• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Tanam dalam Budidaya Tanaman

N/A
N/A
Ervinaaa

Academic year: 2024

Membagikan " Media Tanam dalam Budidaya Tanaman"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM URBAN FARMING

“MEDIA TANAM PADA BUDIDAYA TANAMAN”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Urban Farming

Disusun oleh:

Nama : Ervina Pratiwi

Nim : 4442220036

Kelas : III D

Kelompok : 8 (Delapan)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2023

(2)

i

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang. Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya karena atas-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Media Tanam pada Budidaya Tanaman” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Urban Farming.

Dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yayu Romdhonah, S.TP., M.Si., Ph.D., dan Ibu Ir. Andi Apriany Fatmawaty, M.P., selaku dosen mata kuliah Urban Farming yang telah memberikan bimbingan dan memberi wawasan yang berharga. Penulis juga mengucakpan terima kasih kepada Saudari Lia Gusti Akasah, Indri Febrianti, Neng Yely Mulki Karomah, Wulannuari Laksana Putri, dan Noufah Kamilah sebagai Asisten Praktikum Urban Farming yang telah memberikan bantuan dan panduan sehingga memudahkan proses praktikum dan penulisan laporan praktikum dan semua pihak terutama teman-teman yang telah membantu dalam proses berjalannya penulisan laporan praktikum kali ini. Tidak lupa, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan didalamnya. Maka dari itu penulis sangat menghargai kritik dan saran yang membangun agar terciptanya laporan praktikum yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat menjadi kontribusi yang bermanfaat dalam mata kuliah Urban Farming.

Serang, November 2023

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Urban Farming Solusi Pangan Berkelanjutan di Perkotaan ... 2

2.2 Ragam Media Tanam dalam Budidaya Tanaman ... 3

2.3 Kadar Air pada Media Tanam ... 5

BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat ... 7

3.2 Alat dan Bahan ... 7

3.3 Cara Kerja ... 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 9

4.2 Pembahasan ... 9

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 13

5.2 Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14 LAMPIRAN

(4)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengukuran Berat Basah Tanah (g) ... 9 Tabel 2. Hasil Pengukuran Berat Kering Tanah (g) ... 9 Tabel 3. Hasil Pengamatan Perhitungan Kadar Air Tanah (%) ... 9

(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Media Tanam Tanah ... 4

Gambar 2. Media Tanam Arang Sekam ... 4

Gambar 3. Media Tanam Cocopeat ... 5

Gambar 4. Media Tanam Kompos ... 5

(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urban farming sebagai praktik budidaya dengan memanfaatkan lahan terbatas seperti pekarangan dengan menggunakan polybag atau vertikultur. Pada kegiatan urban farming tanaman sayur-sayuran menjadi pilihan yang cukup mudah dibudidayakan. Dalam hal ini, budidaya dengan polybag yaitu media tanam perlu dipertimbangkan dengan cermat. Media tanam yang digunakan dalam budidaya pertanian atau hortikultura memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman. Dukungan fisik dan lingkungan yang diperlukan untuk perkembangan akar tanaman, sirkulasi udara, penyediaan air, serta penyimpanan dan pertukaran nutrisi sebagian besar disediakan oleh media tanam.

Salah satu elemen penting dalam praktik pertanian yang membuat perbedaan besar adalah media tanam. Media tanam akan menentukan apakah tanaman tumbuh dengan baik atau buruk, yang akan berdampak pada hasil produksi. Media tanam yang dapat memasok air dan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman adalah media tanam yang dianggap baik. Hal ini dapat dipastikan pada tanah yang memiliki ruang yang cukup untuk pengelolaan udara dan air yang memadai, agregat yang stabil, dan kapasitas menahan air yang baik (Nainggolan dan Ginting, 2023).

