RINGKASAN MATERI KULIAH AUDIT I
RISIKO KECURANGAN STANDAR AUDIT 240
Disusun Oleh:
Ni Komang Novia Dewi (2215654024)
Komang Pratiwi Dindaswari (2215654039) Desak Made Candrika Ayusita Dewi (2215654050) Ni Luh Putu Ayu Gayatri (2215654089) I Dewa Gede Agung Surya Astawa (2215654093)
SARJANA TERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BALI
2023
A. Pengertian Risiko Kecurangan
Tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan dalam suatu audit atas laporan keuangan telah diatur dalam Standar Audit 240. Pada standar audit tersebut telah diatur bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan. Kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh satu individual atau lebih dalam manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, karyawan, atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh suatu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum. Faktor risiko kecurangan adalah peristiwa atau kondisi yang menunjukkan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan atau memberikan peluang untuk kecurangan.
B. Karakteristik Kecurangan
Kesalahan penyajian dalam laporan keuangan dapat timbul karena kecurangan atau kesalahan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kesalahan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya kesalahan penyajian dalam laporan keuangan adalah tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.
Kecurangan dalam pelaporan keuangan atau penyalahgunaan aset mencakup:
1. Insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, misalnya karena individu tersebut memiliki gaya hidup yang melebihi kemampuannya
2. Peluang untuk melakukannya, misalnya karena individu tersebut berada dalam posisi yang dipercayai atau memiliki pengetahuan mengenai defisiensi spesifik dalam pengendalian intern
3. Pembenaran atas tindakan kecurangan, misalnya individu memiliki tingkah laku, karakter, atau serangkaian nilai etika yang memungkinkan mereka secara sadar dan sengaja melakukan tindakan tidak jujur.
Risiko tidak terdeteksinya kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan lebih tinggi daripada risiko tidak terdeteksinya kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kesalahan. Hal ini disebabkan kecurangan mungkin melibatkan skema yang canggih dan terorganisasi secara cermat yang dirancang untuk menutupinya, seperti:
1. Manipulasi, pemalsuan (termasuk peniruan), atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumentasi pendukung yang menjadi dasar penyusunan laporan keuangan
2. Pernyataan salah atau penghilangan secara sengaja atas peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan lainnya dalam laporan keuangan
3. Penerapan salah yang disengaja atas prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan.
C. Skeptisisme Profesional
Skeptisisme profesional adalah sikap (attitude) auditor dalam melakukan penugasan audit, dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Dalam mempertahankan skeptisisme profesional diperlukan pengajuan pertanyaan secara berkelanjutan tentang apakah informasi dan bukti audit yang telah diperoleh memberi petunjuk bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan mungkin terjadi. Hal tersebut meliputi mempertimbangkan keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit dan pengendalian atas penyiapan dan pemeliharaannya. Oleh karena karakteristik tersebut, sikap skeptisisme professional auditor adalah penting terutama ketika mempertimbangkan risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan SA, jarang mencakup pembuktian keaslian dokumen. Namun, ketika auditor mengidentifikasi kondisi yang menyebabkan auditor percaya bahwa sebuah dokumen mungkin tidak asli atau hal-hal dalam dokumen tersebut telah dimodifikasi tetapi tidak diungkapkan kepada auditor, maka prosedur yang mungkin dilaksanakan untuk menginvestigasi lebih lanjut yaitu:
1. Mengkonfirmasi secara langsung kepada pihak ketiga 2. Menggunakan tenaga ahli untuk menilai keaslian dokumen.
D. Pembahasan di Antara Tim Perikatan
Mendiskusikan kerentanan adanya kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dalam laporan keuangan entitas dengan tim perikatan:
1. Memberikan kesempatan bagi anggota tim perikatan yang lebih berpengalaman untuk berbagi wawasan mereka tentang bagaimana dan di area mana laporan keuangan mungkin rentan terjadi kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan
2. Memungkinkan auditor untuk mempertimbangkan respons yang tepat terhadap kerentanan tersebut dan untuk menentukan anggota tim perikatan yang akan melaksanakan prosedur audit tertentu
3. Memperkenankan auditor untuk menentukan bagaimana hasil prosedur audit akan dibagi di antara tim perikatan dan bagaimana merespons dugaan kecurangan yang mungkin menjadi perhatian auditor.
