2
KENALI TANDA GEJALA STROKE Penulis:
Heny Siswanti, S.Kep., Ns.M.Kep
ISBN : 978-623-96524-2-5 Editor :
Indah Puspita, S.SiT., M.Keb Penyunting :
Noor Cholifah, S.SiT.,M.Kes Ukuran :
17 x 25 CM Penerbit : MU Press Redaksi :
Jl. Ganesha I Purwosari Kudus 59316 Telp/Fax. (0291) 437218/442993 Email: [email protected] Distributor Tunggal :
Mu Press
Jl. Ganesha I purwosari Kudus 59316 Telp/Fax. (0291) 437218/442993 Email: [email protected] Cetakan Pertama, Juli 2021
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
KATA PENGANTAR
Dengan Mengucap Syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Agung junjungan kita, Nabi Muhamad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir zaman. penulis telah dapat menyelesaikan buku KENALI TANDA GEJALA STROKE yang merupakan informasi tentang pengenalan penyakit stroke dan faktor lainya.
Buku ini kami susun dengan harapan dapat menjadi pegangan bagi penderita Stroke untuk tetap selalu ingat dan menyandarkan segala hal hanya kepada Allah semata. Namun, bukan berarti meninggalkan ikhtiar lainnya.
Kami menyadari bahwa penulis buku KENALI TANDA GEJALA STROKE ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun kami perlukan untuk perbaikan di waktu mendatang. Besar harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Heny Siswanti
Juli 2021
4
SINOPSIS
Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak. Definisi menurut WHO, Stroke adalah keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian (Kemenkes, 2018).Stroke dapat disebabkan oleh beberapa faktor, faktor risiko stroke yang tidak dapat dikontrol terdiri atas usia, ras jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan faktor resiko yang dapat dikontrol terdiri atas riwayat 437 hipertensi, riwayat diabetes mellitus, obesitas, kolesterol (Tarwoto, 2013) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 menunjukkan bahwa penyakit stroke merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan penyakit ini menempati peringkat kedua sebagai penyakit tidak menular penyebab kematian.Selain itu stroke juga menjadi peringkat ketiga penyebab utama kecacatan di seluruh dunia. (WHO, 2012)
Terapi adalah latihan yang terdiri gerakan tubuh untuk mcngatasi gangguan atau mempcrbaiki fungsi.
Fisioterapi sendiri bertujuan untuk mengembalikan fungsi tubuh, agar pasien stroke bisa kembali beraktivitas secara normal. Fisioterapi stroke akan dilakukan setelah serangan stroke. Biasanya, stroke menyebabkan kerusakan otak. Akibatnya, akan mengalami kelemahan atau kelumpuhan dan kesulitan menggerakkan tubuh sehingga menghambat aktivitas harian.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 2
SINOPSIS ... 4
DAFTAR ISI ... 5
BAB I ... 6
A. ANATOMI FISIOLOGI OTAK ... 6
B.BAGIAN DAN FUNGSI OTAK ... 7
C.ANATOMI PEREDARAN DARAH OTAK ... 14
BAB II ... 17
A. Pengertian Stroke ... 18
B. Gejala Stroke ... 19
C. Klasifikasi Stroke ... 22
D. Penyebab Stroke... 23
E. Etiologi dan Faktor Risiko Stroke ... 24
E. Patofisiologi... 26
F. Manifestasi Klinis ... 29
G. Penatalaksanaan ... 31
H. Komplikasi ... 42
I. Gangguan Pada Penderita Penyakit Stroke ... 45
J. Sistem Dan Sel Saraf ... 48
BAB III ... 56
FisioTerapi ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 63
GLOSARIUM ... 65
6 BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI OTAK
A. ANATOMI FISIOLOGI OTAK
Otak adalah salah satu organ vital yang dimiliki manusia karna di dalamnya terdiri dari 100 - 200 milyar sel aktif yang saling berhubungan mendukung satu dengan lainya dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita (Risa Nur Pajri Ds, 2017). Di dalam otak terdiri dari sel - sel otak yang disebut neuron. Namun,otak merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron - neuron di otak mati dan neuron tersebut tidak mengalami regenerasi kemampuan adaptif atau plastisitas. Secara garis besar sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (Noback dkk, 2005).
Gambar 1.1 Anatomi Otak
Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP dengan bagian tubuh lainnya.Sistem saraf memiliki
bagian-bagian utama yang berguna untuk
menjalankan fungsinya dengan baik,salah sau fungsi utamanya yaitu Otak(Noback dkk, 2005).
B.BAGIAN DAN FUNGSI OTAK
Disebutkan jika belahan kiri otak besar memainkan peran penting dalam kemampuan berbahasa, berhitung, dan berbicara.
Sementara belahan kanan membantu menafsirkan hal-hal abstrak, seperti musik, bentuk, emosi, dan warna Purves dkk, 2004).Namun sebetulnya, otak kiri dan otak kanan bekerja secara bersamaan secara terkoordinasi, dalam menjalani fungsinya.Berikut beberapa bagian dan fungsi otak,
a. Cerebrum
Cerebrum merupakan salah satu bagian otak yang terbesar yang didalamnya terdiri dari sepasang hemisfer kanan dan hemisfer kiri serta tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan sulkus (celah) dan girus. Cerebrum merupakan bagian terbesar dari otak.
8
Gambar 1.2 Cerebrum
adapun fungsi dari cerebrum sering kita jumpai dan rasakan seperti peran dari belahan otak kanan berfungsi untuk mengontrol pergerakan di sisi kiri tubuh dan begitupun sebalinya peran belahan otak kiri mengontrol gerakan di sisi kanan tubuh.Di dalam cerebrum ada sebuah lobus dan dibagi menjadi beberaoa lobus yaitu,
1 Lobus Frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di hermisfer kiri), pusat penghidit dan emosi. Bagian ini mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur ekspresi
bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif (White, 2008)
Gambar 1.3 Lobus Frontalis
2 Lobus Temporalis
Lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna. Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura lateral dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis dan memiliki fungsi seperti mengatur daya ingat verbal, visual, pendengaran dan berperan dalam pembentukan dan perkembangan emosi. (White, 2008)
10
Gambar 1.4 Lobus Temporal
3 Lobus Parietalis
Lobus parietal terletak di belakang lobus frontal. Bagian ini mempunyai peranan penting dalam menafsirkan pesan dari bagian otak yang lain. Lobus parietal juga berperan dalam menafsirkan sentuhan, gerakan tubuh, sensasi nyeri, dan kemampuan berhitung. Kemampuan motorik halus yang menggunakan jari tangan, seperti menulis atau melukis, juga dikendalikan oleh bagian otak besar ini.
Ga,bar 1.5 Lobus Parietalis
4 Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain dan memori (White, 2008).
Gambar 1.6 Lobus Oksipitalis
5 Lobus Limbik
Lobus limbik untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian atas susunan endokrin dan susunan autonomy (White, 2008)
12
Gambar 1.7 Lobus Limbik
B.Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak neuron dibandingkan otak secara keseluruhan.
Memiliki peran koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi somatosensori yang diterima inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari sistem saraf pusat. Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan tonus otot.
Mengendalikan kontraksi otot - otot volunter secara optimal.
