• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memberikan Tanggapan Terhadap Kasus Di Ruang Kelas

N/A
N/A
Anas Abdul Rahim Hummam

Academic year: 2024

Membagikan " Memberikan Tanggapan Terhadap Kasus Di Ruang Kelas"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas 1.1 Memberikan Tanggapan terhadap Kasus di Ruang Kelas Nama Kelompok :

1. Abdul Rozaq F.

2. Anas Abdul Rahim H.

3. Dewi Musrofatin 4. Eka Diana Novitasari 5. Hayyi Azimatud D.

Bacalah kasus-kasus berikut ini. Lalu, jawablah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan berdiskusi bersama kelompok. Gunakan bekal pengetahuan anda mengenai konsep yang telah dipelajari untuk memberikan jawaban yang informatif dan solutif.

1. Kasus I

Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda hendak menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata- rata (mean). Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta didik untuk mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada peserta didik untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal, dan peserta didik mampu mengerjakannya dengan benar.

Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?

JAWAB :

Menurut kelompok kami yang membuat peserta didik sudah mampu memahami secara komprehensif materi yang sudah diajarkan. Jadi, walaupun mereka tidak melihat urutan/langkah pengerjaan soal mereka tetap bisa mengerjakan. Guru berhasil memberikan pemahaman pada siswa.

Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas dapat diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.

JAWAB :

Metode pembelajaran adalah sebuah sistematisasi rencana untuk menyampaikan informasi (Gerlach dan Elly, 80:14). Selain itu, metode juga mencakup pola tetap dalam memperoleh pengetahuan, dengan sifat yang procedural, teknis, dan implementatif. Lebih lanjut, metode pembelajaran juga

(2)

mengacu pada cara implementasi rencana yang telah disusun ke dalam kegiatan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam contoh yang disebutkan, guru menggunakan metode pembelajaran berupa pemecahan masalah. Guru secara jelas menjelaskan langkah-langkah atau urutan dalam mencari nilai rata-rata (mean) pada pelajaran Matematika kepada peserta didik. Setelah itu, guru meminta peserta didik untuk mengikuti langkah-langkah tersebut dan menerapkannya dalam soal percobaan yang mereka kerjakan.

2. Kasus II

Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa berhitung dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap peserta didik menyelesaikan tantang belajarnya.

Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya sesuai dengan tahapan perkembangan usia?

JAWAB :

Menurut pandangan kami, Rina sebagai seorang guru kelas 1 SD dengan banyaknya peserta didik yang belum mahir berhitung secara lancar, dapat menggunakan media pembelajaran sederhana yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan peserta didik. Sebagai contoh, Rina dapat mengajak peserta didik untuk membawa batu kerikil dalam satu plastik kecil atau korek api kayu dalam satu paket. Setelah itu, di dalam kelas, Rina dapat menyiapkan kartu angka dan mengajak peserta didik untuk mulai menghitung benda-benda yang mereka bawa dari rumah. Rina juga dapat menunjukkan contoh penggunaan kartu angka yang sudah disiapkan, sehingga peserta didik dapat dengan mudah memahami konsep berhitung sederhana.

Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.

JAWAB :

Dari situasi di atas, kami berpendapat bahwa perkembangan penguasaan berhitung pada peserta didik kelas 1 SD masih memerlukan penggunaan benda- benda dan konsep yang konkret. Menurut Depdiknas (2000:7), proses pembelajaran berhitung di Taman Kanak-Kanak sebaiknya melalui tiga tahapan: penguasaan konsep, masa transisi, dan pengenalan lambang.

Penguasaan konsep melibatkan pemahaman tentang objek menggunakan benda dan peristiwa konkret, seperti mengenal warna, bentuk, dan menghitung jumlah.

Masa transisi adalah fase peralihan dari pemahaman konkret ke pengenalan lambang yang abstrak, di mana objek konkret masih ada tetapi lambangnya mulai dikenali. Proses ini harus dilakukan secara bertahap oleh guru sesuai dengan kemampuan individu masing-masing anak.

