SIKOM

Anggota

:

1. Adinda Khoirunnisa (10616173)

2. Elfrida Ratnadila A. (12616294)

3. Febiola Kartika (12616744)

4. Liemphawaty P. (14616044)

Kelas

: 1SA07

JURUSAN SASTRA INGGRIS

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS GUNADARMA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Kalimat Efektif” sebagai tugas kelompok dosen Ibu Mutiara, SIKOM mata kuliah Bahasa Indonesia.

Makalah ini berisikan tentang informasi penyusunan kalimat efektif yang baik dan benar. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman tentang konsep penggunaan kalimat efektif.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Bekasi, 25 Oktober 2016

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

Judul 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

BAB I - PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Pembahasan 5

D. Manfaat 5

BAB II - PEMBAHASAN 6

A. Pengertian 6

B. Persyaratan Kalimat 6

C. Syarat-syarat Kalimat Efektif 6

D. Unsur-unsur Kalimat Efektif 7

E. Struktur Kalimat 11

F. Ciri-Ciri Kalimat Efektif 11

G. Kalimat Tanya 18

H. Kalimat Bernalar 19

I. Kalimat Suruh (perintah) 19

J. Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas 19

K. Kalimat Luas yang Setara 20

L. Kalimat Luas Bertingkat 20

M. Kalimat Luas Tidak Setara 21

BAB III. PENUTUP 22

A. Kesimpulan 22

B. Saran 22

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lainnya dengan tujuan menyampaikan maksud dari si pembicara. Bahasa tentu memiliki unsur atau aturan yang digunakan agar dapat lebih mudah di pahami oleh lawan bicara. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat

dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya

kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).

Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahanam orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.

Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. Faktor yang menjadikan gagasan diterima dengan baik adalah

(5)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif? 2. Apa saja unsur-unsur kalimat?

3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?

4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif? 5. Bagaimana struktur kalimat efektif?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga menjadi baik dan benar

2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa 3. Menjaga kemurnian Bahasa Indonesia

D. MANFAAT

Dari rumusan masalah yang ada maka manfaat penulisan makalah ini yaitu : 1. Mengetahui gambaran umum kalimat efektif.

2. Memahami syarat yang mendasari kalimat efektif. 3. Mengerti struktur kalimat efektif.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca.

Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :

1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)

2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)

3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)

4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)

B. PERSYARATAN KALIMAT

a. Kelengkapan struktur subjek dan predikat b. Pemutasian subjek dan predikat

c. Perwujudan makna gramatikal berdasarkan struktur

C. SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF

1. Koherensi Adalah Hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur - unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kata itu.

2. Kesatuan, Suatu kalimat efektif harus mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus memiliki unsur - unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan pelengkap yang bisa melahirkan arti yang merupakan ciri - ciri keutuhan kalimat.

3. Kehematan adalah kehematan dalam pemakain kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan tersebut menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Namun, dalam hal ini tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan.

(7)

menggunakan verba. Lalu, jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya juga harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-, juga. 5. Penekanan Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya

dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi.

6. Kevariasian, untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.

7. Logis/Nalar, suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal.

D. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1. Subjek (S)

adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu

hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:

a. Ayahku sedang melukis. b. Meja direktur besar.

c. Yang berbaju batik dosen saya. d. Berjalan kaki menyehatkan badan. e. Membangun jalan layang sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).

(8)

implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaituorang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.

a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk. b. Di sini melayani obat generic.

c. Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

2. Predikat (P)

adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:

1. Kuda meringkik. 2. Ibu sedang tidur siang. 3. Putrinya cantik jelita.

4. Kota Jakarta dalam keadaan aman. 5. Kucingku belang tiga.

6. Robby mahasiswa baru. 7. Rumah Pak Hartawan lima.

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b)

memberitahukan melakukan apa ibu,cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)

(9)

Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.

a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.

b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto. c. Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

3. Objek (O)

adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.