Bagian - bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan lobus fluccolonodularis (Purves, 2004)
Gambar 1.8 Cerebellum
C.Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan medulla spinalis dibawahnya. Struktur - struktur fungsional batang otak yang penting adalah jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian - bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial. Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan medulla oblongata (White, 2008).
14
Gambar 1.9 Brainstem
C.ANATOMI PEREDARAN DARAH OTAK
Darah mengangkut zat asam, makanan dan substansi lainnya yang diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Kebutuhan otak sangat mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang konstan harus terus dipertahankan. Suplai darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh - pembuluh darah yang bercabang - cabang, berhubungan erat satu dengan yang lain sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel
.
Penyebab stroke sangat beragam namun semuanya berhubungan dengan aliran darah yang masuk kedalam otak yang disalurkan oleh tubuh1. Peredaran Darah Arteri
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan arteri karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk circulus willisi. Arteri karotis
interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis yang berakhir pada arten serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri communicans posterior yang bersatu kearah kaudal dengan arteri serebri posterior (Eric Hartono, 2019).
Arteri serebri anterior saling berhubungan melalui arteri communicans anterior. Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteria subklavia kanan merupakan cabang dari arteria inominata, sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arten basilaris dan lain sebagainya (Ivana Purnama Dewi, 2016)
2. Peredaran Darah Vena
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus - sinus duramater, suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater. Sinus - sinus duramater tidak mempunyai katup dan sebagian besar berbentuk triangular.
Sebagian besar vena cortex superfisial mengalir ke dalam sinus longitudinalis superior yang berada di medial.
(Diponegoro University Library, 2016)
Dua buah vena cortex yang utama adalah vena anastomotica magna yang mengalir ke dalam sinus longitudinalis superior dan vena anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus
16
transversus. Vena -vena serebri profunda memperoleh aliran darah dari basal ganglia
Gambar 1.10 Circilus Walsi
BAB II STROKE
Stroke adalah salah satu gejala yang dapat dialami oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Tidak pandang bulu lakilaki atau perempuan, tua ataupun muda. Hal inilah yang menjadikan seseorang merasa takut terhadap kondisi tersebut. Terdapat beberapa pendapat dari para ahli yang salah satunya menyatakan bahwa gaya hidup modern yang saat ini melanda masyarakat telah memudahkan seseorang mengalami stroke. (Kemenkes, 2018)Makanan beralkohol, rokok, diabetes militus juga dapat menyebabkan seseorang terkena stroke. Sehingga pola hidup harus dirubah dari yang mengkonsumsi beberapa makanan yang cenderung mengakibatkan stroke kea rah gaya hidup sehat, tidak hanya pola makan, tapi pola tidur, olah raga, pola kerja juga harus mulai ditata untuk menuju hidup sehat dan dapat terhindar dari stroke. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013, prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar tujuh per mil dan yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan (nakes) atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%), diikuti DI Yogyakarta (10,3%), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil sedangkan Sumatera Barat 7,4 per mil. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi
18
Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil sedangkan Sumatera Barat sebesar 12,2 per mil (Kemenkes, 2018).
A. Pengertian Stroke
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian selsel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusakan atau mematikan sel-sel saraf otak (Kemenkes, 2018). Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Aliran darah yang berhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak berhenti, sehingga sebagian otak tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.Sementara menurut WHO(World Health
Organization) mendefinisikan stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler (WHO, 2012).
Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada bagian otak yang terganggu, gejala kelemahan sampai kelumpuhan anggota gerak, bibir tidak simetris, bicara pelo atau tidak dapat berbicara (afasia), nyeri kepala, penurunan kesadaran, dan gangguan rasa (misalnya kebas di salah satu anggota gerak). Sedangkan stroke yang menyerang cerebellum akan memberikan gejala pusing berputar (vertigo (Diponegoro
University Library, 2016)). Penyakit stroke sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh cukup tingginya insidensi (jumlah kasus baru) kasus stroke yang terjadi di masyarakat. Menurut WHO, setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia mengalami stroke. Sekitar lima juta menderita kelumpuhan permanen. Di kawasan Asia tenggara terdapat 4,4 juta orang mengalami stroke.Pada tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal dikarenakan penyakit stroke ini, Berdasarkan hasil suatu penelitian menyatakan jenis kelamin pria lebih berisiko terkena stroke dari pada wanita, tetapi penelitian menyimpulkan bahwa lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke. Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi dari pada wanita, serangan stroke pada pria terjadi pada pria terjadi di usia lebih muda sedangkan wanita lebih berpotensi terserang stroke pada usia lanjut hingga kemungkinan meninggal karena penyakit itu lebih besar (Abdul G, 2009). Prevalensi penyakit stroke pada kelompok yang didiagnosis oleh nakes menunjukkan laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yaitu masing-masing sebesar 7,1% dan 6,8%
sedangkan yang didiagnosis nakes atau berdasarkan gejala menunjukkan persentase yang berbeda yaitu perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki walaupun hanya selisih 0,1%. (WHO, 2012)
B. Gejala Stroke
Gejala stroke untuk pertama kalinya biasa disebut dengan stroke ringan. Perbedaan mendasar antara stroke ringan dengan stroke adalah ukuran atau tingkat keparahan sumbatan
20
yang menghalangi aliran darah ke otak. Pada stroke ringan, sumbatan masih kecil dan belum menyebabkan kerusakan saraf otak yang permanen. (Putra Agina Widyaswara Suwaryo, 2019) Gejala stroke ringan bisa membaik dalam hitungan jam. Sedangkan pada stroke, sumbatan yang terjadi sudah lebih besar atau parah, dan biasanya sudah ada kerusakan pada saraf otak.Gejala umum yang terjadi pada stroke yaitu wajah, tangan atau kaki yang tiba tiba kaku atau mati rasa dan lemah, biasanya terjadi pada satu sisi tubuh.
Gejala lainnya yaitu pusing, kesulitan untuk berbicara atau mengerti perkataan, kesulitan untuk melihat baik dengan satu mata maupun kedua mata, kesulitan jalan, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, pingsan atau kehilangan kesadaran, dan sakit kepala yang berat dengan penyebab yang tidak diketahui (Smeltzer C., 2002). Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejalagejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.Berikut Gejala-gejala stroke ringan sebelum menuju stroke yang lebih parah (WHO, 2012)
a Stroke ringan dapat menyebabkan kelemahan otot wajah, tanda-tandanya adalah wajah turun ke salah satu sisi (wajah terlihat tidak simetris), tidak bisa senyum, tidak dapat mengerutkan dahi, dan mata atau mulut turun ke bawah
b Penderita stroke ringan kemungkinan tidak mampu mengangkat kedua lengan dan tungkai. Hal ini terjadi karena anggota gerak mereka lemas atau mati
rasa pada salah satu sisi
c Kesemutan di bagian tubuh yang terkena serangan stroke ringan, seperti wajah, lengan, dan tungkai pada sisi yang terganggu.
d Kemampuan bicara juga bisa terganggu. Misalnya bicara cadel, tidak beraturan, tidak dapat memahami ucapan orang lain, atau bahkan tidak mampu bicara sama sekali.
e Pandangan terganggu pada salah satu atau kedua mata,sakit kepala dan pusing.
f Kesulitan berjalan atau mempertahankan posisi tubuh karena adanya gangguan sistem koordinasi tubuh.
