• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Meningkatkan Keterampilan Berbicara melalui Pembelajaran Time Token Arends Tema 8 pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Meningkatkan Keterampilan Berbicara melalui Pembelajaran Time Token Arends Tema 8 pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MUTAHARAH

Jurnal Ilmu Pendidikan

Diterima: 15 Agustus 2023 Disetujui: 20 Agustus 2023 Dipublikasikan:21 Agustus 2023

P - ISSN : xxxx - xxxx

Meningkatkan Keterampilan Berbicara melalui Pembelajaran Time Token Arends Tema 8 pada Siswa

Kelas IV Sekolah Dasar

Silvi Wulandari1, Ratna Said2, Muhammad Yusnan3

1,2,3Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Buton, Indonesia e-mail: silviwldr0708@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan berbicara melalui pembelajaran Time Token Arends tema 8 siswa kelas IV SD Negeri Palatiga, Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Bukit Wolio Indah, Kecamatan Wolio, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan prosedur pelaksanaan Tindakan, dimana penelitian terbagi dalam dua siklus pada siklus pertama dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan menggunakan model Time Token Arends dan siklus ke dua dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan model yang sama, berdasarkan hasil penelitian yang berlangsung selama dua siklus dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran menggunakan learning Time Token Arends di SDN Palatiga Baubau dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Terlihat pada siklus I nilai rata- rata yang diperoleh yaitu 67 dengan presenatse ketuntasan 46,87% dan pada siklus II meningkat dengan nilai rata-rata 85,8 dengan presenatse ketuntasan 84,38%. Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunkan Time Token Arends dapat meningkatkan keterampilan berbicara tema 8 SDN Palatiga Baubau.

Kata kunci: Keterampilan, Berbicara, Time Token Arends.

Abstract

The purpose of this research is to improve speaking skills through learning Time Token Arends theme 8 for grade IV students of Public Elementary School Palatiga, Gatot Subroto Street, Bukit Wolio Indah Village, Wolio District, Baubau City, Southeast Sulawesi Province.

The type of research conducted was classroom action research using the Action implementation procedure, where the research was divided into two cycles in the first cycle conducted three meetings using the Time Token Arends model and the second cycle was carried out three meetings with the same model, based on the results research that lasted for two cycles can be seen that the implementation of learning using learning Time Token Arends at Public Elementary School Palatiga Baubau can improve students' speaking skills.

Seen in cycle I the average value obtained was 67 with a completeness percentage of 46.87% and in cycle II it increased with an average value of 85.8 with a completeness percentage of 84.38%. It can be concluded that using Time Token Arends can improve speaking skills on theme 8 Public Elementary School Baubau.

Keywords: Skills, Speaking, Time Token Arends.

Copyright ©2023 Mutaharah: Jurnal Ilmu Pendidikan

(2)

PENDAHULUAN

Keterampilan berbicara siswa sangat menentukan keberhasilan mereka dalam mengikuti proses pendidikan. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan jelas dan tepat akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran mata pelajaran apapun, khususnya bahasa Indonesia. Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas IV SD Negeri Palatiga Kota Baubau, keterampilan berbicara dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Tema 8 mengalami beberapa kendala, beberapa di antaranya masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain siswa kurang percaya diri, artinya ketika diminta berbicara, mereka hanya mampu mengucapkan beberapa patah kata atau bahkan diam dan menunduk di depan teman sekelasnya. Mereka juga takut mengungkapkan pendapat mereka dan menggunakan bahasa yang tidak pantas. Akibatnya, banyak siswa yang tidak memenuhi standar ketuntasan minimal (KKM) keterampilan berbicara Tema 8 pelajaran Bahasa Indonesia.