E. Prosedur Penilaian Resiko dan Aktivitas Terkait 1. Permintaan Keterangan kepada Manajemen
a. Penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan manajemen
Manajemen menerima tanggung jawab atas pengendalian intern dan atas penyusunan laporan keuangan entitas. Oleh karena itu, selayaknya auditor mewawancarai manajemen terkait penilaian risiko kecurangan dan pengendalian yang diterapkan untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan tersebut.
b. Pertimbangan spesifik terhadap entitas yang lebih kecil
Dalam beberapa entitas, terutama entitas yang lebih kecil, fokus penilaian manajemen mungkin terletak pada risiko kecurangan yang dilakukan oleh karyawan atau penyalahgunaan aset.
c. Proses yang dilakukan manajemen dalam mengidentifikasi dan merespons risiko kecurangan
Dalam kasus entitas yang memiliki berbagai lokasi, proses yang dilakukan oleh manajemen dapat meliputi berbagai tingkat pemantauan yang berbeda- beda terhadap lokasi operasi atau segmen bisnis. Manajemen mungkin juga telah mengidentifikasi lokasi operasi atau segmen bisnis tertentu yang risiko kecurangannya lebih tinggi.
2. Permintaan Keterangan kepada Manajemen dan Pihak-Pihak Lain dalam Entitas Permintaan keterangan oleh auditor kepada manajemen dapat menyediakan informasi yang berguna mengenai risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan yang dilakukan oleh karyawan. Beberapa contoh pihak-pihak lain dalam entitas yang dapat dimintai keterangan secara langsung oleh auditor mengenai keberadaan atau adanya dugaan kecurangan, sebagai berikut:
a. Personel operasi yang tidak terlihat secara langsung dalam proses pelaporan keuangan
b. Karyawan dengan tingkat wewenang yang berbeda
c. Karyawan yang terlibat dalam inisiasi, pemrosesan atau pencatatan transaksi yang rumit atau tidak biasa dan pihak yang mengawasi atau memantau karyawan tersebut
d. Penasihat hukum internal entitas e. Direktur etika atau pihak yang setara
f. Pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam menghadapi dugaan kecurangan.
3. Permintaan Keterangan kepada Audit Internal
SA 315 dan SA 610 menetapkan ketentuan dan menyediakan panduan dalam mengaudit entitas-entitas yang memiliki fungsi audit internal. Dalam melaksanakan ketentuan tersebut, dalam konteks kecurangan, auditor dapat meminta keterangan tentang aktivitas spesifik audit internal.
4. Pemerolehan Pemahaman atas Pengawasan yang Dilakukan oleh Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola bertugas mengawasi sistem entitas untuk memantau risiko, mengendalikan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum. Oleh karena tanggung jawab pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen mungkin berbeda di antara entitas, penting bagi auditor untuk memahami tanggung jawab mereka masing-masing, untuk memungkinkan auditor memperoleh pemahaman atas pengawasan yang dilakukan oleh individu yang tepat.
Dalam pemahaman atas pengawasan yang dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, auditor dapat memperoleh pemahaman ini dengan berbagai cara, seperti menghadiri rapat yang membahas kecurangan, membaca ringkasan hasil rapat yang bersangkutan, atau mewawancarai pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
5. Pertimbangan atas Informasi Lain
Sebagai tambahan dari informasi yang diperoleh dalam melakukan prosedur analitis, informasi lain diperoleh mengenai entitas dan lingkungannya dapat membantu mengidentifikasi risiko-risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. Dalam menyediakan informasi untuk membantu mengidentifikasi risiko-risiko dapat dilakukan dengan cara, yaitu diskusi antara anggota tim, informasi yang diperoleh dari proses penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien, serta pengalaman yang diperoleh dari perikatan lainnya dengan entitas tersebut.
6. Pengevaluasian Terhadap Faktor-Faktor Risiko Kecurangan
Fakta bahwa kecurangan biasanya disembunyikan dapat membuat risiko kecurangan semakin sulit dideteksi. Meskipun demikian, auditor dapat mengidentifikasi peristiwa atas kondisi-kondisi yang dapat menunjukan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan atau kondisi yang memberikan peluang untuk melakukan kecurangan (faktor kecurangan).