Memahami berbagai jenis media tanam sangat penting dalam konteks budidaya tanaman, karena memilih media yang tepat dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam upaya mencapai hasil yang optimal pada budidaya tanaman, harus mempertimbangkan berbagai pilihan media tanam yang tersedia guna membuat pilihan yang tepat dan sesuai. Sekam bakar, cocopeat, sekam mentah, kompos, dan kotoran hewan adalah beberapa jenis media tanam yang populer dalam berbudidaya tanaman organik.

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kadar air pada berbagai media tanam dalam budidaya tanaman

(7)

2 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Urban Farming Solusi Pangan Berkelanjutan di Perkotaan

Urban Farming atau pertanian perkotaan mengacu pada pertumbuhan pangan melalui budidaya tanaman, serta pengolahan dan distribusinya. Urban Farming mencakup spektrum yang luas dari kegiatan berkebun yang dilakukan di bawah rezim manajemen yang berbeda (perumahan, komersial, kolektif, kelembagaan, nirlaba) di berbagai tempat (lahan kosong, atap, pekarangan, rumah kaca, taman).

Pertanian perkotaan telah lama ada di kota-kota, seringkali di ruang-ruang marjinal atau ruang-ruang dipinggir kota. Secara historis, pertanian perkotaan telah memberikan cara bagi masyarakat kota untuk melewati masa-masa krisis di perkotaan, seperti saat resistensi ekonomi, pandemi, dan gangguan perkotaan laninnya, serta masa-masa kekurangan pangan (Saguin dan Cagampan, 2023).

Sebagian dari pertanian perkotaan dilakukan di area yang kurang dimanfaatkan atau tidak produktif. Meskipun mungkin tidak berkontribusi pada perluasan kota, area yang digunakan akan lebih berkualitas, lebih ramah lingkungan, dan berfungsi sebagai ruang hijau. Tanaman utama yang ditanam dalam pertanian perkotaan adalah hortikultura. Dari segi ekonomi, pertanian perkotaan memainkan peran yang menawarkan banyak manfaat, seperti menstimulasi ekonomi lokal dengan menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan menurunkan angka kemiskinan. Fasilitas untuk menanam tanaman harus tersedia agar urban farming dapat berkembang. Masyarakat perkotaan memiliki kesempatan untuk bertukar berbagai kebutuhan dengan para pelaku pertanian urban, termasuk bibit tanaman, pupuk, pestisida, pot, peralatan untuk mengolah lahan, fasilitas pembangunan rumah kaca, peralatan hidroponik, dan peralatan taman dinding (Pangestika et al., 2020).

Kebijakan Pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan lahan kosong di sekitar pemukiman untuk meningkatkan kualitas hidup, ekonomi, dan kesehatan diimplementasikan melalui program urban farming. Program ini melibatkan keahlian dan inovasi dalam pengelolaan pangan bagi masyarakat perkotaan.

Pemerintah merasa bahwa kerentanan terhadap ketahanan pangan dapat dihindari

(8)

3

jika ketahanan pangan dijaga dari skala terkecil, seperti rumah tangga. Dengan menggunakan keterampilan, keahlian, dan kreativitas dalam budidaya pengelolaan pangan bagi masyarakat melalui pemanfaatan pekarangan dan lahan kosong untuk meningkatkan kebutuhan gizi keluarga, meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga, dan menginspirasi keluarga untuk membentuk kelompok-kelompok tani guna membangun kemandirian rumah tangga di perkotaan, pertanian perkotaan digunakan untuk memperindah tata ruang kota dan penghijauan lingkungan (Hertati et al., 2023).

2.2 Ragam Media Tanam dalam Budidaya Tanaman

Bahan yang paling penting dalam budidaya tanaman adalah media tanam.