Menurut pengamatan yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN Palatiga Kota Baubau, rendahnya keterampilan berbicara siswa disebabkan karena pembelajaran yang mereka terima selama ini belum mendorong mereka untuk untuk dapat meingkatkan keterampilan berbicara. Perolehan nilai ulangan harian untuk pelajaran Bahasa Indonesia yang masih sangat rendah dengan nilai rata-rata 50 .Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 65, dan siswa dianggap selesai belajar jika mencapai nilai 65.

Keterampilan berbicara siswa pada Tema 8 pembelajaran bahasa Indonesia menunjukkan masih jauh dari harapan. Tentu, kondisi ini harus diperbaiki untuk memperbaiki kekurangan berbicara siswa. Oleh karena itu, pemanfaatan model time token arends dalam pembelajaran bahasa Indonesia sangat tepat. Tujuannya adalah agar model tersebut memberikan pengaruh terhadap kompetensi siswa dalam keterampilan berbicara, yang pada akhirnya akan membantu siswa meningkatkan keterampilan berbicara mereka.

Model Time Token Arends adalah sistem perilaku yang dimiliki setiap siswa, mengumpulkan bukti perilaku setiap orang, dapat mencapai kondisi yang diharapkan, dan dapat meningkatkan inisiatif dan partisipasi siswa, sehingga meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut melalui penelitian yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Time Token Arends Tema 8 Siswa Kelas IV SD Negeri Palatiga Kota Baubau “

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Palatiga Kota Baubau Sulawesi Tenggara. Subjek dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara pada tema 8 siswa kelas IV SD Negeri Palatiga dengan jumlah 32 siswa, terdiri dari 20 siswa laki- laki dan 12 siswa perempuan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan prosedur pelaksanaan tindakan, dimana penelitian terbagi dalam dua siklus pada siklus pertama dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan menggunakan model Time Token Arends dan siklus kedua dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan model yang sama

Tahapan tindakan awal peneliti mempersiapkan pengajaran keterampilan berbicara siswa koordinasi dengan guru kelas mengenai penelitian yang akan

(3)

dilakukan oleh peneliti, menyusun lembar observasi siswa, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, serta menyusun instrumen penilaian keterampilan berbicara

Tahapan tindakan inti pelaksanaan suatu tindakan, peneliti melaksanakan tindakan tersebut sesuai rencana yang telah disusun agar kegiatan yang dilakukan sejalan dengan tujuan awal penelitian. Pada tahap ini penelitian mengisi lembar observasi siswa, peneliti menggunakan model pembelajaran Time Token Arends dalam hal ini peneliti membentuk anggota kelompok dan membagikan berupa kupon berbicara kepada siswa, serta melakukan tindakan pembelajaran dengan berpedoman terhadap Silabus dan RPP yang telah disiapkan dan menilai setiap keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan instrumen penilain keterampilan berbicara.

Tahapan tindakan akhir analisis hasil keterampilan berbicara siswa pada setiap siklus dengan menggunakan analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif.

Untuk melihat apakah tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia siswa, dilakukan refleksi. Pencerminan hasil analisis data pada tahap ini akan menjadi acuan bagi rencana tindakan pada siklus berikutnya. Namun dengan asumsi hasil refleksi menunjukkan peningkatan, maka peneliti tidak perlu menambah siklus lagi.

Gambar 1. Alur Model Penelitian Tindakan Kelas (Muslich, 2009:150)

Teknik pengumpulan data dalam penelitian dilakukan melalui observasi, tes, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Data kualitatif ini berasal dari observasi siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung, dengan indikator observasi yang diedit menunjukan peningkatan pada setiap pertemuan. Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui hasil keterampilan berbicara siswa. Kriteria penggunaan kategorisasi seperti yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang terdiri dari lima kategori. Kategori tersebut adalah : Rentang Skor 90-100 dikategorikan Nilai Sangat tinggi, Rentang Skor 80-89 dikategorikan Nilai Tinggi, Rentang Skor 70-79 dikategorikan Nilai Sedang, Rentang Skor 65-69 dikategorikan Nilai Rendah, dan Rentang Skor 0-64 dikategorikan Nilai Sangat rendah.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pelaksanaan pra siklus hasil data 32 siswa 13 siswa diantaranya memperoleh nilai diatas KKM 65, dengan presentase 40,62% dengan nilai rata-rata 62,46. Hasil tersebut belum mencapai standar ketuntasan belajar berdasarkan KKM. Berdasarkan hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa proses dan hasil pada tahap pra tindakan masih memiliki kekurangan perlu ditingkatkan kembali menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu peneliti melanjutkan tindakan ke siklus I dan melaksanakan model pembelajaran Time Token Arends dikelas.

