LAPORAN PRATIKUM GEOMORFOLOGI
ACARA III
MENGIDENTIFIKASI BENTUKLAHAN ASAL PROSES VULKANIK FIRA (18405249002/A1)
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami bentuklahan vulkanik dan proses perkembangannya.
2. Mahasiwa mampu mengidentifikasi bentuklahan vulkanik baik dari pengamatan peta topografi maupun lapangan.
B. DASAR TEORI
Bentang lahan vulkanik adalah bentang alam yang proses pembentukannya dikonrol oleh proses pembentukannya dikontrol oleh proses vulkanisme, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi.
Bentang alam vulkanik selalu dihubungkan dengan gerak-gerak tektonik. Gunung-gunung api biasanya dijumpai didepan zona penunjaman (subduction zone).
Adapun factor-faktor yang menyebabkan pembentukan bentang alam vulkanik, yaitu:
Kegiatan vulkanisme, seperti pembentukan kaldera, dimana kegiatan tersebut akan menggangu perkembangan suatu gunung api.
1. Berpindahnya pusat kegiatan gunung api (pipa kepundan), dimana erat dengan keaktifan tektonik daerah setempat.
2. Tekanan arus dari aliran lava yang naik keatas, yang lama- kelamaan akan merusak dan menghancurkan dinding kepundan.
3. Adanya kerucut spatter cone, yaitu suatu kerucut yang berisi curam yang tersusun dari batuan bahan lepas yang terendapkan diatas celah atau pipa kepundan, dan umumnya komposisi basalan; atau hornito yang juga merupakan kerucut spatter disekitar ujung aliran lava.
4. Adanya gua-gua pada aliran lava (lava tube)
Vulkanisme sangat erat berkaitan dengan gunung api, beberapa para ahli mengemukaan pendapatnya mengenai gunung api antara lain :
Koesoemadinata (1997) manyatakan bahwa gunung api adalah lubang atau saluran yang menghubungkansuatu wadah berisi bahan yang disebut magma. Suatu ketika bahan tersebut ditempatkan melalui saluran bumi dan sering terhimpun disekelilingnya sehingga membangun suatu kerucut yang dinamakan kerucut gunung api.
Matahalemuel (1982) manyatakan bahwa gunung api (vulkan) adalah suatu bentuk timbulan dimuka bumi, pada umumnya berupa suatu kerucut raksasa, kerucut terpacung, kubah atau pun bukit yang diakibatkan oleh penerobosan magma ke permukaan bumi.
Dalam kaitannya dengan bentang alam, gunung api mempunyai beberapa pengertian antara lain :
1. Merupakan bentuk timbulan dipermukaan bumi yang dibangun oleh timbunan material/rempah gunung api.
2. Merupakan tempat munculnya material vulkanik lepas sebagai hasil aktivitas magma didalam bumi (vulkanisme).
3. Beberapa proses terjadinya ada tiga macam vulkanisme, yaitu : a. Vulkanisme letusan, dikontrol oleh magma yang bersifat asam
yang kaya akan gas, bersifat kental dan ledakan kuat.
Vulkanisme ini biasanya menghasilkan material piroklastik dan membentuk gunung api yang tinggi dan terjal.
b. Vulkanisme lelehan, dikontrol oleh magma yang bersifat basa, sedikit mengandung gas, magma encer dan ledakan lemah.
Vulkanisme ini biasanya menghasilkan gunung api yang rendah dan berbentuk perisai, minsalnya dieng, hawai.
c. Vulkanisme campuran, dipengaruhi oleh magma intermediet yang agak kental. Vulkanisme ini menghasilkan gunung api strato, minsalnya Gunung Merapi dan Merbabu.
Adanya vulkanisme dapat dicirikan oleh beberapa hal diantaranya adalah :
1. Mayor : adanya gunung api 2. Minor :
a. Xenolith b. Vulkanic neck 3. Gua lava
4. Ekshalasa : fumarol, solfatar, mofet
Planet bumi mempunyai struktur tertentu, yaitu kerak bumi, lapisan selubung, dan inti bumi yang dapat memicu terjadinya dinamika dan bagian dalam inti bumi yaitu tektonik dan gunung api. Tektonik gunung api merupakan dinamika bumi utama yang menghasilkan bentukan- bentukan muka bumi makro, erosi, transportasi dan sedimentasi membentuk bentukan muka bumi micro, seperti lembah-lembah dan dataran. Adapun terbentunya gunung api yaitu pada jalur-jalur gunung api yaitu :
1. Terbentuknya didaerah pegunungan tengah samudra tempat terpisahnya/mekarnya lempeng kulit bumi yang pecah saling menjauhi.
