MENGANALISIS PERTANYAAN-PERTANYAAN BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian IPS Ekonomi Pendidikan Dasar
yang diampu oleh Prof. Dr. Wahjoedi, M.E Dr. Riska Pristiani, S.Pd, M.Pd
Tuti Arbatia 212103850804
UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR MARET 2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Menganalisis Pertanyaan-Pertanyaan Berbasis Higher Order Thingking Skill (HOTS)”. Penyusunan makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Kajian IPS ekonomi Pendidikan Dasar.
Penyusunan makalah ini tentu melibatkan banyak pihak dalam proses penulisannya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Wahjoedi, M.E dan Ibu Riska Pristiani, S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan penelitian di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah ini berguna bagi semua pihak terutama civitas akademi.
Malang, 16 Maret 2022
Penulis
iii DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 1
C. Tujuan ... 1
BAB II PEMBAHASAN ... 3
A. Pengertian Pertanyaan ... 3
B. Pengertian Higher Order Thinking Skills (HOTS) ... 3
C. Karakteristik Higher Order Thinking Skills (HOTS) . ... 4
D. Menganalisis Pertanyaan-Pertanyaan Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) ... 3
BAB III PENUTUP ... 13
Kesimpulan ... 13
DAFTAR RUJUKAN ... 14
4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan manusia di seluruh dunia.
Dalam menghadapi tantangan pada abad 21, diperlukan pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi bagi siswa. Oleh karena itu, sekolah dan institusi pendidikan lainnya harus mampu mengembangkan kompetensi atau keterampilan abad 21. Di Indonesia hal ini telah diadopsi oleh Kurikulum 2013 dengan istilah "4K" yang terdiri dari (a) kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), (b) kecakapan berkomunikasi (communication skills), (c) kreativitas dan inovasi (creativity and innovation), dan (d) kolaborasi (collaboration). Keempat keterampilan Abad 21 dapat terwujud jika didukung dengan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan Higher Order Thinking Skill (HOTS) dan mengoptimalkan tiga energi utama dalam pembelajaran yaitu energi pendidik, energi dan energi lingkungan belajar (Nofrion &
Wijayanto, 2018).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) terdiri dari kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making) (Widana, 2017, hlm. 4). Jika dikaitkan dengan Taksonomi Bloom Revisi (Anderson dan Krathwohl), maka kategori dimensi kognitif HOTS, meliputi kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan (Yuliati & Lestari, 2018). Berdasarkan hasil PISA 2018 (Program for International Students Assessment), kemampuan sains di Indonesia berada pada peringkat 71 dari 79 negara (Schleicher, 2019, hlm. 8). Hal ini menandakan bahwa Indonesia masih berada pada level 1a, dimana hanya mampu menggunakan pengetahuan isi dan prosedural dasar atau sehari-hari untuk mengenali atau mengidentifikasi penjelasan tentang fenomena ilmiah sederhana. hanya mampu mengidentifikasi hubungan sebab akibat atau keterkaitan dan menafsirkan data grafik dan visual yang membutuhkan persyaratan kognitif pada tingkatan bawah (Balitbang, 2019, hlm. 40).
Proses pembelajaran di negara-negara dengan skor PISA yang tinggi mengutamakan pada proses penalaran tingkat tinggi, dimana terjadi perubahan pada proses pembelajaran dan penguasaan soal-soal latihan yang didominasi pada kegiatan menghafal untuk kegiatan persiapan atau pelaksanaan ujian (Pratama & Retnawati, 2018). Untuk itu, di Indonesia diperlukan sinergi pengajaran, pembelajaran dan pemikiran yang berorientasi pada
5
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Suprapto, 2016). Pembelajaran yang melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi harus diterapkan di dalam kelas untuk dapat meningkatkan kemampuan penalaran tingkat tinggi (Sulaiman, et.al., 2017). Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Perencanaan pembelajaran terdiri dari penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran dan skenario pembelajaran (Kemdikbud, 2016, hlm. 5). Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup berdasarkan prinsip pembelajaran kurikulum 2013. Kegiatan penilaian berfungsi untuk melihat bagaimana prestasi dalam mata pelajaran tertentu (Pratama &
Retnawati, 2018).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka rumusan masalah yang penulis kemukakan yaitu:
1. Apa itu pertanyaan
2. Apa itu Higher Order Thinking Skills (HOTS)?
3. Bagaimana karakteristik Higher Order Thinking Skills (HOTS)
4. Bagaimana pertanyaan-pertanyaan berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari pertanyaan
2. Untuk mengetahui definisi dari Higher Order Thinking Skills (HOTS)
3. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik Higher Order Thinking Skills (HOTS) 4. Untuk mengetahui bagaimana pertanyaan-pertanyaan berbasis Higher Order
Thinking Skills (HOTS)
6 BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pertanyaan
Pertanyaan memiliki beberapa pengertian. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian pertanyaan. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008:191) pertanyaan adalah makna ujaran yang meminta jawaban (konsep semantik). Ujaran sendiri adalah kalimat atau bagian kalimat yang dilisankan. Semantik adalah bagian struktur Bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga struktu makna suatu wicara. Konsep semantic ini harus dibedakan dari introgatif yang merupakan konsep gramatikal (tata bahasa). Introgratif adalah bentuk verba atau tipe kalimat yang dipergunakan untuk mengungkapkan pertanyaan.
Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung intonasi interogatif dan pada umumnya mengandung makna pertanyaan, dalam ragam tulis biasanya ditanyai dengan tanda tanya (?).
Pertanyaan menuru Rasyid (dalam Buchari Alma, 2010: 32) adalah setiap pertanyaan yang menuju atau menumbuhkan pengetahuan dalam diri siswa yang menekan pada menguji pengetahuan seperti mengingat kembali, memahami, atau mengaplikasikan sesuatu, serta menumbuhkan pengetahuan seperti menganalisis, sintesis, atau evaluasi. Sebuah pertanyaan menurut Catton (2001:2) adalah setiap kalimat yang memiliki bentuk interogatif atau function.
Dalam konteks kelas, pertanyaan guru didefinisikan sebagai syarat instruksional atau rangsangan yang disampaikan kepada siswa untuk dipelajari, petunjuk untuk apa yang mereka lakukan, dan bagaimana mereka melakukannya.
Dari pengertian-pengertian pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan oleh guru adalah ucapan yang memiliki bentuk interogatif ataupun isyarat instruksional yang disampaikan guna meminta jawaban siswa. Jadi, pertanyaan tidak selalu dan bentuk kalimat tanya. Kalimat tanya (interogatif) hanya merupakan konsep gramatikal dari pertanyaan, sedangkan pertanyaan merupakan konsep semantik. Dalam makalah ini, pertanyaan adalah ucapan yang dilontarkan oleh guru dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban dari siswa terkait hal-hal yang membantu siswa memahami materi pelajaran.
B. Pengertian Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Keterampilan berpikir merupakan gabungan dua kata yang memiliki makna berbeda, yaitu berpikir (thinking) dan keterampilan (skills). Berpikir merupakan proses kognitif, yaitu mengetahui, mengingat, dan mempersepsikan, sedangkan arti dari keterampilan, yaitu tindakan dari mengumpulkan dan menye-leksi informasi, menganalisis, menarik kesimpulan, gagasan,
7
pemecahan persoalan, mengevaluasi pilihan, membuat keputusan dan merefleksikan (Wilson, 2000, p.7).
Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi dijelaskan oleh Gunawan (2003, p.171) adalah proses berpikir yang mengharuskan siswa untuk memanipulasi informasi yang ada dan ide-ide dengan cara tertentu yang memberikan mereka pengertian dan implikasi baru. Misalnya, ketika siswa menggabungkan fakta dan ide dalam proses mensintesis, melakukan generalisasi, menjelaskan, melakukan hipotesis dan analisis, hingga siswa sampai pada suatu kesimpulan. Rosnawati (2013, p.3) menjelaskan kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi yang baru diterima dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya, kemudian menghubung- hubungkannya dan/atau menata ulang serta mengembangkan informasi tersebut sehingga tercapai suatu tujuan ataupun suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan.