1. Nurul menimang …

2. Arsitek merancang …

3. Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek. Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.

1. Nenek mandi. 2. Komputerku rusak. 3. Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.

a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O) 2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.

(10)

4. Pelengkap (pel)

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:

a. Ketua MPR membacakan Pancasila. S P O

b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.

S P Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh

nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang

menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut: Pancasila dibacakan olehketua MPR.

S P O

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.

Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.

Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.

a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.

b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.

c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.

d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.

e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan (ket)

adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang

(11)

JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA No

.

Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian

1. Tempat Di Pada pukul 5 hari ini Dalam 2 hari ini

3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil

4. Tujuan Supaya/agar

6. Kesalingan - Satu sama lain

7. Similatif Seperti

Sebab Karena perempuan ituSebab kegagalannya

9. Penyerta Dengan Struktur kalimat dasar terdiri dari,

a. Pola kalimat dasar b. Tipe kalimat

Struktur kalimat tunggal terdiri dari,

 Pola kalimat tunggal

Struktur kalimat majemuk terdiri dari, a. Kalimat majemuk setara b. Kalimat majemuk bertingkat c. Kalimat majemuk campuran

F. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

Untuk dapat mencapai keefektifan suatu kalimat harus memenuhi setidaknya enam syarat, yaitu: 1) Kesepadanan

(12)

dan kepaduan pikiran yang baik.

Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:

 Sebuah kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.

Contoh:

a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah) b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)

 Tidak terdapat subjek yang ganda. Contoh:

a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. b. Saat itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :

a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. b. Saat itu bagi saya kurang jelas.

 Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal. Contoh:

a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:

a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau

Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama. b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.

Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.

 Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang. Contoh:

a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting. Perbaikannya adalah sebagai berikut:

a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting. 2) Keparalelan

(13)

Contoh:

a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.

Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

3) Ketegasan

ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.

Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh:

Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

Penekanannya ialah presiden mengharapkan. Contoh:

Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. Penekanannya Harapan presiden.

Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat. Membuat urutan kata yang bertahap

Contoh:

Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

Seharusnya:

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh:

Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

(14)

Contoh:

Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

Contoh:

Saudaralah yang bertanggung jawab.

4) Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti

penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.

Perhatikan contoh:

Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang. Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.

Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.

Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada

hiponimi kata. Perhatikan contoh:

a. Ia memakai baju warna merah.

b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu? Kata merah sudah mencakupi kata warna.

Kata pipit sudah mencakupi kata burung. Kalimat itu dapat diubah menjadi

a. Ia memakai baju merah.

b. Di mana engkau menangkap pipit itu?

Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu

kalimat.

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini. a. Dia hanya membawa badannya saja. b. Sejak dari pagi dia bermenung. Kata naik bersinonim dengan ke atas. Kata turun bersinonim dengan ke bawah. Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi

(15)

b. Sejak pagi dia bermenung.

Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk

jamak. Misalnya:

Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang bentuk baku : para tamu, beberapa orang.

5) Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.

a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi. Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.

 Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi

Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

6) Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.

a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.

Misalnya:

Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari

kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab

b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.

Contoh:

Surat itu saya sudah baca.

Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk

a. Surat itu sudah saya baca.

(16)

c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Perhatikan kalimat ini :

a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.

b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat. Seharusnya:

a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.

b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

7) Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

G. Kalimat Tanya

Adalah Kalimat yang dimaksud untuk mendapat jawaban berupa informasi, penjelasan atau pertanyaan.

 Ciri-ciri Kalimat Tanya

a. Menggunakan kata tanya (5W+1H). b. Membalikan urutan kata.

c. Menambah kata buka/tidak, partikel –kah. d. Intonasi naik.

 Macam-macam Kalimat Tanya

1. Kalimat tanya retoris adalah kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban.

Contoh: Apalagi yang dapat kita kerjakan, kecuali hanya memohon pertolongan Tuhan? 2. Kalimat tanya biasa adalah kalimat tanya yang hanya memerlukan jawaban.

