• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Hukum Acara Perdata

N/A
N/A
HUKUM UIN ALAUDDIN

Academic year: 2025

Membagikan "Materi Hukum Acara Perdata"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM ACARA PERDATA

Disampaikan pada acara :

Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA)

Kerjasama Fakultas Syariah & Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassaar dengan Dewan Pimpinan Nasional PERADI

Tanggal , 18 Maret 2023 Hotel Ramedo Makassar

Oleh :

Dr. Muhammad Ilyas Billah, S.H,. M.H.

(2)

Pengertian gugatan

 adalah suatu tuntutan hak yang diajukan oleh penggugat kepada tergugat melalui pengadilan.

 Tuntutan hak yang mengandung sengketa dan diajukan ke

pengadilan untuk mendapatkan

putusan.

(3)

Syarat & Isi Gugatan

Syarat gugatan :

 gugatan dalam bentuk tertulis;

 diajukan oleh orang yang berkepentingan;

 diajukan ke pengadilan yang berwenang.

Isi Gugatan :

 Identitas para pihak;

 dasar atau dalil gugatan/posita/fundamentum petendi berisi tentang peristiwa & hub. Hukum;

 tuntutan/petitum terdiri dari tuntutan primer dan

subsider/tambahan.

(4)

Syarat untuk diajukannya suatu gugatan

a. Diajukan oleh yang punya kepentingan dan hubungan dengan perkara tersebut;

b. Diajukan secara tertulis dan lisan (tapi sebaiknya tulisan);

c. Orang yang belum dewasa dapat diwakili oleh wali;

d. Orang yang dibawah pengampuan dapat diwakili oleh pengampunya;

e. Badan Hukum diajukan oleh pengurusnya

(direksi).

(5)

Isi gugatan:

a. Identitas para pihak;

b. Fundamentum petendi/posita (uraian

kejadian/peristiwa/duduknya

perkara dan hubungan hukum yang menjadi dasar yuridis dari tuntutan);

c. Petitum (tuntutan: pokok,

tambahan).

(6)

H a l : Gugatan

Kepada Yang Terhormat,

KETUA PENGADILAN NEGERI MAKASSAR di

Makassar

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini :

MUH.ILYAS BILLAH,SH,MH.

Adalah Advokat/Pengacara dari Kantor Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum Yayasan Wakaf UMI (PKBH YW-UMI), berkantor di Jalan Kakatua No.27 Kampus I UMI Makassar, dalam hal ini sah bertindak dan mewakili Pemberi Kuasa dalam Jabatannya sebagai Direktur Utama Perusahaan Perseroan (PT) Pupuk Sriwidjaja yang berkedudukan dan berkantor Pusat di Palembang Jalan Mayor Zen Palembang, berdasarkan Surat Kuasa tanggal 30 April 2009 yang telah terdaftar pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Makassar, selanjutnya disebut PENGGUGAT.---

(7)

Dengan ini mengajukan gugatan kepada :

1.

PT. Asindoindah Griyatama, berkantor di Jalan Letjend.

Hertasning No.4 Makassar, selanjutnya disebut Tergugat I;---

2.

PT. Asuransi Kredit Indonesia (ASKRINDO), berkantor di

Jalan Kakatua No. 25 Makassar, sebagai pemilik rumah di Jalan Asoka III No.19 Kompleks Perumahan Asoka Panakkukang Mas Makassar (obyek sengketa), selanjutnya disebut Tergugat II;----

3.

PT. Asuransi Jasa Tania, berkantor di Jalan Pengayoman No. A

5 (depan Carrefour Pengayoman) Makassar, sebagai pemilik rumah di Jalan Asoka III No.17 Kompleks Perumahan Asoka Panakkukang Mas Makassar (obyek sengketa), selanjutnya disebut Tergugat III;---

4.

Rudy Yaury, beralamat di Jalan Asoka III No.15 B Kompleks

Perumahan Asoka Panakkukang Mas Makassar(obyek sengketa) , selanjutnya disebut Tergugat IV;---

5.