Media tanam yang baik adalah media tanam yang dapat memasok nutrisi dan air yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Media tanam harus menyesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin di budidayakan. Mungkin sulit untuk memilih media tanam yang sesuai untuk berbagai spesies tanaman di berbagai tempat. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kelembaban dan kecepatan angin berbeda-beda di setiap tempat. Secara umum, media tanam harus mampu mentoleransi ketersediaan nutrisi, menjaga kelembaban di sekitar akar, dan memasok udara yang memadai. Bahan-bahan media tanam dapat dibuat dari bahan tunggal atau campuran dari beberapa bahan, asalkan tetap menjadi media tanam yang efektif. Memilih komposisi media tanam yang tepat sangat penting untuk keberhasilan produksi tanaman. Akar dan bagian bawah batang dapat membusuk jika bahan pertumbuhan yang digunakan menahan lebih banyak air, dan media tanam yang tidak mampu menahan air atau kemampuan menahan air rendah akan cepat kering dan tanaman cepat mati (Sasmita dan Haryanto, 2021).

Jenis-jenis media tanam dalam budidaya tanaman, yaitu media tanah terdiri dari padatan udara dan air. Selain itu, unsur hara seperti kalium, fosfat, dan nitrogen terbentuk di dalam tanah dan sangat penting untuk pertumbuhan tanaman selama fase vegetatif. Bahan organik dan mineral dapat ditemukan di dalam tanah (Siregar dan Rahmadina, 2023). Lapisan tanah bagian atas menghasilkan tanah yang baik untuk media tanam. Secara umum, ada dua jenis tanah yang perlu diperhatikan, yaitu pasir dan tanah liat. Tanah berpasir bagus dalam mengalirkan air dengan cepat,

(9)

4

tetapi memiliki kekurangan yaitu tidak dapat menyimpan air sebagai cadangan dengan baik. Tanah liat lebih sulit bagi air untuk meresap, yang menyebabkan air di media tanam menggenang. Tanah yang baik untuk media tanam harus gembur dan tidak terlalu berpasir atau terlalu liat (Nainggolan dan Ginting, 2023).

Gambar 1. Media Tanam Tanah (Sumber: howtogrowmarijuana.com)

Arang sekam, yaitu dibuat dengan membakar sekam padi, dapat meningkatkan struktur tanah, hal ini karena tanah memiliki kandungan karbon yang tinggi dan permeabel, sehingga mudah menggumpal dan padat. Sekam bakar mengandung karbon (C) dan kalium (K), yang bermanfaat bagi tanaman selama fase pertumbuhan dan perkembangannya, sekam bakar dapat meningkatkan hasil panen pada semua faktor pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sekam bakar berfungsi sebagai media tanam karena sifatnya yang lembab, lebih berpori, memiliki sirkulasi udara yang baik, dan dapat menampung air dalam jumlah besar (Ratnabella, 2023).

Gambar 2. Media Tanam Arang Sekam (Sumber: hfuuhi.org)

Proses penghancuran sabut kelapa menghasilkan serbuk halus yang dikenal sebagai cocopeat. Cocopeat dapat menahan air, bahan kimia pupuk, dan bahan penetral keasaman tanah. Cocopeat memiliki pH 5-6, dapat memperbaiki struktur

(10)

5

tanah secara organik, dan dapat menyimpan hingga 50% oksigen di udara. Media cocopeat memiliki kelebihan yang dapat meningkatkan aerasi, struktur, dan tekstur tanah serta meningkatkan daya serap air. Namun, jangan menambahkan terlalu banyak air karena dapat menyebabkan akar membusuk (Manalu et al., 2023).

Gambar 3. Media Tanam Cocopeat (Sumber: planteria.id)

Kompos adalah media tanam organik yang dibuat dari sisa-sisa tanaman atau bahan buangan organik seperti daun, sekam, sampah, dan rumput. Media tanam kompos memiliki manfaat untuk meningkatkan karakteristik kimia dan biologi tanah, yang membantu menambah kesuburan tanah. Selain itu, kompos juga berpotensi membantu penyerapan nitrogen, unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Tanaman yang telah benar-benar lapuk ditandai dengan perubahan warna menjadi hitam kecoklatan, tidak berbau, kadar air rendah, dan bersuhu ruangan-adalah sumber kompos yang baik (Hendrayana et al., 2021).