Berdasarkan hasil pelaksanaan observasi siswa siklus I terlihat bahwa siswa yang hadir pada pertemuan satu sampai tiga terdapat 32 siswa, siswa yang aktif bekerjasama selama proses pembelajaran pada pertemuan kesatu terdapat 20 siswa, pada pertemuan ke dua terdapat 21 siswa dan pada pertemuan ketiga terdapat 23 siswa, siswa yang menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru pada pertemuan kesatu 10 siswa, pada pertemuan kedua 16 siswa, pada pertemuan ketiga 10 siswa, siswa yang mengajukan solusi ketika guru memberikan masalah untuk memotivasi saat pembelajaran pada pertemuan kesatu 7 siswa, pada pertemuan kedua 8 siswa dan pada pertemuan ketiga sebanyak 10 siswa.

Pada siklus I siswa yang aktif bekerja sama, siswa yang menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru serta siswa yang mengajukan solusi ketika guru memberikan motivasi saat pembelajaran terlihat masih sangat tergolong rendah. Hal ini karena siswa masih kurang menerima atau memberikan respon terhadap model pembelajaran Time Token Arends, dan belum terbiasa dengan model pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Nilai dan data ketuntasan yang diperoleh siswa pada siklus I dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 1. Penilaian Hasil Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I No Nama

Siswa

Jenis Kelamin L/P

KKM Nilai Akhir

Ketuntasan Tuntas Tidak

Tuntas

1 AAT P 65 44

2 DTZ P 65 28

3 HS P 65 52

4 HN L 65 92

5 LMA L 65 84

6 MOS L 65 64

7 MR L 65 36

8 MAO L 65 84

9 MPR L 65 92

10 MRA L 65 68

11 PPT P 65 88

12 RAS L 65 80

13 STA L 65 56

14 SNA P 65 40

15 SMH P 65 88

16 SRS P 65 44

17 TST L 65 44

18 WORS P 65 92

19 WNM P 65 52

20 ZPA L 65 92

(5)

21 ZLS P 65 56

22 ZYJ L 65 64

23 AAL L 65 52

24 ENA P 65 92

25 LLN P 65 52

26 MRA L 65 88

27 FRS L 65 88

28 MSA L 65 64

29 MRF L 65 64

30 RZA L 65 92

31 FAA P 65 44

32 RTA P 65 88

Jumlah 2.144 15 17

Rata-Rata 67

Tuntas 46,87 %

Tidak Tuntas 53,12 %

Sumber : Hasil Penelitian 2023

Siklus I terdapat peningkatan keterampilan berbicara siswa, dari 32 siswa, 15 siswa dengan presentase ketuntasan 46,87%, 17 siswa dengan presenatse tidak tuntas 53,13% dan nilai rata-rata 67. Dengan demikian hasil belajar keterampilan berbicara siswa kelas IV pembelajaran Bahasa Indonesia pada Tema 8 dengan diterapkan model Time Token Arends pada siklus I belum efektis sehingga peneliti melanjutkan tindakan pada siklus II.

