105
PERANAN GURU BK DALAM MENANAMKAN NILAI DISIPLIN DI ERA PANDEMI
Tatik Yuliasih
Mahasiswa Progdi BK-FKIP-UKSW Salatiga
ABSTRAK
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui peranan Guru Bimbingan dan Konseling dalam membantu masalah kedisiplinan siswa di lingkungan sekolah. Adapun yang menjadi latarbelakang masalah ini adalah kedisiplinan siswa di sekolah yang sampai saat ini belum teratasi dengan baik.
Permasalahan kedisiplinan seperti masih adanya ketidaktaatan siswa terhadap peraturan di sekolah datang terlambat, tidak berpakaian rapi, tidak menggunakan atribut sekolah dengan benar, kurang menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan masih kurangnya akan sikap dan perilaku sopan. Beberapa hal dinyatakan dapat mempengaruhi siswa tidak disiplin, diantaranya lemahnya perhatian orang tua kepada anaknya dikarenakan orang tua selalu sibuk bekerja, orang tua yang otoriter, keluarga yang broken home, lingkungan pergaulan dan media sosial. Perilaku tidak disiplin ini dapat mempengaruhi pembentukan watak dan kepribadian siswa. Jika kebiasan buruk ini tidak menemukan pemecahan masalah maka tujuan pendidikan nasional akan sulit terwujud.
Permasalahan kedisiplinan sering kali menjadi hal yang penting untuk diperhatikan, adanya berbagai latar belakang dan karakter setiap individu menjadikan penanaman kedisiplinan diperlukan. Peran serta guru BK dalam membantu mengatasi masalah dapat diupayakan dalam proses penanaman kedisiplinan. Proses penanaman kedisiplinan guru BK dapat memberikan layanan bimbingan konseling dengan melakukan berbagai tahapan preventif, represif, kuratif yang merupakan bagian dari proses layanan. Selain itu penunjangan lain adalah menerapkan tata tertib, memberikan hukuman, serta menjadi teladan bagi siswa. Selain itu Guru BK memiliki peranan untuk mengidentifikasi penyebab siswa tidak disiplin sebelum mengatasi permasalahan kedisiplinan sehingga hal ini dapat membantu mengatasi dan mencegah ketidakdisiplinan siswa.
Kata Kunci: Peranan guru BK, Disiplin
PENDAHULUAN
Dewasa ini perlu adanya perhatian mengenai masalah yang umum terjadi di lingkungan sekolah yaitu kedisiplinan. Masalah kedisiplinan pada kenyataanya masih belum benar-benar dapat diatasi. Tentu kita kerap melihat dan mendengar berbagai tindakan tidak disiplin yang dilakukan oleh siswa. Masih adanya siswa tidak disiplin tercemin pada ketidaktaatan siswa terhadap peraturan di sekolah. Perilaku tidak disiplin tersebut seperti datang terlambat, tidak berpakaian rapi, kurang lengkap dalam menggunakan atribut sekolah, masih kurangnya budaya antri, kurang menjaga kebersihan dan pada saat upacara bendera tidak tertib dan tidak mengikuti dengan khidmat. Perilaku-perilaku tersebut hanya sebagian kecil dari banyaknya budaya ketidakdisiplinan yang masih terjadi pada pendidikan di tanah air ini. Beberapa hal dinyatakan dapat mempengaruhi siswa tidak disiplin, diantaranya lemahnya perhatian orang tua kepada anaknya dikarenakan orang tua selalu sibuk bekerja, orang tua yang otoriter, keluarga yang broken home, lingkungan pergaulan dan media sosial. Perilaku tidak disiplin ini dapat mempengaruhi pembentukan watak dan kepribadian siswa. Jika kebiasan buruk ini tidak menemukan pemecahan masalah maka tujuan pendidikan nasional akan sulit terwujud.