Gambar 4. Media Tanam Kompos (Sumber: irdresearch.com)

2.3 Kadar Air pada Media Tanam

Salah satu komponen utama pertumbuhan tanaman adalah kesuburan tanah, yang dipengaruhi oleh jumlah air di dalam tanah. Jumlah air yang diberikan pada tanaman berdampak pada pertumbuhannya. Jumlah air yang berlebihan dapat

(11)

6

menyebabkan pembusukan tanaman, namun jumlah air yang tidak mencukupi dapat membuat tanaman layu atau menghambat pertumbuhannya. Sistem penyiraman tanaman otomatis yang memodifikasi kadar air tanah bertujuan untuk membantu menyediakan air dalam jumlah yang sesuai bagi tanaman. Untuk mencapai hal ini, sistem penyiraman tanaman dibuat dengan memanfaatkan sensor kelembaban dan mikrokontroler NodeMcu untuk mengumpulkan data kelembaban tanah dan menampilkannya pada LCD (Ulinuha dan Riza, 2021).

Kadar air media tanam merupakan faktor penting yang memengaruhi cara terbaik untuk menggunakan sumber daya air di bidang pertanian. Di sisi lain, kadar air media tanam adalah salah satu kualitas tanah yang dipengaruhi oleh media tanam itu sendiri, jenis tanaman, dan lingkungan. Perkiraan kadar air media tanam diperlukan untuk menghitung perkiraan kebutuhan irigasi tanaman, yang kemudian digunakan untuk menetapkan jadwal penyiraman. Memperkirakan tingkat kelembaban media tanam juga dapat membantu menjaga agar tanaman tidak sampai pada titik layu permanen (Listina et al., 2022).

Pengelolaan irigasi dan tanaman yang efisien, pemantauan waktu nyata dan model prediktif yang akurat diperlukan karena dinamika yang berubah-ubah, kadar air tanah yang tidak linier, dan variabel meteorologi serta variabel tanaman lainnya.

Pendekatan pemodelan untuk membuat model prediktif yang mereplikasi perilaku dinamis sistem dengan menggunakan kandungan air volumetrik tanah, evapotranspirasi referensi yang dihitung dari variabel cuaca, dan volume irigasi sebagai data input dan output yang dikumpulkan dengan menggunakan kerangka kerja eksperimental berbasis IoT (Abioye et al., 2021).

(12)

7 BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum “Media Tanam pada Budidaya Tanaman” ini di lakukan pada hari Rabu, 01 November 2023, pukul 14.40 s.d 16.20 WIB. Bertempat di Kost Taman Kolbu, Banjaragung, Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sekop, timbangan, ember, kalkulator, dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah polybag ukuran 25 cm x 25 cm, label nama, air, tanah, sekam bakar, cocopeat, dan kompos.

3.2 Cara Kerja

Adapun cara kerja pada praktikum kali ini adalah:

1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan selama praktikum.

2. Pada praktikum menggunakan 4 perlakuan, yaitu:

T = Tanah (kontrol) TS = Tanah+Sekam TC = Tanah+Cocopeat TK = Tanah+Kompos

Diulang setiap perlakuan 3 kali sehingga terdapat 12 polybag.

3. Ditimbang polybag yang sudah diberi label perlakuan (W3)

4. Diambil sampel tanah biasa di lahan Karang Kitri. Kemudian tanah digemburkan menggunakan sekop.

5. Dikering udara-kan (didiamkan) tanah selama 30 menit.

6. Diisi polybag dengan tanah dan media tanam:

• Perlakuan tanah (kontrol) sebanyak 1000 gr/ 1 kg.

• Perlakuan tanah dengan media lain yaitu ¾ tanah (750 gr) dan ¼ media tanam yang lain (250 gr).

7. Ditimbang tanah kering + media tanam (W2).

(13)

8

8. Disiram polybag dengan air sampai keadaan jenuh, diamkan beberapa saat hingga tetesan air terakhir.

9. Ditimbang berat polybag + media tanam yang telah disiram air (W1).

10. Didapatkan kadar air pada media tanam dengan rumus:

w =W1− W2

W2− W3 X 100%

Dengan:

w adalah kadar air (%).

