• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENILIK NILAI TRADISI MAPPATETTONG BOLA DALAM MERAWAT SEMANGAT GOTONG ROYONG SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "MENILIK NILAI TRADISI MAPPATETTONG BOLA DALAM MERAWAT SEMANGAT GOTONG ROYONG SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Kalsum, Agussalim, Imranah, Yulie Asni, Zurahmah, Fajriyani, Azmidar, Andi Zulfiana, Novia Anugra, Eka Sriwahyuni, Selvy Anggriani Syarif, Nurul Hasanah, Hartina Husain, Nur Yusaerah, Humaeroah, Nur Azisah, Muhammad Irwan, Nurleli Ramli, Syarifah Halifah ,. Kami mengucapkan terima kasih kepada Sang Pencipta, karena atas kehendak dan rahmatNYA kami berhasil melengkapi kumpulan catatan rekan-rekan kami dalam sebuah buku yang mengupas tentang nilai-nilai kearifan lokal melalui etnopedagogi. Banyak pilihan yang dapat digunakan untuk ditransfer kepada generasi muda dan salah satu pilihannya adalah belajar dengan memasukkan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam pembelajaran dan/atau menggunakan salah satu kearifan lokal sebagai media pembelajaran.

Buku ini memuat beragam kearifan lokal dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan, khususnya masyarakat suku Bugis. Ulasan mengenai keberagaman kearifan lokal yang disajikan dalam buku ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi para pendidik, pemerhati pendidikan, orang tua dan masyarakat untuk menjadikannya sebagai salah satu alternatif mendidik dan mendidik generasi muda dalam bidang ilmu pengetahuan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai. kearifan lokal. Kehadiran buku ini merupakan wujud kepedulian terhadap pelestarian kearifan lokal dan kepedulian terhadap nilai-nilai persatuan dan filosofi kearifan lokal yang terlupakan.

Kami berharap tulisan rekan-rekan yang menonjolkan kearifan lokal daerah masing-masing dapat mengingatkan pembaca akan keberagaman. Kami memahami bahwa penulisan dalam buku ini masih jauh dari sempurna, sehingga masukan dan kritik dari para pembaca akan sangat berharga untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Terima kasih atas kerja sama rekan-rekan sejawat yang dengan ikhlas meluangkan waktunya untuk menyajikan kearifan lokal daerahnya, tanpa kerjasama semua pihak buku ini tidak akan tersedia dan dapat dinikmati oleh seluruh pembaca.

Pola Orang Tua Dalam Membentuk Akhlak Anak Masyarakat Pesisir Mandar Syarifah Halifah, Nurrahmah.

MENILIK NILAI TRADISI MAPPATETTONG BOLA DALAM

Tradisi Mappatettong Bola dalam Konsep

Tidak hanya sebagai suatu struktur (arsitektur), rumah juga digunakan sebagai kebutuhan pokok sebagai individu, terutama sebagai tempat beristirahat, berteduh, bertemu keluarga dan bertempat tinggal. Rumah merupakan hasil suatu desain yang merupakan gambaran dari sudut pandang individu yang berbeda-beda, khususnya: kehidupan ekonomi, spiritual, sosial dan budaya. Dalam pandangan suku Bugis, rumah tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal dan bernaung, namun juga sebagai tempat suci dimana dilakukan aktivitas sosial dan berbagai proses kehidupan, mulai dari proses perkawinan, kelahiran dan kematian. dan seterusnya (Hatta & dkk., 2020).

Di rumah, dalam pandangan masyarakat Bugis, setiap manusia Bugis mengalami 7 tahapan mendasar yang dijadikan momen sakral yang selalu diikuti dengan upacara peralihan tahapan kehidupannya, yaitu: Esso Rijajiang ( ulang tahun), Esso ripasellenna (hari khitanan), Esso ripalebbena (hari penyelesaian Al-Qur'an). Adapun prosesi “Mappatettong Bola” (pembangunan rumah) termasuk dalam tahap ke 5 yaitu: Esso Ripabbolana (hari pindahan). Tahapan ini diawali dengan prosesi pernikahan ketika pasangan orang bugis (suami istri) sudah dalam tahap kemandirian penuh.