Kesulitan berjalan juga bisa disebabkan oleh kelemahan pada tungkai dan kaki.
Bahaya lain dari adanya strok ringan ini meski gejalanya hanya berlangsung singkat, namun bisa menunjukkan bahwa tubuh sedang terancam bahaya. Orang yang terkena stroke ringan diprediksi memiliki harapan hidup yang lebih rendah pada sembilan tahun pertama, dibandingkan mereka yang tidak pernah mengalaminya. Hal tersebut berdasarkan data bahwa sekitar 4 dari 10 orang yang terkena stroke ringan kemudian menderita stroke yang sebenarnya (Donna M.R.
Pasaribu, 2016). Yang mengkhawatirkan adalah setengah dari stroke tersebut terjadi dalam kurun waktu 48 jam setelah stroke ringan. Penelitian lain juga menemukan bahwa sekitar 10 persen orang yang pernah mengalami stroke ringan akan
mengalami stroke dalam kurun waktu 1 hingga 5 tahun ke depan.
22
Meski stroke ringan menyerang hanya dalam waktu yang relatif singkat dan bisa pulih sempurna, kondisi ini bisa secara mudah berujung pada stroke yang berdampak permanen.
Kondisi yang lebih parah bisa terjadi jika gejala stroke ringan tidak terdeteksi, sehingga dibiarkan saja tanpa penanganan.
Gangguan pada otak yang tidak mendapat pengobatan dapat memicu komplikasi yang memengaruhi kualitas hidup, seperti demensia. (Putra Agina Widyaswara Suwaryo, 2019)
C. Klasifikasi Stroke
Secara garis besar, stroke dibagi menjadi stroke hemoragik (stroke perdarahan) yang ditandai dengan terlalu banyak darah dalam rongga tengkorak tertutup, dan stroke non hemoragik (stroke iskemik) yang ditandai dengan terlalu sedikit darah untuk memasok oksigen dan nutrisi supaya cukup ke bagian otak.
Pembedaan antara stroke hemoragik dengan stroke non hemoragik dalam mendiagnosis sangatlah penting untuk manajemen stroke dan penentuan terapi. Dari keseluruhan kasus stroke yang terjadi 88% di antaranya merupakan stroke non hemoragik dan 12% sisanya adalah stroke hemoragik Stroke diklasifikasikan menjadi dua (Kemenkes, 2018) : 1. Stroke Non Hemoragik
Stoke Non Hemoragika adalah suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia atau kesulitan menelan (Udani, 2013). Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik sedangkan berdasarkan tempat terjadinya
perdarahan, stroke hemoragik terbagi atas dua macam, yaitu stroke hemoragik intra serebrum dan stroke hemoragik subaraknoid
2. Stroke Non Hemoragik atau Iskemik
Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan oleh terjadinya penyumbatan pada arteri yang mengarah ke otak yang mengakibatkan suplai oksigen ke otak mengalami gangguan sehingga otak kekurangan oksigen. Berdasarkan perjalanan klinisnya, stroke non haemoragik dibagi menjadi 4, yaitu:
(1) Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan serangan stroke sementara yang berlangsung kurang dari 24 jam.
(2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) merupakan gejala neurologis yang akan menghilang antara > 24 jam sampai dengan 21 hari.
(3) Progressing Stroke atau Stroke in Evolution merupakan kelainan atau defisit neurologis yang berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai menjadi berat.
(4) Complete Stroke atau stroke komplit merupakan kelainan neurologis yang sudah menetap dan tidak berkembang lagi
D. Penyebab Stroke
Berdasarkan hasil penyelidikan pada zaman pra CT-scan mengungkapkan bahwa stroke yang didiagnosis secara klinis dan kemudian diverifikasi oleh autopsi penyebabnya adalah sebagai berikut
a) 52 - 70% disebabkan oleh infark non emboli
24
b) 7 - 25% disebabkan oleh perdarahan intra serebral primer
c) 5 - 10% disebabkan oleh perdarahan subaraknoidal d) 7 - 9% tidak diketahui penyebabnya
e) 6% adalah adalah kasus TIA yang pada autopsi tidak memperhatikan kelainan
f) 5% disebabkan oleh emboli g) 3% disebabkan oleh neuplasma Setelah CT-scan digunakan secara rutin dalam kasus - kasus stroke, diketahui bahwa 81% stroke non- hemoragik dan 9% stroke hemoragik Setelah CT-scan digunakan secara rutin dalam kasus - kasus stroke, diketahui bahwa 81% stroke non-hemoragik dan 9% stroke hemoragik
E. Etiologi dan Faktor Risiko Stroke
Sebagian besar stroke terjadi akibat kombinasi faktor penyebab medis misalnya, peningkatan tekanan darah dan faktor penyebab perilaku misalnya merokok (Udani, 2013). Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu:
1.Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyempitan, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis, stroke trombotik dan stroke embolik.
2.Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak
dapat dipicu oleh beberapa kondisi yang memengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut meliputi hipertensi yang tidak terkendali, melemahnya dinding pembuluh darah, dan pengobatan dengan pengencer darah. Stroke hemoragik terdiri dari dua jenis, yaitu perdarahan intraserebral dan subarachnoid (Wijaya, 2017).
Sedangkan terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko stroke. Selain stroke, faktor risiko ini juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Faktor-faktor tersebut meliputi:
Faktor kesehatan, yang meliputi:
a Hipertensi. b Diabetes.
c Kolesterol tinggi.
d Obesitas.
e Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi jantung, atau aritmia. f Sleep apnea.
g Pernah mengalami TIA atau serangan jantung sebelumnya.
Faktor gaya hidup, yang meliputi: a Merokok. b Kurang olahraga atau aktivitas fisik. c Konsumsi obat-obatan terlarang.
d Kecanduan alkohol.
26
Faktor lainnya: a Faktor keturunan. Orang yang memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami stroke, berisiko tinggi mengalami penyakit yang sama juga.
b Dengan bertambahnya usia, seseorang memiliki risiko stroke lebih tinggi dibandingkan orang yang lebih muda.
E. Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejalan yang dapat menyebabkan nekrosisi mikroskopik neuron-neuron (Mahmudah, 2012).
Area nekrotik kemudian disebur infark. Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena embolus dapat mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara, palque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorrhagi maka faktor pencetus adalah hipertensi.
Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemorrhagi (Mardjono, 2009).
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen
dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati.berikut beberapa patofisiologi stroke yaitu a (Cohen, 2000)
a Patofisiologi Stroke Isekemik
Patofisiologi stroke iskemik dibagi menjadi dua bagian:
vaskular dan metabolisme. Iskemia terjadi disebabkan oleh oklusi vaskular. Oklusi vaskular yang menyebabkan iskemia ini dapat disebabkan oleh emboli, thrombus, plak, dan penyebab lainnya. Iskemia menyebabkan hipoksia dan akhirnya kematian jaringan otak. Oklusi vaskular yang terjadi menyebabkan terjadinya tanda dan gejala pada stroke iskemik yang muncul berdasarkan lokasi terjadinya iskemia.