W1 adalah berat polybag dan tanah basah (gram).

W2 adalah berat polybag dan tanah kering (gram).

W3 adalah berat polybag (gram).

(W1-W2) adalah berat air (gram).

(W2-W3) adalah berat tanah kering (partikel padat) (gram).

(14)

9 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Pengukuran Berat Basah Tanah (g) Ulangan (U)

Perlakuan U1 U2 U3 Rata-rata

Tanah (T) 1400 g 1400 g 1450 g 1416,6 g

Tanah+Sekam (TS) 1555 g 1555 g 1650 g 1586,6 g Tanah+Cocopeat (TC) 1650 g 1600 g 1600 g 1616,6 g Tanah+Kompos (TK) 1500 g 1500 g 1650 g 1550 g

Tabel 2. Hasil Pengukuran Berat Kering Tanah (g) Ulangan (U)

Perlakuan U1 U2 U3 Rata-rata

Tanah (T) 1000 g 1000 g 1000 g 1000 g

Tanah+Sekam (TS) 1000 g 1000 g 1000 g 1000 g Tanah+Cocopeat (TC) 1000 g 1000 g 1000 g 1000 g Tanah+Kompos (TK) 1000 g 1000 g 1000 g 1000 g

Tabel 3. Hasil Pengamatan Perhitungan Kadar Air Tanah (%) Ulangan (U)

Perlakuan U1 U2 U3 Rata-rata

Tanah (T) 40% 40% 45% 41,7%

Tanah+Sekam (TS) 55,5% 55,5% 65% 58,7%

Tanah+Cocopeat (TC) 65% 60% 60% 61,7%

Tanah+Kompos (TK) 50% 50% 65% 55%

4.2 Pembahasan

Salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan dan produktivitas tanaman adalah media tanam. Media tanam adalah pasokan utama nutrisi dan air yang dibutuhkan tanaman, serta lingkungan tempat akar tanaman tumbuh dan

(15)

10

berkembang. Menurut Hariyanto et al., (2019) menyatakan bahwa untuk menjamin kondisi perkembangan awal dan autotrofik, pemilihan media yang tepat dengan, aerasi tinggi, permeabilitas yang sesuai, dan tingkat keasaman diperlukan. Untuk mencegah pemadatan, kurangnya aerasi, dan permeabilitas, media juga harus dijaga dalam kondisi jangka panjang tanpa penurunan kualitas. Media yang kokoh dan permeabel yang dapat berupa media alami atau sintetis, campuran atau tanpa campuran memungkinkan tanaman tumbuh subur di lingkungan yang terkendali.

Praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui kadar air pada berbagai media tanam dalam budidaya tanaman. Media tanam yang digunakan, yaitu tanah, arang sekam, cocopeat, dan kompos. Media tanam ini digunakan untuk menanam tanaman hortikultura dengan menggunakan polybag. Kegiatan tersebut termasuk dalam kegiatan urban farming atau pertanian perkotaan. Urban farming merupakan kegiatan budidaya tanaman dengan memanfaatkan lahan sempit seperti di pekarangan rumah. Menurut Bakhri (2019) menyatakan bahwa menanam, menyiapkan, dan mendistribusikan makanan di dalam atau di dekat kota dikenal sebagai pertanian perkotaan. Pertanian perkotaan dapat mencakup akuakultur, hortikultura, wanatani, dan peternakan. Pertanian perkotaan dalam definisi yang paling luas mengacu pada seluruh sistem produksi pangan perkotaan. Lahan yang dapat dimanfaatkan seperti tepi jalan umum, tepi sungai, atau lahan perumahan (pekarangan, balkon, atau atap rumah). Pertanian perkotaan adalah bentuk pertanian ruang terbuka hijau (RTH) produktif yang bernilai ekonomis dan ekologis yang dilakukan di perkotaan.