106
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan adanya hambatan berupa kurangnya kesadaran siswa akan kedisiplinan tentu tujuan pendidikan nasional tidak akan berjalan dengan baik dan lebih buruknya generasi ini tidak menjadi generasi yang kompeten. Dalam hal ini perlunya sikap yang serius dalam menangani masalah kedisiplinan. Hal yang dilakukan oleh guru ketika terdapat siswa yang tidak disiplin adalah pemberian skor. Apakah hal tersebut efektif dalam memberikan efek jera? Pada kenyataannya masih adanya siswa tidak disiplin, dengan demikian membuktikan jika pemberian skor tidak banyak pengaruhnya dalam mengubah perilaku siswa. Dapat dikatakan jika upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh kepala sekolah, guru, bahkan terlibatnya guru BK yang turut membantu dalam menangani kedisiplinan siswa masih belum tepat sasaran dalam artian masih terdapat siswa yang kurang disiplin. Perilaku disiplin sejatinya tidak mudah diperoleh dalam waktu yang singkat, namun dengan melalui penanaman kedisiplinan sejak dini tentu masalah tersebut bisa diatasi.
Permasalahan kedisiplinan sering kali menjadi hal yang penting untuk diperhatikan, adanya berbagai latar belakang dan karakter setiap individu menjadikan penanaman kedisiplinan diperlukan. Penanaman kedisiplinan berorientasi pada penerapan nilai-nilai yang berupa nilai moral dan berbagai aturan yang berlaku di suatu tempat dan diarapkan untuk diikuti. Dapat dikatakan jika penanaman kedisiplinan merupakan usaha menanamkan sikap atau perilaku sesuai dengan peraturaan yang ada. Penanaman kedisiplinan adalah suatu yang diajarkan oleh orang tua, guru, atau orang yang berpengalaman kepada seorang anak untuk mendapatkan sebuah perilaku baik. Menurut KBBI penanaman adalah proses, cara, perbuatan menanam, menanami atau menanamkan. Penanaman dalam artian ini adalah suatu proses pembinaan terhadap individu untuk mendapatkan perilaku lebih baik dari sebelumnya dengan melalui metode dan teknik tertentu.
Pentingnya peran warga sekolah dalam menanamkan disiplin kepada siswa tak terkecuali peran guru BK dalam menangani masalah kedisiplinan siswa. Guru BK sebagai pelaksana layanan bimbingan dan konseling pada umumnya dapat menangani berbagai permasalahan sesuai bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir. Sudah sejak dahulu tugas seorang guru BK di sekolah tidak hanya untuk memberi layanan konseling saja namun sering kali ikut andil dalam masalah kedisiplinan. Siswa yang kedapatan melanggar tata tertib tentu akan langsung di bawa ke ruang BK dan di beri nasihat. Tak hanya itu guru BK juga dapat memberikan layanan konseling mengenai sikap disiplin, hal tersebut dilakukan supaya siswa lebih memahami sikap perilaku disiplin. Selain itu siswa juga dapat merubah perilaku kurang disiplinnya menjadi siswa yang disiplin dan bertanggung jawab pada kewajibannya. Selain itu guru BK juga memiliki peranan untuk mengidentifikasi penyebab siswa tidak disiplin sebelum mengatasi permasalahan kedisiplinan sehingga hal ini dapat membantu mengatasi dan mencegah ketidakdisiplinan siswa.
KONSEP KEDISIPLINAN
Disiplin berasal dari bahasa latin diciplina yang dibagi menjadi dua istilah lain, yaitu discere(belajar) dan discipulus(murid) dinyatakan oleh Riberu (Maria J. Wantah 2007). Doni
107
Koesoema (2007), kedisiplinan merupakan segala sarana, norma, metode yang disesuaikan untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI disiplin/di·sip·lin/n1 tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dan sebagainya);2 ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya); 3 bidang studi yang memiliki objek, sistem, dan metode tertentu; yang artinya disiplin merupakan suatu bentuk seseorang yang dapat melaksanakan kepatuhan atau ketaatan terhadap suatu aturan.