Contoh: Siapa yang menulis artikel itu?

3. Kalimat tanya konfirmasi adalah kalimat tanya untuk pembenaran/penegasan. Contoh: Apakah hari ini ada rapat dengan klien mengenai kerjasama?

4. Kalimat tanya klarifikasi adalah kalimat tanya untuk penjernih suatu hal. Contoh: Apakah benar berita kemalingan di rumah Dian?

5. Kalimat tanya samar adalah kalimat tanya bukan untuk menggali informasi, klarifikasi dan konfirmasi, melainkan mempunyai maksud tertentu.

Contoh: Siapkah Anda berangkat pagi ini? (mengajak)

 Contoh-contoh Kalimat Tanya

1. Apa digunakan menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Contoh: Arsitek itu sedang merencanakan apa?

Apabila kata tanya tersebut dipindahkan ke awal kalimat, maka kalimat itu menjadi: Apa yang sedang direncanakan arsitek itu?

(17)

Contoh: Siapa yang mencabut nyawa manusia?

3. Mengapa digunakan untuk menanyakan perbuatan. Contoh: Pegawai itu sedang mengapa?

4. Kenapa digunakan untuk menanyakan sebab seperti halnya kata tanya mengapa. Contoh: Kenapa Ahmad tidak pergi ke sekolah?

5. Bagaimana digunakan menanyakan keadaan. Contoh: Bagaimana nasib anak itu?

6. Mana digunakan untuk menanyakan tempat. Di mana menanyakan tempat berada. Dari mana menanyakan tempat asal atau tempat yang ditinggalkan . Dan ke mana

menanyakan tempat yang dituju. Contoh: Ke mana nenek pergi?

7. Kapan digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh: Kapan paman datang?

8. Berapa digunakan untuk menanyakan jumlah bilangan. Contoh: Berapa harga tas itu?

Adapun penjelasan mengenai kalimat tidak baku dan kalimat baku, ragam tidak baku dan baku, serta kalimat tidak teratur dan teratur, yaitu sebagai berikut:

1. Kalimat tidak baku

Contoh: Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas. Kalimat baku

Contoh: Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas. 2. Kalimat tidak baku

Contoh: Persoalan yang diajukan oleh Bapak Kepala Sekolah diulas kembali bersama Bapak Ketua P.O.MG.

Ragam baku

Contoh: Soal yang diajukan oelh Kepala Sekolah diulas kembali oleh Ketua POMG 3. Kalimat tidak teratur

Contoh: Ini hari, kita bicarakan tentang soal harga, melainkan tentang mutu barang itu. Kalimat teratur

Contoh: Hari ini kita tidak membicarakan soal harga, tetapi soal mutu barang itu.

H. Kalimat Bernalar

Kalimat bernalar merupakan satuan kalimat informasi yangberjalan selaras antara yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua. Contoh:

(18)

sebelumnya, jelas bahwa yang akan memberikan sambutan adalah sang ketua panitia, bukan waktu dan tempat. Akan tetapi, dalam kalimat selanjutnya jalan pikiran pembawa acara tergelincir, yakni dengan mempersilakan waktu dan tempat. Dalam hal ini, seolah-olah yang diundangkan untuk datang ke mimbar pertemuan itu adalah waktu dan tempat.

Kalimat yang bernalar dari ucapan pembawa acara adalah sebagai berikut:

Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua panitia. Ketua panitia kami persilakan.

I. Kalimat Suruh (perintah)

Pernyataan untuk mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran bermakna ejekan atau sindiran dan mencegah atau melarang. Berdasarkan strukturnya kalimat suruh digolongkan menjadi empat, yaitu:

1. Kalimat suruh sebenarnya

Ditandai oleh pola intonasi suruh, P nya terdiri dari kata verbal instrasitif, partikel -lah dapat ditambahkan untuk memperhalus perintah, sementara S, O, K nya boleh dipakai, boleh tidak. Contoh: Beristirahatlah!