Menurut Piaget (Suyanto S 2005:160), matematika untuk anak usia dini tidak bisa diajarkan secara langsung. Sebelum anak memahami konsep dan operasi bilangan, mereka harus terlebih dahulu melatih pemahaman dengan menggunakan bahasa simbolik yang disebut sebagai abstraksi sederhana atau

(3)

abstraksi empiris. Selanjutnya, anak-anak akan dilatih untuk berpikir secara simbolik lebih lanjut, yang dikenal sebagai abstraksi reflektif. Langkah berikutnya adalah mengajarkan peserta didik untuk menghubungkan antara konsep bilangan dengan lambang bilangan.

3. Kasus III

Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi pada peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa contoh teks deskripsi menceritakan tentang bangunan- bangunan pencakar langit yang ada di Ibu Kota. Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk memberikan contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan khas di Bali.

Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai?

Mengapa demikian?

JAWAB :

Menurut kelompok kami hal yang dilakukan Made itu sudah tepat. Karena Made berusaha memberikan pembelajaran berbasis kearifan lokal dengan memberi contoh sesuatu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik di Bali, dengan adanya hal tersebut peserta didik tidak merasa asing dengan materi yang diajarkan oleh Made. Sehingga kemungkinan peserta didik memahami materi tersebut akan lebih efektif.

Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.

JAWAB :

Menurut pandangan kami, dalam pembuatan kurikulum, prinsip yang kami terapkan adalah fleksibilitas. Pembelajaran sebaiknya memiliki karakteristik yang lentur atau fleksibel sehingga memungkinkan penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu, serta kemampuan dan latar belakang individu (Setiyadi dkk, 2020).

Dari perspektif teori belajar, pendekatan yang kami terapkan mengikuti konstruktivisme seperti yang dikemukakan oleh Vygotsky. Vygotsky mengemukakan bahwa sebagian besar pengetahuan yang diperoleh anak-anak berasal dari budaya tempat tinggal mereka. Pengetahuan yang diperoleh melalui proses dasar ini akan berkembang lebih lanjut saat mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial dan budaya mereka. Menurut Vygotsky, pengaruh terbesar terhadap pembentukan pengetahuan anak adalah budaya dan lingkungan sosialnya (Agustianingrum dkk, 2022). Lagu, bahasa, seni, dan permainan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi anak-anak.

Vygotsky juga menekankan bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dan kerjasama dengan orang lain serta lingkungannya, sehingga budaya memengaruhi proses pembelajaran. Cara berpikir seseorang, menurut Vygotsky, harus dipahami berdasarkan latar belakang sosial budaya dan

(4)

sejarahnya. Oleh karena itu, Vygotsky menyoroti pentingnya peran interaksi sosial dalam perkembangan pembelajaran seseorang.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Mengetahui bagaimanakah perubahan perilaku (keaktifan, kesungguhan, kedisiplinan, dan tanggung jawab) peserta didik kelas V SD Muhammadiyah Danaraja Banjarnegara

Hasil belajar dalam pandangan humanistik adalah kemampuan peserta didik mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu yang

Berdasarkan observasi dan pertemuan orang tua murid bulan November 2005 di SD Kristen  YSKI  Semarang  ditemukan  hal­hal  sebagai  berikut:  (1)  Banyaknya 

1) Dengan menggunakan teknik direktif yaitu sebelumnya pembimbing memberi pandangan kepada peserta didik ini mengenai keadaan orang tuanya yang kurang harmonis,

Selanjutnya guru mengelompokkan peserta didik menurut ZPD-nya (level perkembangan peserta didik berdasarkan hasil belajar sebelumnya). Setelah tanya jawab berlangsung

Berdasarkan uraian tentang peran guru menurut pandangan Johann Heinrich Pestalozzi tentang pendidikan dalam rangka mempersiapkan peserta didik yang merupakan generasi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1 kesulitan belajar membaca dan menuliis permulaan siswa kelas rendah di SD Negeri 2 Penimbung yaitu rata-rata peserta didik sudah lancar dalam

Modul ajar ini membahas tentang identifikasi tugas dan peran diri dalam kegiatan bersama serta pengembangan sikap bertanggung jawab bagi peserta didik kelas 1