Menurut Arikunto (1993) kedisiplinan merupakan suatu bentuk mengenai pengendalian diri pada peraturan. Peraturan atau tata tertib yang ditetapkan harus dipatuhi oleh seseorang.
Merujuk berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan kepatuhan terhadap peraturan, tata tertib, dan norma-norma yang telah ditetapkan. Kedisiplinan di terapkan sebagai salah satu usaha mencapai tujuan yang baik.
FAKTOR PENGARUH KEDISIPLINAN PADA SISWA
Perlu diketahui perilaku disiplin siswa itu banyak dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam yaitu dari diri siswa tersebut, perilakunya, pribadinya siswa itu sendiri. Sedangkan faktor dari luar adalah dari linngkungan pergaulannya atau masyarakat.
Seperti yang dinyatakan oleh Unaradjan (2003) terbentuknya kedisiplinan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal meliputi keadaan fisik, individu yang sehat secara fisik dapat mengerjakan tugas-tugas dengan baik. Dalam situasi seperti ini keadaan fisik pribadi sangat berpengaruh dengan pola perilaku disiplin. Keadaan psikis, batin atau psikis seseorang juga mempengaruhi kedisiplinan. Karena hanya orang-orang yang normal secara psikis atau mental yang dapat menghayati norma-norma yang ada dalam masyarakat dan keluarga. Sedangkan faktor eksternal yaitu keadaan keluarga sebagai tempat pertama dan utama dalam pembinaan pribadi. Keadaan lingkungan pergaulan yang baik merupakan lingkungan yang aman dalam pembentukan karakter anak Keadaan masyarakat sebagai suatu lingkungan yang lebih luas dari pada keluarga dan sekolah yang juga turut menentukan kedisiplinan siswa, berhasil tidaknya pembinaan dan pendidikan disiplin diri.
Disiplin adalah suatu yang diajarkan oleh orang tua, guru, atau orang yang berpengalaman kepada seorang anak untuk mendapatkan sebuah perubahan pada perilaku dari yang tidak baik menjadi lebih baik.
Kedisiplinan bukan hal yang dapat terjadi begitu saja, namun banyak hal yang dapat mempengaruhi baik itu pengaruh dalam menunjang kedisiplinan atau pengaruh menghambat kedisiplinan. Kedisiplinan siswa tidak hanya dapat dilihat dari berbagai faktor namun juga pada aspek disiplin. Arikunto (1993) menyatakan kedisiplinan dapat dilihat dari 3 aspek yaitu:
Disiplin siswa di dalam kelas
Perilaku siswa pada saat pembelajaran berlangsung dapat diidentifikasi oleh guru.
Siswa yang disiplin akan mengikuti pembelajaran dengan baik. Sedangkan siswa yang tidak disiplin dapat terlihat tidak mengikuti pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh saat
108
pembelajaran berlangsung terdapat siswa yang mengobrol dengan teman hal tersebut mencerminkan adanya sikap kurang disiplin.
Disiplin siswa di lingkungan sekolah
Pada lingkungan sekolah siswa juga diharuskan untuk mentaati peraturan dan norma yang berlaku di sekolah. Siswa dapat melaksanakan peraturan dan norma yang berlaku di sekolah seperti halnya disiplin dalam hal waktu berangkat tepat waktu dan disiplin kebersihan dengan selalu menjalankan piket.
Disiplin siswa di rumah
Proses pendidikan disiplin tidak hanya di dalam sekolah namun juga terjadi didalam keluarga. Ketika siswa mempunyai disiplin di sekolah tentu siswa juga akan menerapkannya di rumah. Seperti halnya dalam disiplin belajar, disiplin belajar tercermin ketika siswa selalu rajin dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu.
