• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENANAMKAN DISIPLIN POSITIF SISWA MELALUI PENDEKATAN RESTITUSI

N/A
N/A
Sudarno Masdar

Academic year: 2023

Membagikan "MENANAMKAN DISIPLIN POSITIF SISWA MELALUI PENDEKATAN RESTITUSI"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

MENANAMKAN DISIPLIN POSITIF SISWA MELALUI PENDEKATAN RESTITUSI Oleh: Sudarno, S.Th.I., M.Pd.I

Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam pendidikan kita adalah kedisiplinan siswa, walaupun sudah diberlakukan tata tertib, masih saja siswa melakukan pelanggaran terhadap tata tertib tersebut, selama ini pendekatan hukuman merupakan usaha yang lazim diberlakukan di sekolah-sekolah dalam melakukan pendisiplinan siswa, dengan hukuman diharapkan siswa yang melanggar peraturan sekolah diharapkan menjadi jera, namun memberikan hukuman yang terlalu berlebihan dapat mengakibatkan efek buruk bagi siswa; siswa akan trauma bahkan ada kecenderungan malah membangkang. Disisi lain terkadang pendisiplinan siswa dengan pendekatan hukuman juga menimbulkan efek lain, orang tua yang tidak terima anaknya di hokum terkadang protes keras kepada sekolah sehingga menimbukan polemic bahkan sampai keranah hokum/kepolisian. Oleh karena itu diperlukan cara lain untuk mendidiplinkan siswa.

Alternative pendekatan lain selain penerapan hukuman untuk mendisiplinkan siswa adalah dengan penerapan konsekuensi logis. Pada pendekatan konsekuensi logis siswa diposisikan menjadi subyek.

Subyek akan diberikan tanggungjawab seluas mungkin dengan konsekuensi logis sebagai batasannya.

Contoh pendisiplinan siswa dengan pendekatan konsekuensi logis diantaranya; siswa yang tidak disiplin memiliki konsekuensi yang nantinya akan mendisiplinkan siswa tersebut, misalnya; belajar sendiri diperpustakaan sepanjang sesi pelajaran dengan menyerahkan rangkuman yang mereka pelajari kemudian minta siswa tersebut untuk menjelaskannya, atau terhadap siswa yang dengan sengaja atau tidak sengaja menumpahkan minuman maka siswa tersebut konsekuensinya harus membersihkan ruangan yang kotor oleh minuman tersebut dan mengganti minuman yang telah ditumpahkan. Pendekatan konsekuensi logis ini sebenernya cukup efektif dalam mendisiplinkan siswa sekaligus memberikan pembelajaran kepada siswa agar lebih bertanggungjawab. Namun pada akhirnya pendekatan ini seringkali hanya menghasilkan konformitas sementara dan tidak mengajarkan anak-anak cara memahami, menghargai, dan memperbaiki kesalahan mereka.

Ada pendekatan lain dalam mendisiplinkan siswa yaitu dengan menggunakan paradigm baru dengan cara restitusi. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen;

2004). Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).

Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Sebelumnya kita telah belajar tentang teori kontrol bahwa pada dasarnya, kita memiliki motivasi intrinsik.

Melalui restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya. Restitusi menguntungkan korban, tetapi juga menguntungkan orang yang telah berbuat salah. Ini sesuai dengan prinsip dari teori kontrol William Glasser tentang solusi menang-menang, win-win solution.

Ada peluang luar biasa bagi murid untuk bertumbuh ketika mereka melakukan kesalahan, bukankah pada hakikatnya begitulah cara kita belajar. Murid perlu Penulis adalah Guru PAI dan Budi Pekerti di SMAN 1 Cikarang Barat, penulis adalah Guru penggerak angkatan 1, Pengajar Praktik angkatan ke-5 dan saat ini penulis adalah fasilitator pendidikan guru penggerak angkatan 9 BBGP kepulauan riau

(2)

bertanggung jawab atas perilaku yang mereka pilih, namun mereka juga dapat memilih untuk belajar dari

pengalaman dan membuat pilihan yang lebih baik di waktu yang akan datang.

Ketika guru memecahkan masalah perilaku mereka, murid akan kehilangan kesempatan untuk mempelajari keterampilan yang berharga untuk hidup mereka.

Kesimpulan dari tulisan ini adalah bahwa cara-cara lama terkait pendisiplinan siswa melalui hukuman dan konsekuensi logis harus kita tinggalkan, sebagai seorang pendidik, guru hendaknya merubah paradigma hukuman dan konsekuensi logis menjadi pendekatan restitusi dimana siswa yang melakukan tindakan indisiplioner diarahkan untuk bertanggungjawab. Dalam dunia pendidikan strategi restitusi ini dikenal dengan istilah segitiga restitusi yang meliputi pertama Menstabilkan identitas/stabilize the identity, kedua Validasi tindakan yang salah/validate the Misbeh dan ketiga Menanyakan keyakinan /Seek the Belief Dalam hal ini, peran guru/orangtua sangat penting untuk menciptakan kondisi yang membuat murid/anak bersedia menyelesaikan masalah dan berbuat lebih baik lagi dengan berkata, "semua orang pasti pernah berbuat salah", dan bukan mengatakan "kamu harus lakukan ini, kalau tidak maka...". Pendekatan restitusi adalah jawaban ketika akhir-akhir ini pendekatan hukuman dirasa cukup meresahkan baik untuk guru, murid maupun orang tua.

Penulis adalah Guru PAI dan Budi Pekerti di SMAN 1 Cikarang Barat, penulis adalah Guru penggerak angkatan 1, Pengajar Praktik angkatan ke-5 dan saat ini penulis adalah fasilitator pendidikan guru penggerak angkatan 9 BBGP kepulauan riau

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan implementasi pembelajaran akhlak dalam menanamkan kedisiplinan tata tertib sekolah siswa kelas atas MI Ahmad

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa Peranan Guru dalam Menanamkan Nilai Kedisiplinan dan Kegiatan Belajar Siswa Penderita Tuna Rungu

Judul Skripsi :Implementasi Budaya Sekolah dalam Menanamkan Karakter Religius dan Disiplin pada Siswa Kelas Rendah di SDIT Nur Hidayah Surakarta. Menyatakan dengan sebenarnya

Peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang peningkatan disiplin siswa di sekolah menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior

Penggunaan model pendekatan keterampilan proses untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa SD menunjukkan hasil studi pengembangan ini dapat memudahkan siswa dalam

Ayu Dian Lestari. Peran Guru Dalam Menanamkan Sikap Disiplin dan Tanggung Jawab Melalui Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IV SD Negeri Grojogan Bantul. Skripsi Jurusan

Oleh karena itu penting bagi seorang guru kelas untuk mengetahui strategi apa yang digunakan untuk menanamkan karakter disiplin pada siswa agar terbiasa dengan peraturan atau tata cara

Strategi yang dilakukan guru akidah akhlak dalam menanamkan nilai karakter kejujuran dan disiplin pada siswa di MAN 2 Kota Beng- kulu dapat dinyatakan baik, dilihat dari con- toh yang