Dengan demikian, “Mappattong bola” dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai bangunan struktur rumah panggung khas masyarakat suku Bugi. Desain konstruksi tradisional tidak lahir dengan mudah, namun memiliki filosofi, antara lain stabilitas kehidupan kelompok masyarakat, yang berkaitan dengan nilai-nilai tradisional yang dilandasi oleh kepercayaan yang dianutnya. Merujuk pada pandangan masyarakat Bugis, pembangunan rumah adat Bugis mempunyai tiga tingkatan yaitu Rakkeang (dunia atas), Ale Bola (dunia tengah), Awa Bola (dunia bawah) yang semuanya mempunyai fungsi masing-masing.

Ale bola (dunia tengah) atau Watang-pola (badan rumah), suatu ruang yang digunakan untuk tempat tinggal sebagai simbol dari ale-kawa (dunia tengah) yang digunakan sebagai ruang tempat tinggal orang dan digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dalam rumah tangga membawa kehidupan . Awa bola (kolong rumah), tempat kolong rumah yang melambangkan awa bola (dunia bawah) yang membumi dan tidak berdinding. Fungsinya sebagai tempat memelihara ternak, menyimpan alat-alat pertanian, tempat menganyam dan tempat ngobrol anak-anak (Saripuddin, 2018).

Eksistensi Tradisi Mappatettong Bola di Sulawesi Selatan Kearifan lokal secara menyeluruh bisa dikatakan serupa

Seiring berjalannya waktu, keberadaan budaya dan nilai-nilai budaya yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia hingga saat ini belum optimal dalam membangun moral bangsa, bahkan setiap kita melihat berbagai tindakan di masyarakat yang memberikan pengaruh. dalam kehancuran suatu bangsa yaitu, dekadensi kejujuran, rasa kebersamaan, keadaban, dan gotong royong. Dengan menciptakan kesejahteraan dalam kehidupan bermasyarakat, individu diharapkan mampu mengembangkan dan memahami keberadaan nilai-nilai kearifan lokal, seperti budaya gotong royong. Budaya gotong royong merupakan akar fundamental masyarakat Indonesia yang harus terus digali dan dikembangkan di negeri ini.

Gotong royong merupakan salah satu bentuk nilai budaya intangible di Indonesia, sangat disayangkan jika gotong royong ini dilupakan dalam kehidupan bermasyarakat (Fitriani & et al., 2022). Dalam membangun rumah bagi warga di pedesaan, kita sering melihat sikap ramah tamah dan gotong royong. Dari gambaran tersebut terlihat bahwa sikap ramah tamah dan gotong royong menjadi salah satu faktor pendorong integrasi ke dalam masyarakat di negeri ini.

Hal ini menjadi bukti bahwa budaya gotong royong mempunyai makna yang mendalam dimana individu tidak dapat hidup sendiri di dunia tanpa adanya kelompok dan sistem sosial dalam masyarakat. Gotong Royong merupakan salah satu keistimewaan budaya masyarakat Indonesia yang keberadaannya sudah ada sejak dahulu kala dan dipelihara secara turun temurun serta menjadi pola perilaku dalam sistem sosial masyarakat. Nilai gotong royong dilestarikan dalam kehidupan kelompok masyarakat, sehingga menjadi aset budaya yang harus dilestarikan.

Gotong royong merupakan perwujudan budaya modern di Indonesia yang mewujudkan kehidupan masyarakat yang ada di dalamnya, dan segala kebijakan yang diambil dalam kehidupan bermasyarakat diharapkan sesuai dengan konsep gotong royong (Majid, 2019). Prosesi ini dihadiri oleh panrita bola (ahli tiang pancang), panre bola (pengrajin rumah) dan pemilik rumah. Ketika prosesi pembuatan komponen-komponen rumah sudah sampai pada tahap penyelesaian, dilanjutkan dengan prosesi pembangunan rumah panggung atau yang dikenal dengan Mappatettong Bola.

Biasanya prosesi Mappatettong Bola menjadi acara yang paling ditunggu-tunggu karena dalam prosesi ini semua orang membantu. Dalam ritual mappatettong bola (membangun rumah), dilakukan beberapa tahapan prosesi, dimulai dari prosesi lise posi bola (mengisi bagian tengah rumah) hingga posi bola (tengah rumah) dan aliri pakka. (tiang yang digunakan sebagai penyangga tangga) . Prosesi ini dilakukan karena mempunyai makna, dengan harapan penghuni rumah dapat hidup aman, damai, bahagia dan tidak kekurangan apapun.