TUJUAN KEDISIPLINAN
Disiplin sudah seharusnya diterapkan di sekolah yang mana sebagai penunjang kegiatan belajar. dalam hal ini disiplin perlu ditanamkan kepada siswa supaya dapat mencapai tujuan pendidikan. Menurut Elizabet B. Hurlock (1993) menyatakan bahwa tujuan disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran- peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu di identifikasikan.
Selanjutnya menurut Charles Schaefer (1994) tujuan disiplin terbagi menjadi dua macam antara lain:
1. Tujuan jangka pendek, Kedisiplinan membuat seseorang terlatih dan terkontrol dengan mengajarkan perilaku yang pantas dan yang tidak pantas bagi mereka.
2. Tujuan jangka panjang, Sebagai perkembangan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri (self control and self direction) dalam hal di mana individu dapat mengarahkan dirinya sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari pihak luar.
Pengendalian diri yang baik akan menjauhkan individu dari pengaruh orang lain, sehingga akan tetap teguh dengan pendirian utamanya.
Dapat disimpulkan bahwa disiplin mempunyai tujuan untuk melatih ketaatan dan kepatuhan dengan melatih perilaku yang tepat dan beraturan serta dapat dipercayai dalam lingkungan masyarakat dan sekolah. Sikap disiplin yang telah tertanam dengan baik pada siswa dapat menimbulkan kepercayaan orang lain terhadap dirinya.
FUNGSI KEDISIPLINAN DI SEKOLAH
Kedisiplinan sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi acuan dalam pembentukan sikap, perilaku, dan tatacara kehidupan, yang membantu pola perkembangan pada diri siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Tulus Tu’u (2004), menyatakan beberapa fungsi kedisiplinan: Menata kehidupan bersama, Membangun kepribadian, Melatih kepribadian, dan Menciptakan lingkungan yang kondusif. Oleh karena itu disiplin berfungsi mendukung terlaksananya proses dalam menjalankan suatu aktivitas dalam. Ha1 itu dicapai dengan merancang peraturan.Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuensi. Dengan demikian menjadikan lingkungan yang aman, tenang, tenteram, tertib dan teratur.
109
Selanjutnya menurut Singgih D Gunarsah (2008) disiplin merupakan salah satu fungsi dalam mendidik siswa dalam:
a. Mempunyai pengetahuan dan pengertian dalam menjalankan kewajiban
b. Memahami akan tingkah laku baik dan buruk. Selanjutnya dicerminkan kedalam perilaku disiplin
c. Belajar untuk mentaati peraturan dan tidak melibatkan diri pada sesuatu yang dapat memberikan hukuman.
Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa fungsi kedisiplinan sangat penting dengan adanya disiplin siswa akan mentaati tata tertib, siswa akan merasa aman karena dapat mengetahui mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik untuk dihindari. Dan hal ini sangat menunjang pada kelancaran proses belajar mengajar di sekolah yang berarti akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
PERANAN GURU BK
Tugas seorang guru selain mengajar adalah memberikan bimbingan dan pembinaan mengenai nilai-nilai moral. Dalam hal ini sebagai guru BK memiliki peran memberikan bimbingan sebagai upaya pembentukan kepribadian selama proses perkembangan. Menurut pasal 27 peraturan pemerintah No. 29 tahun 1990 ”Bimbingan merupakan sebuah bantuan yang diberikan oleh konselor kepada siswa dalam rangka upaya proses perkembangan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”. Sedangkan menurut Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah menjelaskan pengertian bimbingan dan konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru BK untuk memfasilitasi perkembangan siswa untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya.
Pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling membantu mengatasi berbagai permasalahan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pelayanan konselor hendaknya berjalan secara efektif dalam membantu siswa mencapai tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya baik di sekolah dan di lingkungan masyarakat. Di sinilah perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di samping kegiatan pengajaran.
Permasalahan-permasalahan tersebut seperti masalah kedisiplinan siswa di sekolah.