2. Kalimat persilahan

Ditandai pola intonasi suruh, penambahan kata silahkan atau dipersilahkan di awal kalimat. Contoh: Silahkan bapak duduk di sini!

3. Kalimat ajakan

Sama halnya dengan kalimat persilahan dan kalimat suruh yang sebenarnya kalimat ajakan ini, berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, juga mengharapkan suatu tanggapan yang berupa tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu di sini bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh orang yang berbicara atau penuturnya.

Contoh: Ayo kita jalan-jalan! 4. Kalimat larangan

Kalimat yang menyatakan suatu pencegahan atau larangan dan harus dikerjakan oleh orang yang bersangkutan, serta partikel -lah dapat ditambahkan pada kata tersebut untuk memperhalus larangan.

Contoh: Janganlah engkau meninggalkanku!

J. Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas

Kalimat dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu kalimat sederhana dengan kalimat luas. Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat berklausa satu.

Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat luas itu bermacam-macam. Macam-macam kalimat luas terdiri atas kalimat luas setara dan kalimat luas tak setara (Alwi dkk, 2004)

(19)

Contoh: Bunga disiram

Pola kalimat I disebut kalimat “verbal” b. Pola kalimat II = kata benda-kata sifat Contoh: Wanita cantik

Pola kalimat II disebut pola kalimat “atributif” c. Pola kalimat III = kata benda-kata benda Contoh: Saya Penulis

Pola pkir kalimat IIIdiseut kalimat nominal ataukalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja bantu, seperti : adalah, menjadi, merupakan.

d. Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial Contoh :Ibu ke pasar

Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial yaitu Suatu bentuk kalimat luas hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga membentuk satu polakalimat baru disamping pola yang ada.

Kalimat berklausa terdiri dari satu klausa dan dua klausa atau lebih. Kalimat yang terdiri dari satu klausa disebut kalimat sederhana. Sedangkan kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih disebut kalimat luas.

Contoh kalimat sederhana:

a. Mahasiswa itu berusia 20 tahun

b. Ia mengeluarkan handpond dari saku bajunya. Contoh kalimat luas:

a. Ia menutup laptopnya lalu pergi keluar ruangan b. Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadanya.

K. Kalimat Luas Yang Setara

Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat luas setara.

Ciri-ciri kalimat luas antara lain :

1. Kedudukan pola-pola kalimat,sama derajatnya. 2. Penggabungannya disertai perubahan intonasi. 3. Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan. 4. Pola umum uraian jabatan kat :S-P+S-P

L. Kalimat Luas Bertingkat

(20)

bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan sebagai konjungtor. Konjungtor inilah yang membedakan struktur kalimat luas bertingkat dari kalimat setara.

Kalimat luas bertingkat dibentuk dari dua buah klausa, yang digabungkan menjadi satu. Biasanya dengan bantuan kata penghubung sebab, kalau, meskipun, dan sebagainya.

Penggabungan dua buah klausa menjadi kalimat luas bertingkat ini memberikan makna yang, antara lain menyatakan :

1. Sebab

Contoh: Karena tidur terlalu larut malam aku bangun kesiangan.

Anak kalimat dan induk kalimat pada kalimat bertingkat ini dapat dipertukarkan tempatnya. Kalau anak kalimat mendahului induk kalimat maka di muka induk kalimat dapat pula ditempatkan kata penghubung maka, misalnya:

- Karena tidur terlalu larut malam, maka aku bangun kesiangan. 2. Akibat

Contoh: Saya selalu menghabiskan waktu bersama teman-teman sampai saya lupa waktu istirahat.

Dalam kalimat luas bertingkatyang hubungannya menyatakan akibat ini,posisi anak kalimat selalu dibelakang induk kalimat.