Prosesi ini dilakukan karena mempunyai makna, dengan harapan agar segala sesuatu selalu diberikan secara berlimpah dalam kehidupan rumah baru ini. Tradisi Mappatettong Bola masih terdapat di sejumlah daerah di Sulawesi Selatan, seperti Kabupaten Sidrap (Sidenreng Rappang), Barru, Soppeng, Bulukumba, dan Bone.

Makna Tradisi Mappatettong Bola sebagai Integrasi Nilai Pendidikan sebagai proses perubahan dan pergeseran adat

  • Nilai Gotong Royong
  • Nilai Religius

Hal ini dapat dilakukan melalui pembelajaran di sekolah sehingga nilai-nilai kearifan lokal dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah. Integrasi nilai-nilai kearifan lokal dilakukan sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme pada peserta didik di era globalisasi (Panjaitan & et al., 2014). Upacara adat Mappatettong Bola merupakan salah satu dari sekian banyak upacara adat yang ada di Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis.

Bentuk gotong royong atau gotong royong menjadi salah satu nilai tertinggi dan paling berharga dalam upacara ini.Tidak dapat dipungkiri bahwa bukan hanya tradisi Mappatettong Bola saja, gotong royong tentunya menjadi solusi dari segala hal yang sulit. Selain untuk gotong royong, upacara Mappatettong Bola juga dapat mempererat tali silaturahmi, tidak hanya antar suku Bugis sendiri saja, namun masyarakat dari suku lain bahkan agama lain juga turut andil dalam membangun sebuah rumah. Tidak hanya dalam aktivitas membangun rumah kayu saja, namun juga dalam membangun rumah batu, tradisi Mappatettong Bola tidak pernah ditinggalkan.

Meski tidak semua Panrita Bola (pekerja rumahan) melakukan prosesi serupa, namun hakikat dan tujuan tradisi Mappatettong Bola tetap sama, yaitu agar pemilik rumah selalu bahagia, terhindar dari bencana dan hidup sejahtera (Sudirman & et al., 2021). . Ritual yang dilakukan sebelum memulai pembangunan rumah adalah mengerjakan setiap elemen atau bagian rumah yang akan dibangun. Setelah pengerjaan elemen rumah selesai, tahap selanjutnya adalah pembangunan rumah (Mappattong Bola). Upacara ini dihadiri oleh masyarakat setempat dan keluarga pemilik rumah.

Prosesi pembangunan rumah juga diiringi dengan berbagai ritual, antara lain memanjatkan doa kepada “penjaga rumah” demi keselamatan dan kesehatan selama membangun rumah (Erni & et al., 2020). Mappatettong Bola” merupakan salah satu upacara ritual membangun rumah panggung secara gotong royong yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang yang dipercaya oleh masyarakat Bugis. Meski demikian, beberapa daerah di Sulawesi Selatan masih mempertahankan tradisi ini sebagai bagian dari kearifan lokal.

Seperti halnya di Kajang (Bulukumba), ritual Mappatettong Bola masih kita lihat dalam kehidupan masyarakat di sana. Tradisi Sidrap (Sidenreng Rappang) Mappatettong Bola masih sering kita jumpai karena tradisi ini masih dipertahankan di berbagai daerah di Sidrap. Tak hanya tradisi tersebut, nilai gotong royong juga menjadi nilai yang melekat pada bangsa Indonesia.

Seperti menjadikan tradisi Mappatettong Bola bukan sekedar tradisi namun menjadikannya sebagai kegiatan tahunan yang dapat menjadi daya tarik wisata. Dalam bidang akademis, penelitian berbasis kearifan lokal merupakan cara terbaik untuk mewariskan nilai-nilai kearifan lokal.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa implementasi nilai gotong-royong dan solidaritas sosial dalam masyarakat (studi kasus pada tradisi malam pasian di Desa

Untuk mendeskripsikan implementasi nilai-nilai gotong royong yang terkandung dalam tradisi Gumbregan di Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali

dengan Promotor Prof. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si., Co-Promotor Prof. Darsiharjo, MS., Anggota Prof. Awan Mutakin, M.Pd. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang potensi nilai budaya dalam tradisi tenun

Sesuai dengan hasil pada temuan mengenai membentuk karakter gotong royong dalam pembelajaran IPS siswa kalas VI SDN 3 Rejoagung kecamatan Kedungwaru Tulungagung

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor (Dr) pada Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Sekolah Pascasarjana Universitas

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

Dengan melihat betapa pentingnya penguatan karakter berbasis kearifan lokal pada anak didik dan perlunya inovasi pembelajaran IPS yang berbasis kearifan lokal maka peneliti bermaksud