Berdasarkan POP BK 2016 layanan bimbingan konseling disekolah disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan mencacu pada 4 bidang yaitu pribadi, sosial, belajar, dan karir, adapun jenis layanannya yaitu:
1. Layanan Orientasi; sebagai layanan yang memungkinan siswa memahami lingkungan baru
2. Layanan Informasi; sebagai layanan yang memungkinan siswa menerima dan memahami berbagai informasi (seperti: informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan).
3. Layanan Konten; sebagai layanan yang memungkinan siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam penguasaan kompetensi.
110
4. Layanan Penempatan dan Penyaluran; layanan yang memungkinan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya.
5. Layanan Konseling individu ; sebagai layanan untuk membantu mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya.
6. Layanan Bimbingan Kelompok; sebagai layanan yang memungkinan sejumlah siswa secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman.
7. Layanan Konseling Kelompok; sebagai layanan yang memungkinan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok.
8. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu siswa dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah pada diri siswa.
9. Mediasi, yaitu layanan yang membantu siswa menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar siswa.
Masalah kedisiplinan tidak serta merta dapat dengan mudah di atasi. Melihat berbagai cara seperti memberi hukuman kepada siswa yang tidak disiplin namun kenyataanya masih belum dikatakan sempurna. Dalam hal ini perlu adanya penanaman kedisiplinan. Peran guru BK dalam proses penanaman kedisiplinan juga dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan pada dirinya. Hal tersebut tercermin pada fungsi bimbingan konseling yang dinyatakan oleh Prayitno (1994) mengemukakan pendapat mengenai pengertian bimbingan sebagai berikut: Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang dengan tujuan mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Penanaman kedisiplinan beorientasi pada penerapan nilai-nilai yang berupa nilai moral dan berbagai aturan yang berlaku di suatu tempat dan diarapkan untuk diikuti.
Penanaman kedisiplinan siswa di sekolah tentu saja harus sesuai dengan peraturan dan tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah tentu dibuat dan di atur dengan sedemikian rupa supaya apa yang menjadi tujuan dari pendidikan tercapai, berikut tata tertib yang umum di berlakukan di sekolah:
a. Datang tepat waktu b. Pulang sesuai jam sekolah
c. Memakai seragam beserta atribut secara lengkap d. Mengikuti kegiatan belajar sesuai jadwal
e. Menjaga kebersihan lingkungan sekolah f. Selalu mempunyai sikap yang sopan
111
Sejak siswa baru masuk sekolah peraturan tersebut tentu sudah di terapkan namun alangkah baiknya jika siswa dilatih untuk lebih dibiasakan untuk mengikuti peraturan yang ada.
Tulus Tu’u (2004) menyatakan indikator kedisiplinan yang dapat membantu siswa mempunyai hasil belajar yang baik di sekolah:
a. Mempunyai waktu belajar yang sudah terorganisir b. Mempunyai sikap rajin belajar
c. Tertib saat pembelajaran berlangsung
Peranan guru BK dalam membantu proses penanaman kedisiplinan dapat tercermin pada bagaimana guru BK dapat membimbing para siswa untuk mempunyai kedisiplinan.
Adapun upaya yang dilakukan oleh guru BK dalam menanamkan kedisiplin-nan siswa adalah sebagai berikut:
a. Memberikan peringatan berupa poin kepada siswa yang melanggar peraturan b. Memberikan bimbingan secara individu
c. Memberikan bimbingan secara kelompok d. Memberikan bimbingan klasikal
e. Pemberian hukuman
f. Pemanggilan orang tua siswa g. Memberikan motivasi
Dengan upaya tersebut bisa dikatakan jika guru BK tidak hannya sebagai pendidik yang memberikan materi layanan, melainkan juga sebagai pendidik yang mengupayakan perubahan tingkah laku dan penyelesaian masalah siswa.