Sel-sel pada pada otak akan mati dalam hitungan menit dari awal terjadinya oklusi. Hal ini berujung pada onset stroke yang tiba-tiba.
Infark serebri diawali dengan terjadinya penurunan Cerebral Blood Flow (CBF) yang menyebabkan suplai oksigen ke otak akan berkurang. Nilai kritis CBF adalah 23 ml/100 gram per menit, dengan nilai normal 50 ml/100 gram per menit. Penurunan CBF di bawah nilai normal dapat menyebabkan infark. Suatu penelitian menyebutkan bahwa nilai CBF pada pasien dengan infark adalah 4,8-8,4ml/100 gram per menit.
Gangguan metabolisme terjadi pada tingkat selular, berupa kerusakan pompa natrium-kalium yang meningkatkan kadar natrium dalam sel. Hal ini menyebabkan air tertarik masuk ke dalam sel dan berujung pada kematian sel akibat edema sitotoksik. Selain pompa natrium-kalium, pertukaran
28
natrium dan kalsium juga terganggu. Gangguan ini menyebabkan influks kalsium yang melepaskan berbagai neurotransmiter dan pelepasan glutamat yang memperparah iskemia serta mengaktivasi enzim degradatif. Kerusakan sawar darah otak juga terjadi, disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah oleh proses di atas, yang menyebabkan masuknya air ke dalam rongga ekstraselular yang berujung pada edema. Hal ini terus berlanjut hingga tiga sampai 5 hari dan sembuh beberapa minggu kemudian. Setelah beberapa jam, sitokin terbentuk dan terjadi inflames. Akumulasi asam laktat pada jaringan otak bersifat neurotoksik dan berperan dalam perluasan kerusakan sel. Hal ini terjadi apabila kadar glukosa darah otak tinggi sehingga terjadi peningkatan glikolisis dalam keadaan iskemia dan kabar buruknya adalah Stroke iskemik dapat berubah menjadi stroke hemorrhagik.
Perdarahan yang terjadi tidak selalu menyebabkan defisit neurologis. Defisit neurologis terjadi apabila perdarahan yang terjadi luas. Hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya sawar darah otak, sehingga sel darah merah terekstravasasi dari dinding kapiler yang lemah.
b Patofisiologi Stroke Hemorhagik
Pada perdarahan intraserebral, perdarahan masuk ke dalam parenkim otak akibat pecahnya arteri penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superficial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Hal ini dapat disebabkan oleh diathesis perdarahan dan penggunaan antikoagulan seperti heparin, hipertensi kronis, serta aneurisma.
Masuknya darah ke dalam parenkim otak menyebabkan terjadinya penekanan pada berbagai bagian otak seperti serebelum, batang otak, dan thalamus. Darah mendorong struktur otak dan merembes ke sekitarnya bahkan dapat masuk ke dalam ventrikel atau ke rongga subaraknoid yang akan bercampur dengan cairan serebrospinal dan merangsang meningen. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang menimbulkan tanda dan gejala seperti nyeri kepala hebat, papil edema, dan muntah proyektil.Lokasi perdarahan umumnya terletak pada daerah ganglia basalis, pons, serebelum dan thalamus (Khairunnisa, 2014). Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas hingga mengenai kapsula interna dan kadang-kadang ruptur ke dalam ventrikel lateral lalu menyebar melalui sistem ventrikuler ke dalam rongga subaraknoid dengann adanya perluasan intraventrikuler sering berakibat fatal
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis stroke bergantung pada arteri serebral yang terkena, fungsi otak dikendalikan atau diperantarai oleh bagian otak yang terkena, keparahan kerusakan serta ukuran daerah otak yang terkena selain bergantung pula pada derajat sirkulasi kolateral.Manifestasi klinis pasien stroke juga sangat beragam tergantung dari daerah yang terkena dan luasnya kerusakan jaringan serebral (Mardjono, 2009). Manifestasi yang umumnya terjadi yaitu kelemahan alat gerak, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan, gangguan komunikasi, sakit kepala, dan gangguan
30
keseimbangan. Tanda dan gejala ini biasanya terjadi secara mendadak, fokal, dan mengenai satu sisi dan gejala umum mencakup kebas atau kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki terutama pada satu sisi tubuh; kebingungan/konfusi atau perubahan status mental sulit berbicara atau memahami pembicaraan; gangguan visual,kehilangan keseimbangn , pening, kesulitan berjalan atau sakit kepala berat secara mendadak.
Namun,Manifestasi penyakit stroke biasanya terjadi berbeda antara stroke Isekemik dan Hemorhagik sebagai berikut a Stroke iskemik
a) Transient ischemic attack (TIA)
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap
b) Reversible Ischemic Neurogic Difisit (RIND) Gejala timbul lebih dari 24 jam.
c) Progressing stroke atau stroke inevolution
Gejala makin lama makin berat (progresif)
disebabkan gangguan aliran darah makin lamamakin berat
d) Sudah menetap atau permanen
b. Stroke Hemorhagik
a) Lobus parietal, fungsinya yaitu untuk sensasi somatik, kesadaran menempatkan posisi.
b) Lobus temporal, fungsinya yaitu untuk mempengaruhi indra dan memori
c) Lobus oksipital, fungsinya yaitu untuk penglihatan
d) Lobus frontal, fungsinya untuk mempengaruhi mental, emosi, fungsi fisik, intelektual
Manifestasi klinis pada penyakit stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya (Broederick, 2007)
G. Penatalaksanaan
Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke dan dapat berupa terapi farmasi, radiologi intervensional, atau pun pembedahan. Untuk stroke iskemik, terapi bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah keotak, membantu lisis bekuan darah dan mencegah trombosis lanjutan, melindungi jaringan otak yang 25 masih aktif, dan mencegah cedera sekunder lain. Pada stroke hemoragik, tujuan terapi adalah mencegah kerusakan sekunder dengan mengendalikan tekanan intrakranial dan vasospasme, serta mencegah perdarahan lebih lanjut.Berikut lebih terperinci tentang penatalaksanaan penyakit stroke (Nasution, 2013),
a) Farmakologis
32
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intraarterial.
3. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombositmemainkan peran sangat penting dalam pembentukan trombus dan ambolisasi.