2. Terbentuk pada pertumbukan antara lempeng benua dengan lempeng samudera dan lempeng samudera dengan lempeng samudera.
3. Terbentuk pada titik panas tempat keluarnya magma ke permukaan (dibenua maupun di samudera)
Berdasarkan gejalanya terbentuknya gunung api terbagi atas dua macam yaitu:
a. Pergerakan lempeng b. Gaya endogen
Adapun factor yang mempengaruhi bentuk gunung api dan proses vulkanisme antara lain:
1. Sifat magma (komposisi, kekentalan)
2. Tekanan (berhubungan dengan jumlah kandungan gas) 3. Kedalaman dapur magma
4. Factor eksternal (iklim, suhu) 5. Klasifikasi gunung api
Berdasarkan lokasi pusat kegiatan, Rittman (1962) membuat klasifikasi letusan gunung api yaitu :
1. Letusan pusat (terminal eruption), dimana lubang kepundan merupakan saluran utama bagi peletusan.
2. Letusan samping (subterminal effusion), akan terbentuk apabila magma yang membentuk still setempat menerobos ke permukaan, pada lereng gunung api.
3. Letusan lateral (lateral eruption), dimana korok melingkar (ring dike) dapat berfungsi sebagai saluran magma ke permukaan.
4. Letusan diluar pusat (excentrik eruption), terjadi dibagian kaki dan kaitannya dengan lubang kepundan utama.
Macam-macam tipe gunung api antara lain yaitu : a. Tipe Stromboli
Tipe ini diakibatkan adanya tekanan erupsi yang tidak terlalu kuat akan tetapi berlangsung lama, hal ini disebabkan oleh magma yang cair, tekanan gasnya sedang dan letak dapur magmanya dangkal. Contoh leteusan Gunung Stromboli adalah Gunung Raung Di Jawa Timur.
b. Tipe Hawai
Tipe ini dicirikan oleh daya erupsinya yang lemah, antara lain karena erupsinya yang lemah, antara lain karena lavanya cair, tekanan gasnya rendah serta dapur magmanya dangkal. Contoh letusan Gunung Kilaue, Mauna Kea Dana Mauna Lao.
c. Tipe Vulkano
Yang khas dari tipe ini adalah pembentukan awan debu benrbentuk bunga kol, karena gas yang ditembakan keatas meluas hingga jauh diatas wilayah. Tipe ini mempunyai tekanan gas sedang dan lavanya kurang begitu cair. Dan samping dikeluarkan awan debu, tipe ini juga menghasilkan lava.
Berdasarkan kekuatan letusannya, tipe ini dibedakan menjadi tipe vulkano kuat (G. Vesuvius, G. Etana) dan tipe Vulkano lemah (G. Bromo, G. Raung). Peralihan antara kedua tipe ini pun dijumpai, DiIndonesia minsalnya ditunjukkan oleh G. Kelud dan Anak Bromo.
d. Tipe Merapi
Dicirikan dengan lavanya yang cair-kental, dapur magma yang relatief dangkal dan tekanan gas yang agak rendah. Karena sifat lavanya tersebut, maka akan terbentuk sumbat lava atau kubah lava sementara dibagian bawahnya masih cair. Sumbat lava yang gugur akan menyebabkan terjadinya awan panas guguran.
Sedang semakin tingginya tekanan gas karena pipa kepundan tersumbat akan menyebabkan sumbatan tersebut hancur ketika terjadi letusan, dan akan terbentuk awan panas letusan.
e. Tipe Pelee
Tipe ini mempunyai viskositas lava yang hampir sama dengan tipe merapi. Tetapi tekanan gasnya cukup besar. Ciri khas tipe
pelee adalah peletusan gas kea rah mendatar. G. Pelee pernah meletus pada tanggal 8 Mei 1902, menghancurkan kota St.
Pierre dengan serbuan awan panas bersuhu antara 2100-2300C.
Kecepatan luncurnya yang tinggi, sekitar 150 m/detik, menyebabkan penduduk kota tersebut tidak sempat melarikan diri dan 30.000 jiwa menjadi korban.
f. Tipe St. Vincent
Lavanya agak kental, dan bertekanan gas menengah. Pada kawahnya terdapat danau kawah, yang sewaktu terjadinya letusan akan dimuntahkan ke luar dengan membentuk lahar letusan. Setelah danau kawah kosong, disusul oleh hembusan bahan lepas gunung api berupa bom, lapilli dan awan pijar. Suhu lahar letusan adalah sekitar 1000C. Contoh tipe ini di Indonesia adalah G. Kelud yang meletus pada tahun 1906 dan 1909.
g. Tipe Perret Atau Tipe Plinian
Tipe ini dicirikan dengan tekanan gasnya yang sangat kuat, disamping lavanya yang cair. Bersifat merusak dan diduga ada kaitannya dengan perkembangan pembentukan kaldera gunung api. Peneliti pertama tipe ini adalah plinius (99 SM), yaitu terhadap G. Vesivius, sehingga namanya diabadikan untuk tipe letusan gunung api.