Media tanam tanah (kontrol) ditimbang sebanyak 1 kg, untuk kombinasi media tanam sebanyak 750 gr tanah dan 250 gr media tanam lain. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan terdapat hasil pada tabel 1 yaitu hasil pengukuran berat basah tanah didapatkan rata-rata berat basah pada tanah (T) sebesar 1416,6 g, tanah dengan sekam (TS) 1586,6 g, tanah dengan cocopeat (TC) 1616,6 g, dan tanah dengan kompos (TK) 1550 g. Rata-rata berat basah tertinggi terdapat pada media tanam tanah dengan cocopeat dan berat basah terkecil pada media tanam tanah saja (kontrol). Menurut Santoso (2022) menyatakan bahwa cocopeat adalah bahan organik yang sangat cocok digunakan sebagai media tanam. Salah satu keunggulan utamanya adalah kemampuannya dalam menahan dan menyimpan air

(16)

11

dengan optimal. Selain itu, cocopeat juga mengandung unsur-unsur hara penting seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P).

Serbuk sabut kelapa, yang merupakan komponen terbesar dari buah kelapa dengan sekitar 35% bobotnya, memiliki kemampuan tinggi dalam menyimpan air, dengan kadar air dan daya simpan air masing-masing mencapai 119% dan 695,4%.

Menurut Sasmita dan Haryanto (2021) menyatakan bahwa bahan organik, termasuk media tanam berasal dari organisme hidup, termasuk bagian tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Dalam hal media tanam, bahan organik jauh lebih unggul daripada bahan anorganik. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat menerima nutrisi dari sumber organik. Selain itu, pori-pori makro dan mikro yang terdapat pada bahan organik hampir seimbang, yang berkontribusi pada sirkulasi udara yang sangat baik dan kapasitas penyerapan air yang tinggi.

Hasil pengukuran berat kering tanah terdapat pada tabel 2, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata berat kering pada semua media tanam adalah sebesar 1000 gram. Pada table 3 hasil pengamatan perhitungan kadar air tanah didapatkan hasil persentase tertinggi pada perlakuan media tanam tanah dengan cocopeat sebesar 61,7%, dan persentase terkecil terdapat pada media tanam tanah (kontrol) sebesar 41,7%. Pada perlakuan media taman tanah dengan kompos didapatkan hasil 55% dan media tanam tanah dengan sekam sebesar 58,7%.

Menurut Kusuma dan Yanti (2021) menyatakan bahwa kandungan air dalam tanah memiliki pengaruh terhadap nilai kadar C-Organik dan tingkat keasaman tanah (pH tanah). Ketika kadar air dalam tanah meningkat, kadar C-Organik tanah juga cenderung meningkat. Tingginya kadar C-Organik tanah dapat mengurangi erosi, meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah, memperkuat populasi mikroorganisme, serta memperbaiki struktur tanah, menjaga kesuburan tanah tanpa degradasi lahan. Peningkatan kadar C-Organik tanah juga dapat mempercepat dekomposisi bahan organik dan membuat unsur hara lebih cepat tersedia. Selain itu, keberadaan lebih banyak air dalam tanah dapat meningkatkan pelepasan ion H+, yang dapat membuat tanah menjadi lebih asam dengan pH yang lebih rendah.

Kadar air pada media tanam sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kadar air yang kurang atau berlebihan dapat mengakibatkan masalah seperti kekeringan tanaman atau akar yang membusuk.

(17)

12

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran dan pengaturan kadar air pada media tanam secara teratur untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal. Frekuensi pemberian air harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman agar kadar air pada media tanam tetap optimal dan dapat mencegah stress atau cekaman kekeringan pada tanaman. Menurut Listina et al., (2022) menyatakan bahwa stres tanaman dapat dihindari dan penguapan air yang berlebihan dari permukaan tanah dapat dihentikan dengan menjaga kadar air yang stabil dalam media tanam. Selain itu, sulit untuk memperkirakan kadar air media tanam karena bergantung pada berbagai faktor, termasuk media tanam itu sendiri, kebutuhan tanaman, dan lingkungan. Kadar air media pertumbuhan jika penyiraman diabaikan, kadar air media pertumbuhan dapat meningkat ke tingkat yang berbahaya dan mengakibatkan kerusakan permanen pada tanaman.