Seorang pasti bisa menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. harus didorong dan dikembangkan kemampuan berfikir tingkat tingginya, harus mempunyai kemampuan berfikir yang tinggi untuk menyelesaikan suatu masalah yang kompleks, tdak sekedar menghapal pelajaran tapi mampu menganalisis dan mencipta.
Pada kurikukulum 2013 Higher Order Thinking Skill (HOTS) supaya dapat diimplementasikan, diharapkan adanya perubahan paradigma pada pelaksanaan pembelajaran.
Pembelajaran yang pada awalnya berpusat pada guru berubah menjadi berpusat kepada siswa.
Guru diharapkan lebih kreatif dan inofatif dalam menyajikan pelajaran. Dari sekian banyak unsur sumber daya penidikan, kurikulm 2013 ditambah dengan pendekatan penerapan Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam proses pembelajaran memberikan konstribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi siswa.
Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum 2013 dengan Higher Order Thinking Skill (HOTS) yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan siswa menjadi lebih baik, mampu bersaing didunia internasional serta menjadi manusia berkualitas yang mampu menjawab tantangan yang selalu berubah.
C. Karakteristik Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Karakteristik HOTS sebagaimana diungkapkan oleh Resnick (1987, p.3) diantaranya adalah non algoritmik, bersifat kompleks, multiple solutions (banyak solusi), melibatkan variasi pengambilan keputusan dan interpretasi, penerapan multiple criteria (banyak kriteria), dan bersifat effortful (membutuhkan banyak usaha). Conklin (2012, p.14) menyatakan karakteristik HOTS sebagai berikut: “characteristics of higher-order thinking skills: higher-
8
order thinking skills encompass both critical thinking and creative thinking” artinya, karakteristik keterampilan berpikir tingkat tinggi mencakup berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Berpikir kritis dan kreatif merupakan dua kemampuan manusia yang sangat mendasar karena keduanya dapat mendorong seseorang untuk senantiasa memandang setiap permasalahan yang dihadapi secara kritis serta, mencoba mencari jawabannya secara kreatif sehingga diperoleh suatu hal baru yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupannya.
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
Keterampilan berpikir tingkat tinggi, termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making). Dalam taksonomi Bloom membutuhkan kemampuan untuk menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan membuat (C6). Sedangkan The Australian Council for Educational Research (ACER, 2015) menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas: (a) kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar; (b) kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda; dan (c) menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang. ‘Difficulty’ is NOT same as higher order thinking. Tingkat kesukaran dalam butir soal tidak sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills. Dengan demikian, soal- soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas.
Oleh karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.
2. Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual yang
9
dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan.
D. Menganalisis Pertanyaan-Pertanyaan Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) Berdasarkan penyelidikan tentang masalah sosial yang mengharuskan orang-orang untuk menggunakan proses berpikir tingkat tinggi, seperti mengonsep data faktual, hipotesis, tentang solusi pemecahan masalah, dan generalisasi. Hal yang dapat dilakukan untuk membantu mempelajari proses berpikir ini dengan bertanya secara terampil pertanyaan yang mengarahkan dari tugas berpikir sederhana ke kompleks. Riset dilakukan selama dua puluh tahun terakhir telah banyak menunjukkan bahwa pembelajaran meningkat ketika guru menggunakan praktik bertanya yang tepat, khususnya yang melibatkan proses berpikir tingkat tinggi.
1. Tujuan dan fungsi Pertanyaan
Mengajukan pertanyaan adalah salah satu teknik mengajar yang sering dilakukan oleh guru sebagai pendidik (Kim dan Kelloy,1987). Pendapat ini pula didukung oleh (Callahan dan Clarke, 1988) yang menyatakan bahwa pertanyaan adalah salah satu yang terpenting dari semua Teknik mengajar, sehingga rasanya kalua tidak bertanya maka bukanlah seorang guru.