Berdasarkan hasil pelaksanaan observasi observasi siswa siklus I terlihat bahwa siswa yang hadir pada pertemuan satu sampai tiga terdapat 32 siswa, siswa yang aktif bekerjasama selama proses pembelajaran pada pertemuan kesatu terdapat 30 siswa, pada pertemuan kedua terdapat 28 siswa dan pada pertemuan ketiga terdapat 31 siswa, siswa yang menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru pada pertemuan kesatu 29 siswa, pada pertemuan kedua 29 siswa, pada pertemuan ketiga 29 siswa, siswa yang mengajukan solusi ketika guru memberikan masalah untuk memotivasi saat pembelajaran pada pertemuan kesatu 29 siswa, pada pertemuan kedua 32 siswa dan pada pertemuan ketiga sebanyak 32 siswa.

Siklus II siswa yang aktif bekerjasama selama proses pembelajaran, siswa yang menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru serta siswa yang mengajukan solusi ketika guru memberikan motivasi saat pembelajaran terdapat peningkatan.

Hal ini karena siswa sangat menerima atau memberikan respon terhadap model pembelajaran Time Token Arends, dan sudah terbiasa dengan model pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Nilai dan data ketuntasan yang diperoleh siswa pada siklus II dapat dilihat dari tabel

Tabel 2. Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II No Nama

Siswa

Jenis Kelamin L/P

KKM Nilai Akhir

Ketuntasan Tuntas Tidak

Tuntas

1 AAT P 65 84

2 DTZ P 65 44

3 HS P 65 60

4 HN L 65 100

5 LMA L 65 92

6 MOS L 65 88

(6)

7 MR L 65 84

8 MAO L 65 92

9 MPR L 65 100

10 MRA L 65 88

11 PPT P 65 92

12 RAS L 65 92

13 STA L 65 84

14 SNA P 65 60

15 SMH P 65 92

16 SRS P 65 64

17 TST L 65 84

18 WORS P 65 96

19 WNM P 65 92

20 ZPA L 65 100

21 ZLS P 65 84

22 ZYJ L 65 88

23 AAL L 65 84

24 ENA P 65 100

25 LLN P 65 84

26 MRA L 65 92

27 FRS L 65 92

28 MSA L 65 88

29 MRF L 65 100

30 RZA L 65 96

31 FAA P 65 60

32 RTA P 65 92

Jumlah 2.748 27 5

Rata-Rata 85,8

Tuntas 84,38%

Tidak Tuntas 15,62%

Sumber : Hasil Penelitian 2023

Siklus II terdapat peningkatan keterampilan berbicara siswa, dari 32 siswa, 27 siswa dengan presentase ketuntasan 84,38%, 5 siswa dengan presentase tidak tuntas 15,62% dan nilai rata-rata 85,8. Dengan demikian hasil belajar keterampilan berbicara siswa kelas IV pembelajaran Bahasa Indonesia pada Tema 8 dengan diterapkan model Time Token Arends pada siklus II telah efektif dan terjadinya peningkatan lebih tinggi dari pra siklus dan siklus I.

Pada siklus I terlihat siswa masih kurang tertarik terhadap model pembelajaran, siswa hanya sekedar melihat temannya yang melakukan praktik berbicara dihadapan teman sekelasnya. Hal ini terjadi karena mereka bermalas - malasan, takut untuk berbicara, sehingga pada siklus I siswa belum mampu mengikuti atau menerima pelajaran dan model pembelajaran yang diajarkan. Hal ini terlihat keterampilan berbicara siswa, dari 32 siswa, 15 siswa dengan presentase ketuntasan 46,87%, 17 siswa dengan presenatse tidak tuntas 53,13% dan nilai rata- rata 67. Dengan demikian hasil belajar keterampilan berbicara siswa kelas IV pembelajaran Bahasa Indonesia pada Tema 8 dengan diterapkan model Time Token Arends pada siklus I belum efektif.