Faktor-faktor risiko kecurangan tidak dapat secara mudah dibuat peringkat berdasarkan tingkat pentingnya karena faktor-faktor risiko kecurangan bervariasi sangat luas. Beberapa faktor-faktor ini terjadi di dalam entitas yang di dalamnya kondisi spesifik tidak menggambarkaan adanya risiko kesalahan penyajian material.
7. Pertimbangan Spesifik terhadap Entitas yang Lebih Kecil
Dalam kasus entitas kecil, beberapa atau seluruh pertimbangan mungkin menjadi tidak berlaku atau kurang relevan. Dalam beberapa entitas, kebutuhan untuk otorisasi manajemen dapat mengkompensasi kurangnya pengendalian dan mengurangi risiko kecurangan yang dilakukan karyawan. Namun, dominasi manajemen oleh seorang individu dapat menunjukan potensi kurangnya pengendalian intern karena manajemen memiliki peluang untuk pengabaian pengendalian.
F. Identifikasi dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan
1. Risiko-risiko kecurangan dalam pengakuan pendapatan
Kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan sering kali merupakan hasil dari pengelembungan pendapatan, sebagai contoh pengakuan pendapatan sebelum waktunya atau mencatat pendapatan fiktif. Dapat juga terjadi melalui pengakuan lebih rendah pendapatan, contohnya dengan menggeser pendapatan ke periode berikutnya secara tidak tepat.
Risiko kecurangan dalam pengakuan pendapatan mungkin lebih besar dalam beberapa entitas dibanding dengan entitas lainnya. Contohnya, dalam kasus entitas terdapat tekanan atau insentif manajemen untuk melakukan kecurangan pelaporan keuangan melalui pengakuan pendapatan yang tidak tepat, seperti pengukuran kinerja dilakukan berdasarkan pertumbuhan pendapatan atau laba dari tahun ke tahun.
Anggapan bahwa terdapat risiko kecurangan dalam pengakuan pendapatan juga dapat dibantah. Sebagai contoh, auditor dapat menyimpulkan bahwa tidak ada risiko kesalahan penyajian material berkaitan dengan pengakuan pendapatan dalam kasus yang di dalamnya hanya ada satu model transaksi pendapatan yang sederhana, sebagai contoh pendapatan sewa dari satu unit properti yang disewakan.
2. Identifikasi dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Karena Kecurangan dan Pemahaman terhadap Pengendalian Terkait dalam Entitas
Manajemen dapat menggunakan pertimbangannya atas sifat dan luas pengendalian yang telah dipilih untuk diterapkan, dan sifat serta luas risiko yang dipilih untuk diyakini. Dalam menentukan pengendalian mana yang diterapkan untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan, manajemen mempertimbangkan risiko bahwa laporan keuangan dapat disajikan salah secara material yang diakibatkan oleh kecurangan. Sebagai bagian dalam pertimbangan ini, manajemen dapat menyimpulkan bahwa tidak efektif dari sudut biaya untuk menerapkan dan mempertahankan pengendalian tertentu yang tujuannya untuk mengurangi risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. Oleh karena itu, hal yang penting bagi auditor untuk mendapatkan pemahaman tentang pengendalian yang telah dirancang, diterapkan, dan dipelihara oleh manajemen untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.
G. Respons terhadap Hasil Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan
1. Reaksi Keseluruhan
Dalam menentukan respons keseluruhan untuk menanggapi hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada umumnya mencakup pertimbangan tentang bagaimana pelaksanaan keseluruhan audit dapat mencerminkan peningkatan skeptisisme profesional.
2. Penugasan dan Supervisi Personal
Auditor dapat memberi respons terhadap risiko kesalahan penyajian material yang teridentifikasi yang diakibatkan oleh kecurangan dengan cara, sebagai contoh, menugaskan personel tambahan dengan keahlian dan pengetahuan khusus, seperti ahli forensik dan ahli teknologi informasi, atau dengan menugasi individu-individu yang berpengalaman dalam perikatan tersebut.