Menurut Walker, dkk (1992), fasies merupakan kenampakan suatu tubuh batuan yang dikarekstikkkan oleh kombinasi dari litologi, struktur fisik, dan biologi yang merupakan aspek pembeda dari tubuh batuan diatas, di bawah maupun disamping.
Pembangian fasies menurut Vessel dan Davies (1981) serta Bogie dan Mackenzie (1998) menjadi empat kelompok, yaitu :
1. Central/Vent Facies
Merupakan bukaan keluarnya magma dari dalam bumi kepermukaan. Terletak di daerah puncak. Oleh sebab itu daerah ini dicirikan oleh asosiasi batuan beku yang berupa kubah lava dan berbagai macam batuan terobosan semi gunung api (subvolcanic necks), sill, retas, dan kubah bawah permukaan (cryptodomes).
2. Proximal Facies
Merupakan kawasan gunung api yang paling dekat dengan lokasi sumber atau fasies pusat. Terdapat dilereng atas gunung, asosiasi
batuan pada kerucut gunung api komposit sangat didominasi oleh perselingan aliran lava dengan breksi piroklastika dan aglomerat.
3. Medial Facies
Merupakan kawasan gunung api yang berada dilereng bawah.
4. Distal Facies
Merupakan kawasan gunung api yang terdapat di bawah kaki dan dataran di sekelilingnya.
Sesuai dengan batas fasies gunung api, yakni sejumlah ciri litologi (fisika dan kimia) batuan gunung api pada suatu lokasi tertentu, maka masing-masing fasies gunung api tersebut dapat diidentifikasikan berdasarkan data :
1. Inderaja dan geomorfologi 2. Stratigrafi batuan gunung api 3. Vulkanologi fisik
4. Struktur geologi 5. Petrologi-geokimia
Adapun bentuk-bentuk lahan asal vulkanik antara lain sebagai berikut :
a. Dike
Terbentuk oleh magma yang menerobos strata batuan sedimen dengan bentuk dinding-dinding magma yang membeku di bawah kulit bumi, kemudian muncul dipermukaan bumi karena erosi batuan di sekitarnya.
b. Vulkanic neck
Lava yang membeku dan mengeras didalam saluran luar karena tekanan yang kuat dari bawah, kemudian muncul sedikit demi sedikit makin tinggi diatas kepundan. Disebut spine karena bentuknya yang lancip mirip duri.
c. Kepundan
Cekungan atau lubang dengan dinding-dinding curam dipuncak kerucut vulkan. Kepundan sering disebut juga sebagai kawah, merupakan titik pusat terjadinya erupsi pada gunung api.
d. Kaki gunung api
Bagian paling bawah dari tubuh gunung api strato ditandai oleh relief bergelombang, berombak hingga berbukit dengan kelas kemiringan lereng miring, agak curam, hingga curam.
e. Dataran alluvial
Dataran yang terbentuk dari material hasil aktivitas gnung api yang terangkut oleh tenaga aliran/sungai.
f. Padang lava
Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunung api .biasanya terdapat pada lereng atas gununga api.
g. Padang lahar
Hampir sama dengan padang lava tetapi material hasil erupsi yang diendapkan merupakan material lahar yang terdiri dari campuran bahan kasar dan halus. Biasanya terdapat pada lereng bawah gunung api hingga kaki gunung api.
h. Dataran antar gunung api
Merupakan dataran yang terletak diantara dua atau lebih gunung api.
i. Sumbat gunung api
Bentuklahan ini disebut juga sebagai kibah lava. Terbentuk karena keluarnya magma hingga mencapai kepundan. Karena sifatnya yang asam magma tidak segera mengalir ke lereng gunung api tetapi membeku di kepundan dan membentuk sumbat gunung api.
j. Boka
Merupakan bentuklahan karena aktivitas keluarnya magma ke permukaan bumi tetapi tidak membentuk kepundan. Contohnya Gunung Tidar, Gunung Batok.
h. Kerucut parasitar
Merupakan kerucut anakan yang terbentuk bukan pada kepundan utama tetapi pada lereng gunung api.
Pembentukannya disebabkan oleh keluarnya megma melalui saluran yang bercabang tidak melalui saluran utama.