Selanjutnya menurut Elizabeth B. Hurlock (1993) mengemukakan unsur-unsur disiplin yang diharapkan mampu mendidik anak yaitu:
a. Peraturan, Peraturan merupakan sebuah ketentuan-ketentuan yang telah dibuat kemudian wajib dilaksanakan. Peraturan ini dibuat supaya dapat menunjukkan perilaku yang tepat sesuai dengan peraturan.
b. Hukuman, Hukuman diberikan ketika ada yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan tujuannya agar pelanggaran itu tidak diulangi dengan hukuman akan memberikan efek jera bagi pelanggar.
c. Penghargaan, Penghargaan biasanya diberikan ketika orang taat dalam menerapkan perilakunya terhadap peraturan. Penghargaan dapat berupa pujian dan materi.
d. Konsistensi, Konsistensi ini berati tetap atau sampai kapan pun akan sama tidak akan ada perubahan kecuali peraturan diubah.
Kedisiplinan yang ditanamkan pada diri siswa juga harus terdapat role model. Dalam hal ini guru bisa menjadi role model dan menjadi teladan yang baik bagi siswa. Guru yang mempunyai sikap disiplin dapat sebagai contoh dan memotivasi siswa untuk berperilaku disiplin. Pembawaan sikap yang baik secara tidak langsung akan dilihat siswa dan patut
112
dicontoh oleh siswa. Disiplin yang mana menjadi syarat terbentuknya pendidikan yang kondusif, dalam hal ini baik kepala sekolah maupun guru ikut serta bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan. Oleh karena itu penanaman kedisiplinan harus ada kerjasama seluruh warga sekolah tidak hanya siswa saja namun guru yang disiplin juga berpengaruh bagi kedisiplinan siswa.
Penanggulangan masalah disiplin yang terjadi di sekolah dapat dilakukan melalui tahapan preventif, represif dan kuratif yang merupakan bagian dalam layanan BK.
Preventif
Preventif atau pencegahan merupakan suatu tindakan pengendalian yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di masa mendatang. Dalam masalah kedisiplinan guru BK dapat memberikan pemahaman mengenai kedisiplinan baik itu dampak dan arti pentingnya disiplin supaya dapat meminimalisir masalah kedisiplinan.
Represif
Merupakan suatu tindakan yang dilakukan setelah suatu pelanggaran tersebut terjadi, supaya para pelaku pelanggaran tidak kembali melakukan kesalahan yang sama.
Tindakan tersebut berupa sanksi yang pantas untuk mencegah terjadinya kekerasan atau pelanggaran yang akan terjadi dikemudian hari. Dalam hal ini guru BK dapat memberikan hukuman bagi siswa yang tidak disiplin. Contoh sederhananya adalah guru memberi hukuman kepada siswa yang terlambat dan tidak tertib di sekolah. Hukuman ini dimaksudkan siswa tidak terlambat lagi dan menimbulkan efek jera.
Kuratif
Kuratif adalah suatu penanganan setelah terjadinya penyimpangan dimana tindakan tersebut bertujuan untuk menyadarkan dan memperbaiki sesuatu yang telah rusak/terjadi dan mengharapkan dikemudian hari tidak lagi mengulangi kesalahannya. Sebagai contoh seorang guru menegur dan menasihati dan karena ketahuan menyontek pada saat ulangan.
KESIMPULAN
Dapat di simpulkan dari uraian diatas bahwa disiplin mempunyai tujuan untuk melatih ketaatan dan kepatuhan dengan melatih perilaku yang tepat dan beraturan serta dapat dipercayai dalam lingkungan masyarakat dan sekolah. Sikap disiplin yang telah tertanam dengan baik pada siswa dapat menimbulkan kepercayaan orang lain terhadap dirinya. Selain itu fungsi kedisiplinan sangat penting dengan adanya disiplin siswa akan mentaati tata tertib sekolah, siswa akan merasa aman karena dapat mengetahui mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik untuk dihindari. Dan hal ini sangat menunjang pada kelancaran proses belajar mengajar di sekolah yang berarti akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun pengaruh perilaku disiplin siswa itu banyak dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam yaitu dari diri siswa tersebut, perilakunya, pribadinya siswa itu sendiri. Sedangkan faktor dari luar adalah dari linngkungan pergaulannya atau masyarakat.