3. Tidak Dapat Diprediksi dalam Pemilihan Prosedur Audit
Memasukkan unsur tidak dapat diprediksi dalam pemilihan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang akan dilakukan merupakan hal terpenting karena individu- individu dalam entitas yang terbiasa dengan prosedur audit yang umumnya dilakukan dalam suatu perikatan yang mungkin dapat menyembunyikan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan. Hal tersebut dapat diperoleh dengan cara:
a. Melaksanakan prosedur substantif terhadap saldo akun dan asersi-asersi yang tidak terpilih untuk dilakukan pengujian berdasarkan materialitas atau risiko b. Melakukan perubahan waktu pelaksanaan prosedur audit dari yang diperkirakan c. Menggunakan metode sampling yang berbeda
d. Melakukan prosedur audit di lokasi berbeda atau pada lokasi yang tidak diberitahukan sebelumnya.
4. Prosedur Audit yang Merespons Hasil Penilaian Risiko atas Kesalahan Penyajian Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan pada Tingkat Asersi
Respons auditor terhadap hasil penilaian risiko terhadap kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi mencakup perubahan sifat, saat, dan luas prosedur audit dalam beberapa cara berikut:
a. Sifat prosedur audit yang dilakukan membutuhkan perubahan dalam memperoleh bukti audit yang lebih dapat diandalkan dan relevan atau untuk memperoleh informasi tambahan yang dapat menguatkan.
b. Waktu pelaksanaan prosedur substantif perlu dimodifikasi.
c. Luasnya prosedur yang diterapkan mencerminkan penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.
5. Prosedur Audit yang Merespons Risiko yang Berkaitan dengan Pengabaian Manajemen terhadap Pengendalian
a. Entri Jurnal dan Penyesuaian Lain
Kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan sering melibatkan manipulasi proses pelaporan keuangan dengan mencatat entri jurnal yang tidak tepat atau yang tidak diotorisasi. Hal ini dapat terjadi sepanjang tahun ataupun pada akhir periode, atau melalui penyesuaian yang dilakukan oleh manjememen terhadap jumlah yang dilaporkan dalam keuangan yang tidak tercermin dalam entri jurnal, seperti melalui penyesuaian dan reklasifikasi konsolidasi.
Ketika melakukan pengidentifikasian dan pemilihan entri jurnal dan penyesuaian lain untuk menguji dan menentukan metode yang tepat atas pengujian pendukung yang mendasari entri yang dipilih, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan
b. Pengendalian yang telah diimplementasikan terhadap entri jurnal dan penyesuaian lainnya
c. Proses pelaporan keuangan entitas dan sifat bukti yang dapat diperoleh d. Karakteristik entri jurnal dan penyesuaian lainnya yang mengandung
kecurangan
e. Sifat dan kompleksitas akun
f. Entitas jurnal atau penyesuaian lainnya yang diproses di luar kegiatan bisnis normal.
H. Pengevaluasian terhadap Bukti Audit
Dalam SA 330, mensyaratkan auditor berdasarkan prosedur audit yang dilakukan dan bukti bukti audit yang diperoleh, untuk mengevaluasi apakah penilaian risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi masih tepat. Pengevaluasian ini bersifat kualitatif berdasarkan pertimbangan auditor. Pengevaluasian seperti itu dapat memberikan wawasan lebih lanjut terhadap risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dan apakah diperlukan untuk melakukan prosedur audit tambahan atau prosedur audit yang berbeda.
I. Ketidakmampuan Auditor untuk Melanjutkan Perikatan
Contoh kondisi penyimpangan yang dapat terjadi dan dapat mempertanyakan kemampuan auditor untuk melanjutkan pelaksanaan audit, yaitu:
a. Entitas tidak melakukan tindakan yang tepat atas kecurangan yang dipandang perlu oleh auditor dalam kondisi tersebut, bahkan ketika kecurangan tersebut tidak material terhadap laporan keuangan.
b. Pertimbangan auditor atas risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dan hasil pengujian audit mengindikasikan risiko signifikan atas kecurangan yang bersifat material dan berdampak luas.
c. Auditor memiliki kepedulian signifikan atas kompetensi atau integritas manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Dikarenakan beragamnya kondisi yang dapat timbul, tidak mungkin menjelaskan secara pasti kapan waktu yang tepat untuk menarik diiri dari perikatan.
Faktor yang memengaruhi kesimpulan auditor mencakup implikasi dari keterlibatan anggota manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola yang dapat memengaruhi keandalan representasi manajemen dan dampak keberlanjutan hubungan entitas bagi auditor.