C. ALAT DAN BAHAN 1. ALAT
a. Satu buah Drawing Pen 0,2 warna biru digunakan untuk menyalin pola aliran sungai pada peta topografi.
b. Satu buah Drawing Pen 0,2 warna hitam digunakan untuk menyalin konturpada peta topografi.
c. Satu buah Drawing Pen 0,2warana merah digunakan untuk menyalin ketinggian tempat pada peta topografi.
d. Alat tulis berupa pensil dan penghapus yang digunakan untuk menggambar penampang bentuk lahan vulkanik.
e. Penggaris 30 cm digunakan untuk membuat garis penampang melintang yang mewakili kenampakan seluruh fasies gunung api.
f. Penjepit kertas digunakan untuk menjepit kertas kalkir dengan peta topografi agar mempermudah dalam penyalinan.
g. Papan ujian digunakan untuk alas peta dan kalkir.
2. BAHAN
a. HVS 4 lembar digunakan untuk menggambar penampang bentuk lahan vulkanik (dihapus)
b. Peta topografi gunung Merbabu digunakan untuk mengidentifikasi bentuk lahan.
3. LANGKAH KERJA
a. Menyiapkan alat dan bahan untuk melaksanakan kegiatan praktikum.
b. Menjepit kertas kalkir dengan Peta Topografi Merbabu untuk memudahkan dalam proses penyalinan.
c. Membuat garis tepi pada kertas kalkir agar gambar penampang bentuklahan vulkanik lebih rapi.
d. Menggaris enam kotak bagian bawah pada kertas kalkir untuk memproyeksikan peta Gunung Merbabu.
e. Menyalin garis kontur dengan Drawing Pen 0,2 warna hitam.
f. Menyalin pola aliran sungai dengan Drawing Pen 0,2 warna biru.
g. Menyalin ketinggian tempat dengan Drawing Pen 0,2 warna merah.
h. Memproyeksikan bentuklahan vulkanik Gunung Merbabu dengan menarik garis kontur bagian bawah tepatnya di enam kotak yang sudah dibuat sebelumnya pada kertas kalkir.
i. Menghubungkan garis satu dengan garis lain yang terdapat di enam petak dengan jarak tinggi 0,5 cm.
j. Mengidentifikasi fasies dan kenampakan bentuklahan vulkanik di Gunung Merbabu.
k. Menganalisa kenampakan yang teridentifikasi pada Bentuklahan Vulkanik.
l. Menyusun laporan praktikum.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Data Tabel. 3.1 Data Fasies Pada Gunung Merbabu N
o
Fasies Keterangan
Fasies Sentral Merupakan bukaan keluarnya magma dari dalam bumi kepermukaan. Terletak di daerah puncak. Oleh sebab itu daerah ini dicirikan oleh asosiasi batuan beku yang berupa kubah lava dan
berbagai macam batuan
terobosan semi gunung api (subvolcanic necks), sill, retas, dan kubah bawah permukaan (cryptodomes).
Fasies Proksimal Merupakan kawasan gunung api yang paling dekat dengan lokasi sumber atau fasies pusat.
Terdapat dilereng atas gunung, asosiasi batuan pada kerucut gunung api komposit sangat didominasi oleh perselingan aliran lava dengan breksi piroklastika dan aglomerat
Fasies Medial Karena sudah lebih menjauhi lokasi sumber, aliran lava dan aglomerat sudah berkurang, tetapi breksi piroklastika dan tuf sangat dominan, dan breksi lahar juga sudah mulai berkembang.
Fasies Distal Karena sudah lebih menjauhi lokasi sumber, aliran lava dan aglomerat sudah berkurang, tetapi breksi piroklastika dan tuf sangat dominan, dan breksi lahar juga sudah mulai berkembang.
Data Tabel. 3.2 Data Kenampakan Bentuk Lahan Vulkanik Pada Gunung Merbabu
N o
Kenampakan Yang Teridnetifikasi
Keterangan
Kawah Kawah pada puncak merbabu
berbentuk huruf u menghadap ke arah barat laut. Pada peta yang di proyeksikan dari arah barat laut memiliki puncak bentuk tumpul
Kerucut Gunung merbabu memiliki
kerucut sebagai pembukus
Lereng Lereng landai dengan kontur
renggang berada di sebelah utara, timur dan barat. Lereng yang curam berada di sebelah selatan dengan garis antarkontur rapat
Teluk lereng Teluk lereng pada gunung merbabu dilihat dari sebelah selatan dan barat daya. Pada peta yang telah diidentifikasi, tekuk lereng berbentuk menyerupai undakan atau garis ketinggian tegas yang berbeda
PEMBAHASAN
Bentuklahan vulkanik adalah bentuk lahan yang terbentuk karena adanya aktivitas vulkanisme.
