1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalamm tahap ASI eksklusif ini. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi dalam 6 bulan pertama.1 Data dari The United Nations Children’s Fund (UNICEF) tahun 2016 dari 5 juta bayi yang terlahir di Indoneisa lebih dari setengahnya tidak mendapatkan air susu ibu secara optimal. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukan bahwa proporsi pemberian air susu ibu pada bayi usia 0-5 bulan di Indonesia sebanyak 37,5% air susu ibu eksklusif, 9,3% air susu ibu parsial, dan 3,3% air susu ibu predominan.
Memberikan air susu predominan berarti selama menyusui pernah sekali atau lebih memberikan air atau minuman berbasis air seperti teh sebagai minuman prelakteal sebelum keluar air susu ibu. Sedangkan menyusi parsial yaitu menyusui bayi dengan serta memberikan makanan buatan selain air susu ibu seperti susu formula, bubur, atau makanan lain sebelum bayi berusia 6 bulan, baik diberikan secara kontinyu atau pralakteal.2
Pemberian ASI pada ibu menyusui yang bekerja menjadi terhambat pada waktu ibu harus menyusui karena intensitas pertemuan antara ibu dan anak menjadi berkurang kurang. Ibu menjadikan alasan pekerjaan sebagai penghambat pemberian ASI. Tidak jarang wanita karir lebih memilih memberikan susu formula pada bayinya dibandingkan dengan ASI.
Akibatnya bayi lebih sering mengalami sakit dikarenakan daya tahan tubuhnya kurang baik. Dengan memberikan ASI akan memberikan kekebalan tubuh bagi bayi. Air susu ibu adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,laktosa dan garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI merupakan
2
makanan alamiah yang utama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.1
Keberhasilan pemberian air susu ibu eksklusif dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningsih mengenai faktor-faktor penyebab kegagalan pemberian air susu ibu eksklusif yaitu Pendidikan, pengetahuan, sikap ibu, pekerjaan ibu, dan motivasi dari suami terhadap kegagalan dalam memberikan air susu ibu eksklusif.1 Pada ibu menyusui yang bekerja mendapatkan kendala dalam memberikan air susu ibu eksklusif. Untuk mengantisipasinya pemerintah menerbitkan Permenkes nomor 15 tahun 2013 yang teruang dalam pasal 1 ayat 3 yaitu menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui atau memerah air susu ibu, dengan demikian ibu dapat meninggalkan rumah dan dapat memberikan air susu ibu kepada anaknya.3
Memerah air susu ibu dapat membantu ibu bekerja atau yang akan pergi keluar rumah dalam jangka waktu yang lama agar tetap memberikan air susu ibu kepada bayinya. Penelitian yang dilakukan oleh Corniawati terdapat hubungan antara pengetahuan ibu mengenai pemberian air susu ibu perah dan praktik pemberian air susu ibu perah. Dengan peningkatan pengetahuan ibu diharapkan ibu dapat memberikan air susu ibu perah jika sedang bekerja dan meninggalkan rumah dalam jangka waktu yang cukup lama.4Selain pengetahuan paritas ibu juga mempengaruhi ibu dalam memberikan air susu ibu perah. Menurut hasil penelitian Afriyanii menjabarkan bahwa ada hubungan positif antara paritas dan pemberian air susu ibu perah. Pengalaman dapat membantu menambah pengetahuan ibu mengenai air susu ibu perah5
Hubungan pemberian air susu ibu perah dengan keberhasilan pemberian air susu ibu eksklusif dijelaskan dalam penelitian Sulistyorini yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan mengenai penyimpanan air susu ibu dan juga keberhasilan memberikan air susu ibu eksklusif. Dengan peningkatan pengetahuan ibu mengenai air susu
3
ibu perah akan membantu peningkatan keberhasilan pemberian air susu ibu eksklusif.6
Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sartika yang menjabarkan bahwa ada hubungan postif antara pengetahuan ibu menyusui bekerja mengenai pemberian air susu ibu perah dengan pemberian air susu ibu eksklusif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya yaitu responden yang digunakan adalah ibu bekerja sementara penelitian ini meneliti ibu menyusui yang bekerja ataupun yang tidak bekerja. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas II Denpasar Selatan.
Alasannya yaitu karena Puskesmas II Denpasar Selatan belum mencapai target pemberian air susu ibu eksklusif di Kota Denpasar yang sebesar 50%
pada tahun 2019. 7
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang yang disampaikan tersebut peneliti tertarik untuk menganalisis tentang Praktik pemberian dan penyimpanan ASI perah pada ibu bekerja .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diambil rumus masalah yaitu “Bagaimana Praktik pemberian dan penyimpanan ASI perah pada ibu bekerja .?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis Praktik pemberian dan penyimpanan ASI perah pada ibu bekerja .
2. Tujuan Khusus
a) Menganalisis teknik ASI perah pada ibu bekerja.
b) Menganalisis frekuensi volume ASI perah pada ibu bekerja.
c) Faktor pendukung untuk memerah ASI di tempat ibu bekerja.
d) Praktik pemberian ASI perah.
e) Praktik penyimpanan ASI pera
4
D. Manfaat a) Teoritis
Sebagai sumber ilmu tambahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan dan khusus nya dalam asuhan kebidanan ibu nifas dan menyusui sebagai sumber informasi tentang pemberian ASI esklusif secara lebih mendalam
b) Praktis
Sebagai acuan untuk promosi kesehatan pada ibu bekerja untuk melakukan ASI perah agar tetap melakukan ASI esklusif pada saat ibu harus bekerja .
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kebidanan ini di fokuskan pada masa nifas, yaitu tentang prakti pemberian dan penyimpanan ASI perah pada ibu bekerja.