3. Syarat

Contoh: - Saya akan datang jika kamu datang. 4. Tujuan

Contoh: Kamu harus bisa fokus agar kamu bisa mengerjakan apa yang akan kamu kerjakan. 5. Waktu

Contoh: Sesudah kamu wisuda,kamu akan menikah. 6. Kesungguhan

Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna “kesungguhan” dibentuk dari buah yang digabungkan menjadi sebuah kalimat,biasanya dengan bantuan kata penghubung meskipun, biarpun, atau sungguhpun.

Contoh: Meskipun hujan, Saya tetap berangkat ke kampus. 7. Pembatasan

Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan “pembatasan” dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat,biasanya dengan bantuan kata penghubung kecuali atau hanya.

Contoh : Semua mahasiswa sudah hadir kecuali Hasan dan Rumi. 8. Perbandingan

Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan “perbandingan” dibentuk dari dua buah klausa, biasanya dengan bantuan kata penghubung seperti dan bagai.

(21)

M. Kalimat Luas Tidak Setara

Dalam kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa lainnya. Klausa yang merupakan bagian dari klausa lainnya itu disebut bukan inti, sedangkan lainnya disebut inti.

(22)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan informasi secara tepat, cepat, dan mudah dipahami dan mempunyai hubungan kalimat, penekanan dan

pengucapannya. Di dalam penyusunan kalimat efektif sangat perlu diperhatikan struktur kalimat, kelugasan penyusunan kata serta faktor-faktor lainnya agar kalimat yang disusun menjadi kalimat utuh yang efektif. Unsur-unsur dalam kalimat efektif, ialah: subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat kalimat efektif meliputi: koherensi, kesatuan, kehematan, paralelisme atau kesejajaran, penekanan, kevariasian dan logis/nalar.

Kalimat tanya adalah kalimat yang di maksud untuk mendapat jawaban berupa informasi, penjelasan atau pertanyaan. Kalimat bernalar ialah satuan kalimat informasi yang berjalan selaras antara yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua. Kalimat suruh (perintah) merupakan pernyataan untuk mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran bermakna ejekan atau sindiran dan mencegah atau melarang. Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat berklausa satu. Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.

Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat

sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat luas setara. Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat luas bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan sebagai konjungtor. Kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa lainnya.

B. SARAN

1. Bagi para pendidik

Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama tentang bahasa indonesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar terjadi komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.

2. Bagi calon pendidik

(23)

3. Bagi lembaga sekolah

Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.

DAFTAR PUSTAKA

 Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

 Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.

 Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

 Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.

 Dewi, Ponco, Dra. Rr K, MM. 2015. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi.

 http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat (Terakhir di akses: 28 September 2016)

 http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-kalimat-efektif.html ( Terakhir di akses pada hari jum'at, tanggal 30 september, jam 9:19 AM

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena-fenomena yang terjadi dalam masyarakat, khususnya dalam batasan orang Kristen, memperlihatkan hal yang secara normatif kurang sesuai. Perilaku-perilaku yang

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda, uji F (simultan) dan uji t (parsial) dimaksud untuk mengetahui secara simultan dan secara parsial

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang banyak memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan menyelesaikan studi di

Pemerintah menguasai jaringan informasi sampai desa Pemerintah menyebarkan informasi yang seragam Suara pemerinta dianggap paling benar. Suara yang berbeda/berseberangan dieliminir

Monitoring ini menjadi bahan untuk melakukan berbagai perubahan/ pemutakhiran kalender kegiatan dan perkiraan penarikan dana. Pemutakhiran dapat terjadi pada level

Hasil isolasi bakteri endofit dari akar jagung, benih jagung, serta akar rumput, didapatkan 17 isolat yang berpotensi sebagai agens hayati: 9 isolat mampu mensintesis

 bijih adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak ( galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral berharganya diambil) mineral berharganya secara secara ekonomis, dan bijih

Berdasarkan ketentuan tersebut, untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, diperlukan adanya sumber daya dan dana yang