Antiagresi trombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi trombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
4. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler
b) Non Farmakologis
1. Terapi Wicara
Terapi wicara membantu penderita untuk mengunyah, berbicara, maupun mengerti kembali kata – kata
2. Fisioterapi
Kegunaan metode fisioterapi yang digunakan untuk menangani kondisi stroke stadium akut bertujuan untuk :
• Mencegah komplikasi pada fungsi paru akibat tirah baring yang lama
• Menghambat spastisitas, pola sinergis ketika ada peningkatan tonus
• Mengurangi oedem pada anggota gerak atas dan bawah sisi sakit d. Merangsang timbulnya tonus ke arah normal, pola gerak dan koordinasi gerak
• Meningkatkan kemampuanaktivitas fungsional
3. Akupuntur
Akupuntur merupakan metode penyembuhan dengan cara memasukkan jarum dititik-titk tertentupada tubuh penderita stroke. Akupuntur dapat mempersingkat waktu penyembuhan dan pemulihan gerak motorik serta ketrampilan sehari-hari
4. Terapi Ozon
Terapi ozon bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah ke otak, membuka dan mencegah penyempitan pembuluh darah otak, mencegah kerusakan sel-sel otak akibat kekurangan oksigen, merehabilitasi pasien pasca serangan stroke agar fungsi organ tubuh yang terganggu dapat pulih kembali, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, serta mengendalikan kadar kolestrol dan tekanan darah
34
5. Terapi Sonolisis (Sonolysis Theraphy)
Terapi ini bertujuan untuk memecahkan sumbatan pada pembuluh darah agar menjadi partikel-partikel kecil yang sangat halus sehingga tidak menjadi resiko untuk timbulnya sumbatan-sumbatan baru ditempat lain. Terapi sonolisis ini dilakukan dengan teknik ultrasound dan tanpa menggunakan obat-obatan
6. Hidroterapi
Kolam hidroterapi digunakan untuk merehabilitasi gangguan saraf motorik pasien pascastroke. Kolam hidroterapi berisi air hangat yang membuat tubuh bisa bergerak lancar, memperlancar peredaran darah dengan melebarnya pembuluh darah, dan memberikan ketenangan.kolam hidroterapi memungkinkan pasien untuk berlatih menggerakan anggota tubuh tanpa resiko cedera akibat terjatuh
7. Senam Ergonomik
Senam ini berfungsi untuk melatih otot-otot yang kaku dengan gerakan-gerakan yang ringan dan tidak menimbulkan rasa sakit bagi penderitanya.
Senam ergonomik diawali dengan menarik napas menggunakan pernapasan dada. Hal ini bertujuan supaya paru-paru dapat lebih banyak menghimpun udara. Ketika napas, oksigen dialirkan keotak yang memerlukan oksigen
dalam jumlah yang banyak supaya dapat berfungsi dengan baik. Dengan demikian, senam ergonomik dapat dikatakan membantu penderita stroke karena kondisi stroke merupakan terganggunya suplai oksigen ke otak
8. Yoga Terapi (Meditasi)
Yoga menurunkan resiko terkena stroke dengan meningkatkan suplai darah keotak bila yoga dilakukan secara teratur. Aktivitas yang dilakukan dalam yoga khusus penderita stroke yaitu latihan peregangan seluruh bagian tubuh, memijit organ-organ internal, kelenjar, sistem peredaran darah dan sistem pembuangan, demikian pernyataan Rahmat Darmawan, seorang master of energy yang juga praktisi yoga
9. Terapi Musik
Dengan mendengarkan musik setiap hari, penderita akan mengalami peningkatan pada ingatan verbalnya dan memiliki mood yang lebih baikdibandingkan dengan penderita stroke yang tidak mendengarkan musik. Selain itu, mendengarkan musik pada tahap awal pascastroke dapat meningkatkan pemulihan daya kognitif dan mencegah munculnya perasaan negatif
10. Terapi Bekam
36
Dalam konsep bekam, darah kotor yaitu darah yang tidak berfungsi lagi, sehingga tidak diperlukan tubuh dan harus dibuang. Bekam juga dapat menurunkan tekanan darah berkurang setelah dibekam. Dengan terhindar dari penggumpalan darah dan tekanan darah tinggi dapat mencegah dan mengobati stroke
11. Terapi Nutrisi
Beberap zat gizi yang membantu dalam proses terapi nutrisi terkait stroke, diantaranya, yaitu :
• Vitamin A
Vitamin A berperan sebagai antioksidan yang dapat mencegah terbentuknya tumpukan (plak) kolestrol dalam pembuluh darah, misalnya wortel.
Penelitian Harvard menunjukkan adanya penurunan risiko terkena stroke hingga 68% pada orang yang mengonsumsi lima porsi wortel dalam seminggu
• Asam folat.
Asam folat dapat menurunkan risiko penyempitan pembuluh darah otak.
Asam folat terkandung dalam jenis sayuran, seperti bayam, salada, dan pada buah papaya
• Isoflavon.
Penelitian di Hong Kong, yang dipublikasikan dalam European Heart Journal, melaporkan bahwa isoflavon
meningkatkan fungsi pembuluh darah nadi (arteri) pada pasien stroke
• Vitamin C.
Vitamin C dan bioflavonoid yang banyak terdapat pada nanas dapat membantu mengencerkan darah, sehingga mengurangi hipertensi. Dengan jauh dari resiko hipertensi, maka risiko stroke menurun.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mustaqimah pada tahun 2016 selama 10 hari terhadap 15 responden yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pekauman didapatkan hasil pengukuran tekanan darah sesudah konsumsi mix jus seledri dan jus nanas terjadi penurunan tekanan darah.
12. Aroma Terapi
Vitamin C. Vitamin C dan bioflavonoid yang banyak terdapat pada nanas dapat membantu mengencerkan darah, sehingga mengurangi hipertensi. Dengan jauh dari resiko hipertensi, maka risiko stroke menurun
13. Terapi Herbal
Terapi herbal membantu meningkatkan fleskibilitas pembuluh darah dan menstimulasi sirkulasi darah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agita Devi menjelaskan bahwa terdapat
38
pengaruh obat herbal ekstrak wortel dan jambu biji terhadap penderita hipertensi lansia.
14. Hipno Terapi
Dengan hipnoterapi, penderita stroke memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan untuk mencapai kesembuhan sugesti yang diberikan dirancang supaya pasien mau menjalankan tahapan dalam proses penyembuhan dan merasa nyaman tanpa paksaan
15. Pisiko Terapi
Mengalami gangguan diotak karena serangan stroke dapat menyebabkan penderita mengalami gangguan emosional, seperti depresi. Hal ini disebabkan oleh ketidaksiapan penderita menghadapi penurunan produktivitas setalah terserang stroke, yang dilihat dari ketidakmampuan secara fisik melakukan berbagai aktivitas seperti saat masih sehat.
Psikoterapi dapat diterapkan dengan mengajak penderita melakukan hal yang menyenangkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Apriani menunjukkan bahwa motivational interviewing memiliki pengaruh terhadap penurunan depresi.
Hal ini dapat dilihat dari aspek penerimaan, ekspresi dan kemampuan responden dalam menjelaskan apa saja yang telah dilakukan serta
afirmasi responden setelah beberapa kali mendapatkan motivasi dan kunjungan.
c) Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebri dengan :
• Endoseterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis dileher
• Revaskularisasi terutama
merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA
• Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
• Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
d) Pemeriksaan Saraf Kranial
a Saraf 1 (olfaktorius)
Teknik pemeriksaan dimulai dengan mata klien ditutup dan pada saat yang sama satu lubang hidung ditutup, klien diminta membedakan zat aromatis lemah seperti vanili, cologne dan cengkeh
b Saraf II
40
Pemeriksaan saraf optikus meliputi tes ketajaman penglihatan, tes lapang pandang dan tes fundus
c Saraf III(okulomotor),IV(troklearis),VI (abdusen)
Pemeriksaan saraf okulomotor, troklearis dan abdusen meliputi pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil, observasi bentuk dan ukuran pupil, perbandingan pupil kanan dan kiri, pemeriksaan refleks pupil, pemeriksaan gerakan bolamata volunter dan involunter d Saraf V (trigeminus)
Pemeriksaan fungsi saraf trigeminus meliputi pemeriksaan fungsi motorik saraf trigeminus, pemeriksaan fungsi saraf sensorik trigeminus dan pemeriksaan refleks trigeminal
e Saraf VII
Teknik pemeriksaan saraf fasialis adalah dengan menginspeksi adanya asimetri wajah, kemudian lakukan tes kekuatan otot dengan meminta klien memandang keatas dan mengerutkan dahi, selanjutnya klien disuruh menutup kedua matanya dengan kuat dan bandingkan seberapa dalam bulu mata terbenam dan kemudian mencoba memaksa kedua mata klien untuk terbuka
f SarafV III (vestibulokoklearis /saraf akustikus)
Perawat dapat memeriksa fungsi vestibular dimulai dengan mengkaji adanya keluhan pusing, gangguan pendengaran. Pemeriksaan vestibular dapat dengan pemeriksaan pendengaran dengan garputala
g Saraf IX dan X (glosofaringeus dan vagus) Langkah pertama evaluasi saraf glosofaringeus dan vagus adalah pemeriksaan palatum mole. Palatum mole harus simetris dan tidak boleh miring kesatu sisi. Kalau klien mengucapkan “ah”, palatum mole harus terangkat secara simetris. Reflek menelan diperiksa dengan memperhatikan reaksi wajah klien waktu minum segelas air h Saraf XI (asesorius)
Fungsi saraf asesorius dapat dinilai dengan memperhatikan adanya atrofi sternokleidomastoideus dan trapezius dan dengan menilai kekuatan otot tersebut. Untuk menguji kekuatan otot sternokleid omastoideus, klien diminta untuk memutar kepala ke arah satu bahu dan berusaha melawan usaha pemeriksa untuk menggerakkan kepala ke arah bahu yang berlawanan.Kekuatan otot sternokleidomas toideus pada sisi yang berlawanan dapat dievaluasi dengan mengulang tes ini pada sisi yang berlawanan
i Saraf XII (hipoglosus)
42
Pada pemeriksaan klien disuruh menjulurkan lidahnya yang mana yang akan berdeviasi kearah sisi yang lemah (terkena) jika terdapat lesi upper atau lower motor neuron unilateral.
Lessi upper motor neuron dari saraf hipoglosus biasanya bilateral dan menyebabkan imobil dan kecil. Kombinasi lesi upper motor neuron bilateral dari saraf IX,X, XII disebut kelumpuhan pseudobulber.
Lesi lower motor neuron dari saraf XII menyebabkan fasikulasi atrofi dan kelumpuhan serta disartria jika lesinya bilateral.
H. Komplikasi
Stroke merupakan penyakit yang mempunyai risiko tinggi terjadinya komplikasi medis, adanya kerusakan jaringan saraf pusat yang terjadi secara dini pada stroke, sering diperlihatkan adanya gangguan kognitif, fungsional, dan defisit sensorik.
Pada umumnya pasien pasca stroke memiliki komorbiditas yang dapat meningkatkan risiko komplikasi medis sistemik selama pemulihan stroke. (Mahmudah, 2012) Komplikasi medis sering terjadi dalam beberapa minggu pertama serangan stroke. Pencegahan, pengenalan dini, dan pengobatan terhadap komplikasi pasca stroke merupakan aspek penting.
Beberapa komplikasi stroke dapat terjadi akibat langsung stroke itu sendiri, imobilisasi atau perawatan stroke. Hal ini memiliki pengaruh besar pada luaran pasien stroke sehingga dapat menghambat proses pemulihan neurologis dan meningkatkan lama hari rawat inap di rumah sakit.
Komplikasi jantung, pneumonia, tromboemboli vena, demam, nyeri pasca stroke, disfagia, inkontinensia, dan depresi adalah komplikasi sangat umum pada pasien stroke. Selain itu,komplikasi pada penderita stroke sangat umum terjadi seoerti dibawah ini (Nareza, 2021)
a) Edema Otak
Edema adalah pembengkakan otak yang biasa terjadi akibat stroke. Beberapa kasus stroke dapat menyebabkan pembengkakan otak, khususnya stroke iskemik. Stroke iskemik menyebabkan sel otak mati dan otak membengkak sebagai respons terhadap cedera.Edema terjadi karena adanya penumpukan cairan di otak, sehingga akan terasa sakit kepala dan sulit bicara. Apabila edema ini tidak ditangani maka akan berakibat kematian.
b) Deep Vein Thrombosis
Gejala DVT termasuk pembengkakan di kaki atau lengan, yang terkadang disertai nyeri, kemerahan, dan sensasi hangat pada kulit.DVT sendiri tidak mengancam jiwa. Akan tetapi, gumpalan bisa pecah dan mengalir melalui aliran darah. Jika bersarang di pembuluh darah paru-paru, ini menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa.Tergantung pada apa yang menyebabkan stroke Anda, Anda mungkin memiliki risiko penggumpalan darah (DVT) yang lebih besar.
c) Depresi
Depresi sebagai komplikasi stroke tampaknya berkembang secara bertahap. Berdasarkan studi dari American Heart Association, gejala depresi dan
44
gangguan kecemasan umum tampak selama masa tindak lanjut pasca pengobatan.
d) Gangguan Berbahasa(Aphasia)
Afasia adalah gangguan berkomunikasi dan berbahasa yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf pada otak akibat stroke.Komplikasi stroke ini mencakup sulit memahami kata atau kalimat, kesulitan dalam menulis, kesulitan memahami bahasa dan berekspresi dengan bahasa, serta kesulitan membaca. Afasia dapat terjadi bersamaan dengan gangguan bicara lainnya.
e) Kejang Otot
Ketegangan otot dalam jangka panjang dapat menyebabkan kemunculan kejang otot (spasme) yang tidak disengaja.
f) Sakit Kepala Kronis
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada penderita stroke hemoragik, karena darah dari perdarahan dapat mengiritasi otak
g) Sakit Kepala Kronis
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada penderita stroke hemoragik, karena darah dari perdarahan dapat mengiritasi otak
h) Komplikasi Lainya
Komplikasi ini bisa saja terjadi terhadap penderita penyakit stroke
• Pneumonia: penyakit paru yang terjadi akibat pengaruh bedrest yang terlalu lama setelah mengalami stroke.
• Infeksi saluran kencing: bisa terjadi akibat pemasangan kateter ketika penderita stroke tidak dapat mengontrol fungsi kandung kemihnya.
• Kejang pasca stroke: umum terjadi akibat stroke berat.
• Kontraktur tungkai: otot lengan atau kaki yang memendek karena berkurangnya kemampuan untuk menggerakkan anggota badan atau kurang olahraga.
• Nyeri bahu: terjadi akibat kurangnya kelemahan atau kelumpuhan otot sehingga tulang lengan “jatuh tergantung” dan menarik otot bahu.
I. Gangguan Pada Penderita Penyakit Stroke
A.Kehilangan Motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak (PERDOSSI, 2011).
Disfungsi motor paling umum hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang
46
berlawanan.Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.
Di awal tahapan stroke , gambaran klinis yang muncul biasanya adalah paralisis dan hilang atau menurunnya reflex tendon dalam. Apabila reflex tendon dalam ini muncul kembali (biasanya dalam waktu 48 jam pasca serangan), peningkatan tonus disertai dengan spastisitas ( peningkatan tonus otot abnormal) pada ekstremitas yang terkena dapat dilihat
b.Kehilangan Kemampuan Untuk berkomunikasi Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut;
• Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
• Disfasia atau afasia ( bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif.