Menurut (Carin, 1997), memberikan pertanyaan kepada selama proses pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mendorong minat dan motivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran;
b. Mengevaluasi persiapan siswa dan mengecek pemahaman siswa terhadap suatu tugas;
c. Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan siswa;
d. Mereviu apa yang telah diajarkan;
e. Mengarahkan siswa untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru dalam menggali permasalahan;
f. Meransang siswa mencari bahan untuk data;
g. Mengembangkan dan membangun konsep diri siswa secara individu
Adapun menurut (Chemprecha 1979: 11 dalam Siswoyo 1997: 13) menyatakan bahwa tujuan utama bertanya adalah untuk membantu siswa mengembangkan cara belajar melalui penemuan diri dan bukan menguji sejauh mana siswa telah menghafal pelajaran yang telah diberikan. Dalam proses pembelajaran, di samping pertanyaan guru yang memegang peranan penting, juga harus diciptakan agar siswa dapat mengajukan pertanyaan. Untuk menciptakan suasana yang mendukung bagi siswa untuk bertanya, maka guru perlu membuat atau menciptakan kerangka pertanyaan. Tahap pertama dalam
10
menciptakan kerangka pertanyaan adalah merangsang minat siswa dengan cara memberi siswa kesempatan untuk berhubungan langsung dengan benda-benda atau alat-alat yang meransang rasa ingin tahu siswa. Berdasarkan kontak dengan benda-benda, siswa dapat merespon pertanyaan guru dan menjawab sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru.
Respon siswa dapat berupa penggunaan kata-kata untuk mendeskripsikan, menggambar atau membangun sesuatu, atau melakukan pengukuran, pertanyaan yang dapat diajukan termasuk ke dalam klasifikasi observasi. Dengan demikian pertanyaan yang diajukan oleh guru hendaknya tidak mengandalkan kemampuan verbal dalam bentuk pertanyaan lisan, namun harus didukung oleh situasi yang kondusif agar siswa termotivasi untuk menjawab maupun mengajukan pertanyaan.
2. Tingkat Pertanyaan
Pada awalnya Bloom dan rekan-rekannya mengembangkan taksonomi sebagai alat untuk mengklasifikasi tujuan pendidikan. Mereka mengidentifikasi enam tingkat instruksional, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Bagan yang menunjukkan definisi operasional dari masing-masing kategori ini disajikan pada tabel 4.3.
Seseorang harus memiliki pengetahuan untuk memahami setiap kategori tingkat yang lebih tinggi berkembang dengan cara yang sama dengan memasukkan semua kategori seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.3.
11 a) Pertanyaan Pengetahuan
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang memiliki tingkat kesulitan paling rendah. Hal itu dikarenakan untuk menjawabnya hanya mengandalkan kemampuan mengingat fakta, realita, atau data. Jawabannya pun sederhana dan tidak memerlukan penjelasan yang terperinci. Jenis pertanyaan ini juga disebut sebagai recall question karena dikehendaki untuk mengungkapkan Kembali apa yang pernah diperoleh dari pembelajaran sebelumnya, atau berdasarkan wawasan dan pengalaman pribadi . Pertanyaan pengetahuan dimulai dengan kata: apa, dimana, kapan, siapa, sebutkan, dan tuliskan.
b) Pertanyaan Pemahaman
Dilihat dari tingkat kesulitannya jawaban yang diharapkan, pertanyaan pemahaman lebih sulit dibandingkan dengan pertanyaan pengetahuan. Hal itu disebabkan karena pertanyaan ini tidak hanya sekedar mengharapkan untuk mengungkapkan kembali apa yang diingatnya, tetapi juga untuk memperjelas gagasan menggunakan kemampuan berpikir. Pertanyaan pemahaman diawali dengan kata:
jelaskan, bandingkan, dan uraikan.