Peran guru BK dalam mengatasi masalah kedisiplinan dapat diupayakan dalam proses penanaman kedisiplinan. Proses penanaman kedisiplinan guru BK dapat memberikan layanan bimbingan konseling dengan melakukan berbagai tahapan Preventif atau
113
pencegahan, guru BK dapat memberikan pemahaman mengenai kedisiplinan. Tahapan represif dengan memberikan hukuman, dan kuratif atau memberikan nasihat serta berusaha mengembalikan perilaku yang baik. Upaya-upaya yang bisa di lakukan guru BK untuk mengatasi masalah-masalah ketidakdisiplinan siswa bisa diawali dengan pendekatan terhadap siswa yang tidak disiplin, guru juga dapat menasehati siswanya terlebih dahulu, selanjutnya diberi bimbingan, dan dilakukannya sosialisasi terhadap siswa mengenai pentingnya bersikap disiplin. Perlu diingat juga jika ada siswa yang tidak disiplin sebaiknya dilakukan cara preventif terlebih dahulu jangan langsung menghukum apalagi melakukan kekerasan karena akan membuat siswa tersebut takut. Selain itu siswa yang sudah menaati peraturan dan disiplin diberikan penghargaan dengan begitu siswa yang sudah disiplin akan meingkatkan lagi kedisplinannya, dan yang belum disiplin akan melaksanakan hal-hal dengan disiplin.
Perilaku guru BK juga menjadi acuan dalam proses penanaman kedisiplinan. Guru yang mempunyai perilaku yang disiplin dapat sebagai contoh bagi siswanya. Disamping hal- hal tersebut penanaman disiplin sama pentingnya dengan proses pembelajaran. Sebab, keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah tidak lepas dari sikap disiplin para siswa, dan peran serta guru dan warga sekolah dalam mendisiplinkan para siswa-siswanya dengan baik. Perlu diketahui bahwa kediisiplinan akan bertumbuh dengan baik apabila adanya kemauan diri, tetapi apabila disiplin didasarkan bukan atas kemauan diri sendiri maka yang terjadi disiplin tidak akan tumbuh denganbaik dalam diri siswa tersebut. Dengan adanya kedisiplinan yang telah diterapkan dan ditanamkan akan mendorong keberhasilan dan kesuksesan bagi diri siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.1993.Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi.Jakarta: Rineka Cipta Gunarsa, Singgih D.2008.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, ed-13.Jakarta: Gunung
Mulia
Harris, Clemes.1995.Cara Mendisiplinkan Anak Tanpa Merasa Bersalah: buku pedoman praktis bagi orang tua dan guru.Jakarta: Binarupa Aksara
Hurlock, Elizabeth.2008.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupa, ed.Jakarta: Erlangga
Hurlock, Elizabeth.1993.Perkembangan Anak.Jakarta:Erlangga
Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.web.id/disiplin (diakses tanggal 20 juni 2020 pukul 09:48 WIB)
Koesoema A, Doni.2007.Pendidikan Karakter: Mendidik Anak di Zaman Global.Jakarta:
Grasindo.
Larry J, Koening.2003.Smart Discipline:Menanamkan Disiplin dan Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Anak.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Priyatno dan Erman Amti. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Schaefer, Charles.1994.Cara efektif mendidik dan mendisiplinkan anak.Jakarta:
Mitra Utama
114
Tulus Tu’u.2004.Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa.Jakarta: Grasindo Unaradjan, Dolet. 2003. Manajemen Disiplin, Jakarta: Grasindo.
Wantah, Maria.2005.Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral Pada Anak Usia Dini.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Wantah, Maria.2007.Pengajaran Disiplin dan Pembentukan Moral. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, DirektoratPembinaan Tenaga Kependidikan dan Kebudayaan Perguruan Tinggi.