• Apraksia ( ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya) seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
c.Gangguan Persepsi
Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual – spasial dan kehilangan sensori
d.Kerusakan Fungsi Kognitif Dan Efek Psikologik
Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, kurang motivasi, yang menyebabkanpasien ini menghadapi masalah frustasi da;am program rehabilitasi mereka. Depresi pada umumnya terjadi dan mungkin diperberat oleh respon alamiah pasien terhadap penyakit katastrofik ini. Masalah psikologik lain juga umumnya terjadi dan dimanifestasikan oleh labilitas emosional, bermusuhan, frustasi, dendam, dan kurang Kerjasama
e.Disfungsi Kandung Kemih
Setelah serangan stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara karena konfusi,
48
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidak mampuan untuk menggunakan bedpan karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang – kadang setelah stroke kandung kemih menjadi atonik, dengan kerusakan sensasi dalam respons terhadap pengisian kandung kemih. Kadang – kadang kontrol sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang.
Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermitten dengan tehnik steril.Ketika tonus otot meningkat dan reflex tendon kembali, tonus kandung kemih
meningkat dan spasisitas kandung kemih dapat terjadi.
Karena indera kesadaran pasien kabur, inkontinensia urinarius menetap atau retensi urinarius mungkin simtomatik karena kerusakan otak bilateral.Inkontinensia ani dan urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologik luas
J. Sistem Dan Sel Saraf 1. Pengertian
Sel saraf atau Neuron adalah unit kerja sistem saraf pusat.
Terdiri dari 12 nervus kranial, semua nervus spinal, dan
cabangnya. Fungsinya sebagai penghantar informasi berupa rangsangan atau impuls. Dengan adanya sel-sel saraf ini, baik organ maupun sistem gerak bisa memberikan respons sebagaimana mestinya. Fungsi yang paling utama adalah untuk menerima, mengolah dan menyampaikan rangsangan dari seluruh organ. (Mutiarasari, 2019) Fungsi ini akan berjalan dengan baik jika ada koordinasi antara fungsi sensorik, fungsi pengatur, dan fungsi motorik. Pada dasarnya sistem saraf pada manusia secara fisiologis dan histologis dibentuk oleh suatu jaringan yang tersusun dari sel saraf (Neuron) dan sel penunjang (Sel glia/Neuroglia). Secara fungsional neuron merupakan unit yang mengatur sitem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sebagian besar neuron memiliki banyak cabang yang panjang dan terdiri dari 3 bagian penting yaitu badan sel atau perikarion, dendrit dan akson. Ketiga bagian neurontersebut memiliki fungsi yang berbeda. Badan sel berfungsi sebagai pusat trofik untuk keseluruhan sel saraf dan meneruma stimulus, dendrit adalah prosesus panjang yang digunakan untuk menerima stimulus dari lingkungan, sel epitel ataupun dari neuron lain, sedangkan akson merupakan prosesus tunggal yang berfungsi sebagai penghantar impuls saraf ke sel-sel lain (Mahmudah, 2012).Neuroglia adalah sel penunjang yang memiliki cabang pendek dan berfungsi sebagai penyangga dan melindungi serta ikut serta dalam aktivitas saraf, nutrisi saraf dan proses pertahan sel disistem saraf pusat. Pada umumnya sel neuroglia yang berrada dalam sistem saraf pusat manusia mengelilingi sebagian besar badan sel neuron, bagian bagian sel neuroglia sama dengan sel neuron tetapi pada sel
50
neuroglia prosesus akson serta dendritnya menempati ruang antar neuron.Terdapat 6 jenis Neuro glia yaitu oligodendrosit, astrosit, sel ependim, mikroglia, neurolemmosit (sel scwan) dan sel satelit ganglia (Tarwoto, 2013). Selain itu, jika diuraikan lebih lanjut, sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi memiliki fungsi sebagai berikut:
a) Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat mengendalikan seluruh pengaturan dan pengolahan rangsangan, mulai dari mengatur pikiran, gerakan, emosi, pernapasan, denyut jantung, pelepasan berbagai hormon, suhu tubuh, hingga koordinasi seluruh sel saraf untuk melakukan fungsi pengaturan di dalam tubuh.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf pusat ini berfungsi sebagai pusat pengendali utama pada tubuh. Sistem saraf inilah yang mengatur pergerakan tubuhmu, misalnya saat tangan kamu melakukan gerakan refleks ketika menyentuh mangkuk bakso yang panas. Gerakan refleks itu, tanpa kamu sadari merupakan tugas dari sistem saraf pusat lho, Pahamifren.Berikut adalah bagian dari sistem pusat,antara lain sebagai berikut
• Otak
Otak merupakan organ terpenting dari tubuh manusia yang tersusun oleh jutaan sel saraf.
Permukaan otak manusia yang berlipat-lipat, membuat otak manusia mampu menyimpan lebih banyak neuron dibandingkan otak yang
permukaannya mulus seperti pada sebagian besar hewan.Berkat permukaan otak yang berlipat-lipat ini, manusia bisa memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan hewan
• Sumsus Tulang Belakang
Sumsum tulang belakang ini terhubung dengan otak. Bagian pangkalnya disebut sumsum lanjutan atau medula oblongata, dan bagian yang memanjang dalam rongga tulang belakang disebut sebagai medula spinalis. Medula oblongata berfungsi untuk mengatur denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, melakukan gerakan menelan, batuk, bersin, bersendawa dan muntah. Medula oblongata juga menjadi pusat kendali pernapasan utama pada tubuh manusia. Sementara medula spinalis berfungsi untuk menghubungkan rangsangan dari dan menuju otak. Sumsum tulang belakang manusia juga berfungsi untuk mengatur gerakan refleks alias gerakan yang terjadi tanpa disadari. Gerakan refleks ini terjadi sebagai respon tubuh manusia terhadap adanya ancaman atau hal yang berbahaya.
b) Sistem Saraf Tepi
52
Fungsi saraf tepi adalah menghubungkan respon sistem saraf pusat ke organ tubuh dan bagian lainnya di tubuh Anda. Saraf ini meluas dari saraf pusat ke area terluar tubuh sebagai jalur penerimaan dan pengiriman rangsangan dari dan ke otak.Masingmasing susunan saraf tepi (HERNAWATI, 2019). yaitu somatik dan otonom, memiliki fungsi yang berbeda. Berikut adalah penjelasan mengenai fungsi dari bagian-bagian sistem saraf tepi:
• Sistem Saraf Somatik
Sistem saraf somatik bekerja dengan mengontrol semua hal yang Anda sadari dan secara sadar memengaruhi respon tubuh, seperti menggerakkan lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya. Fungsi saraf ini menyampaikan informasi sensorik dari kulit, organ indera, atau otot ke sistem saraf pusat.
Selain itu, saraf somatik juga membawa respons keluar dari otak untuk menghasilkan respon berupa gerakan.