Pada siklus II menunjukan peningkatan keterampilan berbicara siswa setelah pengimplementasian Time Token Arends di kelas maka meningkatkan keaktifan siswa dalam berbicara. Hal in terlihat pada siklus II terdapat peningkatan

(7)

keterampilan berbicara siswa, dari 32 siswa, 27 siswa dengan presentase ketuntasan 84,38%, 5 siswa dengan presenatse tidak tuntas 15,62% dan nilai rata- rata 85,8. Dengan demikian hasil belajar keterampilan berbicara siswa kelas IV pembelajaran Bahasa Indonesia pada Tema 8 dengan diterapkan model Time Token Arends pada siklus II telah efektif dan terjadinya peningkatan lebih tinggi.

Berdasarkan hasil keterampilan berbicara siswa pada siklus II menunjukan peningkatan dibandingkan dengan keterampilan berbicara siswa pada siklus I.

Pada siklus I sangat terlihat bahwa nilai yang diperoleh siswa masih belum sesuai dengan standar KKM yang belum sepenuhnya terpenuhi, setelah dilakukan siklus kedua penguasaan keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran Time Token Arends, siswa mencapai standar KKM dan menerima nilai tinggi sebagai hasilnya. Siswa yang memperhatikan aspek linguistik dan nonlinguistik, seperti kelancaran, penguasaan tema, ucapan, tata bahasa, dan volume suara, meningkatkan keterampilan berbicara mereka. Siswa mampu berkomunikasi secara efektif dalam bahasa Indonesia dan meningkatkan pengucapan yang jelas.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata ketepatan ucapan siswa pada kegiatan siklus I masih berada pada kisaran sedang untuk aspek ketepatan ucapan ini.

Terjadi peningkatan dari kategori sedang menjadi kategori sangat tinggi setelah pelaksanaan siklus I dan siklus II. Hal ini terjadi karena siswa diberi banyak kesempatan untuk berbicara di kelas. Siswa juga berkolaborasi dengan teman sebayanya untuk mempelajari hal-hal baru. Sangat penting untuk mendapatkan konsistensi ucapan saat berbicara karena pengucapan yang tidak tepat akan mempengaruhi kualitas komunikasi. Seperti yang terjadi selama pembelajaran, beberapa siswa melakukan kesalahan dalam berbicara, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk berkonsentrasi berbicara.

Ketepatan tata bahasa rata-rata siswa masih dalam kategori rendah dalam hal ketepatan bahasa pada kegiatan siklus I. Kategori rendah dinaikkan menjadi kategori sedang pada saat dilakukan tindakan berbasis siklus I dan siklus II. Hal ini terjadi karena selain kesempatan siswa untuk berbicara di kelas cukup besar, peneliti dan guru mata pelajaran juga sering mengoreksi jika ada siswa yang membuat kesalahan bahasa baik selama pengalaman pembelajaran maupun menjelang akhir pembelajaran.

Dari segi kelancaran berbicara, rata-rata siswa pada kegiatan siklus I masih dalam kategori rendah karena belum mampu berbicara dari awal hingga akhir.

Namun setelah tindakan yang dilakukan berdasarkan siklus I dan siklus II, rata-rata siswa sudah naik ke kategori tinggi, dimana mereka mampu berbicara di depan teman sekelasnya dari awal hingga akhir, berbicara dengan lancar, dan audiens dapat memahami apa yang disampaikan.

Dari segi penguasaan tema pada kegiatan siklus I rata-rata masih dalam kategori rendah karena siswa belum menguasai mata pelajaran. Namun setelah dilakukan tindakan berdasarkan siklus I dan siklus II rata-ratanya sekarang berada pada kategori tinggi yang menandakan bahwa siswa dapat menguasai mata pelajaran tersebut.

Pada aspek volume suara pada kegiatan siklus I rata-rata ketepatan ucapan siswa sudah dalam kategori sedang. Setelah dilakukan tindakan berdasarkan siklus I dan II terjadi peningkatan dari kategori sedang hingga kategori sangat tinggi. Hal ini terjadi karena peserta didik sudah bisah percaya diri untuk berbicara dihadapan teman sekelasnya.