(18)

13 BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Media tanam yang baik adalah media yang dapat menyediakan nutrisi dan air yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Setiap jenis tanaman membutuhkan karakter media tanam yang berbeda-beda, sehingga pemilihan media tanam yang tepat sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Beberapa jenis media tanam yang dapat digunakan antara lain tanah, kompos, arang sekam, dan cocopeat. Jumlah air yang diberikan pada tanaman juga berdampak pada pertumbuhannya, karena jumlah air yang berlebihan dapat menyebabkan pembusukan tanaman, sedangkan jumlah air yang tidak mencukupi dapat membuat tanaman layu atau menghambat pertumbuhannya. Pada hasil pengamatan didapatkan hasil kadar air tertinggi pada media tanam tanah dengan cocopeat sebesar 61,7%, dan persentase terkecil terdapat pada media tanam tanah (kontrol) sebesar 41,7%. Pada perlakuan media tanah dengan kompos didapatkan hasil 55%

dan media tanam tanah dengan sekam sebesar 58,7%. Oleh karena itu, pemilihan media tanam yang tepat dan pemberian air yang cukup sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal pada budidaya tanaman.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya adalah agar para praktikan lebih memperhatikan lagi ketika asisten laboratorium sedang menjelaskan mengenai materi praktikum agar menghindari terjadinya kesalahan saat praktikum berlangsung. Dan juga praktikan diharapkan untuk tertib dan kondusif, sehingga informasi yang didapat sesuai dengan hasil analisis pada saat dilaksanakannya percobaan.

(19)

14

DAFTAR PUSTAKA

Abioye, E. A., M. S. Z. Abidin, M. S. Azimi et al. 2021. IoT-Based Monitoring and Data-Driven Modelling of Drip Irrigation System for Mustard Leaf Cultivation Experiment. Information Processing in Agriculture. Vol. 8(2):

270-283.

Bakhri, S. 2019. Pusaran Keilmuan Kontribusi Pemikiran Pemimpin UMJ terhadap Ilmu Pengetahuan. UMJ Jakarta Press. Jakarta. 91 hal.

Hariyanto, S., A. R. Jamil, dan H. Purnobasu. 2019. Effects of Plant Media and Fertilization on The Growth of Orchid Plant (Dendrobium sylvanum rchb.

F.) in Acclimatization Phase. Journal of Agro Science. Vol. 7(1): 66-72.

Hendrayana, Y., A. Y. Ismail, N. Herlina. 2021. Pelatihan Pembuatan Media Tanam di Desa Karangsari Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan Jawa Barat.

Bernas. Vol. 2(4): 819-824.

Hertati, D., L. Arif, dan B.A. Mafi’ah. 2023. Development of Urban Farming as a Strategy to Support Food Security. Jurnal Sosial dan Pembangunan. Vol.

39(1): 108-117.

Kusuma, Y. R., dan I. Yanti. 2021. Pengaruh Kadar Air dalam Tanah terhadap Kadar C-Organik dan Keasaman (pH) Tanah. IJCR. Vol. 6(2): 92-97.

Listina, S. A., R. M. Sampurno, D. Ciptaningtyas, dan A. Thoriq. 2022. Model Prediksi Kadar Air Media Tanam Menggunakan Regresi Linear Berganda (Studi Kasus Kebun Tomat Beef di Serenity Farm Mitra Habibi Garden).

Teknotan. Vol. 16(3): 133-138.

Manalu, P., A. Siahaan, dan L. Siahaan. 2023. Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) terhadap Pemberian Media Tanam Cocopeat dan Sekam Bakar. Agronita. Vol. 2(1): 24-29.