c) Pertanyaan Aplikasi
Pertanyaan aplikasi atau penerapan adalah pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa penerapan teori yang pernah dipelajari. Pertanyaan aplikasi tidak hanya menuntut kemampuan mengingat teori, hukum, atau dalil tersebut dalam penyelesaian suatu masalah. Kata-kata yang biasa digunakan dalam pertanyaan antara lain: bagaimana, mengapa. Jenis pertanyaan ini menghendaki siswa untuk mengimplementasikan pengetahuan yang dimiliki setelah proses pembelajaran berlangsung.
d) Pertanyaan Analisis
Pertanyaan analisis adalah pertanyaan yang menghendaki siswa berpikir kritis dan mendalam. Ada tiga macam proses berpikir siswa dalam merespon pertanyaan analisi, yaitu : mengidentifikasi motif, mempertimbangkan informasi yang diperlukan untuk mencapai kesimpulan atau generalisasi, dan mendapatkan bukti-bukti. Kata- kata yang biasa digunakan dalam pertanyaan antara lain: gambarkan, deskripsikan.
Jenis pertanyaan ini mengharapkan agar siswa dapat menguraikan, menarik kesimpulan, mengidentifikasi suatu konsep tertentu.
e) Pertanyaan Sintesis
12
Pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar tidak tunggal, tetapi lebih dari satu dan menuntut siswa untuk membuat ramalan (prediksi), memecahkan masalah, mencari komunikasi.
f) Pertanyaan Evaluasi
Peetanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan penialain auat pendapatnya terhadap suatu rumor, isu yang ditampilkan.
Tingkatan-tingkatan dalam Taksonomi Bloom dapat digunakan untuk mengukur perkembangan kognitif siswa. Tingkatan Taksonomi Bloom yang terdapat pada pertanyaan yaitu urutan pertanyaan untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi dan kompleks. Tingkatan-tingkatan tersebut diantaranya adalah pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Daerah kognitif mencakup tujuan-tujuan yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, yaitu berkenaan dengan pengenalan pengetahuan, perkembangan kemampuan, dan keterampilan intelektual. Erman Suherman (1993: 37-43) mengemukakan bahwa jenjang kognitif paling sederhana (simple) disebut pengetahuan (knowledge) atau ingatan (recall) atau komputasi (computasion), pemahaman (comprehension) sifatnya lebih kompleks daripada pengetahuan, aplikasi atau penerapan adalah proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari pemahaman, jenjang kognitif berikutnya yang setingkat lebih tinggi dari aplikasi adalah analisis, suatu kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses analisis adalah sintesis, dan evaluasi adalah jenjang kognitif yang tertinggi diantara kemampuan kognitif siswa.
13 BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan suatu proses berfikir siswa dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi blom dan taksonomi pembelajaran, pengajaran dan penilaian. Tujuan utama dari pertanyaan-pertanyaan berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berfikir siswa pada level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berfikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis informasi, berfikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks.
14
DAFTAR RUJUKAN
Adi Winanto, Darma Makahube. 2016. Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas 5 Sd Negeri Kutowinangun 11 Kota Salatiga. Scholaria, Vol.6 No.2:119-138
Banks, J. A., & Clegg, A. A. (1973). Teaching strategies for the social studies: Inquiry, valuing, and decision-making. Addison-Wesley Publishing Company.
Devi, P. K. (13 Mei 2012). Pengembangan Soal “Higher Order Thinking Skill” Dalam Pembelajaran IPA SMP/MTs. Diakses pada tanggal 16 Maret 2022, dari http://p4t.kipa.net/data.jurnal/HOTs.Poppy.pdf.
Elen Inderasari, Wahyu Oktavia, dan Tiya Agustina. 2019. Higher Order Thinking Skill (Hots) Taksonomi Pada Analisis Kebahasaan Butir Soal Bahan Ajar. Surakarta.
Fahani Zainal. 2018. Strategi Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill (Hots) Dalam Kurikulum 2013. Kediri. Vol.II. No.1:57-76
H. Martinis Yamin. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press
Jacobsen A David, Eggen Paul, dan Kauchak Donal. 2009. Methods for Teaching, Terjemahan:
Achmad Fawaid dan Khoirul Anam, Edisi kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kemendikbud. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS). Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.