(8)

Adapun mengenai model Time Token Arends yang digunakan pada umumnya mereka sangat setuju sekali model Time Token Arends karena dengan model ini pelajaran mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa dengan ini siswa menyarankan agar model Time Token Arends dapat tetap digunakan baik pada pelajaran Bahasa Indonesia maupun pada pelajaran yang lainya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan melalui model pembelajaran Time Tokend Arends dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa tema 8 kelas IV SD Negeri Palatiga Kota Baubau. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan keterampilan berbicara siswa hasil pra siklus dari 32 siswa 13 siswa diantaranya memperoleh nilai diatas KKM 65 dengan presentase 40,62% dengan nilai rata-rata 62,46. Hasil keterampilan berbicara siswa pada siklus I dari 32 siswa, 15 siswa dengan presentase ketuntasan 46,87% dengan jumlah nilai rata-rata 67.

Hasil keterampilan berbicara siswa dari 32 siswa, 27 siswa dengan presentase ketuntasan 84,38% dengan jumlah nilai rata-rata 85,8.

DAFTAR PUSTAKA

Acoci, A., Faslia, F., & Akbar, A. (2021). Edukasi Guru Sekolah Dasar dalam Penguatan Pendidikan Karakter di SD Negeri 1 Baadia Kota Baubau. Jurnal Abdidas, 2(5), 1099-1104.

Arikunto, Suharimi dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.2006 Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,2016 Dadang Sunendar, H dan Iskandarwassid. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Departemen Pendidikan Nasioanal. (2005:1180). Definisi Keterampilan Berdasarkan Kamus Besar

F. N. (2019). Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Time Token Arends. PGSD, 169-175

F. S. (2018). Penggunaan Time Token Arends Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Peserta Didik Pada Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah 27 Lamasi.

Skripsi, 1-66

Faziah, S. N., D. F., & Sumiyani. (2022). Analisis Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV Di SDN Karet I Kabupaten Tangerang. Jurnal Teknologi Pendidikan, 243-248.

Hasanah, B. R. (2019). Peningkartan Keterampilan Berbicara Melalui Time Token Arends Pada Siswa Sekolah Dasar. Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Januaryca, A., & Santoso, A. (2022). Penerapan metode teaching proficiency through reading and stroryteling untuk meningkatkan keterampilan berbahasa indonesia siswa kelas IV DI SPH LIPPO CIKARANG: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(2), 114-130

Kholifah, E. L., & Afendi, A. H. (2021). Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Metode Time Token Arends Pada Daerah Tempat Tinggalku Kelas IV. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 26-31.

Mardiana, M., Tahir, M., & Sudika, I. N. (2020). Meningkatkan Keterampilan Berbicara dengan Metode Paired Story Telling (Bercerita Berpasangan) pada Siswa Kelas IV Di SDN 4 Cakranegara Tahun Pelajaran 2015/2016.

Indonesian Journal of Elementary and Childhood Education, 1(1).

(9)

Muslich, Masnur. (2009). Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Itu Mudah.

Jakarta: PT. Bumi Aksara

Onde, M. K. L. O., Aswat, H., Sari, E. R., & Meliza, N. (2021). Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (TMT) di masa New Normal terhadap Hasil Belajar Matematika di Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(6), 4400-4406

Pradita, Linda Eka, dkk. Berbahasa Produktif Melalui Keterampilan Berbicara, Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding Management. 2021

Prihantoro, Agung dan Fattah Hidayat. 2019. Melalui Penelitian Tindakan Kelas.

Ulumuddin: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman.9.1.

Yeninder. (2017). Penggunaan Metode Time Token Arends Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 015 Sungai Rukam. Prinnary PGSD, 431-440.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II dengan penerapan Metode Integratif siswa kelas IV dalam keterampilan berbicara mengalami peningkatan.. Hal