Nainggolan, L. P., dan I. J. Ginting. 2023. Sosialisasi “Media Tanam yang Baik Bagi Tanaman” Kepada Warga Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Abdi Parahita. Vol. 2(1): 63-86.

Pangestika, M., M. Hohary, Suprihati, Y. H. Agus et al. 2020. Smart Farming Pertanian di Era Revolusi Industri 4.0. Penerbit ANDI. Yogyakarta. 256 hal.

(20)

15

Ratnabella, E. K. 2023. Efektivitas Perbandingan Media Tanam Pukcapedia terhadap Pertumbuhan Tanaman Hias Aglaonema (Aglaonema butterfly L.). Skripsi. Program Sarjana, Universitas Pasundan. Bandung. 92 hal.

Saguin, K. K., dan M. A. Cagampan. 2023. Urban Farming and Land Use Governance in Metro Manila. In: A Better Metro Manila? Towards Responsible Local Governance, Decentralization and Equitable Development. Palgrave Macmillan. Singapore. 407-442 p.

Santoso, P. P. A., I. Sanubary, dan D. Mahmuda. 2022. Pembuatan Alat Pengering Cocopeat dengan Sistem Hybrid Berbasis Panel Surya. Jurnal Engine. Vol.

6(2): 31-41.

Sasmita, E.R., dan D. Haryanto. 2021. Ragam Media Tanam Tanah dan Non Tanah.

Penerbit LPPM UPN “Veteran” Yogyakarta. Yogyakarta. 74 hal.

Siregar, W. T., dan Rahmadina. 2023. Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai Hitam (Glicine max L.) dengan Sistem Vertikultur. Vol. 6(1): 38-46.

Ulinuha, A., dan A. G. Riza. 2021. Sistem Monitoring dan Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Android dengan Aplikasi Blynk. Jurnal Pengabdian Masyarakat Teknoyasa. Vol. 2(1): 26-31.

(21)

LAMPIRAN

Gambar 1. Alat dan Bahan

Gambar 2. Penimbangan Media Tanam

Gambar 3. Pencampuran Media Tanam

Gambar 4. Penyiraman Media Tanam

Gambar 5. Dokumentasi Kelompok

Gambar 6. Dokumentasi Kelompok

Gambar

Gambar 4. Media Tanam Kompos  (Sumber: irdresearch.com)
Gambar 3. Media Tanam Cocopeat  (Sumber: planteria.id)
Tabel 1. Hasil Pengukuran Berat Basah Tanah (g)  Ulangan (U)
Tabel 2. Hasil Pengukuran Berat Kering Tanah (g)  Ulangan (U)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Menekan Penggunaan Media Tanam Pakis untuk Budidaya

Hal ini diduga karena tanaman selada mendapatkan media tanam yang baik untuk pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman selada, komposisi media tanam

Menurut hasil pengamatan bahwa terjadinya pertumbuhan tanaman terong pada semua media tanam yang digunakan disebabkan air yang diserap oleh akar tanaman mengandung

- Batang dan daun pisang digunakan sebagai mulsa kakao.. Tanaman tumpangsari dengan tanaman kakao dengan tanaman kelapa.. BAHAN TANAM. Keberhasilan dalam budidaya tanaman

Dari hasil pengamatan perbandingan komposisi media tanam pada pertumbuhan bibit karet terhadap pertumbuhan tinggi tanaman karet menunjukkan bahwa perlakuan media tanam

(2006) untuk pemberian larutan nutrisi dalam budidaya tanaman secara hidroponik pada berbagai umur dan jenis tanaman dengan cara memasang sensor pada media tanam

Dokumen ini membahas tentang budidaya tanaman pisang, nilai ekonomi, dan nilai gizi

Hidroponik adalah budidaya tanaman yang memanfaatkan air sebagai media tanamnya tetapi ada juga beberapa jenis hidroponik yang memanfaatkan media tanam lain seperti pasir sebagai media