Ny.Diah, beralamat di Jalan Asoka II No. 8 Kompleks

Perumahan Asoka Panakkukang Mas Makassar (obyek sengketa),

selanjutnya disebut Tergugat V.---

(8)

Adapun mengenai duduk perkaranya adalah sebagai berikut :---

1. Bahwa Penggugat adalah pemilik sah sebidang tanah

seluas 2.000 M2, dengan batas-

batas :--- Sebelah Utara : tanah milik Kol.Bachtiar;---

Sebelah Timur : tanah milik Kol.Bachtiar;---

Sebelah Selatan : tanah milik Dr.M.Natsir Said,SH;---

Sebelah Barat : tanah milik M.Dachlan Mustafa,---

terletak di Kelurahan Masale, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar (dahulu Kelurahan Panaikang, Kecamatan Panakukang, Kota Madya Ujung Pandang).

Dimana tanah tersebut diperoleh Penggugat dengan

dasar membeli dari Drs.H.Yusuf Kalla berdasarkan Akta

Jual Beli Nomor : 167b/III/3/KP/II/1981, tanggal 23

Februari 1981 antara Drs.H.Yusuf Kalla sebagai Penjual

dengan Ir.Amir Sayat atas nama PT.PUSRI SRIWIJAYA

(PT.PUSRI) sebagai Pembeli dihadapan PPAT Camat

Panakkukang Drs.Abd.Syukur Wahid kala

itu;---

(9)

2. Bahwa tanah seluas 2000 M2 tersebut di atas, telah diterbitkan pula Sertifikat HGB diatas tanah tersebut oleh Kepala Kantor Agraria Ujung Pandang dengan Sertifikat HGB Nomor : 20/99 Panaikang, tanggal 17-10- 1981, Gambar Situasi No.2869, luas 2000 M2, atas nama Penggugat;---

3. Bahwa luas tanah 2000 M2 yang tercantum dalam Akta Jual Beli dan Sertifikat HGB tersebut, oleh Penggugat hanya menguasai tanah tersebut seluas 1.459 M2, sedangkan sisanya seluas 541 M2 telah dikuasai oleh Tergugat I tanpa izin dan tanpa sepengetahuan Penggugat dengan cara mendirikan beberapa unit bangunan rumah diatasnya, yang dikenal sekarang dengan nama Kompleks Perumahan Asoka Panakkukang Mas;---

4. Bahwa tindakan mendirikan beberapa unit rumah yang dilakukan oleh Tergugat I dan telah dialihkan dengan cara menjual kepada tergugat II, III,

IV, dan V adalah merupakan tindakan melawan

hukum;---

5. Bahwa untuk itu, yang menjadi obyek sengketa dalam perkara ini adalah sebagian dari luas tanah yang tercantum dalam Akta Jual beli Nomor : 167b/III/3/KP/II/1981, tanggal 23 Februari 1981 dan Sertifikat HGB Nomor : 20/99 Panaikang, Gambar Situasi No.2869, tanggal 17-10-1981, yakni seluas 541 M2 yang telah dikuasai dengan melawan hukum oleh tergugat I, II, III, IV dan V yang terletak di Kelurahan Masale, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar (dahulu Kelurahan Panaikang, Kecamatan Panakukang, Kota Madya Ujung Pandang), dengan batas-batas sebagai berikut :---

(10)

Sebelah Utara : jalan dan Perumahan Asoka; ---

Sebelah Timur : perumahan

PT.PUSRI;---

Sebelah Selatan : sudut perumahan Asoka

III B.20 dan tanah kosong perumahan Tulip;---

Sebelah Barat : perumahan

Asoka.---

6.

Bahwa ternyata Tergugat I telah mengakui obyek sengketa adalah milik Penggugat sesuai hasil kesepakatan dalam suatu pertemuan bersama antara Penggugat dengan Tergugat I;---

7.

Bahwa walaupun Penggugat telah mengupayakan penyelesaian secara kekeluargaan, namun para tergugat tetap pada pendiriannya , sehingga untuk memperoleh kepastian hukum maka dengan terpaksa Penggugat mengajukan gugatan ini ;---

8.

Bahwa karena para tergugat telah menguasai obyek sengketa

dengan melawan hukum, maka berdasar hukum jika para

tergugat atau siapa saja yang mendapat hak dari padanya untuk

menyerahkan obyek sengketa kepada Penggugat dalam keadaan

kosong sempurna, bebas dari segala barang dan orang yang ada

di atasnya; ---

(11)

9. Bahwa untuk menjamin hak-hak Penggugat serta untuk menjaga para tergugat jangan sampai mengalihkan obyek sengketa tersebut pada saat perkara ini sedang berlangsung, maka mohon kiranya Pengadilan meletakkan sita jaminan (conservatoir beslaag) atas obyek sengketa tersebut;---

10. Bahwa karena para tergugat menguasai tanah milik penggugat dengan melawan hukum, maka segala surat- surat yang berhubungan dengan tanah obyek sengketa yang terbit atas nama para tergugat adalah tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;---

11. Bahwa karena gugatan ini telah didasarkan pada bukti-

bukti otentik dan kuat menurut hukum, maka bersama ini

pula Penggugat mohon agar Pengadilan berkenan

menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan lebih dahulu,

meskipun ada verzet, banding maupun kasasi (uit voerbaar

bij voorraad);---

(12)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dengan segala kerendahan hati Penggugat memohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Negeri Makassar c.q.

Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan memutuskan sebagai berikut :---

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;---

2. Menyatakan sita jaminan (conservatoir beslaag) yang telah diletakkan oleh Pengadilan Negeri Makassar terhadap obyek sengketa adalah sah dan berharga;---

3. Menyatakan menurut hukum bahwa obyek sengketa, yakni tanah seluas 541 M2, terletak di Kelurahan Masale, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar, dengan batas-batas :---

Sebelah Utara : jalan dan

perumahan Asoka;---

Sebelah Timur : perumahan

PT.PUSRI;---

Sebelah Selatan : sudut perumahan

Asoka III B.20 dan tanah kosong perumahan Tulip;---

Sebelah Barat : perumahan

Asoka.---

adalah tanah milik Penggugat berdasarkan Akta Jual Beli Nomor : 167b/III/3/KP/II/1981, tanggal 23 Februari 1981 dan sertifikat HGB No.2099/Panaikang, Gambar Situasi No.2869, tanggal 17-10-1981;---

(13)

4. Menyatakan perbuatan para tergugat menguasai obyek sengketa tanpa izin dan tanpa sepengetahuan Penggugat adalah perbuatan melawan hukum.---

5. Menyatakan, segala surat-surat yang berhubungan dengan tanah obyek sengketa yang terbit atas nama para tergugat adalah tidak sah dan tidak mempunyai

kekuatan hukum

mengikat;---

6. Menghukum para tergugat atau siapa saja yang memperoleh hak dari padanya untuk menyerahkan tanah obyek sengketa kepada Penggugat dalam keadaan kosong sempurna, bebas dari segala barang

dan orang yang ada di

atasnya;---

7. Menyatakan bahwa putusan ini dapat dilaksanakan

terlebih dahulu meskipun ada verzet, banding

maupun kasasi (uit voerbaar bij

voorraad);---

(14)

8. Menghukum para tergugat secara tanggung-renteng untuk membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini.---

DAN/ATAU : Sekiranya Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aquo et bono).---

Makassar, Juni 2009 Hormat kami

Kuasa Penggugat,  

Muh. Ilyas Billah,SH,MH.

     

(15)

Macam-macam Eksepsi/tangkisan dalam Hukum Acara Perdata yaitu:

Eksepsi mengenai kompetensi relatif :

Eksepsi yang menyatakan bahwa PN tidak berwenang mengadili perkara. Diajukan sebelum tergugat menjawab pokok perkara.

Eksepsi mengenai kompetensi absolut :

Eksepsi yang menyatakan bahwa PN tidak berwenang untuk mengadili perkara tsb (psl 143 HIR), eksepsi mengenai kekuasaan absolut dapat diajukan setiap waktu selama pemeriksaan perkara berlangsung, bahkan hakim wajib karena jabatannya (tanpa harus diminta oleh tergugat).

Eksepsi Deklinatoir (mengelakkan) :

Hakim tidak berwenang (psl 133, 134) jika benar maka gugatan

penggugat diputus tidak dapat diterima. Dalam hal ini penggugat

dapat mengajukan gugatan baru pada pengadilan yang berwenang.

(16)

Eksepsi Dilatoir (menangguhkan, menunda):

contoh, tergugat menyatakan bahwa gugatan diajukan prematur, belum saatnya. Kalau gugatan penggugat dinyatakan tidak dapat diterima, penggugat dapat menggugat kembali setelah tiba saatnya.

Eksepsi Peremptoir (menyudahi, menyelesaikan):

Contoh daluwarsa, kalau oleh hakim gugatan tersebut ditolak, maka penggugat tidak dapat mengajukan gugatan lagi.

Eksepsi Diskualifikatoir:

Penggugat dianggap tidak mempunyai kedudukan yang dimaksud dalam gugatan.

Eksepsi ne bis in idem:

Eksepsi yang menyatakan bahwa perkara yang sekarang

seluruhnya sama dengan perkara yang terdahulu diputus

yaitu baik objeknya, persoalannya maupun pihak-pihaknya

sama (nebis in idem).

(17)

Tuntutan tambahan supaya:

a. Agar tergugat dihukum membayar biaya perkara.

b. Agar putusan dinyatakan dapat dilaksanakan lebih dulu meskipun putusannya dilawan atau dimintakan banding (uitvoobaar bij voorad);

c. Agar tergugat dihukum membayar bunga moratoir (kealpaan) apabila tuntutan yang dimintakan oleh penggugat berupa pembayaran sejumlah uang tertentu. Bunga ini dibebankan sebagai ganti kerugian karena terlambat memenuhi isi perjanjian dan diperhitungkan sejak diajukan gugatan ke pengadilan (pasal 1250 BW);

d. Agar tergugat dihukum membayar uang paksa

(dwangsom) apabila hukuman itu tidak berupa

pembayaran sejumlah uang, maka dapat ditentukan

bahwa pihak yang dikalahkan dihukum untuk

membayar uang paksa selama ia tidka memenuhi

putusan sejak putusan itu mempunyai kekuatan

hukum tetap.

(18)

Gugatan akan gugur:

a. Jika si penggugat tidak hadir;

b. Walaupun telah dipanggil dengan patut;

c. Tidak menghadap pengadilan pada hari yang telah ditentukan, atau

d. Tidak juga menyuruh orang lain

menghadap selaku wakilnya.

(19)

Beberapa azas dari Hukum Acara Perdata yang lazim dan sudah banyak dipergunakan dalam Peradilan

Perdata. Azas itu terdiri atas:

a. Hakim bersifat menunggu (pasif) :

- Yang bekepentinganlah yang mengajukan, hakim menunggu (index ne procedat ex officio). (Vide, pasal 118 HIR, 142 RBG).

- Ruang lingkup dan luas pokok sengketa ditentukan para pihak.

- Para pihak dapat mengakhiri sendiri sengketa, sedangkan hakim tidak. (Vide, pasal 130 HIR, 154 RBG).

- Hakim wajib mengadili seluruh gugatan dan dilarang memutus lebih dari yang dituntut. (Vide, pasal 178 ayat (2) dan (3) HIR). (beda dengan pidana bisa lebih berat).

- Para pihak yang harus membuktikan.

(20)

b. Sifat terbukanya persidangan : - Sidang terbuka untuk umum;

- Jika putusan tidak dibaca didepan umum berarti tidak sah dan dapat batal demi hukum.

c. Hakim harus mendengar kedua belah pihak (Vide, pasal 132a, 121 ayat (2) HIR).

d. Putusan disertai alasan-alasan : Harus disertai alasan putusan (pasal 315 HIR) jika tidak maka bisa banding/kasasi.

e. Beracara dikenakan biaya :

- Berperkara kena biaya (Pasal 121 ayat (4), 182, 183 HIR).

- Yang tidak mampu, bisa gratis/prodeo (Pasal 237 HIR).

f. Tidak ada keharusan mewakilkan :

- Para pihak tidak diwajibkan mewakilkan, tetapi dapat

juga dengan kuasanya (Pasal 123 HIR).

(21)

Pencabutan Gugatan

Dapat terjadi :

 sebelum pemeriksaan perkara oleh hakim;

 dilakukan dalam proses pemeriksaan perkara dengan syarat disetujui oleh pihak tergugat;

 

Perubahan Surat Gugatan dapat dilakukan dgn syarat:

 tidak boleh mengubah kejadian materil yang jadi dasar gugatan;

 bersifat mengurai atau tidak menambah

tuntutan.

(22)

Kesempatan atau waktu melakukan perubahan gugatan dibagi jadi 2 (dua) tahap :

1. sebelum tergugat mengajukan jawaban dapat dilakukan tanpa perlu izin tergugat;

2. sesudah tergugat mengajukan jawaban harus dengan izin tergugat jika tidak disetujui

perubahan tetap dapat dilakukan dengan ketentuan :

a. tidak menyebabkan kepentingan kedua belah pihak dirugikan terutama tergugat;

b. tidak menyimpang dari kejadian materil sebagai penyebabtimbulnya perkara;

c. tidak boleh menimbulkan keadaan baru dalam

positanya.

(23)

Penggabungan/Kumulasi Gugatan

Kumulasi ada 2 (dua) :

1. Kumulasi Subjektif : para pihak lebih dari satu orang (pasal 127 HIR/151 Rbg);

2. Kumulasi Objektif :

penggabungan beberapa

tuntutan.

(24)

Penggabungan objektif tidak boleh dilakukan dalam hal:

a. hakim tidak berwenang secara relatif untuk memeriksa satu tuntutan yang diajukan secara bersama-sama dalam gugatan;

b. satu tuntutan tertentu diperlukan satu gugatan khusus, sedangkan tuntutan lainnya diperiksa menurut acara biasa;

c. tuntutan tentang bezit tidak boleh

diajukan bersama-sama dengan tuntutan

tentang eigendom dalam satu gugatan.

(25)

Tujuan penggabungan gugatan :

a. menghindari kemungkinan putusan yang berbeda atau berlawanan;

b. untuk kepentingan beracara yang bersifat sederhana, cepat & biaya ringan.

Kompetensi

Adalah kewenangan mengadili dari badan peradilan.

Kompetensi ada 2 (dua) :

c. Kompetensi Mutlak/absolut : yaitu dilihat dari beban tugas masing2 badan peradilan;

d. Kompetensi relatif : yaitu dari wilayah hukum masing2 peradilan.

e. Menurut pasal 118 HIR/142 Rbg kompetensi relatif adalah

pengadilan negeri ditempat tinggal tergugat (asas actor

sequitor forum rei).

(26)

Para pihak berperkara

Ada 2 pihak : Penggugat dan tergugat , dapat langsung berperkara di pengadilan dan dapat diwakilkan.

Untuk itu dapat dibedakan atas :

1. Pihak materil : yang punya kepentingan langsung (Penggugat-Tergugat);

2. Pihak Formil : mereka yang beracara di

pengadilan yaitu penggugat, tergugat dan

kuasa hukum.

(27)

 turut tergugat : pihak yang tidak menguasai

objek perkara tapi akan terikat dengan putusan hakim.

Perwakilan dalam Perkara Perdata :

 dalam sistim HIR/Rbg beracara di muka pengadilan dapat diwakilkan kepada kuasa hukum dengan syarat dengan surat kuasa;

 menurut UU No.18 Tahun 2003 tentang Advokat, kuasa hukum itu diberikan kepada advokat;

 advokat adalah orang yang mewakili kliennya

untuk melakukan tindakan hukum berdasarkan

surat kuasa yang diberikan untuk pembelaan

atau penuntutan pada acara persidangan di

pengadilan atau beracara di pengadilan.

(28)

Surat Kuasa

Adalah suatu dokumen dimana isinya seseorang menunjuk dan memberikan wewenang pada orang lain untuk melakukan perbuatan hukum untuk dan atas namanya.

Macam-macam surat kuasa :

 surat kuasa umum : surat yang menerangkan bahwa pemberian kuasa tersebut hanya untuk hal2 yang bersifat umum saja, artinya untuk segala hal atau segala perbuatan dengan titik berat pengurusan;

 surat kuasa khusus : kuasa yang menerangkan

bahwa pemberian kuasa hanya berlaku untuk

hal2 tertentu saja. Dalam beracara perdata

digunakan surat kuasa khusus.

(29)

Isi Surat Kuasa Khusus :

1. identitas pemberi kuasa dan penerima kuasa;

2. apa yang menjadi pokok perkara;

3. dijelaskan tentang kekhususan isi kuasa;

4. hak

substitusi/pelimpahan(pengganti).

(30)

CONTOH : SURAT KUASA

Yang bertanda tangan di bawah

ini :---

MUH. USMAN SAMAILA (ahli waris dari alm. Tjama bin Batjo), Pekerjaan Wiraswasta, bertempat tinggal di Blok I Jalan Bangkala Dalam I Nomor 6, Perumnas Antang, Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota

Makassar, selanjutnya disebut sebagai PEMBERI

KUASA.--- Dengan ini memberi kuasa dengan Hak Substitusi

kepada :---  

--- MUH. ILYAS BILLAH, S.H, M.H.---

--- ANDI AMIRULLAH, S.H ---

 

Adalah Advokat/Pengacara dari Kantor Pusat Konsultasi Dan Bantuan Hukum Yayasan Wakaf UMI (PKBH YW-UMI), berkantor di Jalan Kakatua No.27 Kampus I UMI, Kota Makassar, selanjutnya disebut sebagai PENERIMA KUASA.---

 

(31)

K H U S U S

Bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri mewakili Pemberi Kuasa selaku PENGGUGAT dalam perkara perdata mengenai tanah darat yang terletak di Kelurahan Panaikang, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar, Persil No.18 d.II, Kohir No.481 CI, luas 12.500 M2 (1,25 Ha) yang batas-batasnya akan diuraikan dalam gugatan, melawan :---

 

DEPARTEMEN PERTAHANAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA C.q.

KOMANDO DAERAH MILITER (KODAM) VII WIRABUANA, beralamat di Jalan Urip Sumoharjo, Kelurahan Panaikang, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar;---

PEMERINTAH KOTA MAKASSAR, beralamat di Jalan Jenderal Achmad Yani Nomor 2, Kota

Makassar.--- Untuk itu Penerima Kuasa berhak menghadap pada Pengadilan Negeri Makassar, menghadiri sidang-sidangnya, membuat, menanda-tangani serta mengajukan gugatan, membuat, menandatangani dan mengajukan Replik, mengajukan pembuktian baik surat maupun saksi-saksi mengajukan atau menolak saksi-saksi, mengajukan atau menolak alat-alat bukti, membuat, menandatangani serta mengajukan segala permohonan, akta-akta dan surat-surat lainnya, melakukan pembayaran-pembayaran, menerima uang dan menandatangani kwitansi, memohon sita-jaminan, sita-eksekusi dan pelaksanaan sita eksekusi, mewakili atau mendampingi Pemberi Kuasa dalam setiap rapat/pertemuan/sidang dalam rangka mediasi, mengajukan kesimpulan/konklusi, memohon putusan, meminta

dijalankannya putusan dan meminta salinan

putusan.---  

(32)

Penerima Kuasa berhak pula memeriksa berkas perkara, menyatakan banding, menghadap pada Pengadilan Tinggi Makassar, membuat, menandatangani dan mengajukan memori banding dan/atau kontra memori banding, menyatakan kasasi, menghadap pada Mahkamah Agung RI, membuat, menandatangani dan

mengajukan kasasi dan/atau kontra memori

kasasi.---

Tegasnya, Penerima Kuasa berhak melakukan segala tindakan hukum yang dipandang baik dan benar demi untuk kepentingan hukum Pemberi Kuasa, satu dan lain hal surat kuasa ini diberikan dengan hak substitusi.

---

Makassar, Rabu 13 Januari 2010

 

 Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,

   

 MUH. ILYAS BILLAH, S.H, M.H. MUH. USMAN SAMAILA

 

ANDI AMIRULLAH, S.H.

(33)

Sekian dan

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

Hukum acara perdata yang merupakan aturan permainan untuk mengajukan suatu tuntutan hak atau gugatan, mempunyai fungsi yang penting sehingga harus bersifat. formal, tidak

Tuntutan (gugatan) perdata yang pada tingkat pertama termasuk lingkup wewenang pengadilan negeri, harus diajukan dengan surat permintaan (surat gugatan) yang ditandatangan

Dari rumusan-rumusan di atas, maka dapat diketahui bahwa hukum acara perdata merupakan hukum yang mengatur tentang tata cara mengajukan gugatan kepada

Hukum acara perdata menurut Prof. Sudikno Mertokusumo, S.H. ialah peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantara

Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan hukum yang menentukan bagaimana cara-cara mengajukan kedepan pengadilan perkara-perkara keperdataan dalam arti luas (meliputi

Pengadilan mengadili dengan tidak membeda-bedakan orang, hal ini berarti bahwa didalam Hukum Acara Perdata hakim tidak boleh menerima keterangan dari salah satu pihak saja,

Seperti halnya dengan segala hukum, maka hukum acara perdata kita apabila ada suatu perkara yang diajukan kemuka sidang (pengadilan), hakim tidak boleh menolak untuk

Selain penggugat pihak yang mengajukan gugatan karena merasa haknya dirugikan dan tergugat pihak yang ditarik ke pengadilan karena dianggap telah merugikan pihak penggugat kemungkinan