• sistem saraf Otonom
Sistem Saraf Otonom mengontrol aktivitas yang Anda lakukan secara tak sadar atau tanpa perlu memikirkannya. Sistem ini terus menerus aktif untuk mengatur berbagai aktivitas, seperti bernapas, detak jantung, dan proses metabolisme tubuh
Menurut kementrian Kesehatan Republik (Kemenkes, 2018),ada beberapa tahapan sebelum mendiagnosa seseorang terkena stroke dan Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan melakukan tanya jawab dengan pasien atau anggota keluarga pasien mengenai:
• Gejala yang dialami, awal munculnya gejala, dan apa yang sedang pasien lakukan ketika gejala tersebut muncul
• Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi
• Pernah atau tidak mengalami cedera di bagian kepala
• Riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, terkait penyakit jantung, TIA, dan stroke
Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pasien secara keseluruhan yang biasanya diawali dengan memeriksa tekanan darah, detak jantung, dan bunyi abnormal di pembuluh darah leher dengan menggunakan stetoskop (Diponegoro University Library, 2016). Selama melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga akan memeriksa beberapa hal berikut:
• Kemampuan koordinasi dan keseimbangan tubuh
• Tingkat kewaspadaan
• Mati rasa atau kelemahan pada wajah, lengan, dan tungkai
• Gangguan berbicara atau penglihatan
Selain itu,untuk memastikan diagnosis lebih lanjut dokter melakukan pemeriksaan lanjutan sebagai berikut;
a) Tes Darah
54
Tes darah dilakukan untuk memeriksa beberapa hal berikut ini:
• Kadar gula dalam darah
• Jumlah sel darah untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi
• Kecepatan pembekuan darah (hemostasis)
• Keseimbangan zat kimia dan elektrolit dalam darah untuk mengetahui fungsi organ
b) CT SCAN
CT SCAN dapat menghasilkan gambar otak secara detail, sehingga dokter dapat mendeteksi tanda-tanda perdarahan, tumor, dan stroke.
c) MRI
Pemeriksaan MRI menggunakan gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan gambaran detail dari otak pasien. MRI dapat mendeteksi jaringan otak yang mengalami kerusakan akibat stroke iskemik dan perdarahan otak.Dalam proses pemeriksaan MRI, dokter juga dapat menyuntikkan zat pewarna ke dalam pembuluh darah agar dapat melihat kondisi aliran darah di pembuluh arteri dan vena lebih jelas.
d) Elektrokardiografi
Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dilakukan untuk mengetahui aktivitas listrik pada jantung, sehingga dokter dapat mendeteksi adanya gangguan
irama jantung atau penyakit jantung koroner yang mungkin menyertai.
e) USG Doopler Krotis
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar detail aliran darah dalam pembuluh arteri karotis di leher. Arteri katoris merupakan arteri yang menuju ke otak dan terdapat di setiap sisi leher.Dengan USG doppler karotis, dokter dapat mendeteksi timbunan lemak (plak) dan memeriksa kondisi aliran darah di dalam arteri karoti
f) Ekokardiografi
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar detail jantung.
Ekokardiografi dilakukan untuk mendeteksi penurunan fungsi pompa jantung dan sumber gumpalan di dalam jantung yang mungkin bergerak dari pembuluh darah jantung ke pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan stroke.
56 BAB III FISIOTERAPI
FisioTerapi a. Pengertian
Fisioterapi adalah tindakan rehabilitasi untuk menghindari atau meminimalkan keterbatasan fisik akibat cedera atau penyakit. Fisioterapi bisa dilakukan pada pasien dari semua rentang usia dengan berbagai macam tujuan, mulai dari meredakan sakit punggung hingga persiapan olahraga dan persalinan (Nareza, 2021).Umumnya fisioterapi stroke dilakukan untuk menjaga kondisi kesehatan pasca terjadinya stroke dan menghindari komplikasi yang bisa memperlambat proses pemulihan.Waktu yang paling tepat untuk segara memulai terapi pasca stroke adalah 24-48 jam asalkan kondisi umum pasien sudah lebih stabil, dan golden periode nya atau waktu awal pemulihan fungsional gerak nya adalah 3-6 bulan setelah terjadinya serangan. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan alat gerak atas dan bawah (tangan dan kaki) dan didalam konteks penyembuhan, restorasi atau terapi pasca stroke tidak dapat menyembuhkan kerusakan otak yang diakibatkan oleh stroke nya. Namun untungnya otak manusia mempunayai kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat dan baik.
Seiring berjalannya waktu, bagian sel otak yang mengalami kerusakan akan digantikan fungsinya oleh bagian sel otak lain yang lebih baik
Beberapa manfaat Melakukan Fisioterapi yaitu:
1. Mengatasi kekakuan otot (spastisitas)
Spastisitas adalah jenis kekakuan otot yang terjadi pasca stroke. Beberapa penelitian telah mengevaluasi manfaat fisioterapi untuk pengobatan spastisitas pasca stroke. Dibandingkan pengobatan lainnya, fisioterapi secara signifikan dapat menurunkan spastisitas pasca stroke, terutama di pergelangan tangan, lutut dan siku.
2. Mengurangi rasa sakit
Fisioterapi bisa menghilangkan sakit dan memulihkan otot dan sendi. Teknik saat Anda menjalani fisioterapi yaitu dengan melalui ultrasound, stimulasi listrik, terapi panas, dan lain-lain.
3. Mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral dan insulin (Tarwoto, 2013)
Pelaksanaan fisioterapi disesuaikan dengan problem pada pasien sehingga tujuan dari pemberian tindakan fisioterapi dapat terlaksana dengan baik,Tahapan Latihan sederhana fisioterapi pada penderita penyakit stroke Tugiyo sebagai berikut (Tugiyo, 2018)
• Positioning saat tidur, duduk, berdiri
• Stimulasi otot-otot sela-sela jari kaki dan jari tangan (interrosea muscle) dengan menggunakan handuk
• Latihan gerakan-gerakan yang sifatnya mendorong
58
• Latihan duduk ke berdiri dengan kaki yang simetris, saat pergerakan berdiri tumpuan diarahkan ke kedua sisi kaki
• Latihan duduk atau berdiri dengan telapak tangan menempel di atas meja atau alat bantu yang lain
• Latihan membuka jari-jari kaki untuk mempersiapkan pola jalan sejak dari awal
• Latihan aktivasi otot-otot postural (penopang tubuh), seperti : otot-otot dasar panggul, bisa dimulai saat posisi terlentang, duduk maupun berdiri
• Jinjit dengan pola yang benar (bisa di kombinasikan gerakan tangan mendorong keatas)
• Latihan melangkah
• Latihan jongkok berdiri dan di ikuti gerakan melompat
• Latihan jalan menyamping dan latihan jalan mundur
• Latihan ke lingkungan yang sesungguhnya/aktivitas riil yang berkaitan dengan hobby, kegemarannya, pekerjaannya, komunitasnya dan lain sebagainya Latihan diatas berguna untuk mempermudah pasien
“memanggil” memori gerak yang sudah tertanam.
b. Indikasi fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok individu untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memelihara gerak dan kemampuan fungsi yang maksimal selama perjalanan kehidupan individu atau kelompok tersebut. Layanan fisioterapi diberikan dimana individu atau kelompok individu mengalami gangguan gerak dan fungsi pada proses pertambahan usia dan atau mengalami gangguan