Gunung Merbabu memiliki kawah berisi gas yang lemah walaupun tidak aktif atau mungkin sedang tidak mengalami aktifitas Vulkanik.
Bentuk Gunung Merbabu memanjang utara ke selatan. Puncak Gunung Merbabu juga berbentuk memanjang utara ke selatan. Kawah puncak Merbabu berbentuk huruf U menghadap ke arah barat laut. Gunung Merbabu yang memiliki kawah tidak aktif tentunya tidak memiliki sebuah kaldera karena mungkin terjadi pengangkatan saat terjadi letusan atau aktifitas Denudasional. Namun, gunung ini memiliki kerucut yang mengelilingi aatau sebagai pembukus kawah. Suatu kerucut gunung yang sudah tidak aktif lagi, maka proses dominan adalah pelapukan dan erosi, terutama di daerah puncak. Di bawah kerucut, terdapat lereng landal atau berkontur renggang di sebelah utara, timur dan barat. Sedangkan lereng yang curam berada di sebelah selatan dan kontur rapat. Terdapat pula teluk lereng apabila Gunung Merbabu dilihat dari sebelah selatan dan barat daya. Tekuk lereng dapat terjadi di perbedaan ketinggian tempat tertentu.
Jika melihat puncak Gunung Merbabu, gunung ini memiliki tipe Gunung Stratovulkan. Walaupun gunung ini dikatakan gunung yang sedang beristirahat namun bisa saja gunung merbabu dapat meletus hebat sewaktu-waktu. Pada dasarnya mengatakan bahwa tipe Vulkano, ditandai oleh pengeluaran lava yang kental yang segar membeku apabila terkena udara. Pada tipe ini, saat terjadi erupsi, material byroklastik dibekukan di udara kemudian jatuh dan diendapkan. Hal ini terbukti pada bentuk batuan lereng-lereng Gunung Merbabu ditemukan lereng lava andestis dan basaltis, terdapat juga endapan pasir. Sesuai dengan dasar teori di atas mengatakan bahwa batuan penyusun merbabu terdiri atas basalt (tersusun dari mineral olivin-augit), andesit dengan mineral augit, serta andesit dengan mineral hornblen- hipersten-augit.
Pada Gunung Merbabu terdapat tiga fasies gunung berapi yaitu fasies sentral, fasiesproximal, dan fasies madial. Dapat dilihat pada dasar teori di atas yang mengatakan bahwa fasies setral terletak di bagian puncak atau pusat erupsi, fasies proksimal pada lereng atas dan fasies medial di lereng bawah. Fasies distal terletak di kaki dan dataran di sekeliling gunung api, di antaranya dataran di latar depan gunung api. Pada proyeksi yang diperoleh tidak terdapat fasies distal karena tidak ada kenampakan berupa kaki gunung api.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, daat di simpulkan bahwa:
a. Vulkanisme adalah proses keluarnya magma dari dalam bumi.
b. Gunung Merbabu terbagi menjadi empat fasies, diantaranya fasies sentral, fasies proksimal, fasies medial dan fasies distal.
c. Melalui peta topografi dapat diketahui macam-macam bentuk lahan pada Gunung Merbabu.
d. Adanya vulkanisme dapat dicirikan oleh adanya mayor, minor, gua lapa, dan Ekshalasa.
e. Ada beberapa yang mempengaruhi bentuk gunung api dan proses vulkanisme anatara lain, Sifat magma (komposisi, kekentalan),Tekanan (berhubungan dengan jumlah kandungan gas), Kedalaman dapur magma,Factor eksternal (iklim, suhu) dan Klasifikasi gunung api.
6. DAFTAR PUSTAKA
Heru Pramo, Dkk. 2013. Geomorfologi Dasar. Yogyakarta: UNY PRESS K. Endro Sariyono, Dkk. 2010. Kartografi Dasar. Yogyakarta: Jurdik Geografi FISE
UNY.
Bronto, Sutikno. 2006. Jumal Geologi Indonesia: Fasies Gunungapi Dan Aplikasinya.
Bandung.
Kurniawan Alva. 2010. Jurnal Ilmu Bumi Indonesia: Studi Karakteristik Aktivitas
Vulkanis Gunungapi Merbabu Berdasarkan Kondisi Geomorfologi, Distribusi Material Vulkanis, Dan Catatan Aktivitasnya.
Geomorfologi, Distribusi Material Vulkanis, Dan Catatan Aktifitasnya.
Soetoto. 2013. Geologi Dasar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.