J. Representasi Tertulis
Dalam SA 580 menetapkan ketentuan dan menyediakan panduan untuk mendapatkan representasi yang tepat dari manajemen dan jika berlaku dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Dikarenakan sifat kecurangan dan kesulitan yang dihadapi oleh auditor dalam mendeteksi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang berasal dari kecurangan, sehingga penting bagi auditor untuk mendapatkan representasi tertulis dari manajemen dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola yang menyatakan bahwa mereka telah mengungkap kan kepada auditor hal-hal sebagai berikut:
a. Hasil penilaian manajemen tentang risiko bahwa terdapat kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan, dan
b. Pengetahuan mereka tentang kecurangn yang aktual, diduga atau dicurigai, yang memengaruhi entitas.
K. Komunikasi kepada Manajemen dan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
1. Komunikasi kepada Manajemen
Ketika auditor telah memperoleh bukti telah atau kemungkinan terjadi kecurangan, penting untuk menyampaikan hal tersebut kepada tingkatan manajemen yang tepat sesegera mungkin. Hal ini dilakukan bahkan jika hal yang ingin disampaikan tersebut tidak berdampak (sebagai contoh, pencurian kecil yang dilakukan oleh seorang karyawan tingkat rendah dalam organisasi entitas).
Penentuan atas tingkat manajemen yang tepat merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kemungkinan kolusi serta sifat dan besaran kecurangan yang diduga. Pada umumnya, tingkatan manajemen yang tepat paling tidak satu tingkat di atas individu yang tampaknya terlibat dalam kecurangan yang diduga.
2. Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
Komunikasi auditor dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. SA 260 mengidentifikasi faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor dalam menentukan apakah komunikasi dilakukan secara lisan atau tertulis. Karena sifat dan sensivitas dari kecenderungan yang melibatkan manajemen senior, atau kecurangan yang mengakibatkan kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, auditor melaporkan hal tersebut secara tepat waktu dan dapat mempertimbangkan perlunya untuk melaporkan hal tersebut secara tertulis.
Dalam beberapa kasus, auditor dapat menganggap tepat untuk berkomunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola ketika auditor menyadari adanya kecurangan yang melibatkan karyawan selain manajemen yang tidak mengakibatkan kesalahan penyajian material. Sama halnya, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dapat mengharapkan untuk diinformasikan kondisi tersebut.
Dalam kondisi luar biasa, yaitu ketika auditor memiliki keraguan atas integritas atau kejujuran manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, auditor dapat menganggap tepat untuk meminta advis hukum untuk membantunya dalam menentukan tindakan yang tepat.
3. Hal yang terkait dengan kecurangan
Hal yang terkait dengan kecurangan akan didiskusikan dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas dapat mencakup:
a. Kepedulian tentang sifat, luas, dan frekuensi penilaian manajemen atas pengendalian yang ada untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan, serta risiko terjadinya kesalahan penyajian dalam laporan keuangan
b. Kegagalan manajemen untuk menanggapi dengan tepat defisiensi signifikan yang teridentifikasi dalam pengendalian internal atau kecurangan yang teridentifikasi
c. Pengevaluasian auditor atas lingkungan pengendalian entitas, termasuk pertanyaan mengenai kompetensi dan integritas manajemen
d. Tindakan manajemen yang dapat mengindikasikan adanya pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan
e. Kepedulian tentang kecukupan dan kelengkapan otoritas transaksi yang
L. Komunikasi kepada Badan Pengatur dan Penegak Hukum
Kewajiban profesional auditor untuk menjaga kerahasiaan informasi klien dapat menghalangi pelaporan kecurangan kepada pihak diluar entitas. Namun, tanggung jawab hukum auditor dapat bervariasi menurut yurisdiksi dan dalam kondisi tertentu tugas penjagaan kerahasiaan tersebut dapat diabaikan oleh peraturan perundang- undangan termasuk keputusan pengadilan.
Auditor dapat menganggap tepat untuk memperoleh advis hukum untuk melakukan tindakan yang tepat dalam kondisi tersebut, dengan tujuan untuk memastikan langkah-langkah yang diperlukan dalam mempertimbangkan aspek kepentingan publik terhadap kecurangan yang teridentifikasikan. Dalam sektor publik, ketentuan melaporkan kecurangan, baik yang ditemukan maupun tidak dalam proses audit, mungkin tunduk kepada ketentuan tertentu dari mandat audit, peraturan perundang